Anda di halaman 1dari 23

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Delapan
STELLA berbaring di sisi Callum, kaku bak jena-
zah yang dijadikan mumi, terpaku menatap langit-la
ngit. Terjaga penuh. Mustahil ia dapat rileks dan terti-
dur pulas.
Ia sangat menyadari keberadaan Callum di sebe
lahnya. Ya Tuhan! Piknik tadi sudah cukup menyulit-
kan, tapi sekarang! Callum terlihat sangat menawan
meski hanya mengenakan celana boxer pendek. Dan
dia di samping Stella, begitu dekat dalam jangkauan!
Agar tetap waras, Stella harus menjauhkan be-
naknya dari hal-hal membahayakan itu. Ia menekan
gundukan hangat kecil tempat bayinya tumbuh, dan
tersenyum di tengah keremangan ketika gundukan itu
kembali merespons dengan tendangan kecil. Ruby ke-
cil. Entah mengapa, Stella yakin bayinya perempuan.
Betapa mungil dan lucu gerakan bayinya.
Tetap saja, ia belum siap dengan perasaan yang
ditimbulkan gerakan-gerakan kecil itu. Sering kali, ia
hanya mengizinkan dirinya berpikir kehamilan ini se-
bagai semacam penyakit, tapi malam ini ia benar-be
nar terpukul saat menyadari bahwa yang dikandung-
nya kini manusia mungil sungguhan.
Dan tiba-tiba Stella dapat melihatnya dengan
jelas. Awalnya bayinya akan mungil, lucu, dan tak ber-
daya seperti boneka, namun dalam beberapa tahun
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
dia akan tumbuh menjadi anak yang riang dan nakal.
Gadis cilik outback yang tomboi, kurus, dan jangkung
dengan ikal pirang berkat sinar matahari dan hidung
berbintik.
Tenggorokan Stella tersekat ketika membayang
kan Ruby tumbuh bersama Callum dan keluarga Ro-
per yang lain.
Tanpa dirinya.
Ruby akan memiliki Callum yang mengawasi,
mencintai, dan mengajarinya menunggang kuda.
Stella dapat membayangkan mereka berderap di atas
kuda melintasi padang Birralee yang luas. Kuat, bebas,
dan berjiwa terbuka seperti tanah yang mereka cintai.
Dan di manakah Stella berada nanti?
Sendirian di suatu tempat di tengah kota?
Sendirian seperti yang selalu ia jalani sepanjang
hidupnya?
Saat tengah marah karena mabuk, ibu Stella te-
lah membuang satu-satunya boneka yang pernah Stel-
la miliki. Dan sekarang ia akan menyerahkan bayi ini.
Stella mencengkeram seprai hingga membentuk
gumpalan dan memasukkannya ke mulut untuk men-
cegah dirinya mengerang keras. Hatinya saat ini be-
nar-benar pedih dan hampa.
Bagaimana mungkin ia sanggup membayangkan
orang lain yang akan menggendong bayi mungilnya
kelak? Telinga orang lain yang akan mendengar gelak
tawa anaknya, kata pertamanya... melihat langkah per
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
tamanya... menenangkannya... merasakan pelukan ha-
ngat tangan montoknya.
Tapi bayi ini miliknya! Bagaimana mungkin ia te
ga berpikir bahwa menyerahkannya merupakan tinda
kan benar? Bagaimana mungkin ia membiarkan kelu-
arga Callum menjadi orang terpenting dalam kehidup-
an anaknya?
Seandainya...
Stella berbalik untuk memandang siluet gelap
bahu Callum selagi dia berbaring menyamping me-
munggunginya. Seiring hari, Stella semakin tertarik ke
pada Callum dengan berbagai cara. Seandainya Callum
menikahinya untuk alasan yang lebih romantis dan
bukan karena rasa tanggung jawabnya terhadap Scott!
Seandainya mereka dapat bersikap layaknya pa-
sangan normal yang sudah menikah—sepasang keka-
sih yang membesarkan bayi mereka dalam lingkup
keluarga yang mungil dan akrab. Tapi bukan itu yang
direncanakan Callum. Pria itu menikahi Stella karena
satu hal—mengesahkan status bayi ini, kemudian
membesarkannya di Birralee. Memang dia tertarik pa-
da Stella secara fisik. Tapi Callum terang-terangan me-
nyatakan minat utamanya adalah bayi Scott. Bukan
Stella.
Stella mendesah geram, ia berbalik ke arah ber-
lawanan dan menatap dinding di seberang. Besok sau-
dara-saudara perempuan Callum beserta suami dan
anak-anak mereka akan datang. Begitu banyak keluar-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ga. Terlalu banyak pertanyaan.
Astaga!
***
Siang keesokan harinya, dapur luas Birralee ter-
lihat dan terdengar seperti sesuatu yang muncul dari
khayalan Stella.
Setiap kursi yang mengelilingi meja diduduki
dan meja dipenuhi makanan. Percakapan dan tawa ce-
ria memenuhi ruangan dan mengalir keluar melalui
jendela yang terbuka lebar mengembuskan angin se-
poi.
Seperti yang sudah Stella duga, saudara-saudara
perempuan Callum sangat menarik dan sigap. Suami-
suami mereka, seperti yang diperkirakan, tinggi, ber-
kulit kecokelatan, dan tampan, sementara anak-anak
mereka sehat dan ceria. Yang membuat Stella lega, se-
mua orang bersikap luar biasa ramah. Mereka meme-
luk Stella dan menyambutnya sebagai anggota keluar-
ga tanpa keraguan sedikit pun.
Agak menakutkan sebenarnya melihat betapa
mudah mereka menerimanya dan berasumsi dirinya
mengagumkan—seakan Callum hanya akan memilih
wanita terbaik yang paling pantas menjadi istrinya.
Adik perempuan Callum, Ellie, mencium Stella
dan berdiri sambil memegangi lengan dan menatap ta
jam matanya. Mata Ellie sendiri cokelat muda, hangat
seperti Callum dan berkilau ketika mengatakan “Oh
ya, Stella, kau sangat sempurna untuk Callum. Aku bi-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
sa merasakannya dalam darahku.”
Stella berterima kasih kepada Tuhan atas latih-
an bertahun-tahun, menyembunyikan pikiran dan pe-
rasaan terdalamnya. Masa-masa itu kini membantu-
nya selagi membalas tatapan terang-terangan Ellie.
Stella berharap senyumnya hangat dan meyakinkan,
walaupun pikirannya terus berbisik, aku palsu. Aku
palsu. Aku penipu ulung.
Keluarga ini pasti akan benar-benar kecewa
saat ia meninggalkan Callum! Stella bergantung pada
harapan semu bahwa nanti, bayi yang ia tinggalkan
akan menebus dosa-dosanya.
Kepercayaan diri Stella tidak meningkat saat me
ngetahui Ellie dan Catherine mahir di dapur sebagai-
mana yang diduga, dan mereka juga membawa setum-
puk hidangan lezat—sosis buatan sendiri dibungkus
roti untuk anak-anak, dan daging sapi panggang di-
ngin ditaburi lada tumbuk istimewa untuk orang de-
wasa.
Dan makanan pengiringnya juga sangat menak-
jubkan—salad bit putih dan daun wild rocket serta
nasi daun ketumbar pedas. Hidangan penutup pun
tersedia—biscotti renyah dan meringue lembut diisi
mascarpone rasa raspberry.
Stella belum pernah melihat hidangan sehebat
itu kecuali di restoran dan, selagi menyantapnya, ia
terus mengingat kuenya yang gosong dan kekagetan
Margaret Roper melihat keadaan dapur kemarin.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Syukurlah, semua sudah berlalu. Hari ini sang-
kar Oscar dipindahkan ke sangkutan di luar pintu bela
kang dan Stella telah menggosok lantai hingga dapur
kembali terlihat bersih dan khas pedesaan.
Anak perempuan Ellie, Penny, menempati kursi
tinggi dan tersenyum saat memandangi orang-orang
bak putri yang duduk di singgasana. Terlihat sangat
lucu saat dia dengan serius menusuk potongan sosis
dingin dan membelah tomat ceri dengan garpu.
Sesekali, Ellie bersandar dan membantu bayi-
nya. Dia akan mencium pipi tembam Penny dan mem-
buatnya tersenyum senang. Suatu waktu, mereka sa-
ling menggosokkan hidung dan tertawa riang, cinta
sempurna dan tulus di antara mereka membuat mata
Stella berkaca-kaca.
Aku bisa seperti itu. Ruby dan aku bisa bercanda
seperti itu. Stella berusaha melupakan kenangan Mar-
lene tersedu-sedu, “Aku ingin menjadi ibu yang baik
tapi aku tak tahu caranya.”
Mungkin aku juga tak tahu caranya, Mother. Kau
tak pernah menunjukkannya padaku.
Ya Tuhan! Pikiran semacam ini akan membuat-
nya hancur berantakan! Stella memejamkan mata,
menghela napas dalam, dan berusaha menenangkan
diri. Seandainya ia memiliki kesempatan berbicara
pada Callum mengenai rencana mengatasi serangan
makanan berlimpah ini.
Callum duduk di sebelahnya dan, tepat saat itu,
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
meremas tangan Stella hingga kulit lengannya berde-
sir hangat. Sembari mencondongkan tubuh, Callum
berbisik, “Bagaimana keadaanmu?”
Stella berbalik sedikit untuk memandang
Callum, sementara pria itu mengelus telapak tangan
Stella dengan ibu jari. Sentuhan Callum dan pengerti-
an di matanya membuat Stella menghangat dan mele-
leh seperti lilin ulang tahun. Ya Tuhan, dia hebat da-
lam hal ini! Tak heran keluarganya percaya dia sung-
guh-sungguh mencintai Stella.
Margaret duduk di seberang memperhatikan
mereka dengan penuh kasih sayang. Ia mengulurkan
tangan dari seberang meja dan menepuk tangan Cal-
lum yang lain. Mata Margaret bersinar dan bibirnya
bergetar sedikit, tapi ia tersenyum tegar ketika berka-
ta, “Callum sayang, kau beruntung menemukan Stella.
Kau menemukan cara yang menakjubkan untuk mem-
bantu kami melupakan—melupakan Scotty.”
Wajah Stella merah padam dan suara tersedak
yang ganjil meluncur dari kerongkongannya.
Callum buru-buru menyandarkan kepala Stella
di bahunya sambil mendaratkan ciuman hangat di da-
hi wanita itu. Dan Stella bersyukur rambutnya terge-
rai ke depan menciptakan tirai yang menyembunyi-
kan wajahnya.
“Stella juga mengenal Scotty,” ia mendengar Cal-
lum menjelaskan kepada ibunya, dan merasa ngeri.
Stella kemudian menyembunyikan wajahnya yang
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
memerah di lekukan hangat bahu Callum. “Begitulah
cara—cara kami bertemu.”
“Tadi kaubilang nama gadis Stella apa, Callum?”
terdengar suara sang senator, menggelegar dan ujung
meja.
Kepala Stella sontak mendongak dan kecemasan
nya berganti dengan ketakutan baru. Apa sekaranglah
saat semuanya benar-benar menjadi kacau? Berapa
banyak pertanyaan lagi yang harus ia jawab mengenai
keluarganya?
“Nama keluargaku Lassiter,” Stella memberita-
hu ayah mertuanya, dan menyadari setiap orang dewa
sa di situ mendengarkan dan memperhatikan dengan
saksama.
“Lassiter,” ulang sang senator sambil mengerut-
kan alis. “Jadi, apakah itu berarti kau bersaudara de-
ngan keluarga Lassiter yang memiliki peternakan Jan-
deroo dekat Pentland? Don dan Freda Lassiter? Mere-
ka memiliki keluarga besar.”
“Tidak,” jawab Stella cepat. “Kurasa tidak. Sejak
dulu, keluargaku bagian dari penduduk kota.”
“Callum bukan tipe yang menyukai kehidupan
perkotaan, lalu bagaimana kalian bertemu?” Pertanya-
an itu dilontarkan Catherine. Matanya sangat gelap
dan tajam seperti sang ayah, dan Stella seketika mera-
sa seperti serangga yang menggeliat karena tertusuk
pisau bedah ahli serangga. Di benaknya hanya ada ke-
benarannya—ia pernah bertemu sekali dengan Cal-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
lum di suatu pesta, dan memberitahu pria itu bahwa
dirinya lebih menyukai sang adik.
Untung saja Callum yang mewakilinya menja-
wab pertanyaan tersebut. “Scott yang memperkenal-
kan kami. Kemudian Stella datang ke sini untuk berli-
bur, dan aku mulai mendekatinya sejak itu.” Callum
menoleh lagi kepada Stella dan menyunggingkan se-
nyum menawan yang membuat perut Stella campur
aduk.
“Itu tindakan paling pintar yang pernah kaulaku
kan, Kak,” seru Ellie.
“Yeah.” Callum memeluk bahu Stella.
“Sayangku!” Ada nada sedih dalam suara Marga-
ret. “Sungguh menyenangkan mengetahui Scott memi-
liki peran dalam kebahagiaanmu dan Stella. Entah me-
ngapa, rasanya sangat tepat.”
Astaga! Stella menjaga matanya terfokus pada
pola renda taplak meja di hadapannya. Membohongi
wanita baik hati yang tengah bersedih ini benar-benar
tindakan buruk. Menaruh Callum pada posisi di mana
dia sampai harus membohongi ibunya sendiri benar-
benar tak termaafkan!
Jeda sejenak muncul saat anak-anak telah meng
habiskan makanan mereka dan mulai bosan. Setelah
anak-anak mendapat izin untuk meninggalkan meja
dan berhamburan ke beranda atau menjelajahi kebun,
para orang dewasa tetap di dalam rumah untuk menik
mati kopi. Piring-piring berisi keju dan buah-buahan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
disodorkan berkeliling.
Tapi sebelum Stella dapat bersantai, suami
Catherine, Rob, melancarkan pertanyaan lain.
“Pekerjaan apa yang kaulakukan di kota, Stella?”
Sesaat pikiran Stella membeku cemas kebenaran akan
menghancurkannya, bahwa entah bagaimana semua
yang berhubungan dengan pekerjaan di London akan
terkuak. Namun untung saja ketika ia mengungkap-
kan latar pendidikannya di bidang meteorologi, per-
bincangan berputar ke area yang lebih aman. Tak la-
ma kemudian, semua orang membahas topik pembica
raan kegemaran para peternak outback—cuaca.
Stella memahami ketergantungan antara pendu
duk sabana dan cuaca, dan segera terfokus pada disku
si soal angin puyuh tropis, kebakaran semak belukar,
badai yang hebat, banjir, dan musim kemarau.
Bahkan, Stella mendapati dirinya menjadi pusat
perhatian ketika menceritakan garis besar riset meteo
rologi yang dapat membantu industri ternak untuk
merumuskan cara terbaik dalam penggunaan lahan
dan sumber air mereka.
Terdengar gumaman persetujuan. Senator Ro-
per mengamatinya dengan mata menyipit dan berta-
nya-tanya, tapi Stella berjuang agar tidak gentar.
Ellie tersenyum lebar. “Wanitamu ini jelas lebih
dari sekadar wajah cantik, Callum.”
Stella melihat kilatan setuju di mata setiap
orang di meja, tapi ia lalu mengacungkan tangan un-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
tuk membeberkan hal yang lain. “Tapi aku tak bisa me
masak.”
Lalu meledaklah gelak tawa riang.
Akhirnya, sesi makan bersama selesai dan Stella
dapat merasakan simpul dalam perutnya melonggar.
“Sekarang, ayo kita serbu piring kotor ini,” usul
Ellie.
“Oh jangan,” seru Stella. “Aku sama sekali tidak
menyiapkan satu makanan pun tadi, jadi aku ingin kali
an menyerahkan urusan membersihkan dan mencuci
kepadaku.”
“Kami tak bisa membiarkanmu mengurus
semua ini,” sela Catherine kaget. “Kami selalu saling
membantu.”
“Begitulah tingkah para keluarga di padang saba
na,” tambah Ellie sambil tersenyum lebar.
Keluarga? Sejenak Stella bimbang. Apakah ia me
langgar aturan keluarga yang telah berlangsung tu-
run-temurun? Tapi kemudian ia menggeleng dan men
desak, “Jujur saja, terima kasih atas tawaran kalian,
tapi aku ingin mengerjakannya sendiri.” Bagaimana-
pun seorang gadis tentu harus mempunyai harga diri.
Ia sudah cukup merasa buruk karena menyantap se-
mua makanan mereka.
Terdengar lebih banyak nada tidak setuju, tapi
akhirnya mereka menyerah. Sementara Stella diting-
gal sendiri di dapur, mereka berjalan ke luar untuk
berkumpul dengan anak-anak, mencari sepatu atau
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kaus kaki yang berserakan, dan merencanakan perjala
nan pulang jika ingin tiba di rumah sebelum malam.
Stella sibuk menumpukkan piring di papan pe-
ngering ketika mendengar langkah berat di belakang-
nya. Ia berbalik dan jantungnya berdetak beberapa
kali lebih cepat ketika melihat Senator Roper berdiri
cukup dekat.
“Bisakah aku berbicara sejenak denganmu Stel-
la?”
Ya Tuhan! “Tentu saja.”
Tanpa tersenyum, sang senator menunjuk ke
kursi kosong di meja yang baru separuh dibersihkan.
“Silakan duduk.”
Stella menelan ludah. “Terima kasih.” Lalu ia du-
duk dengan telapak tangan lembap bertaut di pangku-
an.
Awalnya, Stella khawatir sang senator akan te-
tap berdiri, tapi untunglah, ia menarik kursi dan du-
duk menghadapnya. Wajahnya sangat serius. “Anakku
sepertinya benar-benar jatuh cinta padamu,” ujarnya.
Stella begitu terkejut dan waspada, ia tak dapat
memikirkan satu kata bijak pun untuk menanggapi
sang senator.
“Istriku orang yang romantis,” lanjut Senator Ro
per. “Dia sangat gembira dengan perkawinan ini. Tapi
aku mengenal anakku. Aku tahu bukan kebiasaan Cal-
lum berlaku seperti ini—mengambil keputusan secara
tiba-tiba. Dan harus kuakui, aku luar biasa terkejut me
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
lihat Calum terburu-buru menikahi wanita yang ha-
nya bersedia menceritakan sedikit latar belakangnya.”
Dagu Stella terangkat. Ia menduga latar bela-
kang keluarganya pasti sangat penting bagi pria itu.
Well, sayang sekali! Ia tidak akan meredakan kegusar-
an hati sang senator.
Pipi Stella memanas, tapi ia berharap wajahnya
tidak terlihat setakut perasaannya. “Anakmu tidak
mensyaratkan detail silsilah kehidupanku sewaktu me
lamarku menjadi istrinya.”
Mata ayah mertua Stella membelalak.
“Apa kau ingin memberitahuku bahwa kau tidak
senang dengan pilihannya?” tantang Stella.
Sang senator menggeleng-geleng, tapi raut wa-
jahnya tidak melunak. “Jika anakku benar-benar men-
cintaimu, itu sudah cukup.”
Tapi jelas itu sama sekali tidak cukup. Mata
sang senator menyipit ketika melanjutkan kata-kata
nya. “Tapi aku harus memperingatkanmu Stella, Cal-
lum pria yang sangat peka. Dia masih sangat berduka
atas kematian adiknya.”
“Ya, aku menyadari hal itu.”
“Perasaannya sekarang mungkin lebih rapuh di-
banding kapan pun.”
“Aku mengerti.”
Sang senator memperhatikan Stella dengan sak-
sama selama keheningan yang menegangkan. Apa
yang harus Stella katakan? Jika pria itu berniat mem-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
buatnya merasa kecil dan bersalah, dia benar-benar
berhasil.
Sang senator bangkit dan mengulurkan tangan-
nya pada Stella. “Apa yang kuminta darimu adalah
merawatnya untuk kami, Stella.”
Masih tak ada senyuman dan Stella mengira diri
nya dapat mendengar apa yang tidak diucapkan pria
itu: Jika kau menyakiti satu-satunya anak lelaki yang
masih kumiliki, aku takkan pernah memaafkanmu.
Stella tak yakin kakinya mampu menopang tu-
buhnya ketika ia berusaha berdiri. Ia hanya dapat me-
maksakan senyuman. “Aku berjanji, aku juga mengi-
nginkan yang terbaik bagi Callum,” ucapnya.
Mereka berjabat tangan dan sambil mengang-
guk kaku, sang senator berbalik dan meninggalkan
ruangan secepat masuknya dia tadi.
Stella bersandar ke bak cuci, merasa mual. Ia
tahu Callum banyak mengorbankan harga diri dan
martabatnya ketika menikahi Stella, namun bagian
yang terburuk belum datang—setelah bayi ini lahir,
ketika Stella meninggalkan pria itu dan menghadap
keluarganya sendirian.
Ya Tuhan! Seharusnya ia tak menyetujui perni-
kahan ini. Callum berkeras pernikahan merupakan ke-
putusan terbaik, dan saat itu keputusan tersebut se-
pertinya solusi paling tepat bagi bayi Stella. Tapi kini
Stella merasa sangat egois—seolah ia hanya meman-
faatkan Callum untuk kepentingannya sendiri!
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Stella berkutat kembali dengan piring-piring ko-
tor di bak cuci, ia bermaksud menyelesaikan pekerja-
an menumpuk piring, tapi tangannya gemetar hebat
hingga ia takut akan menjatuhkan piring-piring itu.
Lalu kembali terdengar langkah kaki menuju
dapur, ia berbalik dan mendapati Ellie yang bergegas
memasuki ruangan.
“Kami semua akan pulang sekarang,” ujar Ellie.
Stella mengangguk. “Terima kasih banyak sudah
datang,” ujarnya cepat, merasa benar-benar melayang
selagi berjuang mengenyahkan shock usai berbincang
dengan sang senator, dan kembali berperan sebagai
tuan rumah yang hangat dan tenang. “Hidangannya sa
ngat lezat. Aku tak tahu bagaimana kau melakukannya
dalam waktu sesingkat itu.”
“Ah, banyak hal dapat dilakukan dalam waktu
sangat singkat,” jawab Ellie dengan kilatan maklum
dalam matanya. “Bahkan pernikahan.”
“Well, ya. Kurasa begitu.”
Tangan Ellie menekan lengan Stella. “Aku tahu
rahasiamu,” ujarnya pelan.
“Kau tahu?” Perut Stella yang sudah gugup sema
kin melilit. Rahasia apa yang diketahui Ellie? Bahwa
pernikahan ini hanyalah pura-pura? Bahwa Stella
akan pergi meninggalkan Callum beberapa bulan lagi?
Bahwa ia akan membiarkan pria itu merawat bayi
yang bahkan bukan anak kandungnya sendiri?
Ya Tuhan! Ellie tak mungkin tahu tentang Scott,
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kan? Mungkinkah Callum memberitahu saudara pe-
rempuannya tentang kunjungan adik mereka ke
Sydney? Hati Stella berdegup gugup dalam dadanya
seperti Oscar mengepakkan sayap di sangkarnya.
“Kau hamil, bukan?” tanya Ellie.
Tangan Stella langsung menutupi perutnya. “Ba-
bagaimana kau bisa tahu?”
Bibir Ellie langsung tersenyum jail. “Aku sudah
tiga kali hamil. Aku tahu tanda-tandanya. Kau tidak
menyentuh alkohol maupun kopi. Kau menghindari
setiap makanan yang diasap dan juga keju lunak—
hanya makan cracker polos. Dan kulitmu berkilau.”
“Berkilau?”
Ellie tertawa. “Bukannya mengandung racun. Bu
kan jenis bersinar-dalam-gelap itu—hanya rona can-
tik di pipimu. Aku selalu berpendapat wanita terlihat
paling cantik ketika mengandung.”
Stella tak tahu harus berkata apa. Ia benar-be
nar menyukai Ellie. Sejak mereka bertemu, ia sudah
merasakan ikatan persaudaraan yang tulus, tapi ia
ragu kehangatan ini akan tetap ada ketika Ellie menge
tahui kebenarannya.
“Kapan kau akan melahirkan?” tanya Ellie.
Stella ragu sejenak. Mengakui tanggalnya akan
mempersulit dirinya—tapi begitu pun jika ia menghin
dari pertanyaan itu. Bayinya akan lahir Oktober nanti,
namun Stella menambahkan beberapa minggu dari
jadwal sebenarnya dan membiarkan jawabannya ter-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
dengar samar. “Sebelum Natal.”
Ellie mengernyit. “Callum harus melakukan
penggembalaan terakhir sebelum musim hujan dimu-
lai. Situasinya nanti akan berisiko. Apa kau sudah me-
mesan tempat di rumah sakit Mount Isa atau beren-
cana melahirkan di tempat lain?”
“Kami belum membicarakan hal itu.”
Mereka lalu mendengar suami Ellie, Andrew, me
manggilnya. “Aku datang,” balas Ellie. Lalu berkata ke-
pada Stella, “Sebaiknya kau segera menyelesaikan uru
san persalinan. Persoalan itu tiba-tiba sudah datang
tanpa kausadari.”
“Oke. Aku akan memikirkannya. Terima kasih.”
Stella mengikuti Ellie keluar dari dapur. Di depan pin-
tu, ia berkata, “Ellie, aku belum berencana mengu-
mumkan berita kehamilan ini.”
“Aku tak menyalahkanmu. Dad memang terke-
san galak. Biarkan dia terbiasa dengan sedikit kejutan
satu demi satu.” Ia memeluk bahu Stella dan meremas
nya pelan. “Aku sangat gembira dengan pernikahan-
mu dan Callum. Siapa pun dapat. melihat kalian be-
nar-benar saling mencintai.”
Glek! Stella berhasil memaksakan senyuman
canggung dan mengangguk, kemudian mereka berga-
bung dengan yang lain di beranda, dan Stella langsung
disibukkan keriuhan dan keramaian seruan selamat
tinggal. Kedua keluarga muda itu berjejalan di dalam
kendaraan four wheel mereka, sementara orangtua
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Callum berjalan menuju pesawat kecil yang akan diter
bangkan Senator Roper kembali ke Mount Isa.
Stella dan Callum ditinggal berdua di puncak
anak tangga rumah Birralee. Stella sangat kelelahan,
bingung, dan merasa bersalah.
“Syukurlah semua sudah selesai sekarang,” kata
Callum, menatap muram pesawat orangtuanya yang
tampak mengecil di kejauhan.
Mereka kembali berduaan. Di sekeliling terben-
tang padang sabana yang luas dan sunyi, serta langit
outback yang jauh lebih luas dan sunyi. Berdua—dike-
lilingi tanah kuno—pepohonan karang bebatuan, dan
langit—dan tak seorang manusia pun dalam jarak de-
lapan puluh kilometer.
Mungkin Callum juga memikirkan hal ini. Dari
samping, wajah pria itu terlihat keras dan kaku dan,
ketika memandang Stella, kehangatan yang mengisi
mata Callum saat makan siang digantikan dinginnya
penyesalan yang muram. Stella langsung menduga
pria itu sangat menyesali penipuan besar-besaran
yang mereka lakukan.
“Terima kasih telah melindungiku,” ujar Stella.
Desahan napas Callum panjang, keras, dan getir.
“Aku tahu pernikahan ini sepenuhnya ideku, tapi aku
sama sekali tak senang membohongi orangtuaku te-
rang-terangan seperti itu.”
Sebelum Stella sempat menjawab, Callum me-
langkah pergi, seakan tak sanggup membahasnya lagi.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Dengan langkah kaku dan perasaan yang lebih berat,
Stella masuk kembali ke rumah untuk menebus dosa-
nya dengan mencuci segunung piring kotor di dapur.
***
Dua minggu kemudian, sepucuk surat datang da
ri ayah Callum. Stella meletakkannya di meja bersama
surat-surat lain. Ketika Callum pulang ke rumah sore-
nya, Stella mengamati pria itu berdiri memunggungi-
nya, menyobek amplop, dan membaca sepintas hala-
man bertulisan tangan itu. Stella melihat alis Callum
berkerut, dan kecemasan menyelimutinya.
Ketika Callum selesai membacanya, dia melipat
surat itu perlahan, lalu memeriksa kertas hasil print
yang melampirinya. Akhirnya, dia memasukkan kem-
bali semuanya ke amplop, berdiri sambil menepuk-ne
pukkan surat tersebut ke paha, dan menatap lantai.
Stella harus bertanya. “Apakah ada masalah?”
Callum mendesâh. “Kau boleh ikut
membacanya.” Tanpa tersenyurn, ia menyerahkan
surat tadi ke Stella.
“Kau yakin aku boleh membaca surat mi?”
Callum mengangguk, tapi pria itu kelihatan begi
tu gusar hingga tangan Stella gemetar saat menarik
lembaran halus itu dan membacanya.

Dear Callum,
Akibat keputusanmu untuk menikah begitu men-
dadak (yang menurut pandanganku agak mirip pelari-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
an) ibumu dan aku tidak sempat memberimu hadiah
perkawinan.
Sebagaimana kauketahui, Birralee sudah menja-
di bagian dari keluarga kita lebih dari seratus tahun,
dan pada akhirnya akan diwariskan kepadamu dan
Scott. Aku sudah memberikan kado yang sangat memu-
askan untuk anak-anak perempuan ketika mereka me-
nikah. Dengan demikian, anakku, Callum Angus Roper,
sekarang pemilik resmi bisnis keluarga. Birralee Pasto-
ral Company sepenuhnya milikmu. Semua berkas sudah
ditanda-tangani dan disahkan.
Rawatlah tempat ini dan tempat ini juga akan
melakukan hal yang sama untukmu. Pastikan juga kau
dan Stella membina keluarga dengan baik, sehingga
dapat mewariskannya kelak jika waktunya tiba.
Peluk sayang,
Dad

Stella membaca surat tersebut dua kali. Ia mera-


sa tak keruan. Keluarga Callum menaruh beban yang
begitu berat pada pernikahan ini. “Kau tak pernah
memperkirakan hal seperti ini?” tanya Stella.
Callum mengangkat bahu. “Aku ragu ini akan
muncul jika Scott tidak meninggal. Mengetahui sifat
ayahku, ini bahkan tak akan terjadi seandainya aku
tidak menikah.”
“Kau kedengaran tidak senang.”
“Entahlah. Aku dapat merasakan campur tangan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ibuku dalam persoalan ini, dan aku—” Callum menga-
tupkan bibir rapat-rapat seakan harus menahan perka
taan sebenarnya yang ingin ia ucapkan.
“Kau berharap dapat menceritakan yang sebe-
narnya kepada ibumu.”
Callum kembali mengangkat bahu.
Stella benci melihat Callum begitu tidak baha-
gia. Terutama karena itu diakibatkan kesalahannya.
“Bagaimana kalau aku memberitahu orangtuamu apa
yang sebenarnya terjadi?”
Callum terlihat begitu terkejut, seolah Stella
berniat mengumumkan situasi mereka melalui siaran
radio.
“Tidak sekarang!” bentak Callum. “Mereka tidak
akan sanggup mengatasinya. Situasinya akan berbeda
jika sudah ada cucu. Itu akan membantu menebus—”
Tangannya mengepal, dan selama beberapa saat yang
menyiksa, Callum menatap Stella.
“—Menebus kekecewaan mereka saat menyada
ri kau menikahiku bukan atas dasar cinta?” Stella me-
lanjutkan.
Mata Callum tampak berapi-api, dan Stella me-
nyadari pria itu tengah berjuang dengan setan jahat
dalam dirinya. Bibirnya kemudian mengerut. “Ibuku
dari dulu sangat romantis. Dia suka sekali pernikahan.
Tapi dia juga sangat menyukai bayi. Dia pasti akan sa-
ngat bahagia dengan kehadiran bayimu.”
Bayiku. Bayi keluarga Roper. Kengerian membu-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
at tubuh Stella bergidik dan menetap di hatinya selagi
membayangkan bayinya dikelilingi keluarga Scott.
Setelah kini bertemu mereka, ia dapat memba-
yangkan setiap detail kejadian. Ia dapat melihat wa-
jah-wajah, suara, dan tingkah laku mereka. Bayi Stella
akan menyukai mereka, dan dia akan memiliki jiwa
ceria dan periang seperti bayi Ellie, Penny.
Hanya saja... hanya saja... di antara sekian ba-
nyak orang yang memeluk dan menyayangi bayi itu...
sang ibu justru tidak hadir.
Oh, brengsek! Seluruh tubuh Stella gemetar. Ia
harus menyingkirkan pikiran itu. Tak ada gunanya
mengasihani diri sendiri pada tahap ini, justru Cal-
lum-lah yang membutuhkan perhatiannya.
Bagi Stella, masa depan penuh dengan tantang-
an dan harapan—dokumenter TV dan entah apa lagi.
Namun bagi Callum sendiri, tidak banyak pilihan yang
dimilikinya pada masa depan. Di antara mereka, ia,
Scott, dan orangtua Callum, telah membatasi kehidup-
an pria itu, hingga esensinya berkurang menjadi sesua
tu yang mudah ditebak dan tak berubah seperti hal-
nya pasang-surut air laut. Callum akan mengelola Bir-
ralee dan membesarkan anak Stella.
Stella memperhatikan Callum yang berdiri kaku
di tengah ruangan. “Aku belum pernah bertanya apa
rencanamu pada masa mendatang—sebelum aku da-
tang dan mengacaukan hidupmu.”
Callum memalingkan wajah. “Tak ada gunanya
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
berandai-andai.”
“Ketika aku pergi nanti, mungkin kau akan—me
nikah lagi. Maksudku, benar-benar menikah.” Dengan
gugup Stella menyisirkan jemari ke rambut.
“Mungkin.” Saat menit-menit yang menyiksa ber
lalu, tatapan membara Callum kembali menyorot pada
Stella. Ia menatap tangan yang bermain-main dengan
rambut itu, dan Stella mendapati dirinya menggerai-
kannya di punggung.
“Keluargamu akan memaafkanmu, Callum,” ujar
Stella lembut, mencari cara untuk menyembuhkan
luka Callum. “Mereka menyayangimu.”
Otot pipi Callum berkedut, namun dia tidak me-
ngatakan apa-apa.
Stella melanjutkan upayanya, berusaha mencari
kata yang tepat untuk membuat Callum merasa lebih
baik, untuk membuat mereka merasa lebih baik. “Keti-
ka mereka mengetahui alasanmu menikahiku—bah-
wa kau melakukannya atas dasar cintamu pada Scott
dan bayinya—mereka tentu takkan marah padamu.”
Lagi-lagi, Callum bergeming. Dalam kesunyian
yang menyiksa, Stella memperhatikan pria itu me-
nyimpan surat tersebut ke dalam saku dan berjalan
meninggalkan ruangan.

Anda mungkin juga menyukai