Anda di halaman 1dari 24

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Tiga
STELLA sakit keesokan harinya.
Selagi berjalan pulang dari ladang bersama Mac,
melangkah lebar-lebar di rumput kehijauan yang ber-
embun, Callum mendengar suara tak asing dari kamar
mandi.
Suara itu menghentikan langkahnya. Stella seha
rusnya sudah pergi tadi pagi. Membiarkan Callum
hidup dalam damai. Tapi bagaimana mungkin ia tega
menyuruh wanita itu pergi bila dia tengah sakit?
Callum menendang kerikil hingga menggelin-
ding turun di jalan. Si anjing blue heeler sontak waspa-
da, memperhatikan gerakan tersebut, lalu seolah me-
mutuskan kerikil itu tak layak dikejar.
Callum juga memperhatikan sewaktu kerikil itu
melambung dari satu batu ke batu lainnya sebelum
menghilang ke semak belukar di tepi sungai. Mual-
mual Stella ini agak janggal. Kejadian pingsannya se-
malam, sekarang ini...
Mungkin Stella hanya sakit perut biasa, tapi ke-
marin malam dia melahap semua makanan tanpa kesu
litan apa pun. Callum mengerutkan kening. Saudara-
saudara perempuannya juga begitu ketika mereka
mengandung. Satu menit kelihatan baik-baik saja, lalu
mendadak sakit kepala dan terburu-buru ke kamar
mandi.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Apakah Stella hamil? Tidak, tentu saja tidak.
Otak Callum berputar lagi. Dia mungkin saja me-
ngandung.
Semakin dipikirkan, semakin Callum yakin duga
annya benar. Stella pasti hamil. Itu sebabnya dia jauh-
jauh menyetir dari Sydney untuk mencari Scott. Tak
heran dia terlihat begitu sedih.
Brengsek kau, Scott! Apa yang telah kauperbuat?
Jika Stella memang hamil... Jika dia mengandung
anak Scott...Jika dia berencana kembali ke kota... meng
hilang lagi secepat kedatangannya... dan membawa
anak Scott dalam kandungan...
Callum memukulkan telapak tangannya ke
batang pohon bloodwood yang kasar dan menatap
kosong ke kejauhan, berbagai pikiran berkecamuk da-
lam benaknya. Pikiran tentang Scott, keluarga mereka,
rasa bersalah dan duka yang dialaminya, hati orang-
tua mereka yang hancur.
Pikiran tentang Scott di tempat tidur Stella.
Sambil menggeram, Callum kembali menendang
kerikil. Walaupun menyakitkan, ia tak punya pilihan
lain; ia harus bertanya pada wanita itu. Jika Scott
meninggalkan anak lelaki atau perempuan, ia harus
tahu.
Dengan tangan mengepal dan perasaan enggan,
Callum berbalik dan berjalan cepat menuju rumah.
Stella di dapur, berkutat di depan kompor sam-
bil mengamati tombol-tombolnya. Wanita itu menge-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
nakan celana pendek denim dan T-shirt putih sederha
na, kakinya tak beralas dan hanya mengenakan rantai
perak bermanik-manik kaca warna biru.
Stella berbalik dan tersenyum waswas. “Selamat
pagi.”
Callum mengangguk. “Pagi. Apakah tidurmu nye
nyak?”
“Pulas sekali, terima kasih. Aku tak menyangka
aku selelah itu.” Ia menunjuk ke arah kompor. “Aku
bermaksud membuat teh, tapi belum berhasil menya-
lakan tungku ini.”
“Tidak sulit menggunakannya,” gumam Callum.
“Eh-eh.” Stella menggeleng. “Teko listrik lebih
mudah digunakan. Kompor sebesar ini butuh surat
izin menyalakan. Aku takjub kau punya benda secang-
gih ini di tengah sabana.”
“Kami membutuhkannya ketika seluruh anggota
keluarga berkumpul di rumah.” Callum melewati Stel-
la untuk menyalakan tombol yang tepat. “Ibuku meng-
anggap serius urusan memasak.”
Stella tersenyum masam sambil mengangkat
bahu. “Sayangnya, aku korban zaman microwave. Jika
benda itu tidak dilengkapi petunjuk kecil yang membe
ritahuku cara pemakaiannya, aku pasti kebingungan.”
Stella menyisirkan jemari rampingnya ke ram-
but hitamnya yang mengilat. Tangan wanita itu, seper
ti kakinya, memiliki bentuk yang indah, meski kuku-
nya tak berlapis kuteks. Gerakan jemari Stella di ram-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
butnya, membuat helaian sehalus sutra itu mengem-
bang dan tergerai kembali di tempat. Bagi Callum, ge-
rakan itu tampak sealami dan seanggun burung jabiru
yang merenggangkan dan melipat sayap berkilaunya.
“Kau ingin sarapan apa?” tanya Callum, kesal ka-
rena masih memikirkan rambut, tangan, kaki wanita
itu.
Stella meringis. “Entahlah. Kurasa aku minum
secangkir teh saja dulu.”
“Kau tidak lapar?” tantang Callum.
“Tidak terlalu. Tapi roti panggang boleh juga,”
jawab Stella sambil berpaling.
Callum menarik napas panjang. “Kau mual—se-
perti sebelumnya.”
“Bukan apa-apa.”
“Bukan apa-apa? Kau yakin itu bukan masalah,
Stella?”
Kepala Stella menoleh cepat dan mata kelabu-
nya tampak defensif selagi menatap Callum. “Tentu
saja aku yakin.”
Callum tahu wanita itu berbohong.
“Aku tak mungkin membiarkanmu melakukan
perjalanan jauh ke Sydney jika kondisimu tak sehat.
Dan jika kau tak sanggup makan lebih dari sekadar
roti panggang—”
Stella kembali berbalik cepat. Callum tak sepe-
nuhnya yakin, tapi sepertinya tubuh wanita itu tam-
pak gemetar.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Stella.”
Stella menggeleng seakan ingin Callum mening-
galkannya sendirian. Lalu dagunya terangkat, dan
Callum kembali melihat keteguhan wanita itu seperti
yang dirasakannya kemarin. Ataukah itu hanya sikap
keras kepala?
Ketika Callum menghampiri Stella, dia tetap
memunggunginya, namun Callum memegang mantap
pundak Stella dan memaksanya berbalik, terlalu
tegang untuk mengulur waktu, mencari cara terbaik
dalam mengutarakan pertanyaannya. “Stella, apa kau
hamil?”
“Tidak!” bentak Stella sambil berusaha melepas-
kan cengkeraman Callum di pundaknya. “Lagi pula, ini
—ini sama sekali bukan urusanmu.”
Callum mempererat cengkeramannya di bahu
Stella. “Jika kau mengandung bayi adikku, aku meng-
anggapnya urusanku juga.”
Mata Stella membeliak marah. “Kenapa? Me-
mang kau ingin melakukan apa?”
“Berarti itu benar?” Napas Callum serasa terce-
kik. “Kau hamil?”
Callum melepas cengkeramannya dan Stella
langsung mundur, seperti hewan yang melarikan diri
dari perangkapnya.
“Sudah kukatakan, ini tak ada hubungannya de-
nganmu. Aku tak mau kau ataupun keluargamu beru-
saha mengatur hidupku—hanya—hanya karena—”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Hanya karena kau mengandung anak Scott,”
Callum menyelesaikan kalimat Stella. Tiba-tiba, mata
Callum terasa menyengat dan tenggorokannya terse-
kat. Kakinya yang mengenakan sepatu bot berputar
arah, selagi ia bergegas meninggalkan Stella, menyebe
rangi ruangan, dan menendang kursi yang menghala-
ngi jalannya.
Brengsek! Semestinya ia tidak lepas kendali dan
mempermalukan diri sendiri di hadapan wanita itu,
namun membayangkan benih Scott tumbuh di rahim
Stella membuatnya sangat emosional.
Scotty Roper memang pergi selamanya, namun
dia telah meninggalkan bagian dirinya. Dan, ya Tuhan,
Callum tak mampu menyingkirkan pikiran Scott dan
Stella berhubungan—membuat bayi mungil itu—ber-
cinta.
Ketika berbalik lagi, Callum mendapati Stella
bendiri di belakangnya dengan kedua tangan terlipat
di dada, seolah ingin menyentuh Callum, namun tidak
berani, atau tidak menginginkannya.
“Apa kau benar-benar yakin itu bayi Scott?” ta-
nya Callum dingin.
Cara Stella memejamkan mata dan mengatup-
kan bibir memberitahu Callum bahwa dia membenci
pertanyaan itu dan membenci Callum karena menguta
rakannya. “Tentu saja ini anaknya,” ujar Stella, dingin
seperti nada suara Callum. “Dan jika kau hendak berdi
ri di sana dan menghakimi moralku, aku akan keluar
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
dari pintu itu dan berangkat menuju Cloncurry tanpa
berterima kasih padamu atas keramahtamahanmu
yang dipaksakan itu.”
“Oke. Oke.” Callum mengangkat tangan dengan
isyarat menghentikan pembicaraan lalu mengembus
kan napas panjang. Uap menguar dari ceret di kompor
dan Callum mengambil kesempatan itu untuk mengu-
bah arah pembicaraan. “Aku akan membuatkanmu se-
cangkir teh.”
***
Entah mengapa, Stella merasa lebih baik setelah
Callum tahu tentang bayi yang dikandungnya. Rasa-
nya seolah sebagian beban terangkat dari pundaknya.
Berbagi cerita dengan orang lain bahkan Callum,
setelah begitu lama menyimpannya sendiri langsung
membuat Stella lega. Tapi ia harus membuat Callum
berjanji hal ini tidak akan dia ceritakan kepada keluar
ganya—terutama ayahnya. Sang Senator!
Callum menyodorkan mug merah manyala, ke-
mudian Stella duduk di meja dapur. Sembari menarik
kursi yang tadi ditendangnya, Callum membalik sanda
rannya dan menduduki kursi. Stella berusaha tidak
memperhatikan jins pria itu, yang tampak sangat mas-
kulin di paha kokohnya. Callum menumpukan siku di
sandaran kepala kursi dan menggenggam mug dengan
kedua tangan.
Stella menyesap tehnya. Rasanya hangat dan ma
nis, persis seperti yang ia butuhkan. Perutnya juga me
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
rasakan hal yang sama. “Dengar,” ujarnya, “ini masa-
lahku, Callum. Kau sama sekali tak perlu khawatir.”
Callum memandanginya dengan saksama. “Apa
Scott tahu mengenai bayi ini?”
Stella menggeleng.
“Dan kau datang ke sini untuk memberitahu-
nya.”
Mata cokelat keemasan Callum terus mengamati
Stella setajam tatapan burung elang. “Apa yang kauha-
rapkan? Bahwa dia akan menikahimu?”
Stella hampir menjatuhkan mug-nya. “Tidak. Bu
kan pernikahan.” Apakah ia berkhayal melihat bahu
Callum sekilas merosot lega?
“Apa kau butuh bantuan? Uang mungkin?”
“Tidak!” Stella memandang Callum dengan terke
jut. “Dan aku juga tak berniat menggugurkannya. Apa
itu yang ada dalam pikiranmu?”
Callum mengangkat bahu. “Aku hanya berusaha
memahami.”
Stella ingin memercayai Callum. Sebenarnya itu
gagasan yang cukup menenangkan—memiliki sese-
orang yang bersedia memahami.
Mungkin Callum sebenarnya lebih peka daripa-
da yang ditampilkannya selama ini. Mungkin ia dapat
memercayai Callum. Dagu Stella terangkat. “Aku tahu
aku bukan calon ibu yang baik, tapi setidaknya aku
bisa memberi bayi ini kehidupan.”
Callum menghabiskan tehnya, menurunkan kaki
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
belakang kursinya pelan-pelan, dan meletakkan mug
yang kosong di meja. Ketika kembali menegakkan tu-
buh, wajahnya mendongak perlahan. “Apa yang mem-
buatmu berpikir bahwa kau bukan calon ibu yang
baik?”
Stella merasa pipinya memanas. Ia tak mungkin
memberitahu Callum mengenai hal itu. Tidak mung-
kin! Kejujuran pun ada batasnya. Itu berarti mengaku
tentang Marlene, ibu kandungnya, sumber dari segala
frustrasi dalam hidup Stella. Itu sama saja membuka
aib tentang kegagalan Marlene saat berkali-kali beru-
saha menjadi ibu yang baik.
Upaya yang membentuk pola berulang di sepan-
jang masa kecil Stella, dan membuatnya ngeri memba-
yangkan prospek menjadi ibu.
Polanya selalu sama. Marlene akan memohon ke
pada petugas dinas sosial bahwa dia bisa merawat
Stella dengan baik, tidak akan minum-minum, dan
akan tetap sadar. Marlene akan menjanjikan banyak
hal.
Dan karena peraturan pemerintah mengharus-
kan ibu dan anak tetap bersatu selagi memungkinkan,
petugas-petugas tersebut terpaksa mengabulkan per-
mohonan Marlene. Selama beberapa bulan, hidup ber-
langsung indah. Stella kembali ke flat baru ibunya,
makan daging dengan tiga jenis sayur, dan pergi
menonton film. Mereka akan memainkan musik dan
berdansa di ruang keluarga.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Marlene akan mencuci rambutnya yang hitam
panjang, sehingga beraroma sampo dan bedak tabur.
Dia lalu akan memangku Stella dan berdongeng ten-
tang pahlawan. Entah mengapa ibu Stella itu menyu-
kai dongeng tentang pria yang tegar dan pemberani.
Malamnya, Marlene akan menidurkan Stella dan
menyampaikan rasa sayangnya. Dan Stella akan mem-
balas perasaan itu dengan kekuatan penuh, begitu ku-
atnya hingga hatinya seolah membengkak oleh kasih
sayang. Marlene ibunya, ibu terbaik di seluruh dunia.
Namun selalu ada hari kelabu, saat Stella pulang
sekolah dan mendapati Marlene dalam kondisi tak ke-
ruan serta bau alkohol. Setelah itu, hari-hari berikut-
nya akan memburuk... rumah berubah menjadi kan-
dang babi... pria lain akan datang... Stella ditinggal kela
paran. Terkadang pria itu kasar, dan Stella terpaksa
bersembunyi di luar rumah, menangis dan kelaparan,
berusaha tidur di garasi.
Akhirnya, seseorang, biasanya guru, akan mela-
porkan keadaan Stella kepada pihak berwenang. Mere
ka akan membawanya pergi lagi, sehingga membuat
Marlene terluka. Sambil tersedu, dia akan menyampai
kan keinginannya menjadi ibu yang baik...
Stella juga berharap Marlene menjadi ibu yang
baik. Begitu mendambakan saat-saat itu terwujud. Ia
selalu benci setiap kali Marlene gagal lagi...
Itu bukan cerita yang dapat ia beberkan begitu
saja, jelas bukan kepada pria serius dan sungguh-sung
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
guh seperti anak Senator Ian Roper ini.
“Maksudmu kau tak mau menjadi ibu?”
Aku takut. Takut diriku tak mengetahui seperti
apa peran menjadi ibu.
“Aku—aku berjuang sangat keras demi karier-
ku.”
Stella melihat ekspresi dingin dan kejengkelan
sekilas Callum. Orang lain mustahil mampu memaha-
mi situasi ini. Stella memandang gelisah jam di din-
ding. “Bukankah kau harus pergi kerja atau semacam-
nya?”
Callum perlahan bangkit, dan Stella berharap
pria itu tak jadi melakukannya. Ketika Callum menun-
duk ke arah Stella dengan tubuh tingginya, Stella mera
sa sangat kecil.
“Aku menunggu telepon seseorang dari Kajabbi”
ujar Callum. “Kalau dia ada waktu, kami akan menggi-
ring ternak dari padang rumput ke truk gandeng di
jalan raya, tapi mungkin itu baru bisa dikerjakan be-
sok atau lusa.”
Callum berjalan ke bak cuci dan menaruh mug
mereka. “Mau roti panggang?” tanyanya dengan seber
kas senyuman.
Stella hampir melupakan sarapannya. “Terima
kasih.”
Usai memasukkan dua lembar roti ke pemang-
gang, Callum berbalik menghadap Stella. “Kau tak bo-
leh berangkat pagi ini. Kau bahkan belum istirahat
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
setelah melakukan perjalanan jauh ke sini. Setidak-
nya, menginaplah barang semalam.”
Callum tak bermaksud bersikap ramah atau ha-
ngat. Hanya praktis. Dan perjalanan kemarin memang
benar-benar melelahkan. Stella benci membayangkan
harus segera kembali pulang.
“Alasan yang masuk akal, kurasa. Terima kasih.”
Callum membawakan roti panggang Stella dan
mengolesi rotinya sendiri dengan banyak mentega.
Mentega itu meleleh, hangat dan keemasan di roti
panggangnya, dan Stella tak dapat menahan diri untuk
tidak tergiur. Mual-mual pagi harinya sudah lenyap
dan ia kembali lapar.
“Kau yakin tak mau selai mangga? Saudara pe-
rempuanku Ellie yang membuatnya.” Callum mengole-
si selai berwarna cerah itu ke roti, lalu menggigitnya.
“Memang kelihatan enak,” aku Stella dan mence
lupkan pisaunya ke botol.
Sejenak, mereka terus mengunyah tanpa berbi-
cara. Kemudian, Callum tiba-tiba berujar, “Lebih baik
beritahu aku tentang karier dan rencana besarmu itu.”
Stella sontak memandang Callum dengan cemas
lalu buru-buru mengalihkan pandangan ke tangannya
yang mencengkeram pangkuan.
“Kau takkan pernah tahu,” ujar Callum hati-hati.
“Aku mungkin dapat membantu.”
“Bagaimana caranya?”
“Entahlah. Tapi jika kau bercerita—”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Stella menggeleng. “Tak ada gunanya. Tak seo-
rang pun mampu membantu.”
Tapi Callum tidak gampang menyerah. “Apa pe-
kerjaanmu? Pada pertemuan singkat kita dulu, seperti
nya kita tidak membincangkan hal-hal membosankan
seperti pekerjaan.”
Mereka bersitatap sekilas, lalu keduanya berpa-
ling. Stella berusaha mengabaikan kenangan menda-
dak tubuh kekar dan kokoh Callum memeluknya, bibir
pria itu yang panas dan keras menciumnya. “A—aku
bekerja dengan cuaca.”
“Presenter prakiraan cuaca? Seperti yang mun-
cul di TV?”
“Semacam itu. Aku tak benar-benar muncul di
TV tapi aku membantu menyediakan informasi cuaca”
Callum mengernyit. “Apakah kau ahli meteorolo
gi?”
“Ya.”
“Dan kau tak bisa melakukan itu bila memiliki
bayi?”
“Tidak—” Stella menarik napas panjang. Sudah-
lah! Beberkan saja semuanya... “—aku tidak dapat me-
lakukannya di lokasi seperti Kepulauan Orkney atau
Rusia.”
Callum tak berusaha menyembunyikan kekaget-
annya. “Rusia? Pekerjaan seperti apa yang kaumak-
sud?”
Stella kemudian bercerita tentang jadwal pro-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
yek dokumenter yang akan dimulai enam minggu sete
lah kelahiran bayinya. “Kantorku akan berbasis di Lon
don, tapi aku harus bepergian, kebanyakan untuk
mempelajari daerah pesisir. Itu pekerjaan impianku
sejak lama, dan tawaran seperti itu sangat dihargai di
bidangku.”
Bibir Callum berkerut ketika bersiul. “Pastinya.”
“Tentu saja, bayi yang baru lahir tidak cocok
dengan rencana itu.”
Callum mengernyitkan dahi lagi. “Bisa kulihat,
bayi ini telah merusak semua rencanamu.” Ia tak me-
lanjutkan ucapannya selama semenit, dan hanya du-
duk diam di kursi, seolah dipahat dari batu. Akhirnya
ia berkata, “Jadi kau tak ingin Scott menikahimu dan
kau juga tidak menginginkan uangnya. Lalu apa yang
kauinginkan darinya?”
“Sudah tak penting lagi. Toh semuanya tak
mungkin terjadi.”
“Katakan saja.”
Dengan gugup, Stella menyisirkan jemari ke
rambutnya. Lalu ia mendesah keras. “Aku tak tahu
bagaimana mengatakan ini tanpa terdengar gila, tapi
tadinya aku berharap Scott mau mengasuh bayi kami
untuk sementara waktu—sehingga aku bisa tetap ke
London.”
Menceritakan semuanya ke Callum bukanlah ide
bagus. Pria itu tampak pucat dan tidak senang. Ia
duduk memandang meja selama beberapa menit yang
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
terasa sangat lama. Akhirnya, ia berujar dengan sa-
ngat pelan. “Kau benar-benar terjepit, ya?” Kemudian
ia mengusap wajah dengan tangan besarnya, seolah
menutupi reaksinya sendiri.
Callum mendadak berdiri dan bergumam bah-
wa ia sebaiknya melanjutkan pekerjaan. “Silakan baca
buku atau majalah mana pun yang kau mau, istirahat-
lah, menonton TV. Makan apa pun yang kau mau dari
kulkas atau pantri.” Di ambang pintu, Callum berbalik.
“Aku akan meninggalkan Mac untuk menemanimu.”
Lalu ia bergegas menuruni beranda, seakan tak
sabar ingin segera pergi.
***
Tapal Blackjack bergemuruh di bawah Callum,
menjejak tanah yang keras dan menggempur dataran
merah Birralee. Callum berusaha memacu kudanya
agar berderap lebih cepat dan kuat, namun tak ada
yang mampu meredakan amarah dan kekalutan hati-
nya.
Akhirnya, dengan tubuh bergetar ia memutus-
kan untuk berhenti tepat di puncak bukit dengan pe-
mandangan indah ngarai berdinding tanah merah. Ini
tempat yang selalu didatanginya setiap kali perlu ber-
pikir.
Hari ini otak Callum serasa mendidih. Mengapa
harus Stella Lassiter yang menghampirinya dengan
masalah seperti ini? Entah mana yang membuatnya
lebih kesal: kenyataan bahwa wanita yang telah mem-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
bangkitkan perasaan apatisnya menjadi gairah dalam
sekejap itu kini mengandung anak Scott dan mungkin
membawanya jauh ke ujung dunia, atau kenyataan
bahwa hubungannya dengan Scott sudah sangat intim.
Sambil merosot di sadelnya, Callum duduk mere
nung dengan perasaan tak keruan, pikirannya mela-
yang, dipenuhi kenangan malam ketika bertemu Stella
pertama kali...
Saat itu ia pergi ke Sydney bersama Scott untuk
melihat ternak pemenang Royal Easter Show dan, sete
lahnya, Scott mengajaknya pergi ke suatu pesta. Cal-
lum langsung melihat Stella begitu masuk ruangan.
Wanita itu berdiri sendirian di sudut yang jauh
dari keramaian, memperhatikan kerumunan yang ber
pesta dengan dagu terangkat angkuh dan ekspresi
jemu di wajah. Callum tak dapat menahan diri untuk
terus memperhatikan.
Stella terlihat anggun dan memesona. Rambut-
nya hitam berkilau bak mahoni, dan gaun sutra merah
anggur tanpa lengan yang dikenakannya tampak kon-
tras di kulit putihnya.
Tatapan mereka lalu beradu. Stella memandang
Callum dari kejauhan dan tersenyum.
Kejadian selanjutnya berlangsung seperti di film
Callum berjalan mendekat menembus keramaian. Stel
la terus memandanginya. Ketika mereka berhadapan,
entah mengapa, Callum tersengal, sedikit canggung,
dan mendadak pemalu, karena telah terpikat pesona
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Stella.
Tapi Callum lalu memandang mata kelabu dan
bening Stella, dan seketika merasakan ikatan yang
begitu mendalam, sehingga, andai hidup hingga dua ra
tus tahun lagi pun, momen tersebut takkan pernah ia
lupakan.
Tawa Scott terdengar di telinga Callum. “Oh, kau
sudah bertemu Stella. Bagus.” Scott meraih tangan
Stella dan meletakkannya di tangan Callum. “Stella,
perkenalkan ini kakakku, Callum. Bersikaplah manis
dengannya. Dia memang tampak kasar di permukaan,
tapi sebenarnya tidak seseram yang terlihat.”
Scott kemudian menepuk bahu Callum sebelum
lenyap di tengah keramaian untuk mencari minuman.
Callum mengajak Stella berdansa, dan semula
wanita itu tampak ragu. Matanya mengikuti Scott, me-
ngawasi pria itu mencapai bar dan berbincang dengan
sepasang gadis cantik. Kini, Callum sadar semestinya
ia dapat menangkap petunjuk dari sorot cemas Stella
saat menatap Scott, tapi Ia menggebu-gebu ingin me-
rebut perhatian Stella hingga mengabaikan hal lain
yang mungkin menghambat jalannya.
Ketika Stella menerima tawaran dansanya de-
ngan hangat, Callum selega remaja yang gugup.
Tuan rumah pesta telah menyewa band untuk
menghangatkan suasana, dan musik yang dimainkan
sangat bagus. Callum menikmati gerakan tubuh ketika
berdansa. Stella pasangan dansa yang responsif dan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pesonanya kian mengikat Callum bak sihir.
Mereka saling memandang dan tersenyum se-
mentara tubuh ramping Stella menyentuh tubuhnya.
Callum memperhatikan mata Stella yang semakin ha-
ngat dan waspada ketika berkali-kali tubuh mereka
bertemu, saling menggoda kemudian menjauh.
Ketika musik bermain lebih pelan, Callum tak
sabar ingin menarik Stella lebih dekat, namun saat itu
terjadi goyangan pelan dan sensual pinggul Stella, dan
tekanan lembut payudara wanita itu membuat Callum
lepas kendali. Ia belum pernah sepeka ini, begitu di
ambang batas, begitu cemburu terhadap lapisan sutra
tipis itu.
Berdansa dengan Stella, memandang lekat mata
nya, merengkuhnya dalam pelukan, menghirup aroma
nya... tidaklah cukup.
Rona merah di pipi Stella, bayangan gelap dan
liar matanya, napasnya yang memburu memberitahu
Callum bahwa wanita itu juga merasakan gejolak yang
sama.
Callum membungkuk dan berbisik di telinga
Stella. “Ayo kita keluar dari sini.”
Stella mengangguk cepat dan mereka meluncur
dari ruang pesta yang gemerlap menuju kebun.
Cahaya bulan menyinari rambut Stella dan mem
buat kulit pucatnya tampak keperakan saat Callum
akhirnya mencium wanita itu. Bibir Stella semanis ma
du, pasrah dan bergairah selagi Callum menciumnya
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
dalam-dalam, mengambil semuanya tanpa permisi
lagi, cukup dengan janji yang tampak di senyuman
Stella.
Ketika itu, Stella seolah wanita pertama dan sa-
tu-satunya yang pernah Callum cium, bibirnya seakan
tercipta untuk bibir Callum semata, payudara Stella
untuk sentuhan Callum seorang, sisi lembutnya untuk
sosok maskulin Callum.
Hanya Tuhan yang tahu apa yang bakal terjadi
andai tawa tamu lain tidak terdengar begitu dekat.
Sembari berpelukan erat, mereka berdiri hening mes-
kipun napas tersengal, sementara pasangan kekasih
lain tertawa dan melintas dengan suara botol berden-
ting.
Ketika berduaan lagi, Callum kembali menarik
tubuh Stella, tapi, sebelum wanita itu membeku dan
menjauh, ia tahu keajaiban itu sudah lenyap. Bagi Stel-
la, percikan itu sudah pudar.
“Seharusnya aku tak di sini,” erang Stella. “Kita
harus masuk lagi.”
“Jangan pergi,” perintah Callum, suaranya berat
dan kasar oleh gairah yang masih mendesir nadinya.
“Aku bukan anjing gembala, Callum,” gumam
Stella sebelum akhirnya berbalik dan berjalan cepat
mendului Callum, kembali ke rumah.
Begitu di dalam ruangan, Stella langsung minta
diambilkan minuman. Ketika Callum kembali dengan
anggur, Stella dengan cepat meminum setengahnya, la
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
lu menaruh gelas tersebut di meja terdekat.
Dengan gugup tangan Stella meluncur ke paha.
“Dengar, apa yang terjadi di luar sana—maaf jika ke-
sannya aku mengarahkanmu ke sesuatu, tapi—eh—”
Ia menekan jemarinya yang gemetar ke dada sambil
menggeleng-geleng. “Seharusnya aku tak membiarkan
mu menciumku.” Wajahnya tampak tertekan.
Callum harus berdeham dulu sebelum angkat
bicara. “Aku takkan meminta maaf untuk sesuatu yang
kuyakini sama-sama kita inginkan.”
“Aku tidak menyalahkanmu. Aku tahu aku mem-
berimu sinyal-sinyal itu. Hanya—hanya saja seharus-
nya aku tak melakukan—”
Kepala Callum masih berkabut, dan dengan
kasar ia menarik tangan Stella. Terlalu kasar bahkan.
Sambil mendekat ia bergumam. “Kau membodohi diri
sendiri, Stella. Kau juga bergairah.”
“Tidak. Kau tidak mengerti.” Stella menarik ta-
ngannya dan terlihat benar-benar ketakutan “Maafkan
aku, Callum, tapi semestinya aku tak keluar dengan-
mu. Aku merasa sangat bersalah.” Ia menghela napas
panjang dan mata kelabunya tampak gelap dan bi-
ngung. “Kau tahu, aku—aku sudah punya kekasih,”
Tepat saat itu, Scott memanggil mereka dari se-
berang ruangan. Dia tersenyum cerah dan melambai.
Gadis pirang di sebelahnya cekikikan.
Senyum kecil dan sedih Stella saat balas melam-
bai menyentak Callum bak sambaran petir. “Scott?”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
serunya tak percaya. “Apa maksudmu adikku kekasih-
mu?”
Dagu Stella terangkat angkuh dan ia meman-
dang Callum saksama. Selama beberapa detik yang
panjang dan menyakitkan, Stella terlihat bingung dan
putus asa, tapi kemudian ia menjawab tegas. “Ya, Scott
kekasihku.”
Callum ingin memberitahu Stella bahwa dia
telah membuat kesalahan besar. Ada ribuan alasan
wanita itu tak boleh menjadi kekasih Scott. Apa dia
tidak dapat melihat apa yang ada di balik pesona
kekanakan pria itu? Apa dia tidak tahu reputasi Scott
di kalangan wanita? Dan apa Stella tidak tahu bahwa
dia sudah ditakdirkan bersama Callum?
“Aku sangat menyukai Scott,” ujar Stella.
***
Aku sangat menyukai Scott. Kata-kata itu me-
nyentak Callum dengan kasar, seperti jeratan laso
gembala.
Pada akhirnya, total keseluruhan hubungan
Callum dengan Stella Lassiter hanyalah beberapa jam
mengecewakan dan serangkai tindakan tergesa-gesa.
Singkatnya, pertemuan itu mengejek perasaan meng-
gebu-gebu yang masih Callum rasakan hingga kini.
Callum sadar seharusnya ia berterima kasih pa-
da Stella karena bersikap jujur. Wanita itu mengingin-
kan Scott. Harga diri mencegah Callum berusaha me-
ngubah pendirian wanita itu, mencegahnya menyam-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
paikan betapa dalam dan tulus ia akan mencintai
Stella.
Callum meninggalkan Sydney dan tak pernah
kembali lagi.
Sambil menegakkan bahu, Callum mengamati
elang hitam yang terbang, berputar, dan meluncur
jauh di langit. Sudah cukup mengungkit kenangan tak
berguna itu. Yang harus dipikirkannya sekarang, ala-
san yang membuatnya datang ke sini untuk berpikir
mendalam, adalah calon bayi tak berayah itu. Anak
Scott.
Ia menekan tumit ke perut kudanya dan mereka
kembali berpacu kencang. Demi Scott, ia harus memas
tikan anak itu tidak akan menderita karena terlahir
tanpa ayah. Oh ya. Callum mengerjap karena matanya
tiba-tiba terasa menyengat. Ia berutang banyak kepa-
da Scott.
Di ujung terjauh padang rumput, terdapat ko-
lam dangkal dan ia menggiring Blackjack ke sana un-
tuk minum. Sewaktu turun dari kuda, Callum mengait-
kan tali kekang ke tiang kayu. Dan sementara kudanya
minum Callum menenggak botol minumnya dan meng
guyur sedikit air sejuk itu ke wajah dan lehernya yang
panas dan berdebu. Lalu dengan kasar ia mengusap
matanya.
Ayahnya selalu berkelakar bahwa saluran air
mata anak lelaki yang lahir di outback sudah disingkir
kan sejak lahir. Oleh karena itu, mereka tidak pernah
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
berkubang dalam kesedihan.
Tapi persetan! Bagaimana mungkin ia sanggup
menahan luapan emosi saat mengingat perannya da-
lam kecelakaan Scott? Bagaimana mungkin ia mampu
menahan rasa bersalahnya? Seandainya ia dapat men-
cegah Scott terbang hari itu. Semua karena gigitan
laba-laba sialan itu. Satu sengatan arachnida kecil me-
nimbulkan begitu banyak kesedihan.
Pada pagi kecelakaan itu, Callum tengah mem-
bongkar barang bawaan ketika mendapati goresan me
nyakitkan di pergelangan tangannya dan laba-laba ber
punggung merah yang bersembunyi di kantong tidur.
Meski berusaha mengabaikan sengatan tersebut, kepa
lanya agak pening dan tubuhnya terpengaruh racun
laba-laba itu.
“Kau tidak boleh terbang hari ini,” ujar Scott ke-
tika melihat keadaan Callum. “Sebaiknya kau tetap di
darat dan menunggang kuda.”
“Aku akan baik-baik saja,” protes Callum. Ia
pilot yang lebih andal dibanding Scott.
“Tidak, Kawan. Kali ini jangan mencoba mem-
bantah. Jangan sampai kau pusing dan menjatuhkan
helikopter. Jaraknya jauh dari tanah jika kau terjatuh.”
Seandainya ia lebih keras membantah! Seharus-
nya ia membatalkan rencana menggembala hari itu.
Mereka berdua tahu Scott kurang berpengalaman da-
lam penerbangan berisiko yang harus dilakukan saat
menggembala sapi. Tapi adik kecil Callum itu selalu
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
menyukai tantangan, dan sejak lahir dia selalu mene-
mukan cara untuk mendapatkan keinginannya. Dan
hari itu, dia ingin terbang. Callum kini menanggung
beban rasa bersalah yang tak terhingga.
Kedua orangtuanya tak pernah secara terbuka
mempertanyakan alasan Callum membiarkan Scott
menerbangkan helikopter itu, tapi ia melihat pertanya
an tersebut di mata mereka. Mereka tahu ia bisa saja
mencegah kematian Scott, dan kesadaran tersebut
menggerogoti Callum siang dan malam. Ia belajar
bahwa satu-satunya pihak yang seseorang tak dapat
maafkan adalah dirinya sendiri.
Sambil mendesah sedih, Callum menunggang
Blackjack lagi. Ia membuat keputusan yang salah hari
itu. Hari ini waktunya membuat keputusan lain, dan ia
tahu keputusan apa yang harus diambil. Jika tidak ada
perbuatan mulia lain yang bisa diwujudkannya dalam
hidup, ia harus melakukan ini. Ia harus melindungi
anak Scott.
Dan jika Stella Lassiter tidak menyetujui renca-
nanya, Callum harus mencari cara ntuk meyakinkan
wanita itu.

Anda mungkin juga menyukai