RETINOPATI HIPERTENSI
Disusun Oleh :
Arum Pelangi
20174011164
Diajukan Kepada :
dr. Yunani Setyandriana, Sp.M
0
RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING 2018
TUTORIAL KLINIK
A. IDENTITAS
Nama : Tn. M
Umur : 66 tahun
1
mengakui memiliki riwayat Konjungtiva hiperemi (-) Hiperemi (-)
hipertensi,dengan pengecekan terakhir
Injeksi Injeksi
saat datang adalah 162/93 mmHg konjungtiva (-) konjungtiva (-)
tetapi pasien mengatakan tidak rutin
mengkonsumi obat dan tidak rutin Secret (-) Secret (-)
kontrol . Pasien mengkonsumsi obat
Kornea Jernih (+) Jernih (+)
Captopril jika badan terasa tidak enak
saja . Infiltrate (-) Infiltrate (-)
2
Nadi : 87x/menit retina(+)
Kepala
Mata : terlampir
Hidung : dbn
Telinga : dbn
Mulut : dbn
Terapi :
ʃ 2 dd 1
3
PEMBAHASAN
DEFINISI
Retinopati hipertensi adalah kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah retina
akibat tekanan darah tinggi. Kelainan retina akibat hipertensi dapat berupa
penyempitan pembuluh darah umum maupun setempat, sklerosing pembuluh darah,
arteri dengan besar yang tidak teratur, pecahnya pembuluh darah, eksudat pada retina,
edema pada retina, dan perdarahan retina.
PATOFISIOLOGI
Pada keadaan hipertensi, pembuluh darah retina akan mengalami beberapa seri
perubahan patofisiologi sebagai respon terhadap peningkatan tekanan darah. terdapat
teori bahwa terjadinya spasme arteriol dan kerusakan endotelial pada tahap akut
sementara pada tahap kronis terjadi hialinasasi pembuluh darah yang menyebabkan
berkurangnya elastisitas pembuluh darah.
Setelah itu akan terjadi tahap pembentukan eksudat, yang akan menimbulkan
kerusakan pada sawar darah-retina, nekrosis otot polos dan sel-sel endotel, eksudasi
darah dan lipid, dam iskemik retina. Perubahan-perubahan ini bermanifestasi pada
retina sebagai gambaran mikroaneurisma, hemoragik, hard eksudat dan infark pada
lapisan serat saraf yang dikenal sebagai cotton wool patches. Edema diskus optikus
dapat terlihat pada tahap ini, dan biasanya merupakan indikasi telah terjadinya
peningkatan tekanan darah yang sangat berat.
4
KLASIFIKASI
Terdapat bermacam-macam klasifikasi retinopati hipertensi, diantaranya adalah:
Tabel 1 . Klasifikasi Keith-Wagener-Barker
Stadium Karakteristik
Stadium I Penyempitan ringan, sklerosis dan hipertensi ringan,
asimptomatis.
Stadium Karakteristik
Stadium I Penciutan setempat pada pembuluh darah kecil
Stadium II Penciutan pembuluh darah arteri menyeluruh, dengan kadang-kadang penciutan
setempat sampai seperti benang, pembuluh darah arteri tegang, embentuk cabang
keras
Stadium III Lanjutan stadium II, dengan eksudasi cotton, dengan perdarahan yang terjadi akibat
diastol di atas 120 mmHg, kadang-kadang terdapat keluhan berkurangnya
penglihatan
Stadium IV Seperti stadium III dengan edema papil dengan eksudat star figure, disertai keluhan
penglihatan menurun dengan tekanan diastol kira-kira 150 mmHg
Stadium Karakteristik
Stadium 0 Tidak ada perubahan
Stadium I Penyempitan arteriolar yang hampir tidak terdeteksi
Stadium II Penyempitan yang jelas dengan kelainan fokal
Stadium III Stadium II + perdarahan retina dan/atau eksudat
Stadium IV Stadium III + papiledema
5
Tabel 4. Klasifikasi Retinopati Hipertensi tergantung dari berat ringannya tanda – tanda
yang terlihat pada retina.
MANIFESTASI KLINIS
Retinopati hipertensi merupakan penyakit yang berjalan secara kronis sehingga
gejala penyakit awal sering tidak dirasakan. Penderita retinopati hipertensi biasanya
akan mengeluhkan sakit kepala dan nyeri pada mata.6 Penurunan penglihatan atau
penglihatan kabur hanya terjadi pada stadium III atau stadium IV oleh karena
perubahan vaskularisasi akibat hipertensi seperti perdarahan, cotton wool spot, telah
mengenai makula
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis retinopati hipertensi ditegakkan berdasarkan pada anamnesis
(riwayat hipertensi), pemeriksaan fisik (tekanan darah), pemeriksaan oftalmologi
(funduskopi), dan pemeriksaan penunjang dengan angiografi fluorosens. Pada
anamnesis penglihatan yang menurun merupakan keluhan utama yang sering
diungkapkan oleh pasien. Pasien mengeluhkan buram dan seperti berbayang apabila
melihat sesuatu. Penglihatan biasanya turun secara perlahan sehingga tidak disadari.
Pemeriksaan tekanan darah didapatkan tekanan diastol > 90 mmHg dan tekanan sistol
> 140 mmHg , sudah mulai terjadi perubahan pada pembuluh darah retina.2
Pemeriksaan tajam penglihatan dan funduskopi adalah pemeriksaan
oftalmologi paling mendasar untuk menegakkan diagnosis retinopti hipertensi.
Melalui pemeriksaan funduskopi, dapat ditemukan berbagai kelainan retina pada
pasien retinopati hipertensi. Hasil pemeriksaan dengan oftlamoskop, sebagai
berikut :
6
Gambar 1. Funduskopi pada penderita hipertensi
Ket : A. Nicking AV (panah putih) dan penyempitan arteriol lokal (panah hitam) .
B. Terlihat AV nicking (panah hitam) dan gambaran copper wiring pada arteriol
(panah putih).
7
Gambar 3. Moderate Hypertensive Retinopathy
Ket : A. AV nicking (panah putih) dan cotton wool spot (panah hitam).
B. Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran cotton wool spot (panah putih)
Ket : Multipel cotton wool spot (panah putih) , perdarahan retina (panah hitam).
8
Gambar 5. Hard exudate
Gambar 6. Gambaran Cotton wool spot , macula star figure disertai papil edema
Ket : Panah biru : Cotton wool spot ; Panah putih : perdarahan (blot shape) ; Panah
hijau : eksudasi retina dan macular star (star figure) ; panah hitam : papil edema
9
Gambar 7. Funduskopi sesuai stadium retinopati hipertensi
PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan retinopati hipertensi adalah untuk mengobati faktor
primer yaitu merendahkan tekanan darah dibawah 140/90mmHg. pengobatan
diperlukan segera untuk menyelamatkan penglihatan dan menghindari komplikasi
lain, termasuk stroke, gagal jantung, gagal ginjal dan serangan jantung.
10
KOMPLIKASI
Pada tahap yang masih ringan, hipertensi akan meningkatkan refleks cahaya arteriol
sehingga timbul gambaran silver wire atau copper wire. Namun dalam kondisi yang
lebih berat, dapat timbul komplikasi seperti oklusi cabang vena retina (BRVO) atau
oklusi arteri retina sentralis (CRAO).
Walaupun BRVO akut tidak terlihat pada gambar funduskopi, dalam hitungan
jam atau hari ia dapat menimbulkan edema yang bersifat opak pada retina akibat
infark pada pembuluh darah retina. Seiring dengan waktu, vena yang tersmbat akan
mengalami rekanalisasi sehingga kembali terjadi reperfusi dan berkurangnya edema.
Namun tetap terjadi kerusakan yang permanen terhadap pembuluh darah. oklusi yang
terjadi merupakan akibat emboli. 3 varietas emboli yang diketahui adalah:
Ciri dari CRAO adalah kehilangan penglihatan yang berat dan terjadi secara
tiba-tiba. Retina menjadi edem dan lebih opak, terutama pada kutub posterior dimana
serat saraf dan lapisan sel ganglion paling tebal. Refleks oranye dari vaskulator koroid
yang masih intake dibawah foveola menjadi lebih kontras dari sekitarnya hingga
memberikan gambaran cherry red spot. CRAO sering disebabkan oleh trombosis
akibat arteriosklerosis pada lamina kribrosa.
Sindroma iskemik okuler bisa juga menjadi komplikasi dari retinopati hipertensi.
Sindroma iskemik okuler adalah suatu keadaan kronis dari obstruksi arteri karotis
yang berat.
PROGNOSIS
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Wong TY, Mitchell P, editors. Current concept hypertensive retinopathy. The New
England Journal of Medicine 2012 351:2310-7 [Online]. 2012 Nov 25 [cited 2016
May 21]: [8 screens]. Available from:
URL:http://www.nejm.org/cgi/reprint/351/22/2310.pdf
2. Basic and Clinical Science Course. Retina and Vitreus Section 12. The Foundation
of The American Academy of Ophtalmology ; 2017
3. Hughes BM, Moinfar N, Pakainis VA, Law SK, Charles S, Brown LL et al, editors.
Hypertension. [Online]. 2007 Jan 4 [cited 2015 Oct 26]: [7 screens]. Available
from: URL:http://www.emedicine.com/oph/topic488.htm
5. Ilyas Sidarta, SpM. Ilmu Penyakit Mata. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta ; 2015
12