Anda di halaman 1dari 29

PRESENTASI KASUS

PASCA SINDROMA PUTUS ZAT , ALKOHOLISME DAN


DEPRESI SEDANG PADA LAKI-LAKI USIA MUDA DENGAN
KELUARGA DISFUNGSIONAL YANG TIDAK BER-PHBS

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Program Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Puskesmas Ngampilan

Disusun oleh :
Arum Pelangi
20174011005

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

PASCA SINDROMA PUTUS ZAT , ALKOHOLISME DAN DEPRESI SEDANG


PADA LAKI-LAKI USIA MUDA DENGAN KELUARGA DISFUNGSIONAL
YANG TIDAK BER-PHBS

PRESENTASI KASUS

PUSKESMAS NGAMPILAN

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Arum Pelangi
20174011014

Telah dipresentasikan pada tanggal 6 Maret 2019

Dokter Pembimbing Fakultas Dokter Pembimbing Puskesmas Ngampilan

Dr. Dr. Titiek Hidayati, M.Kes, Sp.DLP dr. R.A. Siti Kusdinariyalun H.

Kepala Puskesmas Ngampilan

dr. Dina Kartika Sari

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahhirobbil’alamin, penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah

SWT atas berkat, kasih, karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi

kasus berjudul “Pasca Sindroma Putus Zat, Alkoholisme dan Depresi Sedang Pada

Laki-laki Usia Muda Dengan Keluarga Disfungsional Yang Tidak Ber-PHBS”

sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas stase Ilmu Kedokteran Masyarakat pada

program profesi kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulisan presentasi kasus ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan

berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak ucapan terima

kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada

akhirnya penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini dengan baik.

2. dr. Titiek Hidayati, M.Kes selaku dokter pembimbing bagian Ilmu Kedokteran

Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY yang telah

memberikan banyak masukan dan pertimbangan guna menyempurnakan

penulisan presentasi ini.

3. dr. Dina Kartika Sari selaku Kepala Puskesmas Ngampilan.

4. dr. Dinar, dr. Dina dan dr. Anita selaku dokter pembimbing Puskesmas

Ngampilan yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan yang

sangat membantu dalam penyelesaian presentasi kasus ini.

5. Pasien R yang telah bersedia menjadi pasien dan meluangkan waktunya untuk

di home visite

ii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan pada

penulisan presentasi kasus ini, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan dari

berbagai pihak. Semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kepada semua pihak yang telah

membantu penulis. Akhir kata, semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis, pembaca dan menjadi sumbangan yang berguna bagi perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya ilmu kedokteran. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Maret 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I LAPORAN KASUS ................................................................................... 1

A. IDENTITAS PASIEN ..................................................................................... 1

B. ANAMNESIS.................................................................................................. 1

C. ANAMNESIS PENGALAMAN SAKIT (ILLNESS) ..................................... 3

D. PEMERIKSAAN FISIK ................................................................................. 4

E. DATA ANGGOTA KELUARGA INTI (KELUARGA ASAL) .................... 7

F. DATA ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH .............. 7

G. PERANGKAT PENILAIAN KELUARGA (FAMILY ASSESSMENT


TOOLS) ................................................................................................................ 7

H. RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR................................................. 10

I. INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) .......... 11

J. DIAGNOSIS HOLISTIK .............................................................................. 12

K. PENGELOLAAN KOMPREHENSIF .......................................................... 12

BAB II ANALISIS KASUS ................................................................................. 13

A. Analisis Kasus ............................................................................................... 13

B. Identifikasi masalah dan penyelesaian .......................................................... 14

C. Penerapan Prinsip Kedokteran Keluarga....................................................... 14

CASE REPORT ................................................................................................... 16

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 17

1. DEFINISI DEPRESI ..................................................................................... 17

iv
2. PATOFISIOLOGI DEPRESI .................................................................... 17

3. KLASIFIKASI DEPRESI .......................................................................... 18

4. DIAGNOSIS ................................................................................................ 18

5. DIAGNOSIS BANDING ............................................................................ 20

6. TATALAKSANA ........................................................................................ 21

DOKUMENTASI ................................................................................................. 22

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 23

v
BAB I LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : R.S
Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Serangan NG 2/21 RT 5,RW 1
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status Perkawinan : Belum Kawin
Pendidikan Terakhir : SMA
Jaminan Kesehatan : Umum
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama:
Nyeri tengkuk leher
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Ngampilan dengan keluhan nyeri dan kenceng-
kenceng dileher, selain itu pasien mengeluhkan lemas setiap hari , jika berjalan
seperti mau jatuh , susah tidur ketika malam dan nafsu makan berkurang . Keluhan
sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu . Mual muntah disangkal . Pasien
kemudian dipuskesmas diberikan ibuprofen dan vitamin .
Pada saat berkunjung ke rumah pasien mengatakan keluhan sedikit berkurang
kurang ketika meminum obat , nyeri dan kenceng-kenceng dileher berkurang tetapi
badan lemas, jika berjalan mau jatuh, susah tidur ketika malam masih dirasakan,
Jika keluhan tersebut dirasakan, pasien lebih memilih tidur karena tidur membuat
keluhan menjadi membaik . Pasien mengatakan pada tahun 2009-2012
menggunakan narkoba lalu pasien berhenti menggunakan narkoba dan berobat ke
Sp.Kj . Pasien mengaku sering keluar masuk RSJ pada tahun 2012-2014 karena
sering bengong seperti bingung, diajak ngobrol tidak pernah nyambung kalau
menjawab . Kemudian keadaan pasien membaik dan diberikan obat rawat jalan
yaitu benzodiazepin , sampai pada tahun 2016 pasien memutuskan tidak lagi
berobat ke Sp.Kj lagi karena faktor biaya. Pasien juga mengatakan hilangnya minat
beraktivitas dan pesimis akan masa depan karena penyakitnya yang disebabkan
oleh masalalunya dan pasien merasa sedih .

1
3. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Hipertensi disangkal
 Riwayat diabetes melitus disangkal
 Riwayat TB disangkal
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat imunisasi tidak diketahui

4. Riwayat Penyakit Keluarga


 Keluhan serupa (-)
 Riwayat Hipertensi (+) pada paman dan bibi pasien
 Riwayat diabetes melitus (+) pada paman dan bibi pasien
 Riwayat TB (+) pada kakek pasien
 Riwayat penyakit jantung (+) pada kakek pasien

5. Riwayat Penyakit Sosial dan Lingkungan


a. Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMA
b. Riwayat Sosial
Pasien kurang bersosialisasi dengan tetangga , karena malas berbaur dengan
warga sekitar karena sering dianggap kurang waras tetapi pasien sering
bermain dengan temannya yang beda kecamatan .
c. Riwayat Pekerjaan
Sebelum pasien merasakan keluhan tersebut terkadang pasien bekerja
serabutan.
d. Gaya Hidup
1) Pola Makan
Pasien makan 2 sampai 3 kali sehari dengan nasi,sayur,lauk pauk hampir
tidak pernah mengonsumsi buah-buahan.
2) Olahraga
Pasien sering bermain tenis meja

2
3) Istirahat
Pola tidur pasien mulai jam 23.00 sampai jam 06.00 tetapi tidur merasa
tidak nyaman dan tidak nyenyak .
4) Kebiasaan
Pasien kegiatan sehari-harinya mengurus 5 burung dan 4 ayam. Pasien
sering merokok didalam rumah , pasien mengaku sering meminum alkohol
bersama teman-temannya .

6. Review Anamnesis Sistem:


 Sistem Saraf Pusat : Nyeri kepala dan nyeri pada leher
 Sistem Cardiovascular : Jantung sering berdebar-debar
 Sistem Respiratori : tidak ada keluhan
 Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan
 Sistem Urinaria : tidak ada keluhan
 Sistem Integumen : tidak ada keluhan
 Sistem Muskuloskeletal : Sering lemas pada sendi-sendi badan
C. ANAMNESIS PENGALAMAN SAKIT (ILLNESS)
Illness merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang didapat dari
penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illness terdiri dari 4 komponen berupa perasaan,
ide atau pemikiran, harapan pasien terhadap penyakit yang dialami, dan efek penyakit
terhadap fungsi atau kehidupan sehari – hari pasien.

Tabel 1.1. Komponen Illness


No Komponen Pasien
Pasien berpikir bahwa penyakitnya adalah penyakit
1 Pikiran yang dibuat oleh dirinya sendiri karena dulu
menggunakan obat-obatan terlarang .
Pasien ikhlas menerima dan sadar ini adalah teguran
dari Tuhan supaya pasien bisa menjadi pribadi yang
2 Perasaan
lebih baik. Namun pasien merasa sedih sering
dikucilkan tetangga.
Aktivitas pasien terhambat karena pasien sering
3 Efek terhadap fungsi
merasa tidak enak badan dan banyak menghabiskan

3
waktu dengan tiduran saja.
4 Harapan Pasien ingin sakitnya cepat sembuh.

D. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 116/80 mmHg
 Nadi : 75 x/menit
 Suhu badan : 36.7 0C
 Pernapasan : 18 x/menit
 Pemeriksaan Umum
Kulit : sianosis (-)
Kelenjar limfe : tak teraba membesar
Otot : eutrofi (+)
Tulang : deformitas (-)
Sendi : ROM bebas
 Kepala
Bentuk kepala : Bentuk normosefal
Rambut : berwarna hitam
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor reflek cahaya (+/+).
Telinga : Otorhea (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), serumen (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-), cavum nasi (lapang).
Mulut dan gigi : mukosa bibir kering (-), faring hiperemis (-)
 Leher
Kelenjar tiroid : Tidak membesar
Kelenjar limfonodi : Tidak membesar, nyeri(-)
JVP : Tidak meningkat
 Thorax
Paru:
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Ketinggalan gerak(-), Vocal fremitus kanan = kiri

4
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-)
Jantung:
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba, kuat angkat cukup
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : S1 – S2 reguler, bising jantung (-), gallop (-)

 Abdomen
Inspeksi : distensi (-), jejas (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak ada pembesaran,
massa (-)
Perkusi : timpani (+)
 Ekstremitas
Akral hangat (+) capillary refill <2 detik, sianosis (-), edema (-), gerakan bebas.

STATUS NEUROGIS
o Kepala dan Leher : Dalam batas normal
o Tanda Meningeal : (-)
o Nervi Kranialis : tidak dilakukan.
o Kekuatan Motorik : dalam batas normal
o Sensibilitas : dalam batas normal
o Fungsi Saraf Vegetatif : dalam batas normal.
o Refleks Fisiologis : tidak dilakukan
o Refleks Patologis : Hoffman-Trommner (-)
o Gerakan Abnormal : (-)
o Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)
Kesan Status Neurologis : pemeriksaan yang dilakukan dalam batas
normal.

STATUS PSIKIATRI

1. Kesan umum
Seorang laki-laki berusia 24 tahun wajah sesuai umur tidak terlalu tinggi dan
tidak terlalu pendek, kulit berwarna sawo matang, berpakaian rapi dan sederhana,

5
tidak mencolok .Tampak rawat diri cukup baik, Rambut pasien rapi. tampak sedih
dan pikiran kosong ..

2. Kognitif
Kesadaran : compos mentis
Orientasi : orang / waktu / tempat/situasi  + / + / + / +

3. Afek dan Mood


Afek : Depresi
Mood : Depresi
Kesesuaian : appropiate

4. Persepsi
Halusinasi Auditorik :-
Halusinasi Visual :-
Halusinasi Taktil :-
Halusinasi Olfaktori :-
Halusinasi Gustatorius :-
Ilusi :-

5. Pikiran
Bentuk Pikir : realistis
Isi Pikir : relevan
Gangguan isi piker : Tidak ada

6. Pembicaraan
Pembicaraan pasien spontan , berbicara jika ditanya , tidak terdapat hendaya
berbahasa

7. Psikomotor
Pasien tampak pandangan kosong dan sedih , tidak ada gerakan gerakan involunter

8.Reliabilitas
Dapat dipercaya.

DIAGNOSIS KLINIS
 Pasca sindroma putus zat dengan depresi sedang
 Alkoholisme ( pecandu alcohol )

6
E. DATA ANGGOTA KELUARGA INTI (KELUARGA ASAL)

Tgl
Jenis Status
No. Nama Lahir/ Pekerjaan No.HP
Kelamin Kesehatan
Umur
Tidak
1. Tn. D L 47 th Pelayaran -
diketahui
2. Ny. S P 50 th TKW - Baik

F. DATA ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH

No. Nama Jenis Tgl Pekerjaan No.HP Status


Kelamin Lahir/ Kesehatan
Umur
Hipertensi
dan
1. Tn. N L 46 th - -
Diabetes
Melitus

G. PERANGKAT PENILAIAN KELUARGA (FAMILY ASSESSMENT TOOLS)


1. Genogram Keluarga (family genogram)

Gambar 1. Genogram Keluarga Pasien R

7
2. Bentuk keluarga (Family Structure):
Blended family yang dimaksudkan dengan keluarga campuran (Goldenberg, 1980)

3. Tahapan Siklus Kehidupan Keluarga (Family Life Cycle) :


Tahap Transisi , tahap dewasa muda yang belum menikah ( Charter dan Mc
Golrick, 1988)

4. Family Map

Paman

Ibu Nenek

Pasien

Ayah

Gambar 2. Gambar Family Map Keluarga Pasien R.

5. Family Life Line


Tabel 1.3. Tabel Family Life Line
Tahun Usia Life Events/ Crisis Severity of Illness
(Tahun)
1995 8 bulan Kedua orang tua bercerai dan Stressor Psikologis
meninggalkan anaknya
1995 8 bulan Anak tinggal bersama kakek , nenek dan Stressor Psikologis
pamannya
2009 15 tahun Menggunakan narkoba Stressor Psikologis
2012 18 tahun Berhenti menggunakan narkoba Stressor Psikologis
2012 18 tahun Rehabilitas Stressor Psikologis
2012 - 18-20 Keluar masuk RSJ Stressor Psikologis
2014 tahun

8
6. Family APGAR Score
Tabel 1.4. Skoring APGAR Keluarga
APGAR Keluarga (Family APGAR) [Adaptability-Partnership-Growth-Affection-Resolve]
Isilah instrumen APGAR berikut sebagai skrining awal untuk melihat adanya disfungsi keluarga

APGAR Keluarga Hampir Kadang- Hampir


selalu kadang tidak pernah (0)
(2) (1)
1. Saya merasa puas karena saya dapat meminta √
pertolongan kepada keluarga saya ketika saya
menghadapi permasalahan
2. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya √
membahas berbagai hal dengan saya dan berbagi
masalah dengan saya.
3. Saya merasa puas karena keluarga saya menerima √
dan mendukung keinginan-keinginan saya untuk
memulai kegiatan atau tujuan baru dalam hidup
saya.
4. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya √
mengungkapkan kasih sayang dan menanggapi
perasaan-perasaan saya, seperti kemarahan,
kesedihan dan cinta.
5. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya dan √
saya berbagi waktu bersama.
Skor Total 2 = severely dysfunctional family
( keluarga sakit/tidak sehat)

7. Family SCREEM
Tabel 1.5. Skoring Family SCREEM
SCREEM Keluarga (Family SCREEM)
Berbagai sumber daya yang ada di keluarga [Social-Cultural-Religious-
Educational-Economic-Medical]

Aspek Sumber Daya Patologis


SCREEM
Social Pasien tidak dekat dan tidak
pernah ketemu orang tuanya
semenjak bayi . Hubungan
pasien dengan tetangga kurang
dekat . Pasien dekat dengan
paman .

Cultural Pasien percaya bahwa penyakit


yang diderita adalah teguran
Tuhan supaya pasien menjadi
pribadi lebih baik.

Religious Pasien mengaku sering


beribadah , sholat setiap hari 4

9
waktu , sholat subuh jarang
sholat .
Educational Pendidikan terakhir pasien
SMA.

Economic Pasien dan pamannya tidak Pasien tidak bekerja tetapi apabila
bekerja , mendapatkan uang dari pasien merasa sehat kadang-kadang
ibu pasien untuk menghidupi pasien pergi ke mabuk-mabukan
kebutuhan sehari-hari . bersama teman-temannya .
Medical Pasien menggunakan jaminan
UMUM . pasien tidak
mempunyai jaminan kesehatan .
Akses untuk layanan kesehatan
(puskesmas) mudah dijangkau
pasien

H. RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR


1. Kondisi rumah
 Rumah yang ditinggali merupakan rumah milik paman pasien.
 Lokasi rumah terletak dipemukiman yang padat penduduk beralamat Serangan
NG 2 / 21 RT , RW 1
 Rumah memiliki satu lantai, ukuran rumah ± 5 x 3 m2, dinding rumah terbuat
dari semen, lantai semen , atap terbuat dari seng . Dapur dan wc terdapat diluar
rumah .
 Kebersihan di dalam rumah cukup baik, barang-barang kurang tersusun rapi,
pasien memiliki hewan peliharaan didalam rumah.
 Pencahayaan di dalam rumah cukup baik.
 Jendela dan Ventilasi terdapat diseluruh ruangan dan pertukaran udara
mencukupi

2. Lingkungan sekitar rumah


 Sumber air bersih : sumur
 Jamban keluarga : Terdapat 1 kamar mandi diluar rumah dengan 1 jamban
jongkok dan bak mandi. Kesan kamar mandi kurang bersih, bau dan tidak
terawat.
 Pembuangan sampah : tempat sampah berada diluar rumah.
 Pembuangan limbah : limbah rumah tangga dibuang melalui saluran selokan

10
3. Denah rumah

I. INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)


Tabel 1.6 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
No. Indikator PHBS Jawaban
Ya Tidak
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan
3. Menimbang berat badan balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan √
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun √
6. Menggunakan jamban sehat √
7. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah dan √
lingkungannya sekali seminggu
8. Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari √
9. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga √
10 Tidak merokok di dalam rumah √
Kesimpulan: Rumah Tangga tidak ber-PHBS

11
J. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Diagnosis Klinis
Pasca sidroma putus zat , alkholisme dengan depresi sedang
2. Diagnosis Psiko-Sosial dan Kultural Spiritual
Pasca sindroma putus zat , alkoholisme dengan depresi sedang pada lelaki muda
pada keluarga disfungsional yang tidak ber-PHBS.
K. PENGELOLAAN KOMPREHENSIF

1. Usulan Terapi

R/ Fluoxetine 20 mg No.VII
S 1 dd tab 1

2. Upaya Rehabilitatif
- Kolaborasi dengan psikolog
- Kolaborasi dengan kader sehat warga setempat

3. Upaya Paliatif
- Meminta pasien mendekatkan diri kepada Tuhan dan masyarakat (sholat 5
waktu , mengikuti acara pengajian dan remaja masjid .
- Edukasi kader sehat untuk membantu pasien agar memberi dukungan kepada
pasien dan pasien berbaur dengan masyarakat
- Meminta pasien sering berkomunikasi dengan ibu pasien (menelfon ibu
setiap hari) dan meminta ibu pulang sehingga pasien bisa bertemu dengan
ibu.
- Edukasi paman pasien supaya selalu memberi dukungan dan selalu
mengingatkan supaya pasien menjauhi ajakan teman yang tidak berperilaku
baik
- Memotivasi pasien dan paman pasien agar mau bekerja sehingga pasien
mempunyai kesibukan dan tidak memikirkan kesedihannya .
- Memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi hati dan keinginan
supaya pasien lega dan bisa bertukar pikiran
- Melakukan olahraga seperti jalan kaki sebanyak 3-5 kali seminggu selama20-
30 menit bisa mencetuskan produksi hormone endofrin , sehingga mampu
meningkatkan suasana hati menjadi lebih bergairah dan semangat

12
BAB II ANALISIS KASUS

A. Analisis Kasus

Diagnosis klinis pada pasien ini adalah depresi sedang . diagnosis ini
ditegakkan pada riwayat anamnesis , pemeriksaan fisik . Pada anamnesa, pasien ini
mengeluhkan nyeri di tengkuk leher, badan terasa lemas setiap hari ,jika berjalan
seperti mau jatuh , susah tidur ketika malam dan nafsu makan berkurang ,Pasien
juga mengatakan hilangnya minat beraktivitas dan pesimis akan masa depan . Pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan .
Selain pengobatan farmakologi , seharusnya pasien mendapatkan
pengobatan non farakologiberupa rehabilitas untuk meningkatkan kualitas hidupnya
. Pada penggalian masalah dan perasaan pada pasien ini juga didapatkan kesedihan
yaitu pasien merasa terhambat aktivitasnya , sehingga saya rasa juga perlu diberikan
terapi non medikamentosa berupa kolaborasi dengan psikolog untuk dilakukan
psikoterapi dan konseling metode CEA ( Catharsis-Education-Action). Konseling
metode CEA sangat cocok dilakukan untuk pasien dan keluarga mengingat saat ini
pasien maupun keluarga belum memahami dan mengetahui tentang penyakit pasien
. Konseling juga bisa menekankan penting dan perlunya peran serta keluarga
terdekat untuk selalu mensupport pasien dan mengingatkan pasien untuk selalu
mendekatkan diri kepada Tuhan , dan membantu mengubah pikiran negatif menjadi
pemikiran yang positif .
Dalam penilaian kesehatan keluarga, pasien termasuk kategori dalam
perilaku hidup tidak bersih dan sehat karena indikator PHBS tidak terpenuhi ,
sehingga perlu dilakukan edukasi tentang pentingnya hidup bersih dan sehat.
Pada perangkat penilaian keluarga family APGAR yaitu severely
disfunctional family ( keluarga sakit / tidak sehat ) . Pasien merasa tidak puas
terhadap keluarganya , pasien tidak pernah berbagi masalah dengan keluarga , dan
pasien mengungkapkan kurangnya kurang kasih sayang selama hidup karena pasien
tidak pernah diurus oleh orang tuanya sehingga pasien sering merasa sedih .

Dari perangkat penilaian keluarga family SCREEM, pasien memiliki kondisi


patologis economic yaitu pasien tidak bekerja kebutuhan sehari-harinya

13
mengandalkan kiriman uang dari ibunya , dan pasien sering mabuk-mabukan
bersama teman-temannya .Sehingga pasien harus diberikan edukasi kepada pasien
agar merubah kebiasaan negatif ke hal yang positif
Pada pasien ini dilakukan manajemen komprehensif mulai dari promotif,
preventif, serta kuratif. Manajemen promotif dan preventif sini bertujuan agar
pasien bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan memodifikasi pandangan gaya
hidup pasien .

B. Identifikasi masalah dan penyelesaian

Kolaborasi
Masalah
(Profesi
No yang Target Sasaran Pembinaan
yang
dihadapi
menangani)

1 Depresi Memotivasi Pasien - Perubahan gaya hidup, Dokter


Sedang hidup pasien memotivasi agar bekerja Keluarga
- Terapi suportif dan
psikolog

2 PHBS Meningkat- Pasien - Pentingnya melakukan Dokter


yang kan derajat & pemberantasan sarang Keluarga
kurang PHBS Keluarga nyamuk dengan 3M
(menguras, mengubur dan
menutup) untuk mencegah
penyakit menular.
- Mengonsumsi sayur dan
buah setiap hari
- Tidak merokok didalam
rumah

C. Penerapan Prinsip Kedokteran Keluarga


1. Primary care
Pasien mendapat kontak medis pertama dengan dokter di Puskesmas Ngampilan.
2. Person center care
Dalam pelayanan personal, penulis mencoba melakukan hubungan komunikasi
dokter-pasien. Penulis berkunjung ke rumah pasien dan melakukan anamnesis-

14
pemeriksaan fisik. Semua perkataan pasien berusaha penulis dengar seluruhnya
karena pasien cukup senang bercerita. Pasien terbuka dengan segala pertanyaan
dan pernyataan yang dilontarkan.
3. Holistic care
Dalam segi ini penulis mencoba menggali sakit yang diderita pasien dari segi utuh
pasien sebagai manusia atau orang yang sakit. Alhasil pasien terbuka mengenai
kehidupan bio-psiko-sosial bahkan spiritualnya.
4. Comprehensive care
Dalam menangani kasus pada pasien dilakukan penatalaksanaan menyeluruh mulai
dari promotif, yaitu bertujuan memberikan edukasi pasien tentang penyakitnya
pasien, edukasi tentang pentingnya modifikasi gaya hidup, serta pentingnya
kegiatan fisik dalam mengendalikan penyakit pasien ini. Pada segi preventif
diberikan konseling CEA untuk membuat pasien mengerti tentang penyakit yang
dialaminya dan mengatasi kurangnya pengetahuan serta edukasi untuk menerapkan
gaya hidup yang baik. Pada segi kuratif lebih ditekankan pada aspek farmakologis
untuk mengendalikan penyakitnya. Dari segi rehabilitative dan paliatif belum
diperlukan pada pasien ini.
5. Continuing care
Dalam hal ini penulis melakukan 1x homevisit ke rumah pasien. Diharapkan
walaupun tidak dilakukan homevisite pasien tetap kontrol rutin ke puskesmas dan
pada tahap ini tetap memantau kondisi pasien

6. Collaborative care
Pada pasien ini dapat dilakukan kolaborasi dengan bidang lain seperti psikolog
untuk memberi dukungan supaya pasien tetap semangat dan tidak putus asa dalam
mengelola penyakitnya dan memberi edukasi modifikasi tentang gaya hidup pasien
.

15
CASE REPORT

Pasien mengatakan sejak usia 8 bulan ditinggalkan oleh kedua orang tuanya
dan tidak pernah bertemu sampai sekarang , orang tua bercerai ketika pasien usia 8
bulan . Pasien dirawat oleh paman pasien sejak kecil , paman pasien tidak bekerja
dan hanya mengandalkan kiriman uang dari ibu pasien yang menjadi TKW di
Malaysia . Ayah pasien tidak diketahui keberadaannya . Pasien sering merasa sedih
karena dari kecil tidak pernah diberi kasih sayang oleh kedua keluarganya , pasien
sangat ingin berkumpul dengan keluarga yang utuh .
Pada usia 15-18 tahun pasien salah memilih pergaulan yaitu pasien menjadi
seorang pecandu narkoba, dan mengkonsumsi alkohol sampai sekarang .
Kemudian pasien mengatakan pada umur 18-20 tahun pasien sering keluar masuk
RSJ karena sering bengong, seperti orang bingung , diajak ngobrol tidak pernah
nyambung kalau menjawab . Pada usia 20-22 tahun pasien menjalani rawat jalan
ke dokter Sp.Kj karena faktor biaya akhirnya pasien memutuskan pengobatan .
Pada pasien ini diusulkan diberi obat fluoxetine , dan diberikan upaya
rehabilitatif kolaborasi dengan psikolog dan kader sehat warga setempat dan
diberikan upaya paliatif .

16
BAB III TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI DEPRESI

Depresi adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai


masalahnya, merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri .

2. PATOFISIOLOGI DEPRESI

Depresi dan gangguan mood melibatkan berbagai faktor yang saling


mempengaruhi. Konsisten dengan model diatesis-stres, depresi dapat merefleksikan
antara faktor-faktor biologis (seperti faktor genetis, ketidakteraturan neurotransmitter,
atau abnormalitas otak), faktor psikologis (seperti distorsi kognitif atau
ketidakberdayaan yang dipelajari), serta stressor sosial dan lingkungan (sepreti
perceraian atau kehilangan pekerjaan).

17
3. KLASIFIKASI DEPRESI

Gangguan depresi terdiri dari berbagai jenis, yaitu:

1. Gangguan depresi mayor

Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari nafsu


makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan energi,
perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya ± 2
minggu (Kaplan, et al, 2010).

2. Gangguan dysthmic


Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama). Gejala- gejala


dysthmia berlangsung lama dari gangguan depresi mayor yaitu selama 2 tahun atau
lebih. Dysthmia bersifat lebih berat dibandingkan dengan gangguan depresi mayor,
tetapi individu dengan gangguan ini masi dapat berinteraksi dengan aktivitas
sehari-harinya (National Institute of Mental Health, 2010).

3. Gangguan depresi minor


Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan
dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih
singkat (National Institute of Mental Health, 2010).

4. Gangguan depresi psikotik


Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala, seperti:


halusinasi dan delusi (National Institute of Mental Health, 2010).

4. DIAGNOSIS

Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll

Untuk menegakkan diagnosa depresi seseorang, maka yang dipakai pedoman


adalah ada tidaknya gejala utama dan gejala penyerta lainnya, lama gejaa yang
muncul, dan ada tidaknya episode depresi ulang. Sebagaimana tersebut berikut ini :

1. Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat

1) Afek depresi

2) Kehilangan minat dan kegembiraan

3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah


(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

18
2. Gejala penyerta lainnya:

1) Konsentrasi dan perhatian berkurang

2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

5) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

6) Tidur terganggu

7) Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresi dan ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan


masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi
periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat.

Kategori diagnosis depresi ringan (F.32.0), sedang (F.32.1) dan berat


(F.32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode
depresi berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan
depresi berulang (F.33).

1) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut
di atas

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya

(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode
berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu

(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.

2) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya

(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu

19
(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan,
dan urusan rumah tangga.

3) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik

(1) Semua 3 gejala utama depresi harus ad

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa


diantaranya harus berintensitas berat

(3) Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang menyolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh
terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.

(4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.

4) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2)
tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.Waham
biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi
auditorik atau alfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh,
atau bau kotoran. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

5. DIAGNOSIS BANDING

Dalam menegakkan diagnosis suatu gangguan depresi, diagnosis lain perlu


dipikirkan seperti adanya gangguan organik, intoksikasi atau ketergantungan zat
adiktif lainnya, gangguan kepribadian, berkabung serta gangguan penyesuaian.

Perubahan intrinik yang berhubungan dengan epilepsi lobus temporalis


dapat menyerupai gangguan depresi khususnya jika fokus epileptik adalah pada
sisi kanan.

Berkabung merupakan suatu respons normal yng hebat dan menyakitkan karena
kehilangan, tetapi responsif terhadap dukungan dan empati dapat membuatnya
berangsur-angsur mereda/sembuh seiring berjalannya waktu

Gangguan suasana menetap, merupakan gangguan suasana perasaan


berfluktuatif dan menetap, lebih ringan dari hipomania atau depresi ringan.
Berlangsung bertahun-tahun lamanya, beronset dini atau lambat.

20
Siklotimia, ciri esensial : ketidakstabilan suasana perasaan menetap,
meliputi banyak periode depresi ringan dan elasi ringan, tidak ada yang cukup
parah/ lama untuk memenuhi kriteria. Setiap gangguan suasana perasaan tersebut
tidak memenuhi kriteria untuk kategori manapun dari episode manik atau episode
depresif

Distimik, ciri esensial: depresi yang berlangsung sangat lama atau jarang
sekali atau cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang
ringan atau sedang. Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan
berlangsung sekurang-kurangnya waktu yang tak berbatas. Jika onsetnya pada usia
lanjut, gangguan ini sering kali merupakan kelanjutan suatu depresif tersendiri dan
berhubungan dengan masa berkabung atau stress lainnya.

6. TATALAKSANA

MEDIKAMENTOSA
Memilih pengobatan harus mencakup evaluasi seberapa parah episode
depresif telah terjadi, ketersediaan sumber daya pengobatan, dan keinginan pribadi
pasien. Untuk depresi ringan sampai berat, psikoterapi berbasis bukti sama
efektifnya dengan farmakoterapi. Terdapat sedikit bukti bahwa kombinasi antara
farmakoterapi dan psikoterapi untuk pengobatan dini lebih unggul daripada
pengobatan lainnya untuk depresi tanpa komplikasi. Oleh karena itu, pengobatan
kombinasi harus dipertimbangkan ketika terjadi depresi berat, komorbiditas dengan
kondisi lain, atau tidak adanya respon yang memadai pada monoterapi.

Farmakoterapi

Anti depresi

- Golongan Trisiklik : Amytriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine


- Golongan Tetrasiklik : Maprotiline, Mianserin, Amoxapine.
- Golongan MAOI_Reversible ( REVERSIBLE INHIBITOR OF MONOAMIN
OXYDASE-A-(RIMA) : Moclobemide
- Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) : Sertraline, Paroxentine,
Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, citalopram.

Golongan Atipical : Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine

21
DOKUMENTASI

22
BAB IV DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R, 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
2. Maslim R, 2014. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,
Jakarta.
3. Elvira S, Hadisukanto G, 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
4. American Psychiatric Association.(2013).Diagnostic and Statistic Manual of
Mental Disorders . Washington, Dc : American Psychiatric Publishing
5. Sarkar S, Grover S. A systematic review and meta-analysis of trials of
antidepressants in India for treatment of depression. Indian J
Psychiatry. 2014;56:29–38. [PMC free article] [PubMed]
6. Clinical Guidelines for the Management of Adults with Major Depressive
Disorder: Section 3. Pharmacological Treatments. Can J Psychiatry. 2016 Aug
2; pii: 0706743716659417. [Epub ahead of print] PubMed PMID:
27486148. [PMC free article] [PubMed]

23

Anda mungkin juga menyukai