Disusun oleh :
Arum Pelangi
20174011005
PRESENTASI KASUS
PUSKESMAS NGAMPILAN
Arum Pelangi
20174011014
Dr. Dr. Titiek Hidayati, M.Kes, Sp.DLP dr. R.A. Siti Kusdinariyalun H.
i
KATA PENGANTAR
SWT atas berkat, kasih, karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi
kasus berjudul “Pasca Sindroma Putus Zat, Alkoholisme dan Depresi Sedang Pada
sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas stase Ilmu Kedokteran Masyarakat pada
Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulisan presentasi kasus ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak ucapan terima
kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada
2. dr. Titiek Hidayati, M.Kes selaku dokter pembimbing bagian Ilmu Kedokteran
4. dr. Dinar, dr. Dina dan dr. Anita selaku dokter pembimbing Puskesmas
5. Pasien R yang telah bersedia menjadi pasien dan meluangkan waktunya untuk
di home visite
ii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan pada
penulisan presentasi kasus ini, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan dari
berbagai pihak. Semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis. Akhir kata, semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis, pembaca dan menjadi sumbangan yang berguna bagi perkembangan ilmu
Penulis
iii
DAFTAR ISI
B. ANAMNESIS.................................................................................................. 1
iv
2. PATOFISIOLOGI DEPRESI .................................................................... 17
4. DIAGNOSIS ................................................................................................ 18
6. TATALAKSANA ........................................................................................ 21
DOKUMENTASI ................................................................................................. 22
v
BAB I LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : R.S
Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Serangan NG 2/21 RT 5,RW 1
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status Perkawinan : Belum Kawin
Pendidikan Terakhir : SMA
Jaminan Kesehatan : Umum
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama:
Nyeri tengkuk leher
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Ngampilan dengan keluhan nyeri dan kenceng-
kenceng dileher, selain itu pasien mengeluhkan lemas setiap hari , jika berjalan
seperti mau jatuh , susah tidur ketika malam dan nafsu makan berkurang . Keluhan
sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu . Mual muntah disangkal . Pasien
kemudian dipuskesmas diberikan ibuprofen dan vitamin .
Pada saat berkunjung ke rumah pasien mengatakan keluhan sedikit berkurang
kurang ketika meminum obat , nyeri dan kenceng-kenceng dileher berkurang tetapi
badan lemas, jika berjalan mau jatuh, susah tidur ketika malam masih dirasakan,
Jika keluhan tersebut dirasakan, pasien lebih memilih tidur karena tidur membuat
keluhan menjadi membaik . Pasien mengatakan pada tahun 2009-2012
menggunakan narkoba lalu pasien berhenti menggunakan narkoba dan berobat ke
Sp.Kj . Pasien mengaku sering keluar masuk RSJ pada tahun 2012-2014 karena
sering bengong seperti bingung, diajak ngobrol tidak pernah nyambung kalau
menjawab . Kemudian keadaan pasien membaik dan diberikan obat rawat jalan
yaitu benzodiazepin , sampai pada tahun 2016 pasien memutuskan tidak lagi
berobat ke Sp.Kj lagi karena faktor biaya. Pasien juga mengatakan hilangnya minat
beraktivitas dan pesimis akan masa depan karena penyakitnya yang disebabkan
oleh masalalunya dan pasien merasa sedih .
1
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat diabetes melitus disangkal
Riwayat TB disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat imunisasi tidak diketahui
2
3) Istirahat
Pola tidur pasien mulai jam 23.00 sampai jam 06.00 tetapi tidur merasa
tidak nyaman dan tidak nyenyak .
4) Kebiasaan
Pasien kegiatan sehari-harinya mengurus 5 burung dan 4 ayam. Pasien
sering merokok didalam rumah , pasien mengaku sering meminum alkohol
bersama teman-temannya .
3
waktu dengan tiduran saja.
4 Harapan Pasien ingin sakitnya cepat sembuh.
D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 116/80 mmHg
Nadi : 75 x/menit
Suhu badan : 36.7 0C
Pernapasan : 18 x/menit
Pemeriksaan Umum
Kulit : sianosis (-)
Kelenjar limfe : tak teraba membesar
Otot : eutrofi (+)
Tulang : deformitas (-)
Sendi : ROM bebas
Kepala
Bentuk kepala : Bentuk normosefal
Rambut : berwarna hitam
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor reflek cahaya (+/+).
Telinga : Otorhea (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), serumen (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-), cavum nasi (lapang).
Mulut dan gigi : mukosa bibir kering (-), faring hiperemis (-)
Leher
Kelenjar tiroid : Tidak membesar
Kelenjar limfonodi : Tidak membesar, nyeri(-)
JVP : Tidak meningkat
Thorax
Paru:
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Ketinggalan gerak(-), Vocal fremitus kanan = kiri
4
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-)
Jantung:
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba, kuat angkat cukup
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : S1 – S2 reguler, bising jantung (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), jejas (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak ada pembesaran,
massa (-)
Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas
Akral hangat (+) capillary refill <2 detik, sianosis (-), edema (-), gerakan bebas.
STATUS NEUROGIS
o Kepala dan Leher : Dalam batas normal
o Tanda Meningeal : (-)
o Nervi Kranialis : tidak dilakukan.
o Kekuatan Motorik : dalam batas normal
o Sensibilitas : dalam batas normal
o Fungsi Saraf Vegetatif : dalam batas normal.
o Refleks Fisiologis : tidak dilakukan
o Refleks Patologis : Hoffman-Trommner (-)
o Gerakan Abnormal : (-)
o Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)
Kesan Status Neurologis : pemeriksaan yang dilakukan dalam batas
normal.
STATUS PSIKIATRI
1. Kesan umum
Seorang laki-laki berusia 24 tahun wajah sesuai umur tidak terlalu tinggi dan
tidak terlalu pendek, kulit berwarna sawo matang, berpakaian rapi dan sederhana,
5
tidak mencolok .Tampak rawat diri cukup baik, Rambut pasien rapi. tampak sedih
dan pikiran kosong ..
2. Kognitif
Kesadaran : compos mentis
Orientasi : orang / waktu / tempat/situasi + / + / + / +
4. Persepsi
Halusinasi Auditorik :-
Halusinasi Visual :-
Halusinasi Taktil :-
Halusinasi Olfaktori :-
Halusinasi Gustatorius :-
Ilusi :-
5. Pikiran
Bentuk Pikir : realistis
Isi Pikir : relevan
Gangguan isi piker : Tidak ada
6. Pembicaraan
Pembicaraan pasien spontan , berbicara jika ditanya , tidak terdapat hendaya
berbahasa
7. Psikomotor
Pasien tampak pandangan kosong dan sedih , tidak ada gerakan gerakan involunter
8.Reliabilitas
Dapat dipercaya.
DIAGNOSIS KLINIS
Pasca sindroma putus zat dengan depresi sedang
Alkoholisme ( pecandu alcohol )
6
E. DATA ANGGOTA KELUARGA INTI (KELUARGA ASAL)
Tgl
Jenis Status
No. Nama Lahir/ Pekerjaan No.HP
Kelamin Kesehatan
Umur
Tidak
1. Tn. D L 47 th Pelayaran -
diketahui
2. Ny. S P 50 th TKW - Baik
7
2. Bentuk keluarga (Family Structure):
Blended family yang dimaksudkan dengan keluarga campuran (Goldenberg, 1980)
4. Family Map
Paman
Ibu Nenek
Pasien
Ayah
8
6. Family APGAR Score
Tabel 1.4. Skoring APGAR Keluarga
APGAR Keluarga (Family APGAR) [Adaptability-Partnership-Growth-Affection-Resolve]
Isilah instrumen APGAR berikut sebagai skrining awal untuk melihat adanya disfungsi keluarga
7. Family SCREEM
Tabel 1.5. Skoring Family SCREEM
SCREEM Keluarga (Family SCREEM)
Berbagai sumber daya yang ada di keluarga [Social-Cultural-Religious-
Educational-Economic-Medical]
9
waktu , sholat subuh jarang
sholat .
Educational Pendidikan terakhir pasien
SMA.
Economic Pasien dan pamannya tidak Pasien tidak bekerja tetapi apabila
bekerja , mendapatkan uang dari pasien merasa sehat kadang-kadang
ibu pasien untuk menghidupi pasien pergi ke mabuk-mabukan
kebutuhan sehari-hari . bersama teman-temannya .
Medical Pasien menggunakan jaminan
UMUM . pasien tidak
mempunyai jaminan kesehatan .
Akses untuk layanan kesehatan
(puskesmas) mudah dijangkau
pasien
10
3. Denah rumah
11
J. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Diagnosis Klinis
Pasca sidroma putus zat , alkholisme dengan depresi sedang
2. Diagnosis Psiko-Sosial dan Kultural Spiritual
Pasca sindroma putus zat , alkoholisme dengan depresi sedang pada lelaki muda
pada keluarga disfungsional yang tidak ber-PHBS.
K. PENGELOLAAN KOMPREHENSIF
1. Usulan Terapi
R/ Fluoxetine 20 mg No.VII
S 1 dd tab 1
2. Upaya Rehabilitatif
- Kolaborasi dengan psikolog
- Kolaborasi dengan kader sehat warga setempat
3. Upaya Paliatif
- Meminta pasien mendekatkan diri kepada Tuhan dan masyarakat (sholat 5
waktu , mengikuti acara pengajian dan remaja masjid .
- Edukasi kader sehat untuk membantu pasien agar memberi dukungan kepada
pasien dan pasien berbaur dengan masyarakat
- Meminta pasien sering berkomunikasi dengan ibu pasien (menelfon ibu
setiap hari) dan meminta ibu pulang sehingga pasien bisa bertemu dengan
ibu.
- Edukasi paman pasien supaya selalu memberi dukungan dan selalu
mengingatkan supaya pasien menjauhi ajakan teman yang tidak berperilaku
baik
- Memotivasi pasien dan paman pasien agar mau bekerja sehingga pasien
mempunyai kesibukan dan tidak memikirkan kesedihannya .
- Memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi hati dan keinginan
supaya pasien lega dan bisa bertukar pikiran
- Melakukan olahraga seperti jalan kaki sebanyak 3-5 kali seminggu selama20-
30 menit bisa mencetuskan produksi hormone endofrin , sehingga mampu
meningkatkan suasana hati menjadi lebih bergairah dan semangat
12
BAB II ANALISIS KASUS
A. Analisis Kasus
Diagnosis klinis pada pasien ini adalah depresi sedang . diagnosis ini
ditegakkan pada riwayat anamnesis , pemeriksaan fisik . Pada anamnesa, pasien ini
mengeluhkan nyeri di tengkuk leher, badan terasa lemas setiap hari ,jika berjalan
seperti mau jatuh , susah tidur ketika malam dan nafsu makan berkurang ,Pasien
juga mengatakan hilangnya minat beraktivitas dan pesimis akan masa depan . Pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan .
Selain pengobatan farmakologi , seharusnya pasien mendapatkan
pengobatan non farakologiberupa rehabilitas untuk meningkatkan kualitas hidupnya
. Pada penggalian masalah dan perasaan pada pasien ini juga didapatkan kesedihan
yaitu pasien merasa terhambat aktivitasnya , sehingga saya rasa juga perlu diberikan
terapi non medikamentosa berupa kolaborasi dengan psikolog untuk dilakukan
psikoterapi dan konseling metode CEA ( Catharsis-Education-Action). Konseling
metode CEA sangat cocok dilakukan untuk pasien dan keluarga mengingat saat ini
pasien maupun keluarga belum memahami dan mengetahui tentang penyakit pasien
. Konseling juga bisa menekankan penting dan perlunya peran serta keluarga
terdekat untuk selalu mensupport pasien dan mengingatkan pasien untuk selalu
mendekatkan diri kepada Tuhan , dan membantu mengubah pikiran negatif menjadi
pemikiran yang positif .
Dalam penilaian kesehatan keluarga, pasien termasuk kategori dalam
perilaku hidup tidak bersih dan sehat karena indikator PHBS tidak terpenuhi ,
sehingga perlu dilakukan edukasi tentang pentingnya hidup bersih dan sehat.
Pada perangkat penilaian keluarga family APGAR yaitu severely
disfunctional family ( keluarga sakit / tidak sehat ) . Pasien merasa tidak puas
terhadap keluarganya , pasien tidak pernah berbagi masalah dengan keluarga , dan
pasien mengungkapkan kurangnya kurang kasih sayang selama hidup karena pasien
tidak pernah diurus oleh orang tuanya sehingga pasien sering merasa sedih .
13
mengandalkan kiriman uang dari ibunya , dan pasien sering mabuk-mabukan
bersama teman-temannya .Sehingga pasien harus diberikan edukasi kepada pasien
agar merubah kebiasaan negatif ke hal yang positif
Pada pasien ini dilakukan manajemen komprehensif mulai dari promotif,
preventif, serta kuratif. Manajemen promotif dan preventif sini bertujuan agar
pasien bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan memodifikasi pandangan gaya
hidup pasien .
Kolaborasi
Masalah
(Profesi
No yang Target Sasaran Pembinaan
yang
dihadapi
menangani)
14
pemeriksaan fisik. Semua perkataan pasien berusaha penulis dengar seluruhnya
karena pasien cukup senang bercerita. Pasien terbuka dengan segala pertanyaan
dan pernyataan yang dilontarkan.
3. Holistic care
Dalam segi ini penulis mencoba menggali sakit yang diderita pasien dari segi utuh
pasien sebagai manusia atau orang yang sakit. Alhasil pasien terbuka mengenai
kehidupan bio-psiko-sosial bahkan spiritualnya.
4. Comprehensive care
Dalam menangani kasus pada pasien dilakukan penatalaksanaan menyeluruh mulai
dari promotif, yaitu bertujuan memberikan edukasi pasien tentang penyakitnya
pasien, edukasi tentang pentingnya modifikasi gaya hidup, serta pentingnya
kegiatan fisik dalam mengendalikan penyakit pasien ini. Pada segi preventif
diberikan konseling CEA untuk membuat pasien mengerti tentang penyakit yang
dialaminya dan mengatasi kurangnya pengetahuan serta edukasi untuk menerapkan
gaya hidup yang baik. Pada segi kuratif lebih ditekankan pada aspek farmakologis
untuk mengendalikan penyakitnya. Dari segi rehabilitative dan paliatif belum
diperlukan pada pasien ini.
5. Continuing care
Dalam hal ini penulis melakukan 1x homevisit ke rumah pasien. Diharapkan
walaupun tidak dilakukan homevisite pasien tetap kontrol rutin ke puskesmas dan
pada tahap ini tetap memantau kondisi pasien
6. Collaborative care
Pada pasien ini dapat dilakukan kolaborasi dengan bidang lain seperti psikolog
untuk memberi dukungan supaya pasien tetap semangat dan tidak putus asa dalam
mengelola penyakitnya dan memberi edukasi modifikasi tentang gaya hidup pasien
.
15
CASE REPORT
Pasien mengatakan sejak usia 8 bulan ditinggalkan oleh kedua orang tuanya
dan tidak pernah bertemu sampai sekarang , orang tua bercerai ketika pasien usia 8
bulan . Pasien dirawat oleh paman pasien sejak kecil , paman pasien tidak bekerja
dan hanya mengandalkan kiriman uang dari ibu pasien yang menjadi TKW di
Malaysia . Ayah pasien tidak diketahui keberadaannya . Pasien sering merasa sedih
karena dari kecil tidak pernah diberi kasih sayang oleh kedua keluarganya , pasien
sangat ingin berkumpul dengan keluarga yang utuh .
Pada usia 15-18 tahun pasien salah memilih pergaulan yaitu pasien menjadi
seorang pecandu narkoba, dan mengkonsumsi alkohol sampai sekarang .
Kemudian pasien mengatakan pada umur 18-20 tahun pasien sering keluar masuk
RSJ karena sering bengong, seperti orang bingung , diajak ngobrol tidak pernah
nyambung kalau menjawab . Pada usia 20-22 tahun pasien menjalani rawat jalan
ke dokter Sp.Kj karena faktor biaya akhirnya pasien memutuskan pengobatan .
Pada pasien ini diusulkan diberi obat fluoxetine , dan diberikan upaya
rehabilitatif kolaborasi dengan psikolog dan kader sehat warga setempat dan
diberikan upaya paliatif .
16
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI DEPRESI
2. PATOFISIOLOGI DEPRESI
17
3. KLASIFIKASI DEPRESI
2. Gangguan dysthmic
Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan
dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih
singkat (National Institute of Mental Health, 2010).
4. DIAGNOSIS
1) Afek depresi
18
2. Gejala penyerta lainnya:
6) Tidur terganggu
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut
di atas
(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode
berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
19
(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan,
dan urusan rumah tangga.
(3) Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang menyolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh
terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.
(4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2)
tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.Waham
biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi
auditorik atau alfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh,
atau bau kotoran. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
5. DIAGNOSIS BANDING
Berkabung merupakan suatu respons normal yng hebat dan menyakitkan karena
kehilangan, tetapi responsif terhadap dukungan dan empati dapat membuatnya
berangsur-angsur mereda/sembuh seiring berjalannya waktu
20
Siklotimia, ciri esensial : ketidakstabilan suasana perasaan menetap,
meliputi banyak periode depresi ringan dan elasi ringan, tidak ada yang cukup
parah/ lama untuk memenuhi kriteria. Setiap gangguan suasana perasaan tersebut
tidak memenuhi kriteria untuk kategori manapun dari episode manik atau episode
depresif
Distimik, ciri esensial: depresi yang berlangsung sangat lama atau jarang
sekali atau cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang
ringan atau sedang. Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan
berlangsung sekurang-kurangnya waktu yang tak berbatas. Jika onsetnya pada usia
lanjut, gangguan ini sering kali merupakan kelanjutan suatu depresif tersendiri dan
berhubungan dengan masa berkabung atau stress lainnya.
6. TATALAKSANA
MEDIKAMENTOSA
Memilih pengobatan harus mencakup evaluasi seberapa parah episode
depresif telah terjadi, ketersediaan sumber daya pengobatan, dan keinginan pribadi
pasien. Untuk depresi ringan sampai berat, psikoterapi berbasis bukti sama
efektifnya dengan farmakoterapi. Terdapat sedikit bukti bahwa kombinasi antara
farmakoterapi dan psikoterapi untuk pengobatan dini lebih unggul daripada
pengobatan lainnya untuk depresi tanpa komplikasi. Oleh karena itu, pengobatan
kombinasi harus dipertimbangkan ketika terjadi depresi berat, komorbiditas dengan
kondisi lain, atau tidak adanya respon yang memadai pada monoterapi.
Farmakoterapi
Anti depresi
21
DOKUMENTASI
22
BAB IV DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R, 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
2. Maslim R, 2014. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,
Jakarta.
3. Elvira S, Hadisukanto G, 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
4. American Psychiatric Association.(2013).Diagnostic and Statistic Manual of
Mental Disorders . Washington, Dc : American Psychiatric Publishing
5. Sarkar S, Grover S. A systematic review and meta-analysis of trials of
antidepressants in India for treatment of depression. Indian J
Psychiatry. 2014;56:29–38. [PMC free article] [PubMed]
6. Clinical Guidelines for the Management of Adults with Major Depressive
Disorder: Section 3. Pharmacological Treatments. Can J Psychiatry. 2016 Aug
2; pii: 0706743716659417. [Epub ahead of print] PubMed PMID:
27486148. [PMC free article] [PubMed]
23