Disusun Oleh :
Arum Pelangi
20174011005
Diajukan Kepada :
dr. H. Zamroni, Sp,S
1
A. IDENTITAS PASIEN
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri punggung
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Compos Mentis, tampak lemah
Vital Sign :
TD : 128/87 mmHg
N : 115x/menit
T : 36,7oC
Rr : 22x/menit
Status Generalis :
- Pemeriksaan Kepala-leher
Bentuk : Mesocephal, simetris
2
Mata : Kongjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edem palpebral (-)
Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir kering (-), bibir sianosis (-), stomatitis (-)
Leher : Limfadenopati (-)
- Pemeriksaan Thorax
Pemeriksaan Paru
Inspeksi : Dinding dada simetris, ketertinggalan gerak (-), jejas (-)
Palpasi : Vokal Fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesicular (+), ronkhi basah halus dibasal paru (-),
wheezing (-)
- Pemeriksaan Cor
Inspeksi : Ictus cordis (-)
Palpasi : Ictus cordis (+) di SIC V mid clavicular
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Suara S1>S2 normal regular
- Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak beralih (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), undulasi (-)
Hepar-Lien : Tidak teraba
- Ekstermitas
Superior : Edem (-), deformitas (-), akral hangat
Inferior : Edem (-), deformitas (-), akral hangat
d) N. V (Trigeminus)
e) N. VII (Facialis)
f) N. VIII (Vestibulocochlearis)
g) N. IX (Glossopharyngeus)
h) N. X (Vagus)
Bersuara : normal
Menelan : normal
i) N. XI (Accessorius)
Memalingkan kepala : (+/+)
Mengangkat bahu : simetris
Atrofi otot bahu : (-/-)
j) N. XII (Hipoglossus)
Sikap lidah : deviasi (-)
Artikulasi : jelas
4
Tremor lidah : (-)
Atrofi otot lidah : (-)
Fasikulasi lidah : (-)
Ekstremitas
Kekuatan :
Tonus :
Trofi :
Sensibilitas :
Refleks Fisiologis :
Refleks Patologis :
Klonus :
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5
Eritrosit(juta/mm3) 3,43 3,8-5,4
Diagnosis
- Trauma Medula Spinalis
Diagnosis Banding
- HNP ( Herniasi Nukleus Pulposus )
6
Penatalaksanaan
- RL
- Ketorolac 1 amp/8jam
- Methyl prednisolon 62,5mg/8jam
- Proglitasol 30mg/24jam
- Eperison 1tab/8jam
- Novorapid 16 unit
7
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Trauma medula spinalis adalah trauma pada tulang belakang langsung maupun
tidak langsung yang menyebabkan lesi di medula spinalis sehingga sehingga
menimbulakan gangguan neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap atau
kematian.
2. ETIOLOGI
Terjadi ketika benturan fisik eksternal seperti yang diakibatkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor, jatuh atau kekerasan, merusak medula spinalis. Cedera medula
spinalis didefinisikan traumatik sebagai lesi traumatik pada medula spinalis dengan
beragam defisit motorik dan sensorik atau paralisis. Sesuai dengan American Board of
Physical Medicine and Rehabilitation Examination Outline for Spinal Cord Injury
Medicine, cedera medula spinalis traumatik mencakup fraktur, dislokasi dan kontusio
dari kolum vertebra.
3.PATOFISIOLOGI
8
Cedera medulla spinalis kebanyakan terjadi sebagai akibat cedera pada vertebra.
Medulla spinalis yang mengalami cedera biasanya berhubungan dengan akselerasi,
deselerasi, atau kelainan yang diakibatkan oleh berbagai tekanan yang mengenai tulang
belakang. Tekanan cedera pada medulla spinalis mengalami kompresi, tertarik, atau merobek
jaringan. Lokasi cedera umumnya mengenai C1 dan C2,C4, C6, dan T11 atau L2.
Fleksi-rotasi, dislokasi, dislokasi fraktur, umumnya mengenai serviikal pada C5 dan
C6. Jika mengenai spina torakolumbar, terjadi pada T12 dan L1. Fraktur lumbal adalah
fraktur yang terjadi pada daerah tulang belakang bagian bawah. Bentuk cidera ini mengenai
ligament, fraktur vertebra, kerusakan pembuluh darah, dan mengakibatkan iskemia pada
medulla spinalis.
Hiperekstensi. Jenis cedera ini umumnya mengenai klien dengan usia dewasa yang
memiliki perubahan degenerative vertebra, usia muda yang mendapat kecelakaan lalu lintas
saat mengendarai kendaraan, dan usia muda yang mengalami cedera leher saat menyelam.
Jenis cidera ini medulla spinalis bertentangan dengan ligementum flava dan mengakibatkan
kontusio kolom dan dislokasi vertebra. Transeksi lengkap dari medulla spinalis dapat
mengikuti cedera hiperekstensi. Lesi lengkap dari medulla spinalis mengakibatkan
kehilangan pergerakan volunteer menurun pada daerah lesi dan kehilangan fungsi refleks
pada isolasi medulla spinalis.
Kompresi. Cedera kompresi sering disebabkan karena jatuh atau melompat dari
ketinggian, dengan posisi kaki atau bokong (duduk). Tekanan mengakibatkan fraktur vertebra
dan menekan medulla spinalis. Diskus dan fragmen tulang dapat masuk ke medulla spinalis.
Lumbal dan toraks vertebra umumnya akan mengalami cedera serta menyebabkan edema dan
perdarahan. Edema pada medulla spinalis mengakibatkan kehilangan fungsi sensasi.
4. KLASIFIKASI
Klasifikasi dari trauma medulla spinalis terbagi menjadi 2 kategori, yaitu berdasarkan
skala impairment scale dan berdasarkan tipe atau lokasi trauma
a. Klasifikasi Impairment Scale
Menurut American Spinal Injury Association, trauma medulla spinalis
dikategorikan dalam 5 tingkatan yaitu tingkat A, B, C, D dan E. Pembagiannya
adalah sebagai berikut:
10
Konus sacral cord simetris
2. Gangguan sensorik, bilateral,
Medullaris
disosiasi sensibilitas
3. Nyeri jarang, relatif ringan,
simetris, bilateral pada
perineum dan paha
4. Refleks achilles -, patella +,
bulbocavernosus -, anal –
5. Disfungsi spinkter, ereksi,
dan ejakulasi
Sindroma Cedera akar saraf 1. Gangguan motorik sedang
Kauda Equina lumbosakral sampai berat, asimetris
2. Gangguan sensibilitas,
asimetris, tidak ada disosiasi
sensibilitas
3. Nyeri sangat berat, asimetris
4. Gangguan refleks bervariasi
5. Gangguan spinkter timbul
lambat, ringan, jarang
terdapat disfungsi seksual
11
Tanda dan gejala spinal shock meliputi flacid para lisis di bawah garis kerusakan,
hilangnya sensasi, hilangnya releks reflex spinal, hilangnya tonus vasomotor yang
mengakibatkan tidak stabilnya tekanan darah, tidak adanya keringat di bawah garis
kerusakan dan inkontinensia urine dan retensi fases.
5. Autonomic dysreflesia
Autonomic dysreflesia terjadi pada cedera thorakal enam ke atas, di mana pasien
mengalami gangguan reflex autonom seperti terjadinya bradikardia, hipertensi
paroksimal, distensi bladder.
6. Gangguan fungsi seksual
Banyak kasus memperlihatkan pada laki-laki adanya impotensi, menurunnya sensasi
dan kesulitan ejakulasi. Pasien dapat dapat ereksi tetapi tidak dapat ejakulasi.
6. DIAGNOSIS
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Computed tomography (CT scan) potongan sagital dan koronal dapat menggambarkan anatomi tulang dan fraktur terutama C7-T1
yang tidak tampak pada foto polos, MRI memberikan gambaran yang sempurna dari vertebra, diskus, dan medula spinalis serta merupakan prosedur
12
diagnostik pilihan pada pasien dengan cedera medula spinalis. Kanalis yang mengalami subluksasi, herdiasi diskus akut atau rusaknya ligamen jelas
tampak pada MRI. Selain itu, MRI juga dapat mendeteksi EDH atau kerusakan medula spinalis itu sendiri, termasuk kontusio atau daerah yang
mengalami iskemi.
8. PENATALAKSANAAN
- Alat Ortotik
Alat ortotik eksternal yang rigid (kaku), dapat menstabilisasi spinal dengan
cara mengurangi range of motion (ROM) dan meminimalkan beban pada spinal. Pada
umumnya penggunaan cervical collars (colar brace) tidak adekuat untuk C1, C2 atau
servikotorak yang instabil. Cervicothoracic orthoses brace diatas torak dan leher,
meningkatkan stabilisasi daerah servikotorak. Minerva braces meningkatkan
stabilisasi servikal pada daerah diatas torak hingga dagu dan oksiput. Pemasangan alat
yang disebut halo-vest paling banyak memberikan stabilisasi servikal eksternal.
Empat buah pin di pasangkan pada skul (tengkorak kepala) untuk mengunci halo ring.
Stabilisasi lumbal juga dapat digunakan sebagai torakolumbal ortose.6
13
A. B. C.
Gambar 10. Alat ortose rigid, A. Cervicothoracic orthoses brace, B. Minerva
brace, C. Halo ring.9
- Operasi
Indikasi untuk operasi adalah adanya fraktur, pecahan tulang yang menekan
medula spinalis, gambaran neurologis yang progresif memburuk, fraktur atau
dislokasi yang labil, terjadinya herniasi diskus intervertrebalis yang menekan medula
spinalis.
9. PROGNOSIS
14
DAFTAR PUSTAKA
Clara Valley. (2013). Spinal Cord Injury Facts and Figures at a Glance. University of
Alabama at Birmingham. Cited 2015 Agus 20. Available from
https://www.nscisc.uab.edu/PublicDocuments/fact_figures_docs/Facts%202013.pdf
De. Jong dan sjamsunhidayat. (2007). Buku Ajar Ilmu Bedah . edisi 3. EGC: Jakarta
Liwang frans, Tanto,C. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. edisi 4. Media aesculapius;
Jakarta.
Mardjono, Mahar & Sidharta Priguna. (2014). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
Margaret C. Spinal cord injury . World Health Organization. 2013 . Cited 2015 Agus 20.
Available from
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/94190/1/9789241564663_eng.pdf.
15