Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr.Wb.
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah. SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan Anugerah-Nya yang telah di berikan kepada penyusun sehingga tersusunlah buku
panduan Triage RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto.
Panduan triage pasien adalah proses pemilahan dan penilaian pasien selama perawatan
di IGD dimana pasien di triage berdasarkan kebutuhan medis.
Panduan triage bertujuan untuk memastikan pasien yang akan mendapatkan perawatan
emergensi akan mendapatkan perawatan yang tepat, di lokasi yang tepat, sesuai derajat
kegawatdaruratanya agar pelayanan pasien yang mengancam jjiwa segera mendapatkan
intervensi yang tepat waktu.
Semoga dengan adanya panduan ini dapat meningkatkan pelayanan di RSIA ‘Bunda
arif’ Purwokerto dan sebagai bahan panduan untuk pasien yang akan melakukan triage.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.

Penyusun

Panduan Triase
RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto
Halaman Judul
Surat Keputusan Direktur
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I DEFISINI
A. Definisi
B. Tujuan
BAB II RUANG LINGKUP
BAB III TATA LAKSANA
A. Sistem Triage
B. Proses Triage
BAB IV DOKUMENTASI
KEPUSTAKAAN

Panduan Triase
RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto
PANDUAN
TRIAGE
INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK


‘Bunda arif’
PURWOKERTO
2018

Panduan Triase
RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto
BAB I

DEFINISI

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari kematian atau
kecacatan. Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula mengendalikan atau
meminimalkan risiko baik klinis maupun non klinis yang mungkin terjadi selama
proses pelayanan kesehatan berlangsung, sehingga terlaksana pelayanan yang aman
bagi pasien.

Triage merupakan proses formal dalam penilaian dan pemilahan pasien yang
sifatnya segera dari seluruh pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Triage berasal dari bahasa Perancis 'otrier" yang berarti memilah, mengidentifikasi,
mengklasifikasi atau memilih. Awalnya diterapkan dalam perang Napoleon, dimana
para korban ditriage berdasar pada kebutuhan medis bukan pada pangkat atau kelas
sosial (Dong dan Bullard,2009).

Sistem triage bertujuan untuk memastikan pasien yang ingin mendapatkan


perawatan emergensi akan menerima perhatian yang tepat, di lokasi yang tepat, yang
sesuai dengan derajat kegawatannya. Suatu sistem triage yang efektif
mengklasifikasikan pasien ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan keluhan atau
cedera akutnya dan bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dengan keluhan atau
cedera yang mengancam jiwa segera mendapatkan intervensi dan alokasi
sumberdayayangterbesar serta tepat waktu. Suatu sistem triage IGD yang ideal secara
akurat memprioritaskan pasien berdasarkan intervensi kegawatannya untuk
menghindari underlriage atau overliage (mengkategorikan pasien lebih rendah atau
lebih tinggi dari temuan klinis sebenarnya) (Wulp, 1982).

Konsep kegawatan merupakan hal pokok dalam triage di kedokteran emergensi.


Kegawatan berhubungan dengan konsep waktu dan dibedakan dengan keparahan.
Kondisi urgent bisa saja tidak parah (misalnya: dislokasi sendi), sementara penyakit
yang parah bisa saja bukan kegawatan (Fitzgerald, 2010).

Panduan Triase
RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto
Beberapa sistem Triage telah di kembangkan, dalam literatur seringkali di sebut
The Australian Triage Scale, The Manchester Triage System, The Canadia Triage and
Acuity Scale, dan The Emergency Severity Index. RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto
menerapkan pelabelan warna sesuai dengan triase pelabelan korban massal. Dengan
kategori sebagai berikut pasien dengan label merah berarti membutuhkan pertolongan
darurat dan cepat (Resusitasi dan Pasien Klinis), pasien dengan label kuning berarti
membutuhkan pelayanan yang dapat ditunda,(Emergency Mayor), pasien dengan label
hijau berarti tidak dalam kondisi gawat darurat dan dapat ditunda (Bukan Emergensi).
Pasien dengan label hitam berarti pasien sudah tidak dapat ditolong dan usia harapan
hidup sangat tipis atau DOA ( Death On Arivval).

Pasien-pasien yang datang ke IGD akan menjalani penilaian awal oleh petugas
IGD/petugas triase untuk memastikan kebutuhan klinis kegawatanya. Pada penilaian
awal ini, pasien akan memberikan riwayat singkat tentang penyakitnya dan kemudian
suatu kategori di terapkan kepada pasien tersebut.

Banyak sistem skoring dikembangkan untuk memprediksi kategori triage apa yang
harus diberikan kepada pasien yang datang ke IGD, namun dari banyak sistem tersebut
menggunakan beberapa parameter fisiologis klinis dan laboratoris yang tidak tersedia
pada proses triase awal di IGD. Penggunaan skor fisiologis yang simpel dalam
identifikasi dini pasien-pasien yang berrisiko mengalami deteriorisasi (perburukan),
dapat memberikan kategori triage yang tepat kepada pasien-pasien yang datang ke IGD.
Skor fisiologis tersebut juga dapat menjadi dasar bilamana terjadi tumpang tindih dalam
memutuskan prioritas penanganan pasien-pasien yang menjalani triage.

Mengartikan keluhan utama saja tidak akan berhubungan dengan situasi yang dilihat
dari diagnosis klinis saja, tetapi dapat pula dilihat dari perubahan fisiologis. Pasien
dengan keluhan sederhana namun dengan risiko memburuk akan ditunjukkan oleh
perubahan-perubahan fisiologis yang bisa diukur melalui tanda-tanda vital (Labaf, dkk.,
2010). The worthing Psycological scoring system (WPSS) adalah suatu sistem skoring
prognostik sederhana yang mengindentifikasi penanda fisiologik pada tahap awal untuk
melakukan tindakan secepatnya, yang dituangkan dalam bentuk interuention-calling
score. Pengukuran tanda vital pada WPSS mencakup tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernapasan, temperature, saturasi oksigen, dan tingkat kesadaran berdasar
AVPU (alert, verbal, pain, unresponsive) (Duckitt, dkk., 2007).

Panduan Triase
RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto
Triage adalah suatu proses yang dinamik, status atau keadaan pasien dapat berubah
menjadi tebih baik maupun menjadi lebih buruk karena cederanya maupun sebagai
dampak dan tindakan yang dilakukan. Triage harus diulang-ulang selama masih dalam
penanggulangan cederanya. Dapat dilakukan di tempat kejadian, di daerah triage
sebelum dilakukan evakuasi, tiba di IGD, selama resusitasi maupun sesudahnya,
sebelum maupun sesudah operasi, dan setelah tiba di ruangan. Triage dilakukan hanya
dalam waktu 60 detik tanpa interverensi tindakan apapun.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Tujuan dari triage dimanapun di lakukan, bukan saja supaya The Right Patient To The
Right Hospital By The Right Ambulance At The Right Time Tetapi Juga To Do Most
For The Most.

Jadi Tujuan triage adalah memilah dan menilai pasien agar mendapatkan pertolongan
medik secara cepat dan tepat sesuai dengan kategori kegawatdaruratan dan sesuai
dengan penyakitnya.

Panduan Triase
RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto
BAB II

RUANG LINGKUP

A. Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :


1. Kriteria Triage, evaluasi visual /pengamatan, pemeriksaan fisik / hasil dari
pemeriksaan fisik, psikologik (Prosedur Kerja IGD)
2. Laboratorium klinik (Prosedur Kerja Laboratorium)
3. Diagnostik Imajing sebelumnya.

B. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat

Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan
melibatkan berbagai multidisiplin.

2. Triage

Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /


penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.

3. Prioritas

Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan


pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

4. Survey Primer

Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.

5. Survey Sekunder

Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan


anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada, berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak
segera diatasi.

6. Pasien Gawat darurat

Panduan Triase
RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya.

7. Pasien Gawat Tidak Darurat

Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut.

8. Pasien Darurat Tidak Gawat

Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.

9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat

Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya.

10. Kecelakaan ( Accident )

Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya


mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan
sosial.

Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :

1. Tempat kejadian :

 Kecelakaan lalu lintas

 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga

 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan

 Kecelakaan di sekolah

 Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,


perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.

2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar
baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.

Panduan Triase
RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time )

b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.

Panduan Triase
RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto
BAB III

TATA LAKSANA

Sumber daya manusia sangat memegang peran penting untuk tercapainya kepuasan
para pasien di IGD. Dokter dan paramedis yang bertugas di IGD dituntut untuk dapat
melakukan triage secepat dan setepat mungkin, agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan
pemilahan saat triage.

Triage dikelompokan dalam beberapa macam dengan tanda sebagai berikut :

A. Pasien Dengan Label Merah


Pasien dengan label merah berarti membutuhkan pertolongan darurat dan cepat
B. Pasien Dengan Label Kuning
Pasien dengan label kuning berarti membutuhkan pelayanan yang dapat ditunda
C. Pasien Dengan label Hijau
Pasien dengan label hijau berarti tidak dalam kondisi gawat darurat dan dapat ditunda.
Suatu keadaan yang tidak memerlukan pertolongan segera.
D. Pasien Dengan Label Hitam
Pasien dengan label hitam berarti pasien sudah tidak dapat ditolong dan usia harapan hidup
sangat tipis atau penderita yang sudah meninggal ( Death On Arivval/ DOA). Tidak ada
respon pada semua rangsangan, tidak ada respirasi spontan, tidak ada bukti aktivitas
jantung, tidak ada repon pupil terhadap cahaya.
Setiap pasien masuk IGD RSIA ‘Bunda arif’ dilakukan pemeriksaan dan terencana
tindakan sesuai dengan kasusnya. Pasien yang tidak gawat darurat di bagi dua yaitu pasien
poliklinik atau pasien yang perlu rawat inap.

Sedangkan prosedur yang harus dilakukan saat pasien datang antara lain sbb :

1. Pasien datang ke IGD RSIA ‘Bunda arif’, baik yang datang sendiri ataupun rujukan,
akan langsung di terima oleh perawat atau dokter jaga dan di lakukan triase.
2. Dokter/perawat melakukan Triage secara cepat dan tepat, kemudian pasien diberi label
warna yang sesuai (pada korban massal/ Mettag Triase).
3. Keluarga atau perujuk diarahkan untuk mendaftar di loket pendaftaran.
4. Dalam keadaan tertentu langsung dilakukan resusitasi di tempat resusitasi.
5. Pasien ditempatkan pada ruangan sesuai dengan kasusnya :

Panduan Triase
RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto
a. Apabila terdapat tanda-tanda gangguan Airway Breathing Circulation (ABC)
berat atau penurunan kesadaran, maka perawat triage langsumg mengantar
pasien ke ruang resusitasi atau P-l ( Merah ) dan melakukan triage di ruangan
tersebut.
b. Apabila tidak terdapat tanda ancaman jiwa, maka perawat menerima dan
melakukan pemeriksaan terhadap pasien di ruang triage untuk menentukan
prioritas terhadap pasien tersebut. Setelah perawat triage menentukan tingkat
kegawatan pasien, maka perawat triage mengirim pasien beserta lembaran
statusnya ke bilik prioritas sesuai kegawatan pasien. Pasien akan dimasukkan
kebilik P-2 (Kuning)
c. bila terdapat gangguan ABC ringan dan nilai Glasgow Coma Scale (GCS) 15,
pasien terasa nyeri hebat atau mengalami fraktur terbuka. Apabila ABC pasien
tidak terganggu, dan mempunyai keluhan simptomatis atau luka ringan, GCS
15, maka akan dimasukkan ke bilik P-3 (Hijau).
d. Penentuan prioritas oleh perawat triage adalah berdasarkan keluhan utama dan
diagnosis awal yang sesuai dengan pelabelan Triase Mettag dan tingkat
gangguan ABC dan di validasi menggunakan WPSS untuk pengambilan
keputusan.
6. Pelayanan di ruang kritis (critical care) mencakup pelayananan prioritas 1 (P-1/merah)
dan prioritas 2 (P-2/ kuning ). Semua kasus di ruang ini harus sepengetahuan dokter
spesialis on site maupun on call.

Panduan Triase
RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto
BAB IV

DOKUMENTASI

 Hasil triage pasien didokumentasikan tertulis di dalam rekam medis pasien.


 Hasil re-triage pasien didokumentasikan tertulis dalam lembar status rekam medis
pasien IGD yang merupakan bagian dari rekam medis pasien'

Panduan Triase
RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto
KEPUSTAKAAN
 Advanced Trauma Life Support for Doctors, Student Course Manual, Eighth Edition,
American College of Surgeons Committee on Trauma, Diterjemahkan & dicetak oleh
komisi trauma .'IKABI", tahun 2008.
 Buku Panduan BT&CLS (Basic Trauma Life Support And Basic Cardiac Life Support)
Edisi Keempat, Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, tahun 2011.
 Emergency Severity Index (ESI : A Triage Tool For Emergency Departmnt ,www.ahrq-
gov/pr:oI'essionals/systems/hospitaliesi/c'si.html;
 Emergency Care Singapore General Hospital. www.sgh.sorn.sg;
 Materi Pelatihan GELS (General Emergency Life Support), Departemen Kesehatan RI
- - Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Edisi ke-7, September 2006.
 Dong SL., Bullard M., 2009. Emergency Department Triage dalam Rowe BH. (Ed),
Evidence-based Emergency Medicine,Blacltwell Publishing Ltd. uK. p. 58-65
 Duckitt RW., et al. Worthing Physiological Scoring System: derivation and validation
of
 a physiological early-warning system for medical admissions. An observational,
 population-based single-centre study. British Journal of Anaesthesia 98 (6): 769-774.
 2007
 Fttzgerald D, et al.Emergency department triage revisited. Emerg Med J, 27:86-
92.2010
 Labaf A, et al. Evaluation of the modified acute physiology and chronic health
evaluation scoring system for prediction of mortality in patients admitted to an
emergency department. Hong Kong J Emerg Med, l7(5). 2010
 Wulp I, et al. Association of the Emergency Severity Index triage categories with
patient's vital signs attriage: a prospective observational study. Emerg Med J.2010

Panduan Triase
RSIA ‘Bunda arif’ Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai