Anda di halaman 1dari 2

Alkalimetri

 Pengertian
Saat kita ingin mengetahui suatu larutan atau senyawa tertentu bersifat asam atau basa,
biasanya digunakan reaksi asam- basa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meneteskan
larutan asam yang sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Pada pembahasan kali ini,
kita akan mempelajari “Alkalimetri”. Apakah alkalimetri itu? Jika alkalimetri dipenggal
menjadi dua suku kata menjadi Alkali = basa; Metri= pengukuran. Alkalimetri merupakan
penetapan kadar senyawa- senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan baku
basa sebagai alat ukurnya. Salah satu cara yang biasa digunakan menggunakan saat praktikum
ialah dengan metode titrasi.
Prinsip yang mendasari dari titrasi alkalimetri adalah reaksi Netralisasi. Reaksi netralisasi
sendiri merupakan reaksi antar ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida
yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang memiliki sifat netral. Selain itu, reaksi
netralisasi biasa disebut sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima
proton(basa).
Dalam melakukan titrasi alkalimetri, menggunakan larutan baku(standar) basa. Larutan
yang biasanya sering digunakan adalah atrium hidroksida(NaOH). Standarisasi NaOH sendiri
dapat dilakukan dengan asam oksalat. Hidroksida- hidroksida dari natrium, kalium, dan
barium biasanya digunakan sebagai larutan standar alkalis(basa). Ketiga zat tersebut sangat
mudah larut dalam air dan merupakan basa kuat.
Dalam alkalimetri larutan standar berfungsi sebagai penentu konsentrasinya. Larutan
standar sendiri adalah larutan yang dengan tepat dapat diketahui konsentrasinya dan dipakai
sebagai pereaksi. Larutan standar dapat digolongkan menjadi :
a. Larutan standar primer
Larutan standar primer adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan
pasti untuk menstandarkan sebuah larutan. Syarat- syarat larutan standar primer
adalah sebagai berikut :
- Larutan memiliki kemurnian yang tinggi
- Larutan mudah diperoleh dan dikeringkan
- Larutan mudah diperiksa kemurniannya
- Tidak bersifat higroskopis dan tidak mudah teroksidasi oleh udara.
Contoh larutan standar: Na2CO3, MgO, Na2B4O7.(basa)
b. Larutan standar sekunder
Larutan standar sekunder ialah suatu larut standar yang konsentrasinya dapat
diketahui dengan menggunakan larutan standar primer sebagai pembanding.
Larutan ini biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni.
- Higroskopis, tidak mudah dikeringkan, menyerap CO2 saat penimbangan.
- Derajat kemurnian lebih rendah dibandingkan larutan standar primer.
- Larutannya relatif stabil dalam penyimpanannya.
- Larutan ini sangat bergantung pada jenis zat yang ditimbangnya/ dibuat.
Contoh daripada larutan standar sekunder ialah : NaOH, KMnO4, KOH.
c. Larutan standar tersier
Larutan standar tersier merupakan larutan standar yang konsentrasinya dapat
diketahui dengan membandingkan larutan ini sama larutan standar sekunder.
Saat kita melakukan titrasi alkalimetri, faktor utama dalam melakukan pengukuran
adalah [H+] dan [OH-] dalam larutan tersebut, baik sebagai tiran maupun sebagai titrat. Oleh
karena itu, maka dalam mempersiapkan larutan pemeriksaan harus menggunakan air suling
sebagai bahan pelarut, sebab air suling termasuk larutan yang netral.
Syarat- syarat untuk dapat melakukan analisis volumetrik adalah sebagai berikut :
1. Reaksinya harus bisa berlangsung cepat.
2. Reaksi harus sederhana serta dapat dinyatakan menggunakan persamaan reaksi
yang kuantitatif.
3. Harus ada perubahan yang terlihat saat titik ekuivalen tercapai, baik secara
kimia maupun fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan secara kimia
maupun fisika.

 Daftar pustaka
- Shevla G., Pujaatmaka Hadyana A., dan Setiono L. 1985. VOGEL:Buku Teks
Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro, Jakarta: Kalman Media
Pustaka.
- Keenan, C.W, dkk. 1998. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai