Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN PHB PERTEMUAN 10: DISTRIBUSI BARANG DAN

PERIZINAN USAHA
KELOMPOK 6: Andi Apriliani Balqis (1806267853), Mufqi
Mulia(1806268093), Saviera Rahmanita (1806268225)

Pembayaran Barang

Terkait dengan topik Perikatan, salah satu penyebab hapusnya perikatan adalah karena pembayaran atau
bisa disebut dengan pemenuhan perikatan. Pembayaran yang disebut juga dengan pemenuhan perikatan
berarti pembayaran ini tidak melulu berupa pembayaran menggunakan Uang.

Berikut syarat bentuk pembayaran barang:

1. Tunai atau kontan, artinya pembayaran dilakukan saat terjadi transaksi.


2. n/30, artinya pembayaran dilakukan paling lambat 30 hari setelah terjadinya
3. transaksi.
4. n/EOM (End of Month), artinya pembayaran dilakukan paling lambat akhir bulan.
5. n/10 EOM, artinya pembayaran dilakukan paling lambat 10 hari setelah akhir bulan
6. 2/10,n/30 artinya bila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari atau kurang.
7. setelah tanggal transaksi, terdapat potongan 2%, jangka waktu kredit 30 hari.

Bentuk pembayaran tersebut dapat dibayarkan dengan macam pembayaran berikut:

1. Cek: Cek adalah surat perintah membayar (KUHD); Cek adalah surat perintah tidak
bersyarat untuk membayar sejumlah dana yang tercantum dalam cek. (Bank Indonesia)
2. Bilyet Giro: Bilyet Giro adalah surat perintah pemindah bukuan (Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia Nomor 28/32/KEP/DIR tanggal 4 Juli 1995 tentang Bilyet Giro)
3. Letter of Credit: L/C adalah suatu pernyataan tertulis dari bank atas permintaan nasabah
untuk menyediakan dan menyelesaikan suatu jumlah kewajiban tertentu bagi
kepentingan pihak ketiga (beneficiary), dengan syarat-syarat yang ditentukan. (Maybank)

Pihak yang dapat melakukan pembayaran: (Pasal 1382 KUH Perdata)

1. Debitur
2. Pihak ketiga yang berkepentingan, pihak yang turut berutang atau pihak penanggung utang.
3. Pihak ketiga lainnya yang tidak berkepentingan, asal pihak ketiga tersebut tidak bertindak atas
nama dan untuk melunasi utang debitur, atas nama sendiri asal ia tidak menggantikan hak-hak
debitur.

Pihak yang berhak menerima pembayaran: (Pasal 1385 KUH Perdata)

1. Kreditur
2. Orang yang dikuasakan oleh kreditur.
3. Orang yang dikuasakan oleh Hakim.
4. Seorang yang oleh undang-undang ditentukan untuk menerima pembayaran bagi kreditur.

Pembayaran perikatan ini akan mengakibatkan jatuhnya kepemilikan dimana diatur dalam Pasal 1384
KUH Perdata yang menurutnya Orang yang membayar adalah pemilik mutlak dari barang yang dibayarkan
dan berkuasa memindah tangankannya.

Ketentuan terkait pembayaran dalam jual-beli:

1. Tempat dan waktu pembayaran


Maksudnya ialah jelas Tempat dan Waktu penyerahan atau sesuai Tempat dan Waktu yang
disepakati pada perjanjian jual beli.
2. Yang melakukan pembayaran
3. Uang muka
4. Yang digunakan sebagai pembayaran
Bentuk pembayaran harus disetujui oleh kreditur terlebih dahulu.
5. Angsuran
6. Yang menerima pembayaran

Penyerahan Barang

Syarat Penyerahan Barang: (Pasal 584 KUH Perdata)

1. Penyerahan harus didasarkan atas sesuatu peristiwa perdata (rechtstilel) untuk


memindahkan hak milik. Dengan kata lain penyerahan harus mempunyai sebab
atau causa yang sah. Pada umumnya sebab dari penyerahan ialah perjanjian jualbeli.
Tetapi sebab atau peristiwa itu bisa juga perjanjian hibah, perjanjian tukar
menukar, suatu hibah wasiat atau suatu perbuatan melawan hukum (pasal 1365)
2. Penyerahan harus dilakukan oleh orang yg berhak berbuat bebas terhadap benda.

Pengangkutan dan Pengiriman

Pengertian pengangkutan sendiri tidak diatur dalam KUHD, tetapi mengenai hal ini Abdul Kadir
Muhammad merumuskan sebagai berikut : “ proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke dalama
alat pengangkutan, membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ketempat tujuan dan
menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkut ke tempat yang ditentukan”. Sedangkan
Purwosucipto memberikan pegertian sebagai berikut : Perjanjian timbal balik antara pengangkutan dan
pengiriman dimana pengangkutan mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau
orang di suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. Sedangkan pengirim mengikatkan diri
untuk membayar uang angkutan. Dari beberapa definisi tersebut dapat diketahui berbagai aspek
pengangkutan. Menurut Abdul Kadir Muhammad dalam definisi pengangkutan aspek-aspeknya meliputi
:

1. Pelaku yaitu orang yang emlakukan pengangkutan berupa badan usaha seperti perusahaan
pengangkutan.

2. Alat pengangkutan yaitu alat yang digunakan untuk menyelenggarakan pengangkutan seperti
kendaraan bermotor, kapal laut dan lain-lain.
3. Barang yaitu muatan yang diangkut. Barang perdagangan yang sah menurut Undang-undang.

4. Perbuatan yaitu kegiatan pengangkutan barang atau orang sejak pemuatan sampai penurunan
ditempat tujuan.

5. Fungsi pegangkutan meningkatkan kegunaan dan nilai barang .

6. Tujuan pengangkutan yaitu sampai ditempat tujuan yang ditentukan dengan selamat.

Jenis-Jenis Pengangkutan Dalam masyarakat dikenal dengan adanya 3 jenis pengangkutan yaitu:

1) Pengangkutan darat, diatur dalam :

1. KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) Buku 1, Bab 2 dan 3 mulai pasal 90-98. Dalam
pengangkutan darat dan pengangkutan perairan darat tetapi hanya khusu mengenai pengangkutan
barang.

2. KUHPer (Kitab Undang-undang Hukum Perdata) dalam pasal 1365 KUHPerdata menyebutkan
bahwa : „tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut‟.
Pasal 1367 ayat 1 KUHPerdata menebutkan bahwa seseorang ridak saja bertanggung jawab untuk
kerugian yang disebabkan perbuatan sendiri tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan oleh-oleh
barang yang berada dibawah pengawasannya.

3. Peraturan Khusus lainnya misal Undang-undang No 3 Tahun 1965 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Raya, Undang-undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2) Pengangkutan Laut diatur dalam :

1. KUHD, Buku 2, Bab V tentang perjanjian carter kapal


2. KUHD, Buku 2, Bab Va tentang pengangkutan barang-barang
3. KUHD, Buku 2,Bab Vb tentang pengangkutan orang
4. Undang-undang No 17 Tahun 2008 Tentang pelayaran

3) Pengangkutan Udara diatur dalam :

1. S.1939-100 bsd Undang-undang No 83 Tahun 1958


2. Undang-undang No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

Perjanjian Pengangkutan
Menurut Pasal 1313 KUH Perdata perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari peristiwa ini, timbulah suatu hubungan
hukum antara dua orang atau lebih yang disebut perikatan yang di dalamya terdapat hak dan kewajiban
masingmasing pihak. Perjanjian adalah sumber perikatan, perikatan yang berasal dari perjanjian
dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari
undang-undang dibuat atas dasar kehendak yang berhubungan dengan perbuatan manusia yang terdiri
dari dua pihak.13 Sedangkan menurut Poerwosutjipto mengatakan bahwa pengangkutan adalah
perjanjian timbalbalik antara pengangkut dengan pengirim dimana pengangkut mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari satu tempat ke tempat tertentu dengan
selamat,sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. Dasar perjanjian sendiri
adalah Pasal 1320 KUHPerdata:
a. Adanya Kesepakatan para pihak
b. Kecakapan bertindak
c. Suatu hal tertentu
d. Sebab yang halal
menurut Subekti :
Suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari
suatu tempat kelain tempat, sedangkan pihak lainnnya menyanggupi akan membayar ongkosnya.
Unsur-unsur perjanjian pengangkutan:
1. Perjanjian timbal balik yaitu suatu perjanjian dimana para pihak mempunyai hak dan kewajiban sama
2.Para pihak adalah pengangkut, penumpang,pengirim walaupun dimungkinkan adanya pihak ketiga yang
berkepentingan.
3.Obyek pengangkutan adalah barang dan atau orang
4.Kewajiban pengangkut menyelenggarakan pengangkutan dengan selamat
5.Kewajiban pengirim, penumpang membayar biaya pengangkutan
Pengertian pengangkut Menurut Purwosutjipto :
Orang Yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang
dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat.
Sedangkan pengertian pengirim adalah Pihak yang membuat perjanjian pengangkutan dengan pihak
pengangkut untuk menyelenggarakan pengangkutan dengan selamat, sesuai dengan perjanjian, dan
sebagai kontra prestasinya pengirim membayar biaya pengangkutan.
Penerima adalah pihak ketiga yang berkepentingan terhadap diterimanya barang kiriman.Sipenerima
disini mungkin si pengirim yang telah mengadakan perjanjian pengangkutan dengan pengangkut, mungkin
juga pihak ketiga yang tidak ikut di dalam perjanjian.
Dasar hukum penerima adalah 1317 (1) BW, 1317 (2) BW. Dasar hokum pemberian kuasa adalah 370
KUHD dan 371 KUHD.
Dasar Dokumen pengangkutan : Surat muatan/Vracht Brief (Pasal 90 KUHD)
Surat angkutan merupakan perjanjian antara pengirim atau ekspeditur dengan pengangkut atau
nahkoda, dan memuat selain apa yang telah diperjanjikan antara pihak-pihak baik tentang selesainya
pengangkutan, penggantian kerugian bilamana terjadi kelambatan maupun lain-lain :
1. Nama dan berat atau ukuran barang yang diangkut, beserta merk-merk dan jumlahnya
2. Nama orang kepada siapa barang dikirim
3. Nama dan tempat kediaman pengangkut
4. Jumlah biaya angkutan
5. Tanggal pengangkutan
6. Tanda tangan pengirim/ekspeditur.

Hak Retensi Pasal 493 KUHD :


Kecuali yang ditentukan dalam ayat kedua dari pasal ini, pengangkut tidak wenang menahan barang
padanya untuk jaminan bagi apa yang terhutang kepadanya dari sebab pengangkutan dan sebagai urunan
dalam averij umum, suatu janji yang bertentangkan dengan ini adalah batal.
Penitipan Pasal 468 KUHD:
Perjanjian pengangkutan mewajibkan pengangkut menjaga keselamatan barang yang diangkut sejak saat
penerimaannya sampai saat penyerahan.

Dasar hukum tanggung jawab pengangkut:


Pasal 91 KUHD
Pengangkut dan nahkoda harus menanggung semua kerusakan yang terjadi atau benda-benda
perniagaan atau benda-benda yang diangkut, kecuali kerusakan yang disebabkan karena cacat pada
benda sendiri, atau karena kesalahan/kelalaian si pengirim/ekspeditur, karena keadaan memaksa.
Pasal 468 KUHD
Pengangkut wajib mengganti rugi yang disebabkan :
Tidak diserahkannya barang baik seluruhnya atau sebagian atau karena kerusakan barang, kecuali
hal tersebut akibat peristiwa yang sepantasnya tidak dapat dicegah/dihindari, akibat dari sifat,
keadaan/cacat barang, kesalahan pengirim.

Pasal 234 (1) UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
- Pengemudi,pemilik kendaraan bermotor, dan/atau perusahaan angkutan umum bertanggung jawab
atas kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pemilik barang dan/atau pihak ketiga karena
kelalaian pengemudi.
Ketentuan di atas tidak berlaku jika:
- adanya keadaan memaksa
- perilaku korban sendiri
- Gerakan orang dan/atau hewan walaupun telah diambil tindakan pencegahan
- Besarnya ganti kerugian adalah ditentukan berdasarkan keputusan pengadilan.
Ekspeditur (pasal 86-90 KUHD)
adalah orang yang pekerjaannnya menyuruh org lain u/ menyelenggarakan pengangkutan
barang2 dagangan. Perjanjian yang dibuat antara ekspeditur dan pengirim disebut perjanjian ekspedisi.
Sedangkan perjanjian yang dibuat antara ekspeditur , atas nama pengirim dg pengangkut disebut
perjanjian pengangkutan.
Hak dan kewajiban pengangkut :
1. Sebagai pemegang kuasa
Ekspeditur melakukan perbuatan hukum atas nama pengirim. (psl 1792-1819 BW tentang
Pemberian Kuasa)
2. Sebagai Komisioner (berlaku ps.76 KUHD)
3. Sebagai penyimpan barang (berlaku ps. 1694 BW)
4. Sebagai penyelenggara urusan (berlaku 1354 BW)
5. Register dan surat muatan
6. Hak Retensi

Tugas dan tanggung jawab ekspeditur


 Mencarikan pengangkut yang baik bagi si pengirim
 Menyelenggarakan pengiriman selekas-lekasnya dgn rapi pada barang-barang yg telah diterimanya
 Menjamin keselamatan barang

Batas tanggung jawab ekspeditur:


 TJ Ekspeditur berhenti pada saat barang2 pengirim telah diterima pengangkut (ps.88 KUHD)
 Kerugian-kerugian setelahnya, harus dibuktikan terlebih dahulu kesalahan atau kelalaian ekspeditur ( ps.
89 KUHD )

Dasar Hukum Wajib Daftar Perusahaan

Pertama kali diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 23 Para persero firma
diwajibkan mendaftarkan akta itu dalam register yang disediakan untuk itu pada kepaniteraan raad van
justitie (pengadilan Negeri) daerah hukum tempat kedudukan perseroan itu. Selanjutnya pasal 38 KUHD :
Para persero diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam keseluruhannya beserta ijin yang
diperolehnya dalam register yang diadakan untuk itu pada panitera raad van justitie dari daerah hukum
kedudukan perseroan itu, dan mengumumkannya dalam surat kabar resmi.
Dari kedua pasal di atas firma dan perseroan terbatas diwajibkan mendaftarkan akta pendiriannya pada
pengadilan negeri tempat kedudukan perseroan itu berada, selanjutnya pada tahun 1982 wajib daftar
perusahaan diatur dalam ketentuan tersendiri yaitu UUWDP yang tentunya sebagai ketentuan khusus
menyampingkan ketentuan KUHD sebagai ketentuan umum. Dalam pasal 5 ayat 1 UUWDP diatur bahwa
setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di kantor pendaftaran perusahaan.
Pada tahun 1995 ketentuan tentang PT dalam KUHD diganti dengan UU No.1 Tahun 1995, dengan adanya
undang-undang tersebut maka hal-hal yang berkenaan dengan PT seperti yang diatur dalam pasal 36
sampai dengan pasal 56 KUHD beserta perubahannya dengan Undang-Undang No. 4 tahun 1971
dinyatakan tidak berlaku.
Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan UUWDP pada tahun 1998 diterbitkan Keputusan Menperindag
No.12/MPP/Kep/1998 yang kemudian diubah dengan Keputusan Menperindag No.327/MPP/Kep/7/1999
tentang penyelenggaraan Wajib Daftar Perusahaan serta Peraturan Menteri Perdagangan No. 37/M-
DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Wajib Daftar Perusahaan. Keputusan ini dikeluarkan
berdasarkan pertimbangan bahwa perlu diadakan penyempurnaan guna kelancaran dan peningkatan
kualitas pelayanan pendaftaran perusahaan, pemberian informasi, promosi, kegunaan pendaftaran
perusahaan bagi dunia usaha dan masyarakat, meningkatkan peran daftar perusahaan serta menunjuk
penyelenggara dan pelaksana WDP. (I.G.Rai Widjaja, 2006: 273)
Ketentuan Wajib Daftar Perusahaan
Dalam Pasal 1 UU Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, ketentuan-
ketentuan umum yang wajib dipenuhi dalam wajib daftar perusahaan adalah :
1. Daftar Perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan
ketentuan Undang-undang ini dan atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang
wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor
pendaftaran perusahaan. Daftar catatan resmi terdiri formulir-formulir yang memuat catatan lengkap
mengenai hal-hal yang wajib didaftarkan;
2. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap
dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik
Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Termasuk juga perusahaan-perusahaan
yang dimiliki atau bernaung dibawah lembaga-lembaga sosial, misalnya, yayasan.
3. Pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau persekutuan atau badan hukum yang
menjalankan sesuatu jenis perusahaan. Dalam hal pengusaha perseorangan, pemilik perusahaan adalah
pengusaha yang bersangkutan.
4. Usaha adalah setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang perekonomian,
yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba;
5. Menteri adalah Menteri yang bertanggungjawab dalam bidang perdagangan.

Tujuan dan Sifat Wajib Daftar Perusahaan


Daftar Perusahaan bertujuan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar dari suatu
perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai
identitas, data, serta keterangan lainnya tentang perusahaan yang tercantum dalam Daftar Perusahaan
dalam rangka menjamin kepastian berusaha ( Pasal 2 ).
Tujuan daftar perusahaan :
1. Mencatat secara benar-benar keterangan suatu perusahaan meliputi identitas, data serta
keterangan lain tentang perusahaan.
2. Menyediakan informasi resmi untuk semua pihak yangberkepentingan.
3. Menjamin kepastian berusaha bagi dunia usaha.
4. Menciptakan iklim dunia usaha yang sehat bagi dunia usaha.
5. Terciptanya transparansi dalam kegiatan dunia usaha.
Daftar Perusahaan bersifat terbuka untuk semua pihak. Yang dimaksud dengan sifat terbuka adalah
bahwa Daftar Perusahaan itu dapat dipergunakan oleh pihak ketiga sebagai sumber informasi ( Pasal 3 ).
Setiap orang yang berkepentingan dapat memperoleh salinan atau petikan resmi dari keterangan yang
tercantum dalam Daftar Perusahaan tertentu, setelah membayar biaya administrasi yang ditetapkan oleh
Menteri Perdagangan.
Kewajiban Pendaftaran
Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan. Pendaftaran wajib dilakukan oleh pemilik
atau pengurus perusahaan yang bersangkutan atau dapat diwakilkan kepada orang lain dengan
memberikan surat kuasa yang sah. Apabila perusahaan dimiliki oleh beberapa orang, para pemilik
berkewajiban untuk melakukan pendaftaran. Apabila salah seorang daripada mereka telah memenuhi
kewajibannya, yang lain dibebaskan daripada kewajiban tersebut.
Apabila pemilik dan atau pengurus dari suatu perusahaan yang berkedudukan di wilayah Negara Republik
Indonesia tidak bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia, pengurus atau kuasa yang
ditugaskan memegang pimpinan perusahaan berkewajiban untuk mendaftarkan ( Pasal 5 ).
Cara dan Tempat Serta Waktu Pendaftaran
Menurut Pasal 9 Pendaftaran dilakukan dengan cara mengisi formulir pendaftaran yang ditetapkan oleh
Menteri pada kantor tempat pendaftaran perusahaan. Penyerahan formulir pendaftaran di lakukan pada
kantor pendaftaran perusahaan, yaitu :
 di tempat kedudukan kantor perusahaan
 di tempat kedudukan setiap kantor cabang, kantor pembantu perusahaan atau kantor anak
perusahaan;
 di tempat kedudukan setiap kantor agen dan perwakilan perusahaan yang mempunyai wewenang
untuk mengadakan perjanjian.
Dalam hal suatu perusahaan tidak dapat didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam ayat b pasal
ini, pendaftaran dilakukan pada kantor pendaftaran perusahaan di Ibukota Propinsi tempat
kedudukannya. Pendaftaran wajib dilakukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah perusahaan mulai
menjalankan usahanya. Sesuatu perusahaan dianggap mulai menjalankan usahanya pada saat menerima
izin usaha dari instansi teknis yang berwenang ( Pasal 10 ). Pendaftaran Perusahaan dilakukan oleh Pemilik
atau Pengurus/Penanggung Jawab atau Kuasa Perusahaan yang sah pada KPP Tingkat II ditempat
kedudukan perusahaan. Tetapi kuasa tersebut tidak termasuk kuasa untuk menandatangani Formulir
Pendaftaran Perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai