Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

STROKE DI RSUD INDRAMAYU


1
Wayunah, 2Muhammad Saefulloh
1
Prodi Ners, STIKes Indramayu
2
Prodi Ilmu Keperawatan, STIKes Indramayu
Email : 1ayoun_plumbon@yahoo.com

ABSTRAK

Stroke merupakan penyakit neurologik yeng terjadi karena gangguan suplai darah menuju suatu
bagian otak. Angka kejadian stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia, semakin tinggi usia
seseorang semakin tinggi kemungkinan terjadi stroke. Menurut penyebabnya stroke dibagi dua yaitu
stroke hemoragik akibat pecahnya pembuluh darah otak dan stroke iskemik (stroke non hemoragik)
akibat adanya trombus atau embolus pada pembuluh darah otak. Banyak faktor yang menyebabkan
stroke, yang terdiri dari faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Tujuan
penelitian untuk mengidentifikasi dan menjelaskan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
stroke. Penelitian ini merupakan penelitian observasonal analitik dengan rancangan cross sectional
study. Sampel sebanyak 103 responden yang diambil dengan tehnik consecutive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara hipertensi (p = 0,035) dan aktivitas fisik
(p = 0,011) dengan jenis stroke. Aktivitas fisik merupakan faktor risiko paling dominan yang
berhubungan dengan jenis stroke dengan OR = 5,8. Penelitian ini menyimpulkan riwayat hipertensi
dan aktivitas fisik merupakan faktor risiko independen yang berhubungan dengan jenis stroke.
Rekomendasi dari penelitian ini ditujukan kepada rumah sakit untuk meningkatkan kegiatan
penyuluhan untuk mencegah faktor risiko terjadinya stroke. Selain itu meningkatkan peran perawat
dalam pemberian pelayanan keperawatan, dimana perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan
kesehatan pasien secara holistik.

Kata kunci : Aktifitas fisik, faktor risiko, hipertensi & stroke

ABSTRACT

Stroke is a neurological disease that occurs due to disruption of the blood supply to a part of the
brain. The incidence of stroke increases with age, that the older the person the possibility of stroke.
According to the cause of stroke divided into two hemorrhagic stroke due to rupture of blood vessels
of the brain and ischemic stroke (stroke non hemoragik) due to thrombus or embolus in the blood
vessels of the brain. Many factors cause a stroke, which consists of factors that can not be changed
and the factors that can be changed. The aim of research to identify and explain the risk factors
associated with the occurrence of stroke.This research is an analytic observational study with cross
sectional study. The sample of this study as many as 103 respondents is taken with consecutive
sampling technique. The results showed significant relationship between hypertension (p = 0,035) and
physical activity (p = 0.011) with the type of stroke. Physical activity is the predominant risk factor
associated with this type of stroke with OR = 5.8. The study concluded a history of hypertension and
physical inactivity is an independent risk factor associated with this type of stroke. Recommendations
from this study aimed to hospitals to improve education activities to prevent risk factors for stroke.
Besides increasing the role of nurses in the delivery of nursing services, where nurses care focuses on
the health needs of patients holistically.

Keywords: Physical activity, hypertension, risk factors, & stroke

    65    
Wayunah,  Muhammad  Saefulloh  

PENDAHULUAN secara rutin dan mengkonsumsi makanan


Stroke atau dikenal dengan penyakit yang mengandung banyak garam.
serebrovaskuler, merupakan penyakit RSUD Indramayu merupakan salah
neurologik yang terjadi karena gangguan satu rumah sakit rujukan terbesar di
suplai darah menuju (Black and Hawk, 2009). Kabupaten Indramayu. Data pasien stroke
Ada dua tipe stroke yaitu stroke hemorhagic dari Januari sampai Desember 2014 sebanyak
dan stroke iskemik. Stroke iskemil banyak 658. Berdasarkan data tersebut dapat
disebabkan karena trombotik atau sumbatan diketahui rata-rata pasien stroke yang dirawat
emboli, sedangkan stroke hemorhagic di RSUD Indramayu per bulannya adalah
disebabkan oleh perdarahan akibat pecahnya sebanyak 54 pasien pe bulannya.
pembuluh darah di suatu bagian otak. Faktor yang mempengaruhi terjadinya
Angka kejadian stroke meningkat stroke sudah banyak diketahui. Namun faktor
seiring dengan bertambahnya usia, semakin risiko utama jenis stroke pada pasien yang
tinggi usia seseorang semakin tinggi dirawat di RSUD Indramayu belum diketahui.
kemungkinan stroke (Yayasan Stroke Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis
Indonesia, 2012). Namun jumlah penderita lanjut untuk mengidentifikasi faktor risiko
stroke dibawah usia 45 tahun juga terus apa saja yang berkontribusi terhadap
meningkat. WHO memprediksi bahwa terjadinya stroke CVD-SH maupun stroke
kematian akibat stroke akan meningkat CVD-SNH. Tujuan analisis ini adalah untuk
seiring dengan kematian akibat penyakit menentukan faktor risiko dominan terjadinya
jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada stroke CVD-SH maupun stroke CVD-SNH.
tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030
(American Heart Association, 2010). METODE
Menurut Yayasan Stroke Indonesia Metode penelitian yang digunakan
(YASTROKI) (2012), jumlah penderita adalah metode kuantitatif dengan
stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki menggunakan desain penelitian survei yaitu
urutan pertama di Asia. Stroke juga cross sectional study. Pengambilan data
merupakan penyebab kecacatan serius variabel independen dan dependen diambil
menetap nomor 1 di seluruh dunia. pada saat yang sama atau penggunakan
Hasil data Riset Kesehatan Dasar pendekatan satu waktu. Penelitian cross
(Rikesda) tahun 2013 menemukan prevalensi sectional merupakan penelitian epidemiologik
stroke di Indonesia sebesar 12,1 per 1.000 yang paling sering digunakan (Pratiknya,
penduduk. Angka tersebut naik sebesar 8,3 % 2007, hlm.164). Penelitian cross sectional
dibandingkan Rikesda tahun 2007. merupakan penelitian non eksperimental
Perubahan gaya hidup; pola makan dalam rangka mempelajari dinamika korelasi
terlalu banyak gula, garam, dan lemak; serta antara faktor-faktor risiko dengan efek yang
kurang beraktivitas adalah faktor risiko berupa penyakit atau status kesehatan
stroke. Banyak faktor yang menyebabkan tertentu, dengan model pendekatan point time,
penyakit stroke. Faktor-faktor tersebut artinya kedua jenis variabel diobservasi
meliputi faktor risiko yang tidak dapat diubah sekaligus pada saat yang sama (Pratiknya,
dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor 2007, hlm. 168).
risiko yang dapat diubah meliputi usia, jenis Populasi pada penelitian ini adalah
kelamin, ras dan genetik. Sedangkan faktor pasien yang dirawat di RSUD Indramayu
risiko yang dapat diubah diantarannya adalah dengan diagnosa medis stroke yang dirawat di
hipertensi, merokok, obesitas, diabetes ruang ICU dan ruang penyakit dalam RSUD
mellitus, tidak menjalankan perilaku hidup Indramayu. Adapun rata-rata kejadian stroke
sehat, tidak melakukan medical check up setiap bulannya adalah sebanyak 54 kejadian.

66   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):65–76  


Wayunah,  Muhammad  Saefulloh  

Jumlah sampel sebanyak 103 responden yang ICU, Cengkir I dan Cengkir II (Ruang
diambil menggunakan teknik non probability Penyakit Dalam) RSUD Indramayu.
sampling yaitu consecutive sampling.
Penelitian ini menggunakan kuesioner Analisis Univariat
yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang Hasil penelitian jumlah responden
faktor ririko yang berhubungan dengan berdasarkan jenis stroke diketahui sebanyak
kejadian stroke. Pertimbangan etika 73 orang (70,9,1%) responden dengan
penelitian yang digunakan untuk memastikan diagnosa medis stroke non hemoragik.
bahwa responden dilindungi meliputi prinsip Sedangkan berdasarkan karakteristik umur,
manfaat beneficence), menghargai manusia jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan
(respect for human dignity), dan mendapatkan diketahui sebanyak 52 (50,5 %) responden
prinsip keadilan (right to justice) (Polit, Beck, adalah dengan kategori dewasa (usia < 55
& Hungler, 2001; Nursalam, 2008). tahun), sebanyak 57 (55,3 %) responden
Penelitian ini menggunakan data berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 76 (73,8
primer yang diperoleh langsung dari subjek %) responden berpendidikan Sekolah Dasar
penelitian, dengan sumber data bisa berasal dan sebanyak 69 (67,0 %) responden bekerja.
dari pasien itu sendiri maupun dari keluarga Sementara berdasarkan karakteristik
yang menemani pasien saat dirawat (keluarga faktor risiko diketahui sebanyak 76 orang
yang mengetahui riwayat sebelum pasien (73,8,1%) responden ada riwayat keluarga,
menderita stroke), jika pasien mengalami sebanyak 98 (95,1 %) responden tidak
penurunan kesadaran. Prosedur pengambian memiliki riwayat penyakit jantung, sebanyak
data dengan cara memberikan kuesione 87 (84,5 %) responden memiliki riwayat
penelitian kepada responden atau penyakit hipertensi, sebanyak 75 (72,8 %)
keluarganya. Selain dari jawaban yang responden tidak memiliki riwayat penyakit
diisikan di kuesioner, informasi juga diabetes mellitus, sebanyak 54 (52,4 %)
diperoleh melalui wawancara. responden tidak melakukan perilaku
Analisa data meliputi analisa univariat, merokok, sebanyak 71 (68,9 %) responden
bivariat dan multivariat. Analisa bivariat tidak memiliki riwayat obesitas, sebanyak 74
menggunakan uji Chi Square karena data (71,8 %) responden memiliki kadar kolesterol
berbentuk kategorik. Analisa multivariat darah normal (< 200 mg/dl), dan sebanyak 77
dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara (74,8 %) responden memiliki riwayat
bersama-sama variabel bebas mana yang aktivitas sedang.
berpengaruh paling besar terhadap variabel
terikat dengan menggunakan uji regresi Analisis Bivariat
logistik berganda. Analisis multivariat Analisis faktor risiko yang tidak
dengan metode Backward Stepwi se. Semua dapat diubah meliputi faktor risiko umur,
variabel bebas yang terpilih (p < 0, 25) jenis kelamin, dan riwayat penyakit keluarga
dimasukkan bersama-sama ke dalam (keturunan). Sedangkan analisis faktor risiko
analisis regresi, dan yang menunjukkan yang dapat diubah meliputi faktor pendidikan,
nilai p < 0,05 dipilih menjadi model. pekerjaan, riwayat penyakit jantung, riwayat
hipertensi, riwayat diabetes mellitus, riwayat
HASIL perilaku merokok, riwayat obesitas, kadar
Penelitian tentang faktor risiko yang kolesterol darah dan riwayat aktivitas.
berhubungan denga stroke dilaksanakan pada
bulan Juni – Agustus 2016 dengan jumlah    
responden sebanyak 103 pasien. Responden
adalah pasien stroke yang dirawat di ruang

Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):65–76   67  


Wayunah,  Muhammad  Saefulloh  

Tabel 1. Hasil Analisis Hubungan Faktor Risiko Kejadian Stroke di RSUD Indramayu (n = 103)
Stroke
Faktor p
Kategori CVD-SH CVD-SNH OR 95% CI
Risiko value
n % n %
Dewasa (< 55
20 38,5 32 61,5
tahun)
Umur 2,563 1,054-6,233 0,059
Lansia (≥ 55
10 19,6 41 80,4
tahun)
Jenis Laki-laki 15 26,3 42 73,7
0,738 0,315-1,732 0,631
Kelamin Perempuan 15 32,6 31 67,4
Riwayat Ada 7 25,9 20 74,1
0,807 0,300-2,171 0,868
Keluarga Tidak Ada 23 29,1 53 69,7
Riwayat Ada 29 33,3 58 66,7 0,944-
7,500 0,035
Hipertensi Tidak Ada 1 6,3 15 93,8 59,599
Diabetes Ada 10 35,7 18 64,3
1,528 0,605-3,861 0,512
Mellitus Tidak Ada 20 26,7 55 73,3
Riwayat Ada 2 40,0 3 60,0 0,264-
1,667 0,627
Jantung Tidak Ada 28 28,6 70 71,4 10,516
Kadar Tinggi 13 44,8 16 55,2
Kolesterol 2,724 1,096-6,771 0,051
Darah Normal 17 23,0 57 77,0
Perilaku Ya 14 28,6 35 71,4
1,053 0,449-2,467 1,000
Merokok Tidak 16 29,6 38 70,4
Aktivitas Berat 2 7,7 24 92,3
0,146 0,032-0,664 0,011
Fisik Ringan 28 36,4 49 63,6
Ya 12 37,5 20 62,5
Obesitas 0,566 0,232-1,383 0,307
Tidak 18 25,4 53 74,6

Analisa hubungannya dapat dilihat CVD-SH maupun CVD-SNH (p = 0,035,


pada tabel 1. Umur terbukti tidak dan OR = 7,500, CI 95 % = 0,944-59,599).
berhubungan secara bermakna dengan Responden yang memiliki riwayat hipertensi
kejadian stroke CVD-SH maupun CVD-SNH memiliki risiko 7,5 kali terjadi stroke CVD-
(p = 0,059, dan OR = 2,563, CI 95 % = SH daripada stroke CVD-SNH dibandingkan
1,054 – 6,233). Namun jika dilihat dari nilai responden yang tidak memiliki riwayat
OR, maka dapat diketahui responden yang hipertensi.
berumur dewasa (< 55 tahun) berisiko 2,56 Riwayat diabetes tidak berhubungan
kali terjadi stroke CVD-SH daripada stroke dengan kejadian stroke CVD-SH maupun
CVD-SNH diabandingkan responden yang CVD-SNH (p = 0,512, dan OR = 1,528,
berumur lansia (≥ 55 tahun). CI 95 % = 0,605-3,861). Namun jika dilihat
Jenis kelamin terbukti tidak dari nilai OR, maka dapat diketahui
berhubungan secara bermakna dengan responden yang memiliki riwayat diabetes
kejadian stroke CVD-SH maupun CVD-SNH mellitus memiliki risiko 1,5 kali terjadi stroke
(p = 0,631, dan OR= 0,738, CI 95 % = CVD-SH daripada stroke CVD-SNH.
0,315-1,732). Begitupula dengan riwayat Riwayat jantung tidak berhubungan
keluarga (p = 0,858, dan OR= 0,807, CI 95 secara bermakna dengan kejadian stroke
% = 0,300-2,171) tidak berhubungan dengan CVD-SH maupun CVD-SNH (p = 0,627,
kejadian stroke berhubungan secara bermakna dan OR = 1,667 CI 95 % = 0,264-10,516).
dengan kejadian stroke CVD-SH maupun Namun jika dilihat dari nilai OR, maka dapat
CVD-SNH. diketahui responden yang memiliki riwayat
Riwayat hipertensi terbukti berhubungan jantung berisiko hampir 2 kali terjadi stroke
secara bermakna dengan kejadian stroke CVD-SH daripada stroke CVD-SNH.

68   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):65–76  


Wayunah,  Muhammad  Saefulloh  

Kadar kolesterol darah tidak dalam uji regresi logistik. Adapun variabelnya
berhubungan dengan kejadian stroke CVD- terdiri dari 8 variabel, yaitu umur (p = 0,059,
SH maupun CVD-SNH (p = 0,051, dan OR OR = 2,563), riwayat hipertensi (p = 0,035, OR
= 2,724 CI 95 % = 1,096-6,771). Namun jika = 7,500), riwayat diabetes mellitus (p = 0,512,
dilihat dari nilai OR, maka dapat diketahui OR = 1,528), riwayat jantung (p = 0,627; OR =
responden yang memiliki kadar kolesterol 1,667), kadar kolesterol darah (p = 0,051; OR =
darah yang tinggi berisiko 2,7 kali terjadi 2,724), perilaku merokok (p = 1,000; OR =
stroke CVD-SH daripada stroke CVD-SNH, 1,053), obesitas (p = 0,307; OR = 0,566), dan
dibandingkan dengan responden yang aktivitas (p = 0,011; OR = 0,146).
memiliki kadar kolesterol darah normal.
Perilaku merokok tidak berhubungan Tabel 2. Faktor-faktor yang dimasukan dalam
secara bermakna dengan kejadian stroke CVD- analisa multivariat
SH maupun CVD-SNH (p = 1,000, dan OR Faktor Risiko p OR
= 1,053 CI 95 % = 0,449-2,467). Begitu pula Umur 0,059 2,563
Riwayat Hipertensi 0,035 7,500
dengan riwayat obesitas (p = 0,307, dan OR =
Riwatar DM 0,512 1,528
0,566 CI 95 % = 0,232-1,383). Riwayat Jantung 0,627 1,667
Sedangkan aktifitas fisik terbukti Kadar Kolesterol Darah 0,051 2,724
berhubungan secara bermakna dengan Perilaku Merokok 1,000 1,053
kejadian stroke CVD-SH maupun CVD-SNH Obesitas 0,307 0,566
Aktivitas Fisik 0,011 0,145
(p = 0,011, dan OR = 0,146, CI 95 % =
0,032-0,664). Namun jika dilihat dari nilai
Hasil analisa multivariat menunjukkan
OR, menunjukkan bahwa responden yang
ada 1 (satu) variabel independen yang dinilai
memiliki riwayat aktivitas fisik yang berat
berpengaruh terhadap kejadian stroke CVD-
berisiko hanya 0,15 kali terjadi stroke CVD-
SH dan stroke CVD-SNH, yaitu aktivitas fisik
SH daripada stroke CVD-SNH dibandingkan
(p = 0,046; OR adjusted 5,848; 95 % CI 1,036
responden yang memiliki riwayat aktivitas
– 33,014). Adapun selengkapnya dapat dilihat
sedang.
pada tabel 3.
Berdasarkan hasil analisa multivariat
1. Analisis Multivariat
didapatkan OR dari variabel aktivitas adalah
Analisis multivariat dilakukan untuk
5,8 artinya orang yang memiliki aktivitas
mengetahui pengaruh secara bersama-sama
berat memiliki resiko terkena stroke CVD-SH
variabel bebas terhadap variabel terikat.
sebesar 5,8 kali lebih tinggi dari CVD-SNH
Analisa menggunakan uji regresi logistik
bila dibandingkan yang memilki aktivitas
ganda dengan merode Backward Stepwise.
Variabel yang memilki nilai p < 0,25 pada sedang setelah dikontrol pendidikan, riwayat
analisa bivariat dan variabel bebas yang hipertensi, riwayat keluarga, riwayat DM,
bermakna secara biologis terhadap variabel riwayat jantung, kadar kolesterol darah,
terikat, maka akan masuk sebagai kandidat obesitas, dan umur.

Tabel 3. Model analisis multivariat faktor risiko kejadian stroke di RSUD Indramayu (n = 103)
95% C.I Exp (B)
Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp (B)
Lower Upper
Aktivitas 1,766 0,883 4,000 1 0,046 5,848 1,036 33,014

PEMBAHASAN terjadi stroke juga akan semakin meningkat.


Umur merupakan faktor risiko kejadian Hal ini disebabkan semakin bertambahnya
stroke yang tidak dapat diubah, dimana umur maka sistem pembuluh darah
semakin meningkatnya umur, maka risiko mengalami pemunduran sehingga berisiko

Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):65–76   69  


Wayunah,  Muhammad  Saefulloh  

mengalami stroke. Menurut Wahjoepramono CVD-SNH dibanding pada usia lanjut (≥ 55


(2005), mengatakan bahwa berdasarkan hasil tahun).
statistik ditemukan faktor umur menjadi Responden pada penelitian ini 73,7 %
faktor risiko 2 kali lipat setelah usia ≥ 55 berjenis kelamin laki-laki. Stroke diketahui
tahun. Dan menurut hasil penelitian pada lebih banyak diderita laki-laki dibanding
Framingham Study menunjukkan risiko perempuan. American Heart Association
stroke akan meningkat sebesar 20 %, 32 %, meng-ungkapkan bahwa serangan stroke lebih
dan 83 % pada kelompok umur 45 – 55 tahun, banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
55 – 64 tahun, dan 65 – 74 tahun. perempuan dibuktikan dengan hasil penelitian
Namun hasil penelitian menunjukkan yang menunjukkan bahwa prevalensi kejadian
bahwa umur tidak berhubungan dengan stroke lebih banyak pada laki-laki (Goldstein,
kejadian jenis stroke (p=0,059, 95 % CI). Hal dkk., 2006).
ini menunjukkan bahwa faktor usia tidak Menurut penelitian Ghani, Mihardja
menjadi faktor determinan terjadinya stroke dan Delima (2016) mendapatkan hasil yang
hemorhagic maupun stroke non hemorhagic. berbeda, dimana besar sampel perempuan
Hal ini senada dengan hasil penelitian Sitorus, sedikit lebih banyak dari laki-laki. Namun
Hadisaputra, dan Kustiowati (2010) yang proporsinya terlihat sama antara laku-laki dan
menemukan bahwa umur merupakan faktor perempuan yaitu sebesar 1,2 %. Hasil
risiko yang secara mandiri tidak berhubungan penelitian ini sesuai dengan yang
dengan kejadian stroke. disampaikan Sacco, et al. (1997) bahwa
Serangan penyakit stroke saat ini telah kejadian stroke pada laki-laki 1,25 kali lebih
bergeser ke umur yang lebih muda yaitu banyak dibandingkan pada perempuan.
sekitar 40 tahun. Sesuai dengan hasil Pernyataan Sacco, et al. ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Riyadina dan American Heart Association/AHA (2006)
Rahajeng (2013) bahwa risiko mengalami bahwa serangan stroke lebih banyak terjadi
stroke lebih tinggi pada responden yang pada laki-laki dibandingkan perempuan
berumur 35 – 44 tahun. Hal senada jg dibuktikan dengan hasil penelitian yang
disampaikan oleh Ghani, Mihardja dan menunjukkan bahwa kejadian stroke pada
Delima (2016) yang mengatakan bahwa laki-laki 81,7 per 100.000 dan perempuan
proporsi responden terbanyak pada usia 35 – 71,8 per 100.000. Kondisi ini diduga
44 tahun, disusul kelompok usia 15 – 24 berhubungan dengan lifestyle dan berkaitan
tahun dimana stroke muncul pada kelompok dengan faktor risiko yang lain yaitu merokok,
usia muda sebesar 0,3 %. konsumsi alkohol dan dislipidemia.
Stroke dapat menyerang siapa saja, Namun dari hasil penelitian ini
bahkan yang berusia muda. Menurut hasil ditemukan tidak ada hubungan yang
penelitian yang dilakukan oleh Burhanuddin, bermakna antara jenis kelamin denga kejadian
Wahiduddin, dan Jumriani (2013) ditemukan stroke CVD-SH maupun CVD-SNH (p value
bahwa umur responden lebih banyak adalah 0,631, 95 % CI). Artinya stroke CVD-SH
umur 38 – 40 tahun. Sesuai dengan hasil maupun CVD-SNH dapat terjadi baik pada
penelitian menunjukkan proporsi kelompok laki-laki maupun perempuan.
umur paling banyak adalah pada umur dewasa Riwayat keluarga merupakan salah satu
(<55 tahun) sebanyak 51,5 %, dimana faktor risiko yang berhubungan dengan
sebanyak 61,5 % mangalami kejadian stroke kejadian stroke. Namun riwayat keluarga
CVD-SNH. Hasil analisa lanjut didapatkan bukan merupakan faktor risiko independen
nilai OR 2,56, artinya orang yang berumur yang menyebabkan stroke. Penelitian ini
dewasa (< 55 tahun) memiliki risiko terkena menunjukkan hasil tidak ada hubungan yang
stroke CVD-SH 2,56 kali daripada stroke signifikan antara riwayat keluarga dengan

70   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):65–76  


Wayunah,  Muhammad  Saefulloh  

kejadian stroke (p value 0,858, 95 % CI). kali terkena serangan stroke dibandingkan
Responden yang memiliki riwayat keluarga dengan responden yang tidak terkena atrial
(keturunan) ditemukan sebanyak 27 ((26,2 %) fibrilasi (OR = 2,28; 95% CI 1,89 – 2,75).
dari 103 responden terkena yang serangan Namun menurut hasil penelitian Anwar
stroke. Dilihat dari OR juga sangat kecil yaitu (2004) Kelainan jantung terutama yang
0,8, yang artinya responden yang memiliki berhubungan dengan timbulnya emboli. Atrial
riwayat keluarga berisiko 0,8 kali untuk fibrilasi adalah kasus yang paling sering
terjadi stroke CVD-SH daripada stroke CVD- terjadi dan berisiko 3 – 4 kali terjadi serangan
SNH. stroke. Atrial fibrilasi non valvuler
Sementara itu hasil penelitian yang merupakan penyebab emboli, dimana emboli
dilakukan oleh Sitorus, dkk (2010) dimana adalah salah satu faktor pencetus atrial
riwayat penyakit stroke di keluarga terbukti fibrilasi. Hal tersebut dipertegas oleh
memiliki hubungan yang bermakna dengan AHA/ASA (2006), bahwa individu yang
kejadian stroke di usia muda (p = 0,02 dan menderita atrial fibrilasi, 2 – 4 % mengalami
OR = 2,9 Risiko untuk terjadinya stroke pada serangan stroke.
usia muda pada responden dengan ada Tekanan darah merupakan salah satu
riwayat stroke pada keluarga 2,9 kali lebih faktor yang berkontribusi terhadap kejadian
besar dibanding dengan tidak ada riwayat stroke. Dan hipertensi merupakan faktor
stroke pada keluarga. resiko utama, baik pada stroke iskemik
Responden yang menderita kelainan maupun stroke hemoragik. Makin tinggi
jantung dalam penelitian ini sebanyak 5 orang tekanan darah, makin tinggi kemungkinan
(4,9 %) lebih sedikit dibandingkan yang tidak terjadinya stroke, baik perdarahan maupun
mengalami riwayat jantung 98 orang (95,1 iskemik. Menurut Riyadina dan Rahajeng
%). Hasil analisa lanjut diketahui tidak ada (2013) mengatakan bahwa masyarakat yang
hubungan yang signifikan antara riwayat menderita hipertensi berisiko 4 kali lebih
jantung dengan kejadian stroke CVD-SH dan besar untuk mengalami penyakit stroke (OR =
stroke CVD-SNH. Artinya tidak ada 4,20; 95 % CI) dibandingkan yang tidak
hubungan antara riwayat jantung dengan menderita hipertensi.
kejadian stroke. Namun dari nilai OR Hasil penelitian diketahui responden
diketahui orang yang memiliki riwayat yang mengalami hipertensi baik sebelum
jantung berisiko 1,7 kali mengalami stroke stroke maupun saat terjadinya stroke, yaitu
CVD-SH daripada stroke CVD-SNH sebanyak 84,5 %. Hasil analisa lanjut
dibandingkan yang tidak memiliki riwayat diketahui ada hubungan secara bermakna
jantung. antara hipertensi dengan kejadian stroke
Penelitian yang dilakukan oleh CVD-SH maupun CVD-SNH (p=0,035, α =
Kristiyawati (2008) didapatkan hasil yang 0,05). Berdasarkan nilai OR maka dapat
sama, yaitu tidak ada hubungan yang diketahui bahwa responden yang memiliki
signifikan antara kelainan jantung dengan riwayat hipertensi akan berisiko 7,5 kali
kejadian stroke (p = 0,156). Responden terjadi stroke CVD-SH daripada stroke CVD-
dengan kelainan jantung berisiko 2,272 kali SNH dibandingkan responden yang tidak
terkena serangan stroke bila dibandingkan memiliki riwayat hipertensi.
dengan responden yang tidak mengalami Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
kelainan jantung (OR = 2,272; 95% CI 0,852 dilakukan oleh Sitorus, dkk (2010) yang
– 6,059). Sedangkan penelitian yang mengatakan ada riwayat hipertensi terbukti
dilakukan Isparyanto (2006) di Yogyakarta memiliki hubungan yang bermakna dengan
melaporkan bahwa responden dengan kejadian stroke pada usia muda dengan p =
kelainan jantung (atrial fibrilasi) berisiko 2,28 0,002 ( p < 0,05) dan OR = 4,33, CI 95 % =

Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):65–76   71  


Wayunah,  Muhammad  Saefulloh  

1,78 –10,52. Risiko untuk terjadinya stroke Menurut Kritiawati (2008) mengatakan
pada usia muda pada responden dengan ada bahwa merokok merupakan salah satu faktor
riwayat hipertensi 4,33 kali lebih besar risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan
dibanding dengan tidak ada riwayat hipertensi. stroke. Insiden stroke akan meningkat bila
Begitupula menurut penelitian Riyadina dan dikombinasikan dengan faktor risiko yang
Rahajeng (2013) mengatakan bahwa lain terutama hipertensi. Rokok mengandung
masyarakat yang menderita hipertensi berisiko lebih dari 4000 jenis bahan kimia yang di
4 kali lebih besar untuk mengalami penyakit antaranya bersifat karsinogenik atau
stroke (OR = 4,20; CI 95% = 2,20 – 8,03. mempengaruhi sistem vaskular. Merokok
Tekanan darah yang tinggi dapat meningkatkan terjadinya trombus, karena
mempengaruhi autoregulasi aliran darah ke terjadinya arterosklerosis (AHA/ASA, 2006).
otak yang berdampak pada percepatan Hasil penelitian ditemukan sebanyak
muncul dan bertambah hebatnya 49 responden ( 47,6 %) yang merokok,
aterosklerosis serta munculnya lesi spesifik ditemukan sebanyak 35 (71,4 %) mengalami
pada arteri intraserebral. Faktor timbulnya lesi stroke CVD-SNH. Hasil analisa diketahui p =
ini merupakan gejala yang sulit dipahami, 1,000 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan
namun stenosis > 70% secara linier riwayat perilaku merokok tidak berhubungan
berhubungan dengan risiko terjadinya infark dengan terjadinya stroke CVD-SH maupun
serebral (Mohr, J.P., et al., 2007). Namun stroke CVD-SNH. Orang yang merokok
penelitian yang dilakukan oleh Goldstein, et berisiko 1,05 kali terjadi stroke CVD-SH
al. (2006) mengatakan bahwa semakin tinggi daripada stroke CVD-SNH (OR = 0,053, 95
tekanan darah semakin tinggi risiko terjadi % CI 0,449 – 2,467). Hal ini diperkuat
stroke, peningkatan tekanan darah terutama Framingham, Cardiovascular Health Study,
tekanan sistolik akan meningkat seiring dan Honolulu Heart Study yang
dengan peningkatan usia. mengidentifikasi bahwa kebiasaan merokok
Diabetes mellitus merupakan penyakit merupakan faktor risiko potensial untuk
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia. terjadi stroke iskemik, berhubungan dengan
Individu dengan diabetes mellitus mempunyai perkiraan dua kali lipat risiko stroke iskemik.
kepekaan yang tinggi terhadap terjadinya Selain itu, merokok telah secara jelas
aterosklerosis dan berhubungan dengan faktor berhubungan dengan 2 – 4 kali lipat
risiko aterogenik yang lain khususnya peningkatan risiko stroke hemoragik
hipertensi, obesitas dan dislipidemia (AHA, (Riyadina dan Rahajeng, 2013)..
2006). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku
Hasil penelitian diketahui responden merokok bukan satu-satunya faktor yang
yang menderita diabetes mellitus sebanyak 28 mempengaruhi terjadinya stroke. Kondisi ini
responden (27,2 %). Dari hasil tersebut dipengaruhi oleh karakteristik jenis kelamin
sebanyak 64,3 % mengalami stroke CVD- dan lokasi dalam penelitian, dimana jumlah
SNH. Namun dari hasil analisa lanjut proporsi responden laki-laki dan perempuan
ditemukan tidak ada hubungan yang hampir sama, khususnya responden
signifikan antara riwayat diabetes mellitus perempuan semuanya tidak merokok. Hal itu
dengan kejadian stroke CVD-SH dan stroke sesuai dengan kebudayaan di Indramayu,
CVD-SNH (P value 0,512, 95 % CI). Dari dimana perempuan pada umumnya tidak
hasil analisa OR diketahui bahwa responden merokok. Pengambilan sampel yang
yang menderita diabetes mellitus memiliki dilakukan di rumah sakit sehingga belum
risiko 1,5 kali terjadi stroke CVD-SH mewakili populasi penderita. Selain itu dalam
daripada stroke CVD-SNH dibandingkan kuesioner, variabel perlaku merokok terdapat
yang tidak memiliki riwayat diabetes mellitus. keterbatasan untuk mantan perokok yang

72   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):65–76  


Wayunah,  Muhammad  Saefulloh  

tidak ditanyakan tentang dose response yaitu 74 orang (71,8%). Hasil ini senada dengan
berapa jumlah batang per hari pada waktu penelitian Aliah dan Widjaja (2000), dimana
merokok. Meskipun mantan perokok responden yang mengalami dislipidemia
potensial meningkatkan risiko yang tidak sebanyak 23% dan yang tidak mengalami
menunjukkan hubungan yang bermakna. dislipidemia sebanyak 77%. Analisa lebih
Obesitas berhubungan denegan lanjut menunjukkan tidak ada hubungan
tingginya tekanan darah dan kadar gula darah, antara kadar kolesterol darah dengan kejadian
jantung bekerja lebih keras untuk memompa stroke CVD-SH maupun CVD-SNH (p =
darah keseluruh tubuh, sehingga dapat 0,051, α = 0,05), dan risiko stroke pada
meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu responden yang memiliki kadar kolesterol
obesitas berkontribusi juga terhadap darah yang tinggi berisiko 2,7 kali terjadi
terjadinya stroke. Sesuai dengan hasil stroke CVD-SH daripada CVD-SNH (OR =
penelitian Ghani, Mihardja dan Delima 2,724; 95% CI 1,096 – 6,771).
(2016) menemukan bahwa responden dengan Kadar kolesterol total dan Low Density
status gizi normal lebih banyak, demikian Lipoprotein (LDL) yang meningkat berkaitan
juga yang tidak obesitas sentral. Namun erat dengan terjadinya aterosklerosis.
terlihat proporsi stroke lebih tinggi pada yang Kolesterol LDL yang tinggi merupakan risiko
obesitas dan obesitas sentral. terjadinya stroke iskemik. Dan kadar
Namun tidak sesuai dengan hasil kolesterol LDL yang lebih dari 150 mg/dL
penelitian, dimana ditemukan hasil tidak ada meningkatkan risiko terjadinya sumbatan
hubungan antara obesitas dengan kejadian pembuluh darah otak. Menurut AHA/ASA
stroke CVD-SH dan stroke CVD-SNH (p (2006), mengatakan bahwa kejadian stroke
value 0,307, 95 % CI). Hasil ini senada meningkat pada penderita dengan kadar
dengan penelitian yang dilakukan oleh kolesterol total di atas 240 mg/dL. Setiap
Nurfaida, Munawir dan Suarnianti (2013) kenaikan kadar kolesterol total 38,7 mg/dL
yang menyimpulkan tidak ada hubungan meningkatkan risiko stroke sebanyak 25%.
antara obesitas dengan kejadian Non Sesuai yang dikemukanan oleh
Hemoragic Stroke (NHS) di Rumah Sakit Riyadina dan Rahajeng (2013) mengatakan
Tingkat II Pelamonia Makasar (p = 0,419, α = bahwa kondisi sindrom metabolik responden
0,05). Menurutnya asil penelitian ini juga yang tidak normal dapat menjadi pencetus
didukung oleh penelitian Sahruni (2012) yang serangan stroke. Sindrom metabolik yang
mengemukakan bahwa obesitas tidak merupakan faktor risiko stroke meliputi
menunjukkan hubungan yang positif dengan tekanan darah tinggi, gula darah meningkat,
kejadian stroke. kegemukan dan dislipidemia.
Hubungan langsung obesitas dengan Hasil penelitian ini diketahui sebanyak
stroke memang belum jelas. Namun obesitas 77 responden (74,8 %) memiliki riwayat
biasanya berhubungan dengan pola makan, aktivitas sedang, dan sebanyak 26 responden
DM tipe 2, peningkatan kadar kolesterol dan (25,2 %) memiliki riwayat aktivitas berat.
peningkatan tekanan darah yang memicu Dari 26 responden yang memiliki riwayat
terjadinya proses aterosklerosis. Terutama aktivitas berat, diketahui sebanyak 24 (92,3
yang mengalami central obesitas (obesitas %) responden mengalami stroke CVD-SNH.
perut). Hasil analisa diketahui ada hubungan yang
Jumlah responden dengan kadar signifikan antara aktivitas fisik dengan
kolesterol darahnya tinggi (> 200 mg/dl) kejadian stroke (p = 0,011, α = 0,05; OR =
dalam penelitian ini sebanyak 29 orang 0,146, 95 % CI 0,032 – 0,664) Hasil
(28,2%) jauh lebih sedikit dibandingkan yang penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
memiliki kadar kolesterol darah normal yaitu penelitian yang dilakukan oleh Siswanto

Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):65–76   73  


Wayunah,  Muhammad  Saefulloh  

(2005) tidak didapatkan hubungan yang dislipidemia, obesitas, dan umur sebagai
bermakna secara statistik antara variabel variabel confounding. Dan dari hasil analisa
umur, jenis kelamin, riwayat stroke pada OR diketahui orang yang memiliki aktivitas
keluarga, kadar gula darah sewaktu, kadar berat memiliki resiko terkena stroke CVD-SH
gula darah puasa, kadar kolesterol total dalam sebesar 5,8 kali lebih tinggi dari CVD-SNH
darah >200 mg/dl, kelainan jantung, bila dibandingkan yang memilki aktivitas
kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik. sedang setelah dikontrol pendidikan, riwayat
Ketidakaktifan fisik merupakan faktor hipertensi, riwayat keluarga, riwayat DM,
risiko utama untuk terjadinya serangan riwayat jantung, dislipidemia, obesitas, dan
jantung dan stroke, yang ditandai dengan umur.
penumpukan substansi lemak, kolesterol, Masih beragamnya hasil penelitian
kalsium dan unsur lain yang mensuplai darah yang membahas tentang faktor risiko stroke,
ke otot jantung dan otak, yang berdampak menuntuuntuk tetap lebih memperhatikan
terhadap menurunnya aliran darah ke otak faktor – faktor risiko yang sudah terbukti
maupun jantung. Serangan jantung dan stroke menjadi pencetus penyakit stroke. Meskipun
akan lebih cepat terjadi apabila dikombinasi menurut Ghani, Mihardja, dan Delima (2016)
dengan faktor risiko lain yaitu obesitas, mengatakan bahwa faktor risiko dominan
hipertensi, dislipidemia dan diabetes penyakit stroke secara nasional belum ada,
mellitus.Menurut AHA (2002) mengatakan maka perlu dilakukan analisis agar intervensi
bahwa ketidakaktifan fisik meningkatkan pencegahan melalui deteksi dini dan
risiko stroke dan penyakit jantung hingga pencegahan/terapi secara umum dapat
50%. dilakukan dengan tepat.
Aktifitas dalam penelitian ini dilihat Diharapkan rumah sakit adalah
dari aktifitas sehari-hari yang meliputi melakukan penyuluhan atau pemberian
aktifitas dalam bekerja atau melaksanakan informasi kepada masyarakat tentang upaya
pekerjaan rumah. Berdasarkan hasil penelitian pencegahan sekunder (pola hidup sehat,
diketahui sebanyak 67 % responden bekerja. pengendalian faktor risiko) dapat dilakukan
Dan dari pekerjaan yang dimiliki sebagian secara langsung berupa konseling atau tidak
besar adalah sebagai petani. Seorang petani langsung berupa media seperti iklan, poster /
biasanya melakukan aktivitas mencangkul, brosur.
mengangkut padi, dan membajak sawahnya. Pengobatan diarahkan pada
Kegiatan tersebut merupakan aktivitas dalam pengendalian faktor risiko seperti hipertensi,
kategori berat. Dan sesuai dengan kebiasaan, diabetes melitus, penyakit jantung untuk
aktivitas bertani dan bercocok tanam mempercepat penyembuhan. Selain itu perlu
dilakukan setiap hari tanpa ada libur, lebih- ditingkatkan kewaspadaan perawat terhadap
lebih jika tiba musim panen. kondisi pasien terutama pasien yang memiliki
Sedangkan responden yang tidak faktor risiko dan pasien yang sudah menderita
bekerja meliputi ibu rumah tangga dan lansia stroke, sehingga kejadian stroke dan stroke
yang sudah tidak bekerja lagi. Sebagian dari berulang dapat dihindarkan. Kewaspadaan ini
responden yang beraktivitas dalam kategori akan diperoleh apabila perawat menjalankan
sedang meliputi juga pekerjaan sebagai peran sebagai pemberi pelayanan
pedagang, wiraswasta, dan pegawai. keperawatan, dimana perawat memfokuskan
Hasil analisis multivariat diketahui asuhan pada kebutuhan kesehatan pasien
bahwa variabel aktivitas fisik berhubungan secara holistik.
secara bermakna dengan jenis stroke.
Sedangkan variabel pendidikan, riwayat
hipertensi, riwayat DM, riwayat jantung,

74   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):65–76  


Wayunah,  Muhammad  Saefulloh  

Isparyanto, W. (2006). Penyakit jaringan


SIMPULAN pendukung gigi (periodontal disease)
Tidak ada hubungan secara signifikan sebagai faktor risiko stroke iskemik.
antara faktor umur, jenis kelamin, riwayat http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php
pendidikan, riwayat diabetes mellitus, riwayat ?id= jkpkbppk-gdl-res-2007-winangkuis-
keluarga, riwayat jantung, riwayat perilaku 2348&q=stroke diperoleh 27 Agustus
merokok, kadar kolesterol darahm dan 2016.
riwayat obesitas dengan kejadian stroke Kristiawati, S. R. (2008). Analisis faktor
CVD-SH maupun CVD-SNH (p > 0,05, 95 %
risiko yang berhubungan dengan
CI).
kejadian stroke di Rumah Sakit Panti
Ada hubungan secara signifikan
Wilasa Citarum Semarang. Tesis.
antara faktor riwayat stroke dan aktivitas fisik
Nurfaida, Munawir dan Suarnianti (2013).
dengan kejadian stroke CVD-SH maupun
CVD-SNH (p < 0,05, 95 % CI). Variabel Faktor-faktor yang berhubungan dengan
aktivitas fisik adalah variabel yang dominan kejadian non haemoragic stroke (NHS)
mempengaruhi secara bermakna jenis stroke pada rumah sakit TK II Pelamonia
setelah dikontrol variabel pendidikan, riwayat Makasar. Library.stikesnh.ac.id. Volume
hipertensi, riwayat DM, riwayat jantung, 2 No 5 tahun 2013.
dislipidemia, obesitas, dan umur sebagai Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan
variabel confounding. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Polit, D.F., & Beck, C.T. (2006). Essentials of
DAFTAR PUSTAKA nursing research: Method, appraisal and
American Heart Association/AHA. (2002). utilization. Sixth Edition. Philadelphia:
Risk factors. http://stroke.ahajournals. Lippincot Williams & Wilkins.
org/cgi/content/full/28/7/1507 diperoleh Riyadina, W. dan Rahajeng, E. (2013).
tanggal 14 September 2016 Determinan Penyakit Stroke. Journal
American Heart Association/American Stroke FKM UI.
Association (AHA/ASA). (2006). Sacco, et al,. (1997). Risk factors for ischemic
Primary prevention of ischemic stroke. stroke. http://www.americanheart.org/
http://stroke.ahajournals.org/cgi/content/ presenter.jhtml?identifier=4716
full/37/6/1583# FIG1173987 diperoleh diperoleh tanggal 14 September 2016.
tanggal 4 September 2016. Siswanto, Y. (2005). Beberapa faktor risiko
Black, M.J. & Hawk, H.J. (2009). Medical yang mempengaruhi kejadian stroke
surgical nursing: clinical management berulang (studi kasus di RS DR. Kariadi
for positive outcome, Elsevier, Semarang. dinduh dari esprints.undip.
Singapura. ac.id tanggal 28 November 2016.
Burhanuddin, M., Wahiduddin, dan Jumriani. Sitorus, R.J., Hadisaputro, S., dan Kustiowati,
(2013). Faktor Risiko Kejadian Stroke E. (2010). Faktor-faktor Risiko yang
pada Dewasa Awal (18-40 Tahun) di Mempengaruhi Kejadian Stroke pada
Kota Makasar Tahun 2010-2012. Usia Muda Kurang dari 40 Tahun di
Ghani, L., Mihardja, L. K., dan Delima Rumah Sakit di Kota Semarang.
(2016). Faktor Risiko Dominan Stroke di (http://esprint.undip.ac.id/6482/1/
Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. Rico_Januar_Sitorus.pdf) diakses pada
Vol 44 No. 1, Maret 2016: 49-58. 27 April 2015.
Goldstein, L.B., Adams, R., Alberts, M. J., Wahjoepramono, E. J. (2005). Stroke
Appel, L. J., Brass, L. M., Bushnell, C. tatalaksana fase akut. Jakarta:
D., Culebras, A. (2006). Universitas Pelita Harapan.

Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):65–76   75  


Wayunah,  Muhammad  Saefulloh  

World Health Organization (WHO). (2011)


Non-communicable disease surveillance
and prevention in South-East Asia
Region. India
YASTROKI (2012). Jumlah Penderita Stroke
Semakin Meningkat

76   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):65–76  

Anda mungkin juga menyukai