Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DAN B3

“PEKERJAAN DAN KESELAMATAN”

Disusun oleh :
Kelas 2B
Kelompok 4

Dessy Ramadhani 171110045


Hamdilla Putri Permadani 171110052
Mardatilla 171110060
Putri Nirmala Sari 171110067
Wina 171110078

Dosen Pembimbing
Mukhlis, MT
Sejati, SKM, M.Kes

PROGRAM STUDI D3 KESEHATAN LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Terima kasih kepada Bapak/Ibu yang membimbing dalam pembuatan makalah


Pengelolaan Limbah Medis dan B3 tentang Pekerjaan dan Keselamatan. Terutama kepada
Bapak Sejati, SKM, M.Kes.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segalah usaha kita. Aamiin.

Padang, 20 Maret 2019

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 3
1.3 Manfaat 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Resiko pekerjaan bagi yang kerja di limbah medis 4
2.2 Pengukuran Sikap 5
2.3 Resiko pekerjaan bagi yang kerja di limbah medis 9
2.4 Pengukuran Sikap 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 24
3.2 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA

ii

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat,
jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup
besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors).
Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of
a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a
wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis
didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk
diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan
yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang
terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian
Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak
terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi
tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan
peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu
diberikan antidotenya).
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian
yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan
bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara
pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau
observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan
terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan
yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta
4
monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti
kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.
Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan
mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse
event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak
dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.
Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of
Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety)
merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan capaian-capaian
peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target utamanya. Tahun 2000,
Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam “TO ERR IS HUMAN, Building a Safer
Health System” melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit
ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event). Menindaklanjuti
penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World Alliance for Patient Safety,
program bersama dengan berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di
rumah sakit.
Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005
tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk
tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan
memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan
mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien
di rumah sakit.
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah
sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya
terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety yang dirancang
mampu menjawab permasalahan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa resiko pekerjaan bagi yang kerja di Limbah Medis?
2. Apa Isu kesehatan dan kecelakaan?
3. Apa panduan dan kebijakan?
4. Bagimana keselamatan pasien?
5
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui resiko pekerjaan bagi yang kerja di Limbah
Medis
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui Isu kesehatan dan kecelakaan
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa panduan dan kebijakan
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana keselamatan pasien

1.4 Manfaat
Dengan mengetahui resiko pekerjaan bagi yang kerja di Limbah medis,
mengetahui Isu kesehatan dan kecelakaan, mengetahui apa panduan dan kebijakan, dan
mengetahui bagaimana keselamatan pasien, Terciptanya budaya keselamatan pasien di
RS, Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
Menurunnya KTD di RS, Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak terjadi
pengulangan KTD.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Resiko Pekerjaan bagi yang kerja di limbah medis


Limbah medis mencakup berbagai bahan-bahan yang berbahaya yang bersumber
dari sampah-sampah yang bisa menimbulkan kerugian infeksi di tubuh dan syaraf,
produk-produk kimia dan farmasi yang sudah rusak atau melewati masa pakai, bahan-
bahan radioaktif, serta peralatan medis yang masuk dalam kategori benda tajam yang
sudah tidak dipakai.
Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pengelolaan Akhir Limbah Medis Padat di
Puskesmas Penggunaan alat pelindung diri sudah diatur dalam Undang-Undang No.1
Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, khususnya pasal 9, 12, dan 14, yang mengatur
penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja, baik bagi pengusaha
maupun bagi tenaga kerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan,
didapatkan hasil bahwa para petugas cleaning service pernah mengalami kejadian
kecelakaan kerja. Hal yang sering adalah tertusuk jarum bekas suntikan.
Seseorang yang bekerja dengan limbah medis sangat memiliki resiko atau dampak
yang ditimbulkan oleh pengelolaan limbah medis yang tidak baik dan apabila tidak
menggunakan APD (Alat pelindung diri) yang lengkap. Beberapa dampak yang
ditimbulkan oleh keberadaan limbah medis terhadap para pekerja yaitu :
1. Terhadap gangguan kenyamanan dan estetika, terutama disebabkan karena warna
yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, bau feses, urin dan muntahan yang
tidak ditempatkan dengan baik dan rasa dari bahan kimia organik.
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif dan
karat) air yang berlumpur dan sebagainya.
3. Terhadap gangguan kesehatan, limbah medis rumah sakit terutama karena berbagai
jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, desinfektan, serta logam seperti Hg, Pb,
Chrom dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi. Gangguan kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi gangguan langsung adalah efek yang disebabkan karena
kontak langsung dengan limbah tersebut, misalnya limbah klinis beracun, limbah
yang dapat melukai tubuh dan limbah yang mengandung kuman pathogen sehingga
dapat menimbulkan penyakit dan gangguan tidak langsung efek yang dirasakan tidak
langsung atau ada jangka waktunya diakibatkan oleh proses pembusukan, pembakaran

7
dan pembuangan limbah tersebut. Seseorang yang bekerja dengan limbah medis
sangat beresiko terhadap gangguan kesehatan.
4. Limbah medis rumah sakit juga dapat menyebabkan gangguan genetik dan
reproduksi. Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,
namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan
system reproduksi pekerja apabila tidak menggunakan APD saat melakukan
pengelolaan limbah medis, misalnya pestisida (untuk pemberantasan lalat, nyamuk,
kecoa, tikus dan serangga atau binatang pengganggu lain) dan bahan radioaktif.
5. Kecelakaan kerja pada pekerja akibat tercecernya jarum suntik atau benda tajam
lainnya. Pekerja yang tidak menggunakan APD dan tidak berhati-hati dalam
melakukan pengelolaan limbah medis sangat beresiko terkena kecelakaan kerja karna
berhubungan langsung dengan penanganan limbah medis.
6. Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena vector penyakit hidup
dan berkembangbiak dalam sampah kaleng bekas atau genangan air.
7. Adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu pernafasan,
menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit
mengkontaminasi peralatan medis dan makanan rumah sakit.

2.2 Isu Kesehatan dan Kecelakaan akibat Limbah B3


Kegiatan rumah sakit atau puskesmas yang sangat kompleks tidak saja memberikan
dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak
negatif itu berupa cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa
pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan memicu
resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja, dari
pasien ke pasien dari pekerja ke pasien maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung
rumah sakit atau puskesmas.
1. Insidensi Kecelakaan Benda Tajam oleh Perawat di IRD Rumah Sakit Umum Pusat
DR. Sardjito Yoghkarta
Dari hasil observasi yang dapat dilihat dan dijabarkan dalam penelitian
a. Membuang jarum di sembarang tempat, sebanyak 10,45% jarum dibuang
bercampur dengan sampah lain. Kejadian ini dapat mengakibatkan kecelakaan
benda tajam yang berakibat fatal dan terjadi pada cleaning service karena
kelalaian petugas membuag sampah sembarangan.

8
b. Membengkokkan dan mematahkan jarum atau melepaskan jarum sebelum
dibuang, sebanyak 3,6% masih melakukan hal ini. Kecelakaan yang sering terjadi
pada prosedur penyuntikan adalah pada saat petugas berusaha memasukkan
kembali jarum suntik bekas pakai ke dalam tutupnya. Oleh karena itu sangat tidak
dianjurkan untu menutup kembali jarum suntik tersebut melainkan membuang
langsung ke TPS, tanpa menyentuhnya atau memanipulasikan bagian tajam seperti
dibengkokkan, dipatahkan atau ditutup kembali. Jika jarum dipaksa ditutup
kembali, gunakanlah cara penutupan jarum dengan satu tangan untuk mencegah
jari tertusuk jarum.
2. Pengelolaan limbah medis padat pada Puskesmas Kabupaten Pati
Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pengelolaan Akhir Limbah Medis Padat di
Puskesmas
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, didapatkan hasil bahwa para
petugas cleaning service pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja. Hal yang
sering adalah tertusuk jarum bekas suntikan, berikut beberapa petikan wawancara :
“Ya pernah ping gangsal mbak. Tapi ya langsung keruang dokter puskesmas A mbak.
Dikasih obat panas karena sehari setelah itu saya meriang ”.(Cleaning Service
Puskesmas B)
“Ya pernah tertusuk mbak. Tapi disini saya selalu menggunakan sarung tangan mbak.
Sepatu juga. Harus itu mbak ”. (Cleaning Service Puskesmas C)
“Wah ya sering mbak. Dulu sampahnya masih dijadikan satu lalu dibakar di lubang
tanah, baru satu bulan ini dimasukkan mesin pembakar ini mbak. Dulu sering sekali
saya tertusuk. Ya saya obati sendiri. Soale dulu kepala puskesmas radi rewel mbak,
dados kulo mboten wantun”. (Cleaning Service Puskesmas A)
Hasil wawancara menunjukkan adanya kejadian kecelakaan kerja pada puskesmas
tipe A,B,dan C Kabupaten Pati terhadap petugas cleaning service.
3. Kajian Pengelolaan Limbah Di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB)
a. Pemusnahan limbah medis padat menggunakan incinerator tidak menghasilkan
suhu yang sempurna sehingga limbah benda tajam tidak hancur. Menurut
Lemieux et al., (2004) hasil penelitian dalam beberapa tahun terakhir ini dikatakan
bahwa pembakaran sampah pada kondisi pembakaran dan suhu yang rendah dapat
menimbulkan gas racun dioksin dan furan. Efek samping dioksin terhadap

9
manusia adalah perubahan kode keturunan (marker) dari tingkat pertumbuhan
awal dari hormon (Sumaiku, 2007).
b. Hasil pemeriksaan terhadap kualitas pengelolaan limbah cair ada beberapa
parameter pemeriksaan yang tidak memenuhi baku mutu sesuai dengan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup RI No. Kep-58/Men LH/12/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah sakit, parameter tersebut seperti residu
tersuspensi, amonia dan fosfat. Kandungan amonia yang tinggi dapat mengganggu
kehidupan hewan dan manusia yang berada di sekitar aliran sungai. Senyawa ini
juga mampu merusak sel hewan terutama dari klasis mamalia termasuk manusia
(Limbong, 2005).
4. Pengelolaan Limbah Medis Padat di Puskesmas Borong Kabupaten Manggarai Timur
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
a. Pada tahap pemusnahan. pemusnahan limbah medis padat di Puskesmas Borong
tidak dilakukan sesuai ketentuan. Limbah dibakar pada suhu rendah dan dilakukan
secara terbuka. Hal ini berpotensi mencemari lingkungan karena limbah masih
mengandung kuman infeksius dan material tajam yang tidak terbakar akan
berpotensi injury atau kecelakaan bagi pekerja dan masyarakat yang berkunjung
ke lingkungan puskesmas.
b. Pada tahap pembuangan akhir, hasil penelitian menunjukkan bahwa tempat
pembakaran juga dijadikan tempat pembuangan akhir. Abu sisa pembakaran atau
material sampah yang tidak terbakar dibiarkan saja di halaman belakang
puskesmas. Hal ini berpotensi mencemari lingkungan baik internal maupun
eksternal dan juga terjadinya kecelakaan (injury) bagi pekerja dan pengunjung
puskesmas. Limbah infeksius yang dimasukan ke dalam lubang pembuangan akan
membusuk dan menimbulkan bau yang tak sedap dan resapan limbah berpotensi
mencemari tanah dan sumber air dalam tanah, serta binatang pengerat (vektor
penyakit) dapat masuk ke dalam lubang dan menyebarkan penyakit.
5. Adanya pemakaian jarum suntik berulang kali, dapat menyebabkan Seseorang atau
pasien yang memakai jarum suntik bekas pasien yang terinfeksi, memiliki risiko
terinfeksi hepatitis B, hepatitis C, dan HIV.
6. Tempat pengumpulan dan pengolahan limbah medis ilegal di Kecamatan Panguragan,
Kabupaten Cirebon.

10
Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon, Enny Suhaeni mengungkapkan, Dinkes sudah
mulai melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja pengolah limbah medis, khususnya
melakukan pemeriksaan HIV/AIDS.
Pihaknya menyiapkan 400 VCT (Voluntary Conceling and Testing). VCT adalah
proses konseling pra testing, konseling post testing, dan testing HIV secara lebih dini
untuk mengetahui status HIV.
Pemeriksaan HIV/AIDS dilakukan karena pihaknya mendapat informasi adanya
sejumlah pekerja limbah medis di Kecamatan Panguragan yang menderita penyakit
HIV/AIDS, hingga akhirnya meninggal dunia. Mereka tertular virus itu setelah
menangani limbah medis.
Untuk itu pekerja gudang yang mengolah limbah medis ditindak lanjuti dengan
menggelar VCT. Jika hasilnya ditemukan ada pekerja yang positif terinfeksi
HIV/AIDS, pihaknya akan memberikan pengobatan sebagaimana mestinya. Namun,
dia berharap tidak ada warga yang menderita penyakit tersebut.

Pengakuan mantan pekerja


Sunarti (60) seorang mantan pekerja di tempat pengolahan limbah medis di
Kecamatan Panguragan kini harus bolak-balik berobat ke Puskesmas Kecamatan
Panguragan.
Ia ditemani keponakannya, Safitri (23), berkunjung ke puskesmas. Sesekali Sunarti
batuk-batuk. Bahkan, ia mengaku sudah lama merasakan sakit.
Perempuan berusia senja itu mengaku pernah merasakan sakit yang luar biasa. Dia
sempat terbaring lemah di kamarnya selama tiga bulan. Selama bekerja di tempat
pengolahan limbah medis, Sunarti mengaku sering tertusuk jarum suntik.
"Pernah kena jarum suntik. Kerja di situ sekitar tiga tahunan. Saya berhenti kerja
karena sakit. Pernah sakitnya parah selama tiga bulanan," kata Sunarti usai periksa
kesehatan di Puskesmas Panguragan. Dia menceritakan banyak pekerja di tempat
pengolahan limbah medis yang terkena jarum suntik. Kejadian seperti itu hal yang
lazim bagi para pekerja.
Sejak 2013 bekerja di tempat pengolahan limbah medis, Sunarti diberi pekerjaan
untuk memisahkan jarum dari alat suntiknya. Setiap bulan ia mendapat bayaran Rp
800 ribu. Sehari-hari ia selalu bersentuhan dengan darah dan jarum suntik. Ia tak
mengerti tentang bahaya yang mengancam kesehatannya. "Di gudang itu banyak
darah, banyak jarum suntik. Sudah setahun saya keluar karena sakit," ucap Sunarti.
11
Pihak Puskesmas Panguragan memeriksa kesehatan dan mengambil sampel darah
Sunarti. Selain itu, puskesmas memberikan obat buat Sunarti.

2.3 Panduan dan Kebijakan


ASPEK HUKUM TERHADAP PATIENT SAFETY
Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut
UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit
1. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
a. Pasal 53 (3) UU No.36/2009
“Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa pasien.”
b. Pasal 32n UU No.44/2009
“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di Rumah Sakit.
c. Pasal 58 UU No.36/2009
1) “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian
dalam Pelkes yang diterimanya.”
2) “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan
nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.”
2. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit
a. Pasal 29b UU No.44/2009
”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.”
b. Pasal 46 UU No.44/2009
“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.”
c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009
“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.”
3. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit
Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit
“Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian
pasien setelah adanya penjelasan medis yang kompresehensif. “
12
4. Hak Pasien
a. Pasal 32d UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional”
b. Pasal 32e UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”
c. Pasal 32j UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan”
d. Pasal 32q UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana”
5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
Pasal 43 UU No.44/2009
1) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
2) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa,
dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang
tidak diharapkan.
3) RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
4) Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang keselamatan pasien.
Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi:
a. Assessment risiko
b. Identifikasi dan pengelolaan yang terkait resiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden
e. Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan resiko
6. MANAJEMEN PATIENT SAFETY
13
Pelaksanaan Patient Safety ini dilakukan dengan system Pencacatan dan Pelaporan serta
Monitoring san Evaluasi
7. SISTEM PENCACATAN DAN PELAPORAN PADA PATIENT SAFETY
a. Di Rumah Sakit
1. Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian
Sentinel) pada formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit.
2. Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian
Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir yang sudah
disediakan oleh rumah sakit.
3. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menganalisis akar penyebab masalah semua
kejadian yang dilaporkan oleh unit kerja
4. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit merekomendasikan solusi pemecahan dan mengirimkan hasil solusi pemecahan
masalah kepada Pimpinan rumah sakit.
5. Pimpinan rumah sakit melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) setiap terjadinya insiden dan setelah
melakukan analisis akar masalah yang bersifat rahasia.
b. Di Propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah menerima produk-produk dari Komite
Keselamatan Rumah Sakit
c. Di Pusat
1. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) merekapitulasi laporan dari
rumah sakit untuk menjaga kerahasiaannya
2. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan analisis yang telah
dilakukan oleh rumah sakit
3. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan analisis laporan
insiden bekerjasama dengan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit yang ditunjuk
sebagai laboratorium uji coba keselamatan pasien rumah sakit
4. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan sosialisasi hasil
analisis dan solusi masalah ke Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah, rumah sakit
terkait dan rumah sakit lainnya.

14
2.4 Keselamatan Pasien
1. Pengertian Patient safety
Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental
atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan
pengobatan.
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI,
2006).
Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak
adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien
(patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko.
Meliputi: assessment risiko,identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

15
2. Tujuan Sistem Patient safety
Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadipenanggulangan KTD
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari
pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery(mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur
operasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka
karena jatuh)
3. Urgensi Patient safety
Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan
agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat
ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita
akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan kata lain pasien
harus dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena error. Bila program
keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada terjadinya tuntutan
sehingga meningkatkan biaya urusan hukum, menurunkan efisisiensi, dll.
4. Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum dalam Patient
safety
1) Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:
a. keselamatan pasien
b.keselamatan pekerja (nakes)
c. keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan)
d.keselamatan lingkungan
16
e. keselamatan bisnis.
2) Elemen Patient safety
a.Adverse drug events (ADE)/ medication errors (ME) (ketidakcocokan
obat/kesalahan pengobatan)
b. Restraint use (kendali penggunaan)
c. Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
d.Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
e. Pressure ulcers (tekanan ulkus)
f. Blood product safety/administration (keamanan produk darah/administrasi)
g.Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
h.Immunization program (program imunisasi)
i. Falls (terjatuh)
j. Blood stream – vascular catheter care (aliran darah – perawatan kateter
pembuluh darah)
k.Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor incident
reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan pelaporan
pasien/pengunjung laporan kejadian)
3) Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan yang Paling
Umum):
a. Communication problems (masalah komunikasi)
b. Inadequate information flow (arus informasi yang tidak memadai)
c. Human problems (masalah manusia)
d. Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e. Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer pengetahuan)
f. Staffing patterns/work flow (pola staf/alur kerja)
g. Technical failures (kesalahan teknis)
h. Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang tidak
memadai)
5. Standar Keselamatan Pasien
Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient
safetyStandards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:
1. Hak pasien

17
Standarnya adalah pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Kriterianya adalah sebagai berikut:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas
dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
KTD

2. Mendidik pasien dan keluarga


Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban &
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah keselamatan dalam
pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah partner
dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistim dan mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:
a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri sebagai berikut:
a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber
daya
c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

18
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah RS harus mendisain proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP
dengan criteria sebagai berikut:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien standarnya adalah:
a. Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui penerapan “7
Langkah Menuju KP RS”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP
& program mengurangi KTD.
c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit &
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
e. Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja RS & KP, dengan criteria sebagai berikut:
(1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
(2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden,
(3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
(4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.

19
(5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden,
(6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
(7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan
(8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
(9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Standarnya adalah:
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
(1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
(2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiataninservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
(3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.Standarnya adalah:
a. RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat, dengan criteria
sebagai berikut:
(1)Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
(2)Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
20
6. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS
a) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan kepemimpinan & budaya
yang terbuka dan adil”
 Bagi Rumah sakit:
a. Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta, dukungan
kepada staf, pasien, keluarga
b. Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden
c. Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
d. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian KP
 Bagi Tim:
a. Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
b. Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi
yang tepat
b) Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen & focus yang kuat & jelas tentang
KP di RS anda”
 Bagi Rumah Sakit:
a. Ada anggota Direksi yang bertanggung jawab atas KP
b. Di bagian-bagian ada orang yang dapat menjadi “Penggerak” (champion) KP
c. Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi/Manajemen
d. Masukkan KP dalam semua program latihan staf
 Bagi Tim:
a. Ada “penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan KP
b. Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
c. Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden
c) Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem & proses pengelolaan
risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial bermasalah”
 Bagi Rumah Sakit:
a. Strukur & proses menjamin risiko klinis & non klinis, mencakup KP
b. Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
c. Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden & asesmen risiko & tingkatkan
kepedulian terhadap pasien
 Bagi Tim:

21
a. Diskusi isu KP dalam forum-forum, untuk umpan balik kepada manajemen
terkait
b. Penilaian risiko pada individu pasien
c. Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, & langkah
memperkecil risiko tersebut.
d) Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kepada KKP-RS”
 Bagi Rumah Sakit:
- Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dalam maupun
ke luar yang harus dilaporkan ke KKPRS – PERSI
 ·Bagi Tim:
- Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden & insiden yang telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yang penting
e) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara komunikasi yang
terbuka dengan pasien”
 Bagi Rumah Sakit:
a. Kebijakan : komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien & keluarga
b. Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden
c. Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka
kepada pasien & keluarga (dalam seluruh proses asuhan pasien)
 Bagi Tim:
a. Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi insiden
b. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien & keluarga bila terjadi insiden
c. Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada pasien & keluarga.
f) Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, “dorong staf anda untuk
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu
timbul”
 Bagi Rumah Sakit:
a. Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab
b. Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause
Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda
analisis lain, mencakup semua insiden & minimum 1 x per tahun untuk proses
risiko tinggi

22
 Bagi Tim:
a. Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
b. Identifikasi bagian lain yang mungkin terkena dampak & bagi pengalaman
tersebut
g) Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan pasien, “Gunakan informasi
yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan”
 Bagi Rumah Sakit:
a. Tentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian
insiden, audit serta analisis
b. Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan
klinis, penggunaan instrumen yang menjamin KP
c. Asesmen risiko untuk setiap perubahan
d. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
e. Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden
 Bagi Tim:
a. Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
b. Telaah perubahan yang dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
c. Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan

7. Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit


WHO Collaborating Centre for Patient safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi
menerbitkan “Nine Life Saving Patient safety Solutions” (“Sembilan Solusi Life-
SavingKeselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh
pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan mempelajari
berbagai masalah keselamatan pasien.
Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien, tetapi
fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang mengalami KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat dicegah (non error) mau pun yang dapat dicegah
(error), berasal dari berbagai proses asuhan pasien.
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan.
Sembilan Solusi ini merupakan panduan yang sangat bermanfaat membantu RS,

23
memperbaiki proses asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat
dicegah.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di Indonesia
untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9
Solusi, langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing.
a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan staf
pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat
(medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan
puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi
terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta
kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk
pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan
perintah yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
b. Pastikan Identifikasi Pasien.
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara
benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun
pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada
bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi
terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini;
standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem
layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan
protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-
unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial
dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk
memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk
mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi
para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat
serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
d. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
24
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus
dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah
sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap
kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah
yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis
kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan;
pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur Time
out sesaat sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien,
prosedur dan sisi yang akan dibedah.
e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil
risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran
dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung tentang cairan elektrolit
pekat yang spesifik.
f. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan. Rekonsiliasi
(penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk
mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat
dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home
medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan
dan/atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan
komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan
ditransfer atau dilepaskan.
g. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa
agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang
bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang
salah, serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara
detail/rinci bila sedang mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan
25
(misalnya slang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien
(misalnya menggunakan sambungan & slang yang benar).
h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan
HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.
Rekomendasinya adalah penlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan
kesehatan; pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan
khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien
dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui darah;dan praktek jarum
sekali pakai yang aman.
i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi
Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia
menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang
efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini.
Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-
based hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada
semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar
mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran
kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan/observasi dan tehnik-
tehnik yang lain.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
Bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit ; Bahaya kebakaran dan ledakan dari
zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat– obatan), Bahan beracun, korosif dan
kaustik , Bahaya radiasi , Luka bakar ,Syok akibat aliran listrik ,Luka sayat akibat alat
gelas yang pecah dan benda tajam& Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Penatalaksanaan patient safety dalam rumah sakit, puskesmas, pusat, kabupaten,
dan provinsi, dilakukan secara optimal hal ini dapat diketahui dari masih adanya
indicator pelaksana patient safety yang dilakukan
Hambatan yang dirasakan dalam pelaksanaan patient safety adalah kurangnya
pengetahuan terhadap pentingnya patient safety serta kuantitas baik sumber daya
manusia maupun sarana dan prasarananya.

3.2 Saran
Harapan agar dalam penatalaksaannya dapat lebih baik adalah diadakanya fungsi
sosialisasi mengenai pentingnya patient safety berdasarkan langkah langkah yang telah
tertera, sehigga kualitas mutu pelayanan dapat meningkat

27
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi Dyah dan Chatila Maharani. 2013. "Pengelolaan Limbah Medis Padat Pada
Puskesmas Kabupaten Pati”. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum


Kesehatan.
Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah Untuk
Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3
Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit.
Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21st of Andalas University,
Indonesia
Panduang Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). 2005
Tim keselamatan Pasien RS RSUD Panembahan Senopati. Patient Safety.
Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program “Patient Safety”. Proceedings of National
Convention VI of The Hospital Quality Hotel Permata Bidakara, Bandung 14-15 November
2006.
Yahya, Adib A. (2007) Fraud & Patient Safety. Proceedings of PAMJAKI meeting
“Kecurangan (Fraud) dalam Jaminan/Asuransi Kesehatan” Hotel Bumi Karsa, Jakarta 13
December 2007.
http://patientsafetykep.blogspot.com/
Yulianti, D., Setyarini, S., & Alim, S. (2009). Insidensi Kecelakaan Benda Tajam oleh
Perawat di IRD Rumah Sakit Umum Pusat DR. Sardjito Yoghkarta. Insidensi Kecelakaan, 04
(01), 44-51.
Astuti, A., & Purnama, S.G. (2014). Kajian Pengelolaan Limbah di Rumah Sakit Umum
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Community Health, II(1), 12-20.
Pratiwi, D., & Maharani, C. (2013). Pengelolaan Limbah Medis Padat pada Puskesmas
Kabupaten Pati. Kesehatan Masyarakat, 9(2), 74-84.
Rahno, D., Roebijoso, J., & Leksono, A.S. (2015). Pengelolaan Limbah Medis Padat di
Puskesmas Borong Kabupaten Manggarai Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. PAL, 6(1),
22-32.
https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2017/12/18/warga-panguragan-tolak-
pembuangan-limbah-medis-416123
https://www.academia.edu/22117938/LIMBAH_MEDIS

28

Anda mungkin juga menyukai

  • Pengertian Rumah
    Pengertian Rumah
    Dokumen6 halaman
    Pengertian Rumah
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Jawaban Pertanyaan Kelompok 3mm
    Jawaban Pertanyaan Kelompok 3mm
    Dokumen8 halaman
    Jawaban Pertanyaan Kelompok 3mm
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Hamdila Putri 3b Makalah
    Hamdila Putri 3b Makalah
    Dokumen60 halaman
    Hamdila Putri 3b Makalah
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Rumah Sehat
    Rumah Sehat
    Dokumen23 halaman
    Rumah Sehat
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Analisa PasaR
    Analisa PasaR
    Dokumen10 halaman
    Analisa PasaR
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Makalah Penyehatan Pemukiman
    Makalah Penyehatan Pemukiman
    Dokumen4 halaman
    Makalah Penyehatan Pemukiman
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Makalah KLP 4
    Makalah KLP 4
    Dokumen28 halaman
    Makalah KLP 4
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • PBT Kel 2 Tpa
    PBT Kel 2 Tpa
    Dokumen9 halaman
    PBT Kel 2 Tpa
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Media Komunikasi
    Media Komunikasi
    Dokumen18 halaman
    Media Komunikasi
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Presentasi
    Presentasi
    Dokumen10 halaman
    Presentasi
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen34 halaman
    Bab I
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Pert 1
    Pert 1
    Dokumen6 halaman
    Pert 1
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • PPT. - KELOMPOK - 1 Sampah-1-1
    PPT. - KELOMPOK - 1 Sampah-1-1
    Dokumen34 halaman
    PPT. - KELOMPOK - 1 Sampah-1-1
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Isi IRl
    Isi IRl
    Dokumen7 halaman
    Isi IRl
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Tanah
    Tanah
    Dokumen17 halaman
    Tanah
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • KLP I
    KLP I
    Dokumen11 halaman
    KLP I
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Hamdila Putri Permadani 2B, SIG
    Hamdila Putri Permadani 2B, SIG
    Dokumen5 halaman
    Hamdila Putri Permadani 2B, SIG
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 10: Fini Alvionita Fanny Permata Amri Ilham Handani
    Kelompok 10: Fini Alvionita Fanny Permata Amri Ilham Handani
    Dokumen16 halaman
    Kelompok 10: Fini Alvionita Fanny Permata Amri Ilham Handani
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 10: Fini Alvionita Fanny Permata Amri Ilham Handani
    Kelompok 10: Fini Alvionita Fanny Permata Amri Ilham Handani
    Dokumen16 halaman
    Kelompok 10: Fini Alvionita Fanny Permata Amri Ilham Handani
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • KLP I
    KLP I
    Dokumen11 halaman
    KLP I
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Pert 6
    Pert 6
    Dokumen9 halaman
    Pert 6
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Penyu 6 18
    Penyu 6 18
    Dokumen21 halaman
    Penyu 6 18
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Pert 5
    Pert 5
    Dokumen6 halaman
    Pert 5
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Soal Tentang Aseton
    Soal Tentang Aseton
    Dokumen2 halaman
    Soal Tentang Aseton
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat
  • Rekapan Laporan Tanah
    Rekapan Laporan Tanah
    Dokumen94 halaman
    Rekapan Laporan Tanah
    Hamdila Putri Permadani
    Belum ada peringkat