Anda di halaman 1dari 22

Tugas Kelompok 10 HALAMAN JUDU L

Hala ma n J udul

Halaman Judul

METODOLOGI PENELITIAN STUDI ISLAM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

MATA KULIAH:Studi Agama Kontemporer


DOSEN : Syahmidi,S.Th.I.,M.Pd.I.

Disusun Oleh:
Fitri Rahmadani
1801160066

Rita Sari
1801160076

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
TAHUN 2018 M / 1439 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan syukur ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada peneliti, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan karya Tulis Ilmiah ini. Sholawat serta salam
peneliti haturkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang telah memberikan
bimbingan berupa iman dan islam kepada kita semua.
Makalah ini berjudul “Metodologi Penelitian Studi Islam” Penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Agama
Kontemporer.

Karya Tulis Ilmiah ini telah peneliti susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini.Oleh karena itu, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, pada
kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
dan penghargan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberi
arahan, bimbingan, kritik, saran, motivasi serta bantuan dalam bentuk apapun.
Wassalumu’alaikumWr. Wb.

Palangka Raya, Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. Metodologi Ulumul Tafsir ............................................................................. 2
B. Metodologi Ulumul Hadits ............................................................................ 5
C. Metodologi Tasawwuf ................................................................................... 6
D. Metodologi Ulumul Hadits ............................................................................ 7
E. Metodologi Tasawwuf ................................................................................... 8
F. Metodologi Teologi (Kalam) ......................................................................... 9
G. Metodologi Sejarah ...................................................................................... 10
H. Metodologi Filsafat ...................................................................................... 12
I. Metodologi Kajian Fiqh ............................................................................... 13
J. Metodologi Pendidikan Islam ...................................................................... 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 18
A. Kesimpulan .................................................................................................. 18
B. Saran ............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

iii
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak kedatangan islam pada abad ke 13 M. hingga saat ini,
fenomena pemahaman ke-Islaman ummat Islam Indonesia masih amat
variatif. Selanjutnya terlihat ada orang yang penguasaannya terhadap salah
satu bidang keilmuan cukup mendalam, tetapi kurang memahami disiplin
ilmu ke-Islaman lainnya, bahkan pengetahuan yang bukan merupakan
keahliannya itu dianggap sebagai ilmu yang kelasnya berada di bawah
kelas yang dipelajarinya. Misalnya ilmu Fiqh, pernah menjadi primadona
dan mendapat perhatian besar. Akibat dari keadaan demikian, maka segala
masalah yang ditanyakan kepadanya selalu dilihat dari paradigma ilmu
fiqh.
Selanjutnya muncul corak Ilmu Kalam atau Teologi, teologi yang
dipelajaripun hanya berpusat pada paham Asy’ariyah dan Maturidiyah,
sehingga paham lain dianggap sesat. Kemudian muncul paham ke-Islaman
yang bercorak tasawuf, yang mengedepankan urusan akhirat, dan terkesan
meninggalkan urusan duniawai.1 Pemahaman Islam yang seperti ini
memberikan kesan bahwa pemahaman masyarakat masih parsial dan
belum utuh, sebagai akibat dari proses pengajaran Islam yang belum
tersusun sistematik dan belum disampaikan menurut prinsip, pendekatan
dan metode yang direncanakan dengan baik. Disinilah pentingnya
diperlukan metode yang dapat menghasilkan pemahaman Islam yang utuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja metodologi dalam studi Islam?
2. Bagaimana penelitian metodologi studi Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui metologi dalam Islam.
2. Untuk mengetahui penelitian metodologi studi Islam.

1
M. Yatimin Abdullah, STUDI ISLAM KONTEMPORER, Jakarta: AMZAH, 2006, hlm.250.

1
BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A. Metodologi Ulumul Tafsir


1. Pengertian Tafsir
Adapun tafsir berasal dari bahasa arab fassara, yufassiru, tafsiran
yang berarti penjelasan, pemahaman dan perincian. Az- Zarkasyi
mengatakan, tafsir adalah ilmu yang fungsinya untuk mengetahui
kandungan kitabullah (al- Qur’an) yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW., dengan cara mengambil penjelasan maknanya, hukum
serta hikmah yang terkandung didalamnya. Sedangkan al-Jurjani
mengatakan, tafsir ialah menjelaskan makna ayat- ayat al- Qur’an dari
berbagai seginya, baik konteks historisnya maupun sebab nuzulnya,
dengan menggunakan ungkapan atau keterangan yang dapat menunjuk
kepada makna yang dikehendaki secara terang dan jelas.
Dapat disimpulkan bahwa ciri utama tafsir yaitu: Pertama, dilihat
dari segi obyek pembahasannya adalah kitabullah (al- Quran) yang
didalamnya terkandung firman Allah SWT. yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril. Kedua, dilihat dari segi
tujuannya adalah untuk menjelaskan, menerangkan, menyingkap
kandungan al- Qur’an sehingga dapat dijumpai hikmah, hukum, ketetapan,
dan ajaran yang terkandung didalamnya. Ketiga, dilihat dari segi sifat dan
kedudukannya adalah hasil penalaran, hasil ijtihad para mufassir yang
didasarkan pada kesanggupan dan kemampuan yang dimilikinya, sehingga
suatu saat dapat ditinjau kembali.
Secara singkat dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud
dengan model penelitian tafsir adalah suatu contoh, ragam, acuan atau
macam dari penyelidikan secara seksama terhadap penafsiran al-Qur’an
yang pernah dilakukan generasi terdahulu untuk diketahui secara pasti
tentang berbagai hal yang terkait dengannya.

2
2. Latar Belakang Penelitian Tafsir
Dilihat dari segi usianya, penafsiran al- Qur’an termasuk yang paling
tua dibandingkan dengan kegiatan ilmiah lainnya dalam islam. Pada saat al-
Qur’an diturunkan, Rasullullah SAW. Yang befungsi sebagai mubayyin
(pemberi penjelas) telah menjelaskan arti dan kandungan Qur’an kepada
sahabat- sahabatnya, khususnya menyangkut ayat- ayat yang tidak dipahami
atau sama artinya, dan keadaan ini berlangsung sampai wafatnya Rasulullah.
Kalau pada masa Rasul SAW. Para sahabat menanyakan persoalan- persoalan
yang tidak jelas kepada beliau, maka setelah wafatnya, mereka terpksa
melakukan ijtihad, khususnya mereka yang mempunyai kemampuan seperti
Ali Bin Abi Thalib, Ibn ‘Abbas, Ubay bin Ka’ab, dan Ibn Mas’ud.
3. Model- Model Penelitian Tafsir
1. Model Quraish Shihab
H.M Quraish Shihab telah meneliti hampir seluruh karya tafsir yang
dilakukan para ulama terdahulu. Penelitiannya banyak bersifat eksploratif,
deskriptif, analitis dan perbandingan. Dari penelitian tersebut telah
dihasilkan beberapa kesimpulan yang berkenaan dengan tafsir. Antara lain
tentang:
a. Periodesasi Pertumbuhan dan Perkembangan Tafsir
Menurut hasil penelitian Quraish, jika tafsir dilihat dari segi
penulisannya, maka perkembangan tafsir dapat dibagi kedalam tiga
periode. Periode I, yaitu masa Rasulullah, sahabat, dan permulaan tabi’in,
di mana tafsir belum tertulis dan secara umum periwayatan ketika itu
tersebar secara lisan. Periode II, bermula dengan penulisan haditssecara
resmi pada masa pemerintahan ‘Umar Bin Abdul Aziz (99-101 H.).
Periode III, dimulai dengan penyusunan kitab- kitab tafsir secara khusus
dan berdiri sendiri.2
 Corak Penafsiran
Bedasarkan hasil penelitiannya, Quraish Shihab mengatakan bahwa corak-
corak penafsiran yang dikenal selama ini antara lain; (a) Corak Sastra Bahasa,

2
Ibid., hlm.257

3
(b) Corak Filsafat dan Teologi, (c) Corak Penafsiran Ilmiah, (d) Corak
Pemikiran Fiqh, (e) Corak Pemikiran Tasawuf, (f) Corak Sastra Budaya
Kemasyarakatan.
b. Macam- macam Metode Penafsiran Al- Qur’an
a) Corak Ma’tsur (Riwayat)
b) Metode Penalaran: Pendekatan dan Corak- Coraknya
Banyak cara pendekatan dan corak tafsir yang mengandalkan nalar,
sehingga akan sangat luas pembahasannya. Ada empat macam metode
tafsir yang bercorak penalaran, yaitu tahlily, ijmali, muqarrin, dan
maudlu’iy.3
2. Model Ahmad Al- Syarbashi
Ahmad al- Syarbashi melakukan penelitian tentang tafsir dengan
menggunakan metode deskriptif, eksploratif dan analitis sebagaimana yang
dilakukan Quraish Shihab. Hasil penelitian Ahmad al- Syarbashi mencakup
tiga bidang. Pertama, mengenai sejarah penafsiran al- Qur’an yang dibagi ke
dalam tafsir pada masa Sahabat Nabi. Kedua, mengenai corak tafsir, yaitu
tafsir ilmiah, tafsir sufi dan tafsir politik. Ketiga, mengenai gerakan
pembaharuan di bidang tafsir.
3. Model Syaikh Muhammad al- Ghazali
Muhammad al- Ghazali menempuh cara penelitian tafsir yang bercorak
eksploratif, deskriptif dan analitis dengan berdasar pada rujukan kitab- kitab
tafsir yang ditulis ulama terdahulu. Salah satu hasil penelitian yang dilakukan
oleh Muhammad al- Ghazali adalah berjudul Berdialog dengan Al- Qu’an.
Dalam buku tersebut dilaporkan antara lain macam- macam metode
memahami al- Qur’an, ayat- ayat kauniyah dalam al- Qur’an, bagaiman
memahami al- Qur’an, peran ilmu- ilmu sosial dan kemanusiaan dalam
memahami al- Qur’an.4

3
Ibid., hlm.263.
4
Abuddin Nata, Metodologi STUDI ISLAM: Edisi Revisi, Jakarta: Rajawali Pers, 2009,
hlm. 214.

4
B. Metodologi Ulumul Hadits
Sebagi sumber ajaran islam yang kedua setelah al- Qur’an, keberadaan
hadits diamping telah mewarnai masyarakat dalam berbagai bidang
kehidupannya, juga telah menjadi bahasan kajian yang menarik, dan tiada
henti- hentinya. Penelitian terhadap hadits baik dari segi keontetikannya,
kandungan makna dan ajaran yang terdapat didalamnya, macam- macam
tingkatannya, maupun fungsinya dalam menjelaskan kandungan al- Qur’an
dan lain sebagainya telah banyak dilakukan para ahli di bidangnya.
1. Pengertian Hadits
Dilihat dari pendekatan kebahasaan, hadits berasala dari bahasa
arab, yaiu dari kata hadatsa, yahdutsu, hadtsan, haditsan, dengan
pengertian yang macam- macam. Kata tersebut misalnya dapat berarti al-
jadid min al- asy ya’ sesuatu yang baru, sebagai lawan kata dari al- qadim
yang artinya sesuatu yang sudah kuno atau klasik. Selanjutnya hadits
dilihat dari segi pengertian istilah, Para ulama’ berpendapat bahwa hadits
adalah ucapan, perbuatan, dan keadaan Nabi Muhammad SAW.5
2. Model- Model Penelitian Hadits
a. Model Quraish Shihab
Hasil penelitian Quraish Shihab tentang fungsi hadits terhadap al-
Qur’an menyatak bahwa al- Qur’an menekankan bahwa Rasul SAW.
berfungsi menjelaskan maksud firman- firman Allah (Qs. 16:44).
Selain itu, al- Hadits juga berperan sebagai menetapkan hukum atau
aturan yang tidak didapati di dalam al- Qur’an.
b. Model Musthafa Al- Siba’iy
Penelitian yang dilakukan Musthafa al- Siba’iy bercorak
eksploratif dengan menggunakan pendekatan historis dan disajikan
secara Rasulullah sampai terjadinya upaya pemalsuan hadits dan usaha
para ulama untuk membendungnya, dengan melakukan pencatatan
sunnah.

5
M. Yatimin Abdullah,op.cit hlm.259

5
c. Model Syaikh Muhammad al- Ghazali
Penelitian hadits yang dilakukan oleh Muhammad al- Ghazali
termasuk eksploratif, yaitu membahas, mengkaji dan menyelami
sedalam- dalamnya berbagai persoalan aktual yang muncul di
masyarakat untuk kemudian diberikan status hukumnya dengan
berpijak pada konteks hadits tersebut.
d. Model Zain al- Din ‘Abd al- Rabim bin Al- Husain Al- Iraqiy
Al- Hafidz Zain al- Din ‘Abd al- Rabim bin Al- Husain Al- Iraqiy
tergolong ulama generasi pertama yang banyak melakukan penelitian
hadits. Ia berusaha membangun ilmu hadits dengan menggunakan
bahan- bahan hadits nabi serta berbagai serta pendapat para ulama.
Penelitiannya bersifat awal, yaitu penelitian yang ditujukan untuk
menemukan bahan- bahan untuk digunakan membangun suatu ilmu.6

C. Metodologi Tasawwuf
Tasawuf merupakan salah satu bidang stud islam yang memusatkan perhatian
pada pembersihan aspek rohani manusia, selanjutnya dapat menimbulkan akhlak
mulia. Pembersihan aspek rohani atau batin ini selanjutnya dikeal sebagai dimensi
esoterik dari diri manusia.
1. Pengertian Tasawuf
Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, selalu dekat
dengan Allah, sehingga jiwanyabersih dan memancarkan akhlak mulia.
Tasawuf atau sufisme adalah salah satu dari jalan yang diletakkan Tuhan di
dalam lubuk islam dalam rangka menunjukkan mungkinnya pelaksanaan
kehidupan rohani bagi jutaan manusia yang sejati yang telah berabad- abad
mengikuti dan terus mengikuti agama yang diajarkan al- Qu’ran.7
2. Model Penelitian Tasawuf

6
Abuddin Nata, op.cit hlm.270
7
M. Amin Syukur, METODOLOGI STUDI ISLAM, Semarang: Gunungjati, 1998, hlm,
111.

6
 Model Sayyed Husein Nasr
deskriptif analitis. Hasil penelitian yang dilakukannya antara lain
mengenai sejarah proses terjadi dan tersebarnya hadits mulai dari
memahami al- Qur’an, peran ilmu- ilmu sosial dan kemanusiaan dalam
memahami al- Qur’an.

D. Metodologi Ulumul Hadits


Sebagi sumber ajaran islam yang kedua setelah al- Qur’an, keberadaan hadits
diamping telah mewarnai masyarakat dalam berbagai bidang kehidupannya, juga
telah menjadi bahasan kajian yang menarik, dan tiada henti- hentinya. Penelitian
terhadap hadits baik dari segi keontetikannya, kandungan makna dan ajaran yang
terdapat didalamnya, macam- macam tingkatannya, maupun fungsinya dalam
menjelaskan kandungan al- Qur’an dan lain sebagainya telah banyak dilakukan
para ahli di bidangnya.
1. Pengertian Hadits
Dilihat dari pendekatan kebahasaan, hadits berasala dari bahasa arab, yaiu
dari kata hadatsa, yahdutsu, hadtsan, haditsan, dengan pengertian yang
macam- macam. Kata tersebut misalnya dapat berarti al- jadid min al- asy ya’
sesuatu yang baru, sebagai lawan kata dari al- qadim yang artinya sesuatu
yang sudah kuno atau klasik. Selanjutnya hadits dilihat dari segi pengertian
istilah, Para ulama’ berpendapat bahwa hadits adalah ucapan, perbuatan, dan
keadaan Nabi Muhammad SAW.
2. Model- Model Penelitian Hadits
a. Model Quraish Shihab
Hasil penelitian Quraish Shihab tentang fungsi hadits terhadap al-
Qur’an menyatak bahwa al- Qur’an menekankan bahwa Rasul SAW.
berfungsi menjelaskan maksud firman- firman Allah (Qs. 16:44). Selain
itu, al- Hadits juga berperan sebagai menetapkan hukum atau aturan yang
tidak didapati di dalam al- Qur’an.
b. Model Musthafa Al- Siba’iy

7
Penelitian yang dilakukan Musthafa al- Siba’iy bercorak
eksploratif dengan menggunakan pendekatan historis dan disajikan secara
deskriptif analitis. Hasil penelitian yang dilakukannya antara lain
mengenai sejarah proses terjadi dan tersebarnya hadits mulai dari
Rasulullah sampai terjadinya upaya pemalsuan hadits dan usaha para
ulama untuk membendungnya, dengan melakukan pencatatan sunnah.
c. Model Syaikh Muhammad al- Ghazali
Penelitian hadits yang dilakukan oleh Muhammad al- Ghazali
termasuk eksploratif, yaitu membahas, mengkaji dan menyelami sedalam-
dalamnya berbagai persoalan aktual yang muncul di masyarakat untuk
kemudian diberikan status hukumnya dengan berpijak pada konteks hadits
tersebut.
d. Model Zain al- Din ‘Abd al- Rabim bin Al- Husain Al- Iraqiy
Al- Hafidz Zain al- Din ‘Abd al- Rabim bin Al- Husain Al- Iraqiy
tergolong ulama generasi pertama yang banyak melakukan penelitian
hadits. Ia berusaha membangun ilmu hadits dengan menggunakan bahan-
bahan hadits nabi serta berbagai serta pendapat para ulama. Penelitiannya
bersifat awal, yaitu penelitian yang ditujukan untuk menemukan bahan-
bahan untuk digunakan membangun suatu ilmu.

E. Metodologi Tasawwuf
Tasawuf merupakan salah satu bidang stud islam yang memusatkan perhatian
pada pembersihan aspek rohani manusia, selanjutnya dapat menimbulkan akhlak
mulia. Pembersihan aspek rohani atau batin ini selanjutnya dikeal sebagai dimensi
esoterik dari diri manusia.
1. Pengertian Tasawuf
Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, selalu dekat
dengan Allah, sehingga jiwanyabersih dan memancarkan akhlak mulia.
Tasawuf atau sufisme adalah salah satu dari jalan yang diletakkan Tuhan di
dalam lubuk islam dalam rangka menunjukkan mungkinnya pelaksanaan

8
kehidupan rohani bagi jutaan manusia yang sejati yang telah berabad- abad
mengikuti dan terus mengikuti agama yang diajarkan al- Qu’ran.8
2. Model- Model Penelitian Tasawuf
a) Model Sayyed Husein Nasr
Model Penelitian tasawuf yang diajukan oleh Husein Nasr adalah
penelitian kualitatif dengan penndekatan tematik yang berdasarkan pada
studi kritis terhadap ajaran tasawuf yang pernah berkembang dalam
sejarah.
b) Model Mustafa Zahri
Penelitian yang dilakukan olehnya bersifat eksploratif yang
menekankan pada ajaran yang terdapat dalam tasawwuf berdasarkan
literatur yang ditulis oleh para ulama terdahulu serta dengan mencari
sandara pada al- Qur’an dan Hadits.
c) Model Harun Nasution
Penelitian yang dilakukan Harun Nasution pada bidang taswwuf ini
mengambil pendekatan tematik, bersifat deskriptif eksploratif.
d) Model A. J. Arberry
Penelitian Arberry adalah penelitian yang bersifat deskriptif
dengan pendekatan kombinasi, yaitu pendekatan tokoh dan tematik, dan
menggunakan analisa kesejarahan.

F. Metodologi Teologi (Kalam)


Ilmu Kalam atau Teologi termasuk salah satu bidang studi islam yang amat
dikenal baik oleh kalangan akademis maupun lehmasyarakat pada umunya. Hal
ini antara lain terlihat dari keterlibatan ilmu tersebut dalam menjelaskan berbagai
masalah yang muncul di masyarakat. Keberuntungan atau kegagalannya seseorang
dalam kehidupan sering dilihat dari sisi teologi. Degan kata lain, berbagai masalah
yang terjadi di masyarakat seringkali dilihat dari sudut teologi.
1. Pengertian Ilmu Kalam

8
Ibid., hlm 288

9
Banyak tokoh yang mempunyai pendapat tentang apa itu Teologi atau
Ilmu Kalam, akan tetapi pada inti dari pendapat masing- masing kurang lebih
sama, bahwa Teologi adalah ilmu yang secara khusus membahas tentang
masalah Ketuhanan serta berbagai masalah yang berkaitan dengannya
berdasarkan dali- dalil yang meyakinkan.9
2. Model- Model Penelitian Ilmu Kalam
a. Penelitian Dasar atau Pemula
Penelitian model pertama ini sifatnya baru pada tahap membangun
ilmu kalam menjadi suatu disiplin ilmu dengan merujuk pada al- Qur’an
dan hadits serta berbagai pendapat tentang kalam yang dikemukakan oleh
berbagai aliran teologi.
b. Penelitian Lanjutan
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian dasar atau
pemula, sehinggasifatnya hanya mendeskripsikan tentang adanya kajian
tentang ilmu kalam dengan menggunakan bahan- bahan rujukan yang
dihasilkan oleh penelitian model pertama.10

G. Metodologi Sejarah
Sejarah islam merupakan salah satu bidang studi islam yang banyak
menarik perhatian para peneliti baik dari kalangan sarjana Muslim maupun
non- Muslim, karena banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian
tersebut.
1. Pengertian Sejarah Islam
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta
mengatakan sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar- benar
terjadi pada masa lampau atau peristiwa penting yang benar- benar terjadi.
Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimakud dengan sejarah islam

9
Abuddin Nata,op.cit hlm.295.
10
H. M. Muhaimin, ILMU KALAM Sejarah dan Aliran- aliran, Yogyakarta: 1999, hlm,
250.

10
adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang benar- benar terjadi, yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agam islam dalam
berbagai aspek. Dalam kaitan ini, maka muncullah berbagai istilah yang
sering digunakan untuk sejarah ini, di antaranya Sejarah Islam, Sejarah
Peradaban Islam, dan Sejarah dan kebudayan Islam.11
2. Ruang Lingkup Sejarah Islam
Ruang lingkup sejarah islam dilihat dari periodesasinya, dapat
dibagi menjadi periode klasik, periode pertengahan dan periode modern.
Periode klasik yang berlangsung sejak tahun 650- 1250 masehi ini dapat
dibagi lagi menjadi masa kemajuan islam I, yaitu sejak 650- 1000, dan
masa disintegrasi yaitu 1000- 1250. Selanjutnya periode pertengahan yang
berlangsung dari tahun 1250- 1800 M. dapat dibagi menjadi dua masa,
yaitu masa kemunduran I dan masa Tiga Kerajaan Besar. Adapun periode
modern yang berlangsung dari tahun 180 M. sampai sampai dengan
sekarang ditandai dengan zaman kebangkitan Islam.
Selanjutnya dilihat dari segi isinya sejarah islam dapat dibagi
kedalam sejarah mengenai kemajuan dan kemundurannya dalam berbagai
bidang seperti dalam bidang politik, pmerintahan, ekonomi, kebudayaan,
ilmu pengetahuan, dengan berbagai paham dan aliran yang ada
didalamnya dan lain sebagainya; sejarah mengenai penyebaran ke seluruh
belahan dunia, tokoh- tokoh yang mengembangkannya.
3. Model Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah dapat dilakukan dengan melihat kawasan dimana
peristiwa itu terjadi. Dilihat dari segi aspeknya, penelitian tersebut
mengungkapkan latar belakang pemikiran, permasalahan, tujuan, bahan-
bahan yang digunakan, pendekatan, dan kesimpulan yang dihasilkan.
Model penelitian ini nampak terkesan melelahkan dan banyak memakan

11
Ibid., hlm.257

11
energi, namun jelas sekali sumbangan bagi pengembang khazanah
intelektual islam.12

H. Metodologi Filsafat
Filsafat islam merupakan salah satu bidang studi islam yang
keberadaannya telah menimbulkan pro- kontra. Sebagian mereka berpikiran
maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat islam.
Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional yakni berpegang teguh
kepada doktrin ajaran al- Qur’an dan al- Hadits secara tekstual, cenderung
kurang mau menerima filsafat, bahkan menolaknya. Dengan mengkaji
metodologi penelitian filsafat yang dilakukan para ahli, barangkali kejayaan
islam di bidang ilmu pengetahuan bisa dicapai kembali sebagaimana yang
pernah dialami di zaman klasik.
1. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata sophos
yang berati ilmu atau hikmah. Dengan demikian secara bahasa filsafat
berart cinta terhada ilmu atau hikmah. Dalam hubungan ini, al- Syaibani
berpendapat bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta
terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian
padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Untuk itu ia
mengatakan bahwa filafat berarti mencari hakikat sesuatu, beruasaha
menautkan sebab daan akibat, berusaha menafsirkan pengalaman-
pengalaman manusia.13
2. Metode Penelitian Filsafat
a. Model M. Amin Abdullah
Penelitian yang dilakukan oleh M. Amin Abdullah mengambil
penelitian kepustakaan yang bercorak deskriptif, yaitu penelitian yang
mengambil bahan- bahan kajiannya pada berbagai sumber baik yang

12
M. Amin Syukur, op.cit hlm. 290
13
Khoiruddin Nasution, Pengantar STUDI ISLAM,Yogyakarta:ACAdeMIA+TAZZAFA,
2009, hlm. 128.

12
ditulis oleh tokoh peneliti itu sendiri maupun yang ditulis oleh orang
lain mengenai tokoh yang ditetinya itu. Pendekatan yang ia gunakan
menggunakan pendekatan studi tokoh dengan cara melakukan studi
komparasi antara pemikiran dua tokoh.
b. Model Otto Horrassowitz, Majid Fakhry dan harun Nasution
Otto Horrassowitz dan Harun Nasution melakukan penelitian
dengan metode penelitian kualitatif. Sumbernya kajian pustaka.
Metodenya deskriptis analitis, sedangkan pendekatannya historis dan
tokoh. Yaitu bahwa apa yang disajikan berdasarkan dat- data yang
ditulis ulama terdahulu, sedangkan titik kajiannya adalah tokoh.
Sedangkan Majid Fakhry, pendekatan yang dilakukannya adalah
campuran, antara lain yakni menggunakan pendekatan historis,
pendekatan kawasan, juga pendekatan subtansi.14

I. Metodologi Kajian Fiqh


Fiqh atau Hukum Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang paling
ideal oleh masyarakat. Hal ini antara lain karena fiqh terkait langsung dengan
kehidupan masyarakat. Dari sejak lahir sampai dengan meninggal dunia manusia
selalu berhubungan dengan fiqh. Fiqh dikategorikan sebagai ilmu al- Hal, yaitu
ilmu yang berkaitan dengan tingah laku kehidupan manusia, dan termasuk ilmu
yang wajib dipelajari, karena dengan ilmu itu pula seseorang baru dapat
melaksanakan kewajiban mengabdi kepada Allah melalui ibadah seperti shalat,
puasa, haji dan sebagainya.
1. Pengertian dan Karateristik Fiqh
Pengertian fiqh hukum islam pada saat ini masih rancu dengan pengertian
syari’ah. Dalam kaitan ini dijumpai pendapat yang mengatakan di dalamnya
pengertian syari’ah- yaitu ilmu yang beraitan dengan amal perbuatan manusia
yang diambil dari nash al- Qur’an atau al- Sunnah. Bila tidak ada nash al-
Qur’an atau al- Sunnah yang berhubungan dengan perbuatan manusia secara
langsung, maka dibentuklah Ilmu Fiqh, yaitu sekelompok hukum amal

14
Ibid., hlm.154

13
perbuatan manusia yang diambil dari dalil- dalil terperinci. Dengan batasa
tersebut, barulah ada perbedaan antara syari’ah dan hukum islam atau Fiqh.
Perbedaan tersebut terlihat pada dasar atau dalil yang digunakan, jika syar’at
didasarkan pada nash al- Qur’an atau al- Sunnah secara langsung, tanpa
melakukan penalaran, sedangkan Hukum Islam didasarkan pada dalil- dalil
yangdi bangun para ulama melalui penalaran atau ijtihad dengan tetap
berpegang pada semangat yang terdapat dalam syai’at. Dengan demikian,
syari’at bersifat permanen, kekal dan abadi, maka fiqh bersifat temporer dan
dapat berubah.Model- Model Penelitian Hukum Islam (Fiqh)
a) Model Harun Nasution
Model penelitian Hukum Islam yang difunakan Harun Nasution adalah
penelitian deskriptif, eksploratif, dengan menggunakan pendekatan
kesejarahan. Interpretasi yang dilakukan atas data- data historis tersebut selalu
dikaitkan dengan konteks sejarahnya.
b) Model Noel J. Coulson
Penelitian yang dilakukannya bersifat deskriptif analitis dan
menggunakan pendekatan sejarah. Seluruh informasi tentang perkembangan
hukum pada setiap periode selalu dilihat dari faktor- faktor sosio kultural yang
mempengaruhinya, sehingga tidak ada satupun prouk hukum yang dibuat dari
ruang yang hampa sejarah.
c) Model Mohammad Atho Mudzhar
Penelitian yang dilakukannya termasuk penelitian uji teori atau uji
asumi (hipotesa) yang dibangun dari berbagai teori yang terdapat dalam
ilmu sosiologi hukum. Dengan menggunakan bahan- bahan tulisan, terlihat
bahwa penelitian ini tergolong penelitian kepustakan sedangkan kerangka
analisa yag digunakan adalah sosiologi hukum.15

J. Metodologi Pendidikan Islam


Pendidikan Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang banyak
mendapat perhatian dari para ilmuwan. Hal ini karena peranannya yang amat

15
M. Yatimin Abdullah,op.cit 277

14
strategis dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, juga karena di
dalam pendidikan islam terdapat berbagai masalah yang kompleks yang dan
perlu penanganan segera. Bagi mereka yang akan terjun ke dalam bidang
Pendidikan Islam harus memiliki wawasan yang cukup tentang Pendidikan
Islam dan memiliki kemampuan untuk mengembangkannya sesuai dengan
tautan zaman.
1. Pengertian Pendidikan Islam
Dari segi bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan (hal, cara,
dan sebagainya) mendidik; dan berarti pula pengetahuan tentang
mendidik, atau pemeliharan (latihan- lathan dan sebagainya) badan, batin
dan sebagainya. Adapun pengertian pendidika dari segi isilah, pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang.
Islam menjadi nama bagi suatu agama yang ajaan- ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada masyarakat melalui Nabi Muhammad SAW.
Sebagai Rasul. Islam hakikatnya membawa ajaran- ajaran yang bukan
hanya mencapai suatu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan
manusia.
Selanjutnya jika kata pendidikan dan Islam disatukan menjadi
pendidikan Islam, maka maksudnya adalah upayamembimbing,
mengarahkan, dan membina peserta didik yang dilakukan scara sadar dan
terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai nilai- nilai
ajaran Islam.
2. Aspek- Aspek Pendidikan Islam
Dilihat dari segi sejarah atau periodenya, pendidikan Islam mencakup:
1. Periode pembinaan Islam yang berlangsung pada zaman Nabi
Muhammad Saw.
2. Periode pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak zaman
Nabi Muhammad wafat sampai akhir Bani Umayyah yang diwarnai
oleh berkembangnya ilmu- ilmu naqliyah.

15
3. Periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam,
berlangsung sejak permulaan Daulat Abbasiyah sampai dengan
jatuhnya Baghdad, yang diwarnai dengan berkembangnya ilmu akliyah
dan timbulnya madrasah, serta memuncaknya perkembangan
kebudayaan Islam.
4. Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad
sampai jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon, yang ditandai dengan
runtuhnya sendi- sendi kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-
pusat pengembangan kebudayaan ke dunia Barat.
5. Periode Pembaharuan pendidikan islam yang berlangsung sejak
penduduk Mesir oleh Napoleon sampai masa kini, yang ditandai oleh
gejala- gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan islam.
Dilihat dari segi kelembagaannya, pendidikan Islam mengenal adanya
pendidikan yang dilaksanakan di rumah, masjid, pesantren, dan madrasah
dengan berbagai macam corak dan pendekatannya.
3. Model Penelitian Ilmu Pendidikan Islam
1. Model Penelitian tentang Problema Guru
Model penelitian ini dari segi metodenya termasuk penelitian
survei, yaitu penelitian yang sepenuhnya didasarkan pada data yang
dijumpai di lapangan, tanpa didahului oleh kerangka teori, asumsi atau
hipotesa.
2. Model Penelitian tentang Lembaga Pendidikan Islam
Metode penelitian yang dilakukan adalah pengamatan (observasi),
sedangkan obyek pengamatan pada penelitian ini adalah sejumlah
pesantren. Penelitian ini bersifat deskriptif dan dipadu dengan
pendekatan komparatif.
3. Model Penelitian Kultur Islam
Penelitian ini dilakukan oleh dua tokoh yaitu Mastuhu dan
Zamakhsyari Dhofier, akan tetapi tidak ada perbedaan antara
keduanya. Penelitian ini tergolong sebagai penelitian lapangan dengan
menggunakan metode survei, pengamatan, wawancara dan studi

16
dokumentasi. Pembahasannya bersifat deskriptif, sedangkan
analisanya menggunakan pendekatan sosiologis.16

16
Ibid., hlm. 288-295

17
BAB III PENUTUP

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berbagai metode dapat dipakai untuk memahami ajaran Islam. Diantara
metode-metode tersebut adalah: Metodologi Ulumul Tafsir, Ulumul Hadits,
Tasawwuf, Teologi (Kalam), Sejarah, Filsafat, Kajian Fiqh,dan Pendidikan
Islam.
Dengan adanya beberapa metode ini diharapkan dapat melahirkan suatu
komunitas yang mampu melakukan perbaikan secara intern dan ekstern.
Secara intern, komunitas diharapkan dapat mempertemukan dan mencari jalan
keluar dari konflik intra agama Islam.
Pemahaman Islam yang memberikan kesan bahwa pemahaman
masyarakat masih parsial dan belum utuh, sebagai akibat dari proses
pengajaran Islam yang belum tersusun sistematik dan belum disampaikan
menurut prinsip, pendekatan dan metode yang direncanakan dengan baik.
Disinilah pentingnya diperlukan metode yang dapat menghasilkan
pemahaman Islam yang utuh.

B. Saran
Pemakalah menyarankan kepada pembaca agar tidak menjadikan makalah
ini satu-satunya rujukan yang dijadikan sebagai sarana informasi ilmu yang
berkaitan dengan Metodologi Studi Islam, karena pada makalah ini tentunya
masih banyak hal-hal yang belum sempurna.

18
DAFTAR PUSTAKA

Amin Syukur dkk, M., METODOLOGI STUDI ISLAM, Semarang: Gunungjati,


1998.
Muhaimin, M. ,ILMU KALAM Sejarah dan Aliran- aliran, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, cet 1, 1998.
Nata, Abuddin, Metodologi STUDI ISLAM: Edisi Revisi, Jakarta: Rajawali Pers,
2009.
Nasution, Khouruddin, PENGANTAR STUDI ISLAM, Yogyakarta: ACAdeMIA+
TAZZAFA, 2009.
Yatimin Abdullah, M. , STUDI ISLAM KONTEMPORER, Jakarta: AMZAH, cet
1, 2006.

19

Anda mungkin juga menyukai