PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thoraks yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thoraks ataupun isi dari cavum thoraks
yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thoraks akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan
tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thoraks
yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya
berhubungan dengan trauma di Amerika Serikat dan berkaitan dengan 50% kematian
yang berhubungan dengan trauma yang mencakup cedera sistem multiple. Trauma
dada diklasifikasikan dengan tumpul atau tembus (penetrasi). Meski trauma tumpul
dada lebih umum, pada trauma ini sering timbul kesulitan dalam mengidentifikasi
B. Rumusan Masalah
thoraks?
thoraks?
C. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). Sebanyak 25% kematian karena
trauma disebabkan oleh trauma thoraks dan 50% korban “Multi Injury” berhubungan
dengan trauma thoraks. Dua pertiga jumlah korban trauma thoraks yang fatal akan
tertolong, bila mereka dibawa ke Unit Gawat Darurat dan selebihnya hanya 15%
Trauma dada atau trauma thoraks adalah abnormalitas rangka dada yang
disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada,
pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun
tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Suzanne & Smetzler,
2001).
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thoraks yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thoraks ataupun isi dari cavum thoraks
yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thoraks akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan
tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thoraks
yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya
Trauma Dada / Thoraks adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik
tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thoraks, yang menyebabkan
trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam
rongga thoraks seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi
sebagainya.
B. ETIOLOGI
1. Trauma Tajam/Tembus
a. Luka Tembak.
2. Trauma tumpul
b. Jatuh.
C. PATOFISIOLOGI
cedera paling parah untuk memberi kesempatan hidup lebih. Trauma thoraks dapat di
akibatkan oleh cedera tumpul atau tajam/penetrasi. Pada trauma tumpul energi
Luka penetrasi biasanya berasal dari tembakan atau tusukan , energi di distribusikan
melalui area sempit. Terjangan peluru sering sulit di perkirakan akibat semua organ
dan struktur di dalam rongga toraks bersiko akan terkena. (Buku Panduan BTCLS
BSB 2014 ).
Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang iga yang
berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang iga yang melayang. Di
Apabila rongga dada mengalami kelainan, maka akan terjadi masalah paru-paru dan
akan berpengaruh juga bagi sistem pernafasan. Akibat trauma dada disebabkan
adanya tusukan pada paru seperti patahan tulang iga dan tusukan paru akibat prosedur
tekanan pada rongga dada akibatnya paru-paru tidak dapat mengembang dengan
sempurna dan ventilasi menjadi terhambat akibat terjadinya sesak nafas. Sianosis dan
1. Trauma Tajam/Tembus
b. Haemathothoraks.
c. Trauma Tracheobronkial.
d. Contusio Paru.
e. Ruptur Diafragma.
f. Trauma Mediastinal.
2. Trauma tumpul
a. Tension Pneumothoraks.
b. Trauma Tracheobronkhial.
c. Flail Chest.
d. Ruptur Diafragma.
e. Trauma Mediastinal.
f. Fraktur Kosta.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang sering muncul pada penderita trauma dada (thoraks) :
e. Takikardi.
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT (Trauma Thoraks) Page 7
f. Tekanan darah menurun.
h. Kemungkinan sianosis.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada bagian tubuh pasien yang mengalami
dada.
3. Jantung : tamponade jantung, ruptur jantung, ruptur otot papilar, ruptur klep
jantung.
5. Esofagus : mediastinitis.
6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson,
1990).
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding dada,
sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung darah vena yang
kembali. Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah
c. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura
yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih
mendominasi. Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok. Akibat adanya cairan
udara dan darah yang berlebihan dalam rongga pleura maka biasanya terjadi tanda –
tanda :
a) Dypsnea sewaktu bergerak/kalau efusinya luas pada waktu istirahat pun bisa
terjadi dypsnea.
e. Flail Chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian tersebut.
Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi keluar, ini
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Anamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola dari trauma,
seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kerusakan dari kendaraan yang
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien dengan
trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan dengan hasil pemeriksaan
foto thoraks. Lebih dari 90% kelainan serius trauma thoraks dapat terdeteksi hanya
pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai
untuk menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar oksigen dalam darah,
serta kadar karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga
dengan nama pemeriksaan ASTRUP, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang
dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: arteri radialis, arteri.
4. CT-Scan
toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi. Adanya retro
sternal hematoma serta cedera pada vertebra thorakalis dapat diketahui dari
5. Echokardiografi
esophagus dan aspirasi, adanya cedera pada dinding jantung ataupun sekat serta
katup jantung dapat diketahui segera. Pemeriksaan ini bila dilakukan oleh seseorang
6. EKG (Elektrokardiografi)
trauma tumpul thoraks, seperti contusio jantung pada trauma. Adanya abnormalitas
7. Angiografi
Gold Standard’ untuk pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan adanya cedera
H. PENATALAKSANAAN
gawat darurat (UGD) pelayanan rumah sakit dan sejenisnya harus mendapatkan
saturasi oksigen klien. Jika ditemui dengan kondisi Trauma Thoraks maka tindakan
1. Danger
2. Respon
bahwa ada keadaan gawat darurat yang membutuhkan pertolongan, atau penolong
dada kadang mengalami kondisi perdarahan aktif, baik yang diakibatkan oleh luka
tembus akibat trauma benda tajam maupun yang diakibatkan oleh kondisi fraktur
tulang terbuka dan tertutup yang mengenai/melukai pembuluh darah atau organ
sesuai mulai dari penekanan hingga penjahitan luka, pembuluh darah, hingga
prosedur operatif.
trauma dada, maka tindakan harus diberikan dengan sangat hati-hati agar tidak
menimbulkan atau meminimalisir kompilkasi dari RJP seperti fraktur tulang kosta
dan sebagainya.
napas. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa
cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan
sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan
menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik
Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada
mulut korban.
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada
korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan
menutup faring dan laring, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas.
Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala
topang dagu (Head tild – chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Jaw
Thrust Manuver).
gerakan dinding dada, mendengar suara napas, dan merasakan hembusan napas
klien (Look, Listen, and Feel), biasanya tekhnik ini dilakukan secara bersamaan
dalam satu waktu.Bantuan napas diberikan sesuai dengan indikasi yang ditemui
dari hasil pemeriksaan dan dengan menggunakan metode serta fasilitas yang
trauma dada. Adapun tindakan yang biasa diberikan yaitu ; pemberian terapi obat
laboratorium darah Vena dan AGD, hingga tindakan operatif yang bersifat
darurat.
B. Konservatif
1.Pemberian Analgetik
Pada tahap ini terapi analgetik yang diberikan merupakan kelanjutan dari
pathogen.
cairan (darah dan pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan
positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu
I. PROGNOSIS PENYAKIT
sebagai berikut:
1. Open Pneumothorak
Timbul karena trauma tajam, ada hubungan dengan rongga pleura sehingga
paru menjadi kuncup. Seringkali terlihat sebagai luka pada dinding dada yang
menghisap pada setiap inspirasi ( sucking chest wound ). Apabila lubang ini lebih
besar dari pada 2/3 diameter trachea, maka pada inspirasi udara lebih mudah
yang hebat.
2. Tension Pneumothorak
Apabila ada mekanisme ventilasi karena lubang pada paru maka udara akan
3. Haematothoraks
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada. Ada perkusi
4. Flail Chest
Tulang iga patah pada 2 tempat atau lebih dari 2 iga sehingga ada satu segmen
dinding dada yang tidak ikut pada pernafasan. Pada ekspirasi segmen akan
menonjol keluar, pada inspirasi justru masuk kedalam yang dikenal dengan
pernafasan paradoksal.
5. Tamponade jantung
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. Pengkajian Primer
1. CIRCULATION
Tekanan darah dan tekanan nadi harus diukur dan sirkulasi perifer dinilai
melalui inspeksi dan palpasi kulit untuk warna dan temperatur. Adanya tanda-
2. AIRWAY
kinis yang ada kadang tidak jelas, sumbatan airway karena trauma laring
merupakan cedera laring yang mengancam nyawa. Trauma pada dada bagian
atas dapat menyebabkan dislokasi ke area posterior atau fraktur dislokasi dari
airway atas. Trauma ini diketahui apabila ada sumbatan napas atas (stridor),
adanya tanda perubahan kualitas suara dan trauma yang luas pada daerah leher
penanganan trauma ini paling baik dengan reposisi tertutup fraktur dan jika
yang lanjut pada penderita. Jenis trauma yang mempengaruhi breathing harus
a. Open Pneumothoraks
pada dinding dada, juga ada lubang pada paru, maka usaha menutup
tension pneumothorax.
sisinya, sedangkan pada sisi yang atas dibiarkan terbuka (kasa harus
dibuka.
c) Pada luka yang besar dapat dipakai plastik infus yang digunting sesuai
ukuran.
b. Tension Pneumothoraks
pemasangan selang dada (chest tube) pada sela iga ke 5 diantara garis
c. Haemathoraks Masif
rumah sakit untuk dilakukan tindakan operatif. Terapi awal yang harus
didapatkan kehilangan darah awal lebih dari 1500 ml atau kehilangan darah
d. Flail Chest
analgetik untuk mengurangi nyeri dan resusitasi cairan. Sesak nafas berat
apabila analisis gas darah menujukkan PO2 yang rendah atau PCO2 yang
tinggi.
e. Tamponade Jantung
kardiovaskular.
a. Identitas pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
- Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan paa
2) Sistem Pernafasan
3) Sistem Kardiovaskuler
4) Sistem Muskuloskeletal
5) Sistem perkemihan
a. Aktivitas istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam
wajah.
f. Keamanan
intratorakal/biopsy paru.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b/d agens cedera fisik (misalnya: luka bakar, terpotong,
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d benda asing dalam jalan nafas,
D. INTERVENSI
Diagnosa I : Nyeri Akut b/d agens cedera fisik (misalnya: luka bakar,
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir
Batasan Karakteristik:
Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien
Communicate).
Diaforesis.
Dilatasi Pupil.
Inventory).
waspada).
Perilaku distraksi.
dioksida [CO2]).
Putus asa.
NOC
o Ketidaknyamanan (…)
waktu (…)
Intervensi
NIC
Manajemen Nyeri
memperberat nyeri
nyeri pasien.
interpersonal)
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Analgesik Administration
pemberian obat
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
kali
Diagnosa II: Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d benda asing dalam
jalan nafas, eksudat dalam alveoli, mucus berlebihan dan sekresi yang
tertahan).
Batasan Karakteristik:
Dispnea.
Gelisah.
Kesulitan verbalisasi.
Ortopnea.
Sianosis.
Mukus berlebihan.
NOC
indikator berikut:
dari kisaran normal, 2=Deviasi yang cukup berat dari kisaran normal,
- Tersedak (…)
- Batuk (…)
indikator berikut:
dari kisaran normal, 2=Deviasi yang cukup berat dari kisaran normal,
- Ph arteri (…)
- Sianosis (…)
Intervensi
NIC
- Buka jalan nafas dengan tekhnik chin lift atau jaw thrust,
sebagaimana mestinya.
tindakan suction.
Diagnosa III: Ketidakefektifan pola nafas b/d deformitas dinding dada, deformitas
Defenisi: Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
Batasan Karakteristik:
- Bradipnea.
- Dispnea.
- Ortopnea.
- Pernafasan bibir.
- Tachipnea.
- Deformitas tulang.
- Gangguan musculoskeletal.
- Hiperventilasi.
- Nyeri.
- Sindrom hipoventilasi.
NOC
normal, 2=Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal, 3=Deviasi sedang dari
kisaran normal, 4=Deviasi ringan dari kisaran normal, 5=Tidak ada deviasi dari
kisaran normal).
- Orthopnea (…).
- Atelektasis (…).
Intervensi
NIC
Monitor pernapasan
napas dan retraksi pada otot supracnapas dan retraksi pada otot supraclaviculas
- Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi (seperti, SaO2, SvO2 dan
- Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya
- Monitor nilai fungsi paru terutama kapasitas vital paru, volume inspirasi
- Catat perubahan pada saturasi O2, volume tidal akhir CO2 dan perubahan nilai
Bantuan Ventilasi
tempat tidur dan memberikan over bed table bagi pasien untuk bersandar).
- Auskultasi suara napas, catat area-area penurunan atau tidak adanya ventilasi
Terapi Oksigen
dengan tepat.
Diagnosa IV: Risiko penurunan perfusi jaringan jantung dengan faktor risiko
mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko
- Agens farmaseutikal.
- Diabetes Mellitus.
- Hiperlipidemia.
- Hipertensi.
- Hipoksia.
- Hipovolemia.
- Pembedahan jantung.
- Penyalahgunaan zat.
- Tamponade jantung.
NOC
(sebutkan nilainya 1-5 dengan interpretasi gangguan: 1=Deviasi berat dari kisaran
normal, 2=Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal, 3=Deviasi sedang dari
kisaran normal, 4=Deviasi ringan dari kisaran normal, 5=Tidak ada deviasi dari
kisaran normal).
(sebutkan nilainya 1-5 dengan interpretasi gangguan: 1=Deviasi berat dari kisaran
normal, 2=Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal, 3=Deviasi sedang dari
kisaran normal, 4=Deviasi ringan dari kisaran normal, 5=Tidak ada deviasi dari
kisaran normal).
- Aritmia (…)
- Takikardia (…)
- Bradikardia (…)
Intervensi
NIC
- Evaluasi nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi, durasi, faktor pemicu dan yang
mengurangi).
ST.
- Monitor cairan masuk dan keluar, urine output, timbang berat badan harian
sebagaimana mestinya.
Faktor Risiko
- Hipoksia
- Hipotensi.
- Hipovolemia.
- Sepsis.
NOC
berikut ini:
tdak ada).
- Aritmia (…).
- Pucat (…).
berikut ini:
tdak ada).
Intervensi
NIC
yang terus-menerus.
- Cek semua sekresi yang terdapat darah nyata atau bekuan darah.
perdarahan).
- Monitor turunnya tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau turun
Resusitasi Cairan
kristalloid (misalnya, normal saline dan ringer laktat) dan koloid (misalnya,
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Trauma Dada / Thoraks adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik
tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thoraks, yang menyebabkan
abnormalitas (bentuk) pada rangka thoraks. Perubahan bentuk pada thoraks akibat
trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam
rongga thoraks seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi
sebagainya.
B. SARAN
pasien dan rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk penanganan yang lebih.
Elsevier.
Suzanne C Smeltzer, B. &. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (8 ed., Vol. 1).
Jakarta: EGC.
Wilkinson, J. M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….…..1
A.Latar belakang………………………………………………………………………...1
B.Rumusan Masalah……………………………………………………………………..1
C.Tujuan…………………………………………………………………………………2
A.Pengertian……………………………………………………………………………..3
B. Etiologi……………………………………………………………………………….4
C.Patofisiologi…………………………………………………………………………...4
D.Klasifikasi……………………………………………………………………………..7
E.Manifestasi Klinis……………………………………………………………………..7
F.Komplikasi…………………………………………………………………………….8
b.Cedera vaskuler……………………………………………………………………..9
c.Pneumotoraks……………………………………………………………………….9
d.Pleura effusion……………………………………………………………………...9
f.Flail chest…………………………………………………………………………...9
G.Pemeriksaan diagnostic……………………………………………………………….10
2.radiologi……………………………………………………………………………10
4.CT-scan…………………………………………………………………………….10
6.EKG………………………………………………………………………………..11
7.angiografi……………………………..………..…………………………………...11
H.Penatalaksanaan ………………………………………………………………………11
A.Gawat darurat……………………………………………………………………...11
B.konservatif…………………………………………………………………………14
I.Prognosis penyakit……………………………………………………………………..15
1.open pneumotoraks………………………………………………………………...15
2.tension pneumotoraks……………………………………………………………...16
3.haematoraks………………………………………………………………………..16
4.flail chest………………………………………………………………………...…16
5.tamponade jantung………………………………………………………………..16
A.PENGKAJIAN…………………………………………………………………...17
1.Pengkajian primer……………………………………………...……………….17
2.Pengkajian sekunder…………………………………………………………...20
B.DIAGNSA KEPERAWATAN………………………………………………….22
C.INTERVENSI…………………………………………………………………...22
A.Kesimpulan……………………………………………………………………….42
B.Saran………………………………………………………………………………42
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….43