BAB III
NEGARA DAN KONSTITUSI
a. Rakyat
Warga Negara
Asli
WNI
Rakyat WNA
Bukan
Penduduk
Rakyat sebagai
warga negara Negara berhak menolak mengekstradisi warga
negaranya kepada negara lain
Darat
Cakupan wilayah
Darat, laut, udara
Ekstra teritorial
Wilayah Negara
Batas wilayah
Batas landas kontingen
Kedalaman 200 m, sejauh 200 mil
Wilayah Udara
Masyarakat internasional menyusun perjanjian Convention on
International Civil Aviation 1944 (Konvensi Chicago 1944)
Wilayah udara mencakup wilayah laut dan wilayah perairannya
c. Pemerintah
Memaksa
Mencakup semua
Tujuan negara
. Melindungi
. Memajukan
. Mencerdaskan
. Ikut melaksnakan
2) Fungsi dan
Tujuan negara
Fungsi negara
. Melaksanakan ketertiban
. Mengusahan kesejahteraan
. Mempertahankan negara
. Menegakkan keadilan
Ke dalam
Mengatur rakyat
Kedaulatan
pemerintah
. Asli
3) . Tertinggi
. Abadi
. Tunggal
Ke luar
Untuk dihormati
negara lain
d. Konstitusi
Menurut Kaelan (2007 : 76) :
Nicollo Machiavelli (1469-1527) telah merumuskan negara
sebagai negara kekuasaan ... Machiavelli memandang negara dari
sudut kenyataan bahwa dalam suatu negara harus ada suatu
kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin negara atau raja.
Raja sebagai pemegang kekuasaan negara tidak mungkin hanya
mengandalkan kekuasaan hanya pada suatu moralitas atau
kesusilaan. Kekacauan timbul dalam suatu negara karena lemahnya
kekuasaan negara. Bahkan yang lebih terkenal lagi ajaran
Machiavelli tetang tujuan yang dapat menghalalkan segala cara.
Pandangan ini telah memunculkan berbagai praktek pelaksanaan
kekuasaan negara yang otoriter, yang jauh dari nilai-nilai moral.
Kemudian munculah tantangan dan reaksi yang kuat dari para tokoh,
seperti Thomas Hobbes (1588-1679), Hohn Locke (1632-1704), dan J.J. Rousseau
(1712-1778).
Mereka, menurut Kaelan, mengartikan negara sebagai suatu badan atau
organisasi hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama. Manusia sejak lahir
telah membawa hak-hak asasinya, seperti hak untuk hidup, hak milik, hak
kemerdekaan. Dalam keadaan alamiah, sebelum terbentuknya negara, hak-hak
tersebut belum ada yang menjamin perlindungannya, sehingga dalam status
naturalis. Dalam keadaan naturalis, akan terjadi homo homini lopus dan hukum
yang berlaku huskum rimba.
Sejalan dengan itu, menurut Hamilton (Kaelan, 2007 : 80), untuk
menciptakan suatu ketertiban pemerintah diperlukan pengaturan sedekian rupa,
sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan
dikendalikan. Inilah awal munculnya gagasan konstitusi secara formal dalam
suatu negara.
B. Konstitusi
Konstitusi UUD
( Prajudi Atmosudirdjo, dkk, 1987: 4) . Hukum dasar tertulis
. Produk dari sejarah dan proses perjuangan . Mmeuat aturan pokok
bangsa yang bersangkutan
. Rumusan filsafat, cita-cita, dan program
perjuangan suatu bangsa
. Cermin jiwa, jalan pikiran, mentalitas, dan
kebudayaan suatu bangsa
. Berfungsi membatasi kekuasaan pemerintah
. Menggambarkan struktur pemerintah
Konvensi
. Hukum dasar tidak tertulis
. Biasanya timbul dan terpelihara
dalam praktek penyelenggaraan
negara
2. Unsur-unsur Konstitusi
Lohman, S:
. Perwujudan perjanjian/persepakatan masyarakat
. Piagam perjanjian penjamin hak-hak asasi w.n.
. Forma regimenis (kerangka bangunan pemerintah)
Sri Sumantri
. Pengaturan perlindungan hak asasi manusia dan
warga negara
. Pengaturan susunan ketatanegaraan mendasar
. Pembatasan dan pembagian tugas-tugas
Unsur-unsur ketatanegaraan mendasar
konstitusi
Strong, C.F.
. Cara pengaturan berbagai jenis konstitusi
. Jenis kekuasaan institusi-institusi
. Cara kekuasaan dilaksanakan
Dasar:
. kepentingan bangsa dan negara
. bukan kepentingan politik
Perubahan Konstitusi
Wheare, KC.
. Perubahan resmi
. Penafsiran hakim
. Konvensi
Dirjen Dikti P&K. (1996/1997). UUD 1945, P-4, GBHN, Kewaspadaan Nasional.
Bahan Penataran. Jakarta: Mendikbud Republik Indonesia.
Dirjen Dikti P&K. (2016). Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Jakarta: Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan.