Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Prodi : Kedokteran Umum dan Gigis


Semester : 2 dan 6/8
Pertemuan ke : 3 dan 4
Dosen Pengampu : Chaerun

BAB III
NEGARA DAN KONSTITUSI

A. Negara dan Bangsa


1. Pengertian Bangsa
Berbicara tentang negara tidak dapat dilepaskan begitu saja dengan
berbicara tentang bangsa, karena munculnya negara sebagai konsekuensi adanya
bangsa. Tidak ada negara tanpa bangsa. Negara merupakan sarana bagi bangsa
dalam mewujudkan cita-cita dan kepentingan bangsa.
Bangsa menurut Dirjen Dikti (1997 : 22 4) :
adalah rakyat yang telah mempunyai kesatuan tekad untuk
membangun masa depan bersama dengan mendirikan sebuah
Negara yang akan mengurus terwujudnya aspirasi dan kepentingan
bersama mereka secara adil. Rakyat yang tidak mempunyai
kesatuan tekad demikian bukanlah merupakan satu bangsa. Dengan
demikian, sebelum berdirinya suatu Negara, dari berbagai
golongan masyarakat yang akan merupakan rakyat Negara tersebut
terlebih dahulu harus telah tumbuh dan berkembang tekat yang
kuat untuk membangun masa depan bersama. Tekat yang kuat
untuk membangun masa depan bersama ini disebut sebagai
kesadaran kebangsaan, sedangkan wawasan yang tumbuh dan
berkembang dari kesadaran kebangsaan tersebut dinamakan
wawasan kebangsaan.
Jadi bangsa adalah rakyat yang telah mempunyai kesatuan tekad untuk
membangun masa depan bersama. Jadi sekelompok masyarakat yang masih
mempunyai masa depan sendiri-sendiri tidak dapat disebut bangsa. Tekat yang
kuat untuk membangun masa depan bersama tersebut tidak muncul begitu saja
secara tiba-tiba, melainkan melalui proses pertumbuhan dan perkembangan yang
panjang. Tekad yang kuat untuk membangun masa depan bersama itu disebut
“kesadaran kebangsaan”.
2. Pengertian Negara
Negara merupakan salah satu bentuk oganisasi yang ada dalam
masyarakat (Dirjen Dikti, 2016 : 25). Negara sebagai suatu organisasi adalah
organisasi raksasa, yang mengatasi semua organisasi yang ada dalam masyarakat
dan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah.
Berdasarkan kutipan itu, jelaslah bahwa Negara itu didirikan oleh bangsa.
Negara seperti ini disebut Negara bangsa atau Negara kebangsaan. Hal ini
berbeda dengan Negara kerajaan. Negara kerajaan didirikan oleh raja, oleh karena
itu Negara milik raja. Termasuk rakyat yang diam di wilayah Negara tersebutpun
juga menjadi milik raja.
3. Unsur-unsur Negara
Dahulu, pada masa negara kerajaan, unsur-unsur negara hanya mencakup
rakyat, wilayah, dan pemerintah. Dalam negara kerajaan tidak ada konstitusi,
sehingga raja memimpin negara secara absolut (mutlak) dan otoriter, dampaknya
sering bersikap dictator.
Dalam negara kebangsaan, unsur negara mencakup rakyat, wilayah,
pemerintah, dan konstitusi.

a. Rakyat

1) Rakyat dan warga negara

Warga Negara
Asli

WNI

Penduduk Warga Negara


Keturunan

Rakyat WNA

Bukan
Penduduk

2) Rakyat dan status kewarganegaraan

Hak atas perlindungan diplomatik di luar negeri

Wajib setia pada negara (wajib militer)

Rakyat sebagai
warga negara Negara berhak menolak mengekstradisi warga
negaranya kepada negara lain

Kewarganegaraan dapat diperoleh


 Berdasarkan kewarganegaraan orang tua (Ius Sanguinis)
 Berdasarkan tempat kelahiran (Ius Soli)
 Berdasarkan asas Ius Sanguinis dan Ius Soli
 Melalui naturalisasi (perkawinan atau permohonan)
b. Wilayah

Darat

Cakupan wilayah
Darat, laut, udara

Ekstra teritorial
Wilayah Negara

Batas laut teritorial


Deklarasi Juanda 13 Des. 1957: 12 mil

Batas wilayah
Batas landas kontingen
Kedalaman 200 m, sejauh 200 mil

Batas zona ekonomi


. 21 Maret 1980 Pemerintah umumkan ZEE
. Disahkan dengan UU no.5 (1983).
. Batas ZEE 200 mil dari garis dasar ke arah laut bebas
+ Negara di wilayah ZEE wenang manfaatkan sumber
daya (laut/bawah dasar laut)
+ Kewajiban merespon positif status laut bebas
. Konperensi hukum laut, sepakat di ZEE negara tidak
mempunyai kedaulatan penuh tapi memiliki hak dan
yurisdiksi pada bidang tertentu
. Pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982:
+ Hak negara pantai memiliki kedaulatan lakukan
eksploitasi, eksplorasi sumber kekayaan alam dan
pembuatan energy arus dan angin
+ Kewajiban melakukan konservasi kekayaan laut

Wilayah Udara
Masyarakat internasional menyusun perjanjian Convention on
International Civil Aviation 1944 (Konvensi Chicago 1944)
Wilayah udara mencakup wilayah laut dan wilayah perairannya
c. Pemerintah

Memaksa

1) Sifat negara Monopoli

Mencakup semua

Tujuan negara
. Melindungi
. Memajukan
. Mencerdaskan
. Ikut melaksnakan

2) Fungsi dan
Tujuan negara
Fungsi negara
. Melaksanakan ketertiban
. Mengusahan kesejahteraan
. Mempertahankan negara
. Menegakkan keadilan

Ke dalam
Mengatur rakyat

Kedaulatan
pemerintah
. Asli
3) . Tertinggi
. Abadi
. Tunggal

Ke luar
Untuk dihormati
negara lain
d. Konstitusi
Menurut Kaelan (2007 : 76) :
Nicollo Machiavelli (1469-1527) telah merumuskan negara
sebagai negara kekuasaan ... Machiavelli memandang negara dari
sudut kenyataan bahwa dalam suatu negara harus ada suatu
kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin negara atau raja.
Raja sebagai pemegang kekuasaan negara tidak mungkin hanya
mengandalkan kekuasaan hanya pada suatu moralitas atau
kesusilaan. Kekacauan timbul dalam suatu negara karena lemahnya
kekuasaan negara. Bahkan yang lebih terkenal lagi ajaran
Machiavelli tetang tujuan yang dapat menghalalkan segala cara.
Pandangan ini telah memunculkan berbagai praktek pelaksanaan
kekuasaan negara yang otoriter, yang jauh dari nilai-nilai moral.
Kemudian munculah tantangan dan reaksi yang kuat dari para tokoh,
seperti Thomas Hobbes (1588-1679), Hohn Locke (1632-1704), dan J.J. Rousseau
(1712-1778).
Mereka, menurut Kaelan, mengartikan negara sebagai suatu badan atau
organisasi hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama. Manusia sejak lahir
telah membawa hak-hak asasinya, seperti hak untuk hidup, hak milik, hak
kemerdekaan. Dalam keadaan alamiah, sebelum terbentuknya negara, hak-hak
tersebut belum ada yang menjamin perlindungannya, sehingga dalam status
naturalis. Dalam keadaan naturalis, akan terjadi homo homini lopus dan hukum
yang berlaku huskum rimba.
Sejalan dengan itu, menurut Hamilton (Kaelan, 2007 : 80), untuk
menciptakan suatu ketertiban pemerintah diperlukan pengaturan sedekian rupa,
sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan
dikendalikan. Inilah awal munculnya gagasan konstitusi secara formal dalam
suatu negara.

B. Konstitusi

1. Konstitusi dan Undang-Undang Dasar

Konstitusi UUD
( Prajudi Atmosudirdjo, dkk, 1987: 4) . Hukum dasar tertulis
. Produk dari sejarah dan proses perjuangan . Mmeuat aturan pokok
bangsa yang bersangkutan
. Rumusan filsafat, cita-cita, dan program
perjuangan suatu bangsa
. Cermin jiwa, jalan pikiran, mentalitas, dan
kebudayaan suatu bangsa
. Berfungsi membatasi kekuasaan pemerintah
. Menggambarkan struktur pemerintah
Konvensi
. Hukum dasar tidak tertulis
. Biasanya timbul dan terpelihara
dalam praktek penyelenggaraan
negara
2. Unsur-unsur Konstitusi

Lohman, S:
. Perwujudan perjanjian/persepakatan masyarakat
. Piagam perjanjian penjamin hak-hak asasi w.n.
. Forma regimenis (kerangka bangunan pemerintah)

Sri Sumantri
. Pengaturan perlindungan hak asasi manusia dan
warga negara
. Pengaturan susunan ketatanegaraan mendasar
. Pembatasan dan pembagian tugas-tugas
Unsur-unsur ketatanegaraan mendasar
konstitusi
Strong, C.F.
. Cara pengaturan berbagai jenis konstitusi
. Jenis kekuasaan institusi-institusi
. Cara kekuasaan dilaksanakan

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan


. Struktur organisasi negara dengan lembaga-
lembaga negara di dalamnya
. Tugas/wewenang masing lembaga negara
. Jaminan hak asasi manusia dan warga negara
3. Perubahan Konstitusi

Dasar:
. kepentingan bangsa dan negara
. bukan kepentingan politik

Perubahan Konstitusi

Cara Strong, C.F.


. Oleh kekuasaan legislatif
. Oleh rakyat melalui referendum
. Oleh sejumlah negara bagian
. Oleh lembaga khusus

Wheare, KC.
. Perubahan resmi
. Penafsiran hakim
. Konvensi

Perubahan UUD 1945


a. Syarat perubahan
. Dapat diagendakan dalam sidang MPR bila sekurang-kurangnya
diajukan oleh 1/3 dari jumlah anggota MPR.
. Setiap usul diajukan secara tertulis
. Sidang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota
. Putusan sah oleh sekurang-kurangnya 50% ditambah 1 anggota
. Bentuk negara tidak dapat dilakukan perubahan
b. Arus pemikiran yang melatar belakangi
perubahan UUD 1945
. Rumusan pasal-pasalnya berpeluang ditafsir ganda
. Membawa sifat exekutive heavy (terlalu besar pada Pres.
. Kurang tegasnya system pemerintahan
(Presidensiil/Parlementer)
. Perlunya keleluasan pemerintah daerah mengatur dan
menyelenggarakan rumah tangga sendiri
. Rumusan pasal tentang hak asasi manusia dirasa kurang
memadai untuk mewadahi tuntutan perlindungan pada
era global

. Memberi landasan dan pedoman dasar bagi


penyelenggaraan ketatanegaraan

4. Peranan Konstitusi dalam . Membatasi tindakan pemerintah


Kehidupan Bernegara agar tidak bertindak sewenang-wenang

. Memberikan jaminan atas hak asasi bagi


warga negara
Daftar Pustaka

Dirjen Dikti P&K. (1996/1997). UUD 1945, P-4, GBHN, Kewaspadaan Nasional.
Bahan Penataran. Jakarta: Mendikbud Republik Indonesia.

Dirjen Dikti P&K. (2016). Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Jakarta: Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

Kaelan. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.


Prajudi Atmosudirdjo, dkk. (1987). Konstitusi Republik Federal Jerman (Jerman
Barat). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai