Anda di halaman 1dari 6

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dua dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif penggunaan resin
komposit mulai menggantikan amalgam karena alasan estetis dan kesehatan
(Thorat dkk., 2014). Resin komposit sebagai bahan restorasi mulai banyak
digunakan karena mempunyai sifat estetis yang baik serta kekuatan bahan yang
paling tinggi (Domingos dkk., 2011).
Resin Komposit mempunyai beberapa kelebihan dalam penggunaannya,
antara lain resin komposit selama beberapa dekade terakhir terbukti memuaskan
dan bisa menjadi alternatif yang baik untuk mengurangi penggunaan amalgam
serta bisa menyembuhkan trauma dan kerusakan gigi ( Gupta dkk., 2012 ). Resin
komposit juga memiliki kemampuan yang baik dalam berikatan dengan email dan
dentin. Stabilitas warnanya serta fraktur resistence sudah mengalami banyak
perkembangkan sejak dikenalkannya bahan tersebut 50 tahun yang lalu
(Hamouda dkk., 2012).
Resin komposit juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain sifat
iritasinya terhadap jaringan pulpa, adaptasi yang kurang baik pada tepi kavitas
(Angela dkk., 2013), gap formation yang disebabkan kontraksi polimerisasi saat
setting sehingga menyebabkan kebocoran tepi serta perubahan warna. Selain itu,
resin komposit juga mempunyai tingkat keausan yang lebih tinggi daripada
keramik dan amalgam. Resin komposit terus mengalami perbaikan dari segi sifat
mekanik, antara lain mengembangkan filler dengan ukuran yang lebih kecil, serta
sistem bonding yang lebih baik. (Hamouda dkk., 2012).
Bahan resin komposit telah mengalami beberapa perkembangan yaitu dari
makrofill ke mikrofill dan dari hibrid ke mikrohibrid serta bahan baru seperti
komposit packable dan komposit nanofill yang telah diperkenalkan dalam pasar
kedokteran gigi (Hamouda dkk., 2012). Bahan restorasi resin komposit terus
dikembangkan untuk meminimalisir kekurangan pada bahan-bahan restorasi
sebelumnya yaitu dibuktikan dengan mengembangkan partikel nanofill (1 nm =
2

1/1000 mm) dalam bentuk nanomeric (NM) dan nanocluster (NC). Penggabungan
dari dua jenis nanofiller tersebut menghasilkan kombinasi terbaik dalam segi
estetis, ketahanan fisiknya ( Kaur dkk., 2013 ), kekuatan mekanik dan tekstur
permukaan yang lebih halus daripada resin komposit hybrid, dan mempunyai
retensi polish yang lebih bagus daripada resin komposit mikrofill (Stefanski dkk.,
2012).
Resin komposit nanofill menggabungkan kekuatan mekanik resin
komposit hibrida dengan karakteristik estetis yang baik dari resin komposit
mikrofil sehingga memberikan banyak keuntungan antara lain mengurangi
penyusutan polimerisasi, hasil polishing yang baik, karakteristik fisik yang
meningkat karena pengurangan perbedaan antara matriks polimer dan ukuran
partikel filler serta peningkatan beban filler (Sapra dkk., 2013). Kualitas tumpatan
resin komposit ditentukan oleh beberapa faktor antara lain bahan tumpatan,
bonding/perlekatan, manipulasi (polishing dan finishing) (Mirmohammadi dkk.,
2014).
Perlekatan antara resin komposit dengan permukaan gigi harus optimal
supaya didapatkan restorasi yang baik. Permasalahan yang sering dihadapi
sehingga menyebabkan resin komposit mudah lepas antara lain penyusutan
polimerisasi, tekanan oklusal dan perubahan termal (Mirmohammadi dkk., 2014),
oleh karena itu selama 20 tahun terakhir telah dikembangkan perbaikan yang
signifikan dalam bidang sistem adhesi (ikatan) pada dentin ( Yaseen dkk., 2009 ).
Adhesi merupakan suatu mekanisme yang menyatukan dua bahan menjadi
ikatan yang erat pada permukaannya (Mandava dkk., 2009). Resin komposit tidak
mampu berikatan secara kimiawi dengan jaringan keras gigi, sehingga dibutuhkan
suatu bahan adhesif ( bonding ) ( Anusavice, 2003 ). Ikatan antara resin komposit
dengan permukaan gigi dilakukan dengan cara pengetsaan asam fosfat 37%
sehingga terbentuk mikropit pada permukaan gigi. Mikropit yang terbentuk
kemudian di infiltrasi menggunakan bahan bonding sehingga menghasilkan
hybrid layer ( Power & Sakaguchi, 2012 ).
Penggunaan sistem bonding resin komposit telah mengalami revolusi yang
pesat ditunjukan dengan banyaknya bahan adhesi yang beredar di pasar
3

kedokteran gigi. Oleh karena itu dalam pemilihan bahan harus


mempertimbangkan banyak faktor, salah satu faktor yang penting yaitu ketahanan
ikatan karena stabilitas ikatan antara permukaan gigi dengan bahan restorasi
berkaitan dengan keberhasilan klinis jangka panjang (Ganjiwale dkk., 2012).
Sistem adhesi telah berkembang menjadi beberapa generasi dengan perubahan
pada struktur kimia, mekanisme ikatan, jumlah langkah aplikasi, teknik aplikasi
dan keefektifan klinis (Nair dkk., 2014).
Saat ini, terdapat dua metode dalam sistem adhesi kedokteran gigi yaitu
total-etch yang terdiri dari kompleksitas komponen dan prosedur aplikasi
bonding, serta self-etch yang menggunakan teknik aplikasi lebih sederhana
(Mandava dkk., 2009). Sistem adhesi total-etch menggunakan etsa sebelum
digunakan untuk aplikasi ke permukaan gigi telah banyak digunakan dalam
prosedur restorasi (Boruziniat dkk., 2014). Teknik total-etch populer
penggunaannya tetapi teknik tersebut juga merupakan salah satu teknik yang
paling sensitif (Gregoire dkk., 2009).
Teknik adhesi satu langkah self-etch semakin populer penggunaannya
karena teknik serta prosedur penggunaannya yang cepat dan mudah.
Penyederhanaan langkah aplikasi akan mengurangi kesalahan yang mungkin
terjadi saat aplikasi bahan tersebut. Teknik self etch sering disebut sebagai teknik
aplikasi dengan sensitivitas rendah (Nair dkk., 2014). Daerah yang diketahui
sering menimbulkan sensitivitas saat dilakukan perawatan yaitu karies didaerah
gingiva, atau disebut karies klas V (Vasudeva dkk., 2011).
Restorasi kelas V merupakan restorasi dari sepertiga gingiva pada
permukaan gigi bagian bukal atau lingual. Kegagalan restorasi dari daerah
servikal sering terjadi. Telah diketahui bahwa pada kelas V GV Black, lebih sulit
pembentukan ikatan antara bahan bonding dengan resin komposit karena pada
kavitas kelas V sedikit email yang tertinggal dan bahkan terkadang langsung pada
dentin ( Vasudeva dkk., 2011 ). Sehingga peneliti ingin melihat perbedaan
Kekuatan Tarik Resin Komposit Nanofill Antara yang Menggunakan
menggunakan Bahan Adhesi Self-Etch dengan Total Etch pada Kavitas Kelas V.
4

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas timbul permasalahan apakah terdapat perbedaan kekuatan tarik
pada resin komposit nanofill antara sistem self-etch dan total etch pada kavitas
kelas V ?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kekuatan tarik perlekatan antara
sistem bonding self etch dan total etch pada kavitas kelas V.

2. Untuk mengetahui apakah penggunaan sistem adhesif total-etch memberikan


hasil kekuatan tarik yang lebih besar daripada sistem adhesif self-etch pada
restorasi kavitas kelas V.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Memberikan pengetahuan yang lebih banyak bagi peneliti pada khususnya
dan bagi semua tenaga kesehatan kedokteran gigi pada umumnya tentang
penggunaan bahan bonding yang baik sehingga bisa menjaga ketahanan
restorasi gigi.

2. Sebagai dasar pemilihan bahan restorasi yang sesuai dengan indikasi supaya
bisa memberikan pelayanan yang baik dan memberikan kepuasan bagi
masyarakat luas yang memerlukan perawatan restorasi gigi.
5

E. KEASLIAN PENELITIAN

N HASIL
JUDUL PENELITI
O

didapatkan hasil
bahwa pada email
Shear bond strength of terdapat berbedaan
self-etch and total-etch berarti tetapi pada
1. Caramello dkk., 2012
adhesives to bovine dentin tidak terlalu
enamel and dentin menunjukkan adanya
perbedaan dalam
kekuatan gesernya.

2. Evaluated the mechanical Hamouda dkk., 2012 tidak ada perbedaan


properties of nanofilled yang signifikan antara
composite Resin resin komposit nanofill
Restorative Material dan resin komposit
hibrida konvensional
dalam kekuatan fisik
nya tetapi resin
komposit nanofill
memiliki ketahan aus
yang lebih baik

3. Microleakage of Hamouda dkk, 2011


nanofilled composite resin Terdapat perbedaan
restorative materials. yang signifikan pada
resin komposit nanofill
terhadap adaptasi pada
oklusal / margin
enamel dan gingiva /
margin dentin.
Sedangkan pada resin
komposit hibrida
konvensional dalam
hal adaptasi pada
oklusal / margin
enamel dan gingiva /
margin dentin terdapat
perbedaan yang
signifikan.
4. Comparative evaluation Mandava dkk., 2009
of tensile bond strengths dalam total-etch tiga
of total-etch adhesives aplikasi total etch
and self-etch adhesives mempunyai perlekatan
6

with single and multiple


consecutive applications: paling baik. Dalam
An in vitro study self-etch 3 tahap
aplikasi paling bagus
hasil perlekatannya

5. Clinical Performance of a Stefanski dkk., 2014 Resin komposit


Nanofilled Resin nanofill menunjukkan
Composite with and hasil klinis yang sangat
without an Intermediary baik, ditunjukkan
Layer of Flowable dengan masih
Composite: a 2-year stabilnya hasil
Evaluation, Clinical Oral restorasi yang sudah
Investigations, digunakan selama 2
tahun. Tidak terdapat
perbedaan hasil klinis
antara resin komposit
yang dilapisi dengan
flowable maupun tidak
dilapisi.

6. Comparative Evaluation Nair dkk., 2014 Stem generasi bonding


of the Bonding Efficacy ketujuh memberikan
of sixth and Seventh hasil klinis yang lebih
Generation Bonding baik daripada bonding
Agent : An In-vitro Study generasi keenam,
karena bonding
ketujuh memiliki
waktu aplikasi yang
singkat, perlekatan
yang baik dan langkah
aplikasi yang lebih
sedikit.

Anda mungkin juga menyukai