Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan tumpatan atau restorasi gigi digunakan untuk memperbaiki gigi

secara biologis, fungsional, dan estetik. Bahan restorasi gigi harus aman

digunakan dalam lingkungan rongga mulut, dan memiliki kesamaan warna

dengan gigi asli, untuk alasan kesehatan dan estetik (Rusmayati dan Erlita,

2017). Bahan restorasi Kedokteran Gigi yang saat ini banyak digunakan

adalah resin komposit. Hal ini berhubungan dengan estetik yang didapatkan,

dari restorasi resin komposit tersebut (Nurmalasari, 2015).

Material pengisi resin komposit dengan ukuran kecil, halus, dan

kurang dari 1 µm akan memperbaiki sifat fisik, terutama daya tahan terhadap

abrasi, dan dapat mengurangi kekasaran resin komposit. Pemanfaatan

teknologi nano pada partikel pengisi resin komposit diharapkan dapat

meningkatkan estetik resin komposit. Resin komposit nano dapat

mengkombinasikan kekuatan, dan kualitas estetik. Distribusi bahan pengisi

matriks resin komposit ini sangat rapat, karena ukuran bahan pengisi yang

sangat kecil, yaitu kombinasi dari partikel ukuran nano, dan formulasi

nanokluster, dapat mengisi celah ruang kosong antara bahan pengisi dan

matriksnya, sehingga mengurangi celah antar partikel (Nurmalasari, 2015).

Resin komposit dengan bahan pengisi nano ini sangat mudah aus,

sehingga meningkatkan kekasaran permukaan. Peningkatan kekasaran

permukaan dapat meningkatkan akumulasi plak, peradangan gingiva,

1
2

menurunkan sifat mekanik, dan meningkatkan keausan tumpatan. Kekasaran

permukaan yang meningkat, dapat mempengaruhi estetik dalam tumpatan

(Endo, 2010). Penelitian Korkmaz dan Ozel (2008), menyatakan bahwa

permukaan yang halus dapat meningkatkan nilai estetik, ketahanan, dan

kestabilan tumpatan. Salah satu cara untuk mengurangi kekasaran permukaan,

dan mendapatkan permukaan yang halus adalah dengan pemolesan. Penelitian

Endo (2010), menunjukkan bahwa proses pemolesan yang baik dapat

meningkatkan nilai estetik, mengurangi perlekatan plak, iritasi plak, dan

perubahan warna (Endo, 2010).

Pada saat pengaplikasian resin komposit nano, seringkali terjadi

overfilling atau peninggian hasil restorasi, yang disebabkan pengaplikasian

bahan yang berlebih pada kavitas. Finishing dibutuhkan untuk mengurangi

hasil restorasi resin komposit yang mengalami peninggian, dan tidak sesuai

dengan oklusi atau kontur gigi. Finishing yang dilakukan menggunakan bahan

abrasif (McCabe et.al., 2008). Setelah dilakukan finishing, akan terjadi

perubahan kualitas pada permukaan resin komposit, menjadi lebih kasar.

Kekasaran permukaan resin komposit yang terjadi setelah finishing,

disebabkan oleh gesekan dari finishing bur dan resin. Permukaan bur yang

kasar menggores permukaan resin, sehingga terjadi hilangnya matriks resin

yang lunak, meninggalkan partikel pengisi, yang kemudian tampak menonjol

di permukaan bahan, maka perlu dilakukan pemolesan untuk memperhalus

dan mengkilapkan permukaan resin komposit. Permukaan resin komposit


3

yang halus, dapat meminimalkan terbentuknya akumulasi plak, iritasi gingiva,

kurangnya estetik, dan terjadinya perubahan warna (Endo, 2010).

Teknik pemolesan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pemolesan

satu langkah dan pemolesan dua langkah. Perbedaan dari kedua teknik ini

hanya pada jumlah material abrasif yang digunakan. Pemolesan satu langkah

hanya menggunakan satu alat pemolesan, sedangkan pemolesan beberapa

langkah menggunakan beberapa jenis alat pemolesan, dan memerlukan waktu

pemolesan yang lama dibanding pemolesan satu langkah (Kristine et.al.,

2009).

Penelitian Jung et.al. (2007), menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

antara kekasaran resin komposit dengan bahan pengisi nano yang dipoles satu

langkah dengan beberapa langkah. Penelitian yang berbeda pada penelitian

Gulasti dan Hedge (2010) menyatakan bahwa kekasaran permukaan yang

dihasilkan setelah pemolesan beberapa langkah lebih baik daripada pemolesan

satu langkah (Gulasti dan Hedge, 2010).

Pemolesan menggunakan rubber polish, yang mengandung aluminium

oxide dengan ukuran partikel abrasif (20 µm), ukuran partikel ini jauh lebih

besar, dibandingkan dengan partikel abrasif pemolesan beberapa langkah yaitu

20 µm (kasar), 18 µm (halus), dan 10 µm (sangat halus). Material abrasif yang

lebih kasar akan memperpendek abrasi resin komposit, namun sulit

mendapatkan permukaan halus dan mengkilat, dibanding ukuran halus dan

dan sangat halus (Takanashi et.al., 2008).


4

Mekanisme pemolesan yang menggunakan dua, tiga, atau lebih unit

alat poles, penggunaannya dimulai dari unit dengan permukaan kasar, medium

hingga permukaan paling halus. Pemolesan langkah ini menggunakan

instrumen poles berbentuk disc, yang terdiri dari empat instrumen. Intrumen

ini terbuat dari urethane coated paper, atau polyesther film yang memberi sifat

fleksibilitas pada disc dan aluminium oxide (3M, 2005)

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti

perbedaan kekasaran resin komposit nano yang dipoles dengan alat pulas

rubber polish dan urethane coated paper.

B. Rumusan Masalah

Apakah pemolesan dengan rubber polish dan urethane coated paper

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kekasaran permukaan resin

komposit berbahan pengisi nano.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan resin komposit

berbahan pengisi nano, yang dipoles dengan alat pulas rubber polish dan

urethane coated paper.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kekasaran permukaan resin komposit berbahan

pengisi nano, setelah dipoles dengan rubber polish.


5

b. Untuk mengetahui kekasaran permukaan resin komposit berbahan

pengisi nano, setelah dipoles dengan urethane coated paper.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat, tentang

bahan tambal yang digunakan dalam Kedokteran Gigi.

2. Manfaat Keilmuan

Penelitian ini dapat memberikan informasi, tentang kekasaran resin

komposit berbahan pengisi nano, yang dipoles dengan alat pulas rubber polish

dan urethane coated paper, dan sebagai bahan informasi penelitian

selanjutnya.

3. Manfaat Institusional

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengembangan pustaka ilmiah,

dan pengembangan pengetahuan di bidang Kedokteran Gigi, khususnya

bidang Biomaterial tekhnologi Kedokteran Gigi guna informasi penelitian

lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai