Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


1. Definisi/ Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan
tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh, serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga
dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi, dan zat-zat lain yang
terkandung, aksi, reaksi, serta keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit.
Makanan yang kita makan tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh dalam bentuk
energi sebelum melalui proses pencernaan, absorpsi, dan metabolisme. Tubuh
memerlukan energy untuk fungsi-fungsi fisiologis organ tubuh, pergerakan,
mempertahankan temperature, fungsi kelenjar, kerja hormon, pertumbuhan, dan
peggantian sel-sel yang rusak.

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia


a. Mulut
Makanan yang masuk ke mulut akan dicerna. Makanan akan dipotong-potong,
dibasahi dengan air liur, dan selanjutnya didorong masuk ke esophagus
(kerongkongan) oleh lidah. Sekresi ion pada saliva. Saliva terutama mengandung
sejumlah besar ion kalium dan ion bikaronat. Fungsi saliva yaitu untuk kebersihan
mulut. Saliva membantu mencegah proses kerusakan. Pengaturan sekresi saliva
oleh saraf. Kelenjar saliva di control oleh sinyal saraf parasimpatis dari nucleus
salivatorius dan inferior pada batang otak.
Pada mulut terjadi pencernaan secara mekanik dan kimiawi. Pencernaan
kimiawi yaitu bercampurnya makanan yang telah dikunyah dengan air liur yang
mengandung enzim ptyalin, enzim ini berfungsi mengubah amilum menjadi
maltose.
b. Esofagus
Esofagus berfungsi sebagai saluran penghubung antara rongga mulut dan
lambung. Dinding esophagus dilapisi oleh jaringan epitel berlapis pipih. Sepertiga
bagian dari esofagus terdiri atas otot lurik, sedangkan dua pertiganya terdiri atas
otot polos.
Di dalam kerongkongan, makanan didorong kearah lambung dengan gerak
peristaltik, yaitu gerakan memijit dan mendorong ke satu arah. Proses Pencernaan
Makanan. Sekresi esofagus seluruhnya berkarakter mukoid, berfungsi sebagai
pelumasan untuk menelan. Mukus yang disekresi oleh kelenjar campuran pada
esophagus bagian atas, mencegah cedera mukosa.
c. Lambung
Lambung merupakan kantong yang terletak di dalam rongga perut sebelah kiri
atas. Dinding lambung bagian dalam dilapisi oleh mukus atau lender untuk
melindunginya dari asam lambung.
Dinding lambung tersusun dari tiga lapis otot, yaitu otot memanjang (bagian
luar), otot melingkar (bagian tengah), dan otot miring (bagian dalam). Otot-otot
lambung bergerak secara peristaltic mengaduk dan mencampur makanan dengan
getah lambung. Hasilnya, makanan menjadi berbentuk bubur yang disebut kimus.
Kimus bersuasana asam karena mengandung HCL.
d. Usus Halus
Usus halus berbentuk seperti tabung dan tersusun atas vili-vili, otot melingkar,
otot membujur lapisan mukosa, dan epitalum. Usus halus dibagi tiga yaitu usus dua
belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Usus dua belas jari merupakan muara pertemuan antara dua saluran yang
berasal dari kelenjar pancreas dan kantong empedu. Kantong empedu terletak
menempel pada hati. Kelenjar pancreas terletak di dekat usus dua belas jari dan
menghasilkan beberapa enzim. Sekresi getas pencernaan usus oleh Kripta
Lieberkuhn, yang terletak dalam seluruh permukaan usus halus.
e. Usus Besar
Makanan yang tidak diserap akan mengalami pembusukan oleh bakteri. Di
usus besar juga terjadi penyerapan air. Usus besar dapat dibagi menjadi enam
segmen, yaitu usus buntu (sekum), usus besar naik (kolon asenden), usus besar
mendatar (kolontransversum), usus besar turun (kolon desenden), kolon sigmoid,
dan poros usus (rektum). Dari usus besar, sisa-sisa makanan masuk ke rectum,
kemudian dikeluarkan melalui anus.
Sel epitel mengandung sel mukus yang banyak mensekresi mukus. Sekresi air
dan elektrolit sebagai respon terhadap iritasi.
f. Hati
Hati merupakan organ terbesar yang terdapat di dalam tubuh. Di sebelah
dalam organ hati terdapat kantong empedu (vesika felea) yang berisi cairan
empedu. Cairan empedu dihasilkan oleh hati dan dialirkan ke saluran pencernaan
untuk membantu pencernaan makanan.
Sari-sari makanan yang diserap oleh usus penyerapan akan melewati hati
terlebih dahulu. Di dalam hati, kelebihan glukosa akan disimpan dalam bentuk
glikogen. Kelebihan asam amino akan diubah menjadi ammonia. Lalu, ammonia
akan diubah menjadi urea. Urea masuk ke dalam sistem peredaran darah dan
nantinya akan dikeluarkan bersama dengan urine.

3. Proses Pencernaan Makanan


Pencernaan merupakan proses pemecahan makanan menjadi bagian lebih kecil,
dari kompleks menjadi sederhana agar dapat diabsorpsi. Proses pencernaan dilakukan
secara mekanik dan secara kimiawi.

a. Pencernaan secara Mekanik


Pencernaan makanan secara mekanik lebih banyak terjadi dalam rongga
mulut, yaitu melalui mekanisme pengunyahan (mastikasi). Makanan yang sudah
berada di rongga mulut bercampur dengan saliva, kemudian dengan peranan gigi
dan lidah akan dikunyah menjadi bagian yang lebih kecil. Makanan dikunyah rata-
rata 20 sampai dengan 25 kali, tetapi tergantung dari jenis makanan. Makanan yang
sudah dikunyah selanjutnya masuk ke esophagus melalui proses menelan
(deglutition). Menelan merupakan proses volunter, di mana makanan di dorong ke
belakang, menuju faring. Peristiwa ini mencentuskan serangkaian gelombang
kontraksi involunter pada otot-otot faring yang mendorong makanan ke dalam
esofagus.
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan
peran organ yang harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan.
b. Pencernaan secara Kimiawi
Sejak berada dalam rongga mulut, makanan sudah dicerna secara kimiawi
karena sudah bercampur dengan saliva yang mengandung dua jenis enzim
pencernaan, yaitu lipase dan amylase. Pencernaan makanan secara kimia di
lambung dilakukan melalui pencampuran makanan dengan asam lambung, mukus,
dan pepsin, kemudian dihasilkan komponen karbohidrat, protein, dan lemak.
Karbohidrat dicerna pada bagian badan lambung menjadi bagian yang lebih
sederhana, yaitu monosakarida seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Protein
dipecah menjadi asam amino dan lemak, selanjutnya akan diubah menjadi
trigliserida yang tersusun atas tiga asam lemak.
Proses pencernaan makanan tidak terlepas dari peran organ-organ aksesori
sistem pencernaan, diantaranya hati, kandung empedu, dan pankreas.

4. Absorpsi Gastrointestinal
Absorpsi merupakan pemindahan agen substrat seperti air, elektrolit, vitamin,
dan nutrisi melewati membrane epitalium digestif dan masuk ke cairan interstisial dari
saluran pencernaan. Setiap hari kira-kira 8-9 liter air dan 1 kg nutrisi melewati
membrane dinding usus dari lumen usus masuk ke aliran darah (Hinchliff, 1996).
Proses ini membutuhkan energy yang diperoleh dari oksidasi glukosa dan asam
lemak. Kebutuhan energi pada saluran pencernaan digunakan untuk sekresi, absorpsi,
dan pembentukan sel baru (mitosis dari sel epitel usus).
Usus halus sangat berperan dalam proses absorpsi. Bagian usus halus yang
berperan dalam proses absorpsi adalah vili yang tersusun atas vilus-vilus, mikrovili,
dan lacteal. Sejumlah besar vili menutupi seluruh permukaan dari usus halus.
Sementara itu, setiap vilus mengandung lapisan luar dari sel kolumnar dan pembuluh
darah, serta pembuluh limfe kecil yang disebut lakteal.

5. Metabolisme
Nutrisi yang sudah diabsorpsi dan masuk dalam sistem sirkulasi, selanjutnya
akan dimanfaatkan untuk energy tubuh melalui reaksi kimia yang disebut metabolism.
Metabolisme adalah jumlah keseluruhan reaksi kimia dan fisik pengubahan energy
dalam tubuh yang menopang serta mempertahankan kehidupan. (Sloane, 2004).
Besarnya energi yang diperlukan tubuh disebut laju metabolism (metabolism
rate). Untuk dapat terjadi metabolism, sel membutuhkan oksigen dan nutrisi termasuk
air, vitamin, ion mineral, substansi organik seperti enzim. Oksigen diabsorpsi dari
paru-paru, sedangkan sebstrat lain diabsorpsi di saluran pencernaan, selanjutnya akan
masuk ke sel dan jaringan. Di dalam mitokondria nutrisi organic dipecah menjadi
energi yang berfungsi untuk pertumbuhan sel, pembelahan, kontraksi, sekresi, dan
fungsi-fungsi yang lain. Reaksi kimia yang terjadi di dalam sel disebut metabolism
seluler. Kebutuhan energy tubuh minimal untuk fungsi-fungsi normal tubuh pada saat
istirahat disebut laju metabolism basal (basal metabolisme rate- BMR).

6. Laju Metabolisme Basal


Laju metabolism basal adalah energy yang digunakan tubuh pada saat istirahat,
yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti aktivitas jantung, pernapasan, peristaltic
usus, dan kegiatann kelenjar-kelenjar tubuh. Besarnya kebutuhan energi basal ini
dipengaruhi faktor-faktor berikut.
a. Usia
Pada usia 0-10 tahun, kebutuhan metabolism basal bertambah dengan cepat, hal
ini berhubungan dengan factor pertumbuhan dan perkemangan yang cepat pada
usia tersebut. Setelah usia 20 tahun energy basal relatif konstan.
b. Jenis Kelamin
Kebutuhan metabolism basal pada laki-laki lebih besar dibandingkan wanita.
Pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/kgBB/jam dan pada wanita 0,9
kkal/kgBB/jam.
c. Tinggi Badan dan Berat Badan
Tinggi badan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh, semakin
luas permukaan tubun, maka semakin besar pengeluaran panas sehingga
kebutuhan metabolism basal tubuh juga menjadi lebih besar.
d. Kelainan Endokrin
Hormon tiroksin berpengaruh terhadap peningkatan metabolisme, misalnya pada
pasien dengan hipertiroid produksi tiroksin meningkat, maka akan terjadi
peningkatan basal metabolism dengan ditandai adanya peningkatan temperature
tubuh. Demikian sebaliknya, pada pasien dengan hipotiroid akan terjadi
penurunan metabolisme.
e. Temperatur Lingkungan
Temperatur lingkungan yang lebih dingin akan meningkatkan metabolism tubuh
untuk menyesuaikan diri, di mana tubuh harus lebih banyak memproduksi panas.
f. Keadaan Sakit
Pada kondisi sakit atau infeksi terjadi peningkatan temperature tubuh akibat
peningkatan metabolisme. Reaksi-reaksi kimia atau lebih cepat terjadi sehingga
membutuhkan lebih banyak energy. Peningkatan temperature tubuh 1 derajat
celcius akan meningkatkan metabolisme basal sebanyak 14%.
g. Keadaan Hamil
Konsumsi oksigen pada wanita hamil meningkat untuk memenuhi kebutuhan
energy ibu dan pertumbuhan janin sehingga metabolism juga akan meningkat.
h. Keadaan Psikologis seperti Stres dan Ketegangan
Keadaan stress dan ketengangan akan merangsang produksi katekolamin yang
mempunyai efek peningkatan metabolisme.

7. Elemen-Elemen Nutrisi atau Zat Gizi


Elemen nutrisi terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat akan terurai
dalam bentuk glukosa yang kemudian dimanfaatkan tubuh dan kelebihan glukosa
akan disimpan di hati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen.
Fungsi karbohidrat bagi tubuh yaitu sumber energi yang murah, sumber
energy utama bagi otak dan saraf, cadangan untuk tenaga tubuh, pengaturan
metabolism lemak, efisiensi penggunaan protein, dan memberikan rasa kenyang.
Sumber karbohidrat berasal dari makanan pokok, umumnya berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong, dan lain-lain.
Sementara itu, karbohidrat pada hewani berbentuk glikogen.
Karbohidrat di dalam sel mengalami proses oksidasi yang menghasilkan
panas dan energi. Sampah hasil oksidasi karbohidrat dibuang melalui paru-paru
berupa H2O atau CO2, melalui kulit berupa kringat, dan melalui ginjal dalam
bentuk urine. Sedangkan apabila karbohidrat tidak digunakan, maka akan terjadi
proses glikolisis. Proses tersebut akan menghasilkan glikogen yang kemudian
disimpan di hepar dan otot. Kebutuhan tubuh terhadap karbohidrat sekitar 5,5
gr/kgbb/hari. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori.
b. Protein
Protein merupakan unsur gizi yang sangat berperan dalam penyusunan
senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormone, dan antibodi.
Fungsi protein dalam tubuh yaitu sebagai pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh, pengaturan metabolism dalam bentuk enzim dan hormone,
sumber energi di samping karbohidrat dan lemak, dalam bentuk kromosom,
protein berperan sebagai tempat penyimpanan dan meneruskan sifat-sifat
keturunan, dan dalam bentuk albumin berperan dalam keseimbangan cairan, yaitu
dengan mneingkatkan tekanan osmotik koloid serta keseimbangan asam basa.
Sumber protein terdiri dari dua yaitu protein hewani dan protein nabati.
Protein hewani yaitu protein yang berasal dari hewan seperti susu, daging, telur,
hati, undang, ayam, dan sebagainya. Sedangkan protein nabati yaitu protein yang
berasal dari tumbuhan seperti jagung, kedelai, kacang hijau, tepung terigu, dan
sebagainya.
c. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menghasilkan jumlah kalori
lebih besar daripada karbohidrat dan protein.
Lemak berfungsi sebagai sumber energi, memberikan kalori di mana dalam 1
gram lemak pada peristiwa oksidasi akan menghasilkan kalori sebanyak 9 kkal.
Lemak dalam tubuh juga berfungsi melarutkan vitamin sehingga dapat diserap
oleh usus, untuk aktivitas enzim seperti fosfolipid, dan penyusunan hormone
seperti biosintesis hormone steroid.
Lemak berasal dari nabati dan hewani, lemak nabati mengandung lebih
banyak asam lemak tak jenuh, seperti pada kacang-kacangan, kelapa, dan lain-
lain. Sementara itu, lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan
rantai panjang, seperti pada daging sapi, kambing, dan lain-lain.
d. Vitamin
Vitamin merupakan komponen organic yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah
kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam
proses metabolism dalam fungsinya sebagai katalisator.
Vitamin dikelompokkan menjadi dua yaitu vitamin larut dalam air dan
vitamin yang tidak larut dalam air. Vitamin larut dalam air seperti vitamin B
kompleks, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3 (Niasin), B5 (asam pantotenat), B6
(Piridoksin), B12 (kobalamin), asam folat, dan vitamin C. Jenis vitamin ini dapat
larut dalam air sehingga kelebihannya akan dibuang melalui urine. Sedangkan
vitamin yang tidak larut dalam air yaitu vitamin A,D,E,K.
Vitamin B1 berfungsi mencegah terjadinya penyakit beri-beri, neuropati
perifer, gangguan konduksi sistem saraf, dan ensefalopati Wernicke. Makanan
yang mmengandung B1 yaitu kacang tanah, gandum, kacang hijau, roti,dan
sereal.
Vitamin B2 berfungsi memperbaiki mata, kulit, serta mencegah terjadinya
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir yang mendapatkan fototerapi. Vitamin B2
banyak terdapat pada ragi, hati, ginjal, susu, keju, kacang almond dan yogurt.
Vitamin B3 banyak terdapat berbagai jenis makanan seperti beras, sereal, dan
kacang-kacangan. Vitamin ini berfungsi menetralisir zat racun, berperan dalam
sintesis lemak, memperbaiki kulit dan saraf.
Vitamin B5 berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam pembentukan
antibodi, serta regenerasi sel darah merah.
Vitamin B12 banyak terdapat pada daging, ikan, kepiting, telur, susu, dan
tempe. Fungsinya membantu pembentukan sel darah merah, mencegah kerusakan
sel saraf, dan membantu metabolisme protein.
Vitamin C banyak pada sayuran dan buah, seperti jeruk, mangga, tomat,
stroberi, kol, dan susu. Fungsinya membantu pembentukan tulang, otot, dan kulit,
membantu menyembuhkan luka, meningkatkan daya tahan tubuh, dan membantu
penyerapan zat besi.
Vitamin D, suumber vitamin ini yaitu ikan, telur, daging, susu, keju, tahu,
dan tempe. Fungsinya meningkatkan penyerapan kalsium, fosfor untuk kekuatan
tulang dan gigi, dan pengaturan produksi hormon.
Vitamin A banyak terdapat pada ikan, telur, daging, dan hati yang berfungsi
membangun sel-sel kulit, dan melindungi sel-sel retina dari kerusakan.
Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, penting dalam metabolisme
selenium, membantu sel darah merah dipenuhi oksigen dan menguatkan dinding
pembuluh darah kapiler. Vitamin K berfungsi membantu dalam pembekuan
darah.
e. Mineral
Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena perananya sebagai
katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak menghasilkan energy,
tetapi merupakan elemen kimia yang berperan dalam mempertahankan proses
tubuh.
f. Air
Merupakan media transport nutrisi dan sangat penting dalam kehidupan sel-
sel tubuh. Setiap hari, sekitar 2 liter air masuk ke tubuh kita melalui minum,
sedangkan cairan digestif yang diproduksi oleh berbagai organ saluran
pencernaan sekitar 8-9 liter sehingga sekitar 10-11 liter cairan beredar dalam
tubuh. Namun demikian, dari 10-11 liter cairan yang masuk, hanya 50-200 ml
yang dikeluarkan melalui feses, selebihnya direabsorpsi.
Absorpsi air terjadi pada usus halus dan usus besar (kolon) dan terjadi
melalui proses difusi.

8. Keseimbangan Energi
Energi dibutuhkan oleh tubuh untuk aktivitas dan fungsi fisiologis organ tubuh. Agar
fungsi-fungsi tubuh berjalan normal, maka energy yang digunakan harus seimbang
dengan energi yang masuk. Dinamika keseimbangan nutrisi yaitu:
Keseimbangan energi = Pemasukan energy - Pengeluaran energi
a. Intake Energi
Energi yang masuk (intake energi) merupakan energi yang dihasilkan selama
oksidasi makanan. Makanan merupakan sumber utama energi manusia yang berupa
karbohidrat, protein, dan lemak. Besarnya energi yang dihasilkan diukur dengan
satuan kalori.
b. Output Energi
Pengeluaran (output) energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk
mendukung jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Keutuhan energi
menghasilkan panas 60%, digunakan untuk bekerja dan penyimpanan dalam
bentuk lemak atau glikogen. Output energi dibagi menjadi dua bagian, yaitu output
energi pada saat istirahat dan output energi pada saat aktivitas.
9. Status Nutrisi
a. Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan.
BMI dihubungan dengan penimbunan total lemak dalam tubuh sehingga dapat
dipakai sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan dengan pembagian berat badan (kilogram) per
meter kuadrat atau berat badan dalam pons dikalikan konstanta 704,5 dibagi tinggi
badan dalam inci kuadrat.

BB (kg) BB (pon) x 704,5


TB (meter)2 atau TB (inci)2

b. Ideal Body Weight (IBW)


Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Berat
badan ideal adalah jumlah tinggi badan dalam sentimeter dikurangi 100 dan
dikurangi atau ditambah 10% dari jumlah tersebut.

Rumus IBW diperhitungkan : (TB - 100) ± 10%

10. Masalah-Masalah yang Berkaitan dengan Ketidakseimbangan Nutrisi


a. Kelebihan Berat Badan atau overweight
Overweight merupakan kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan
ideal. Untuk menentukan status overweight dipakai dengan ukuran Indeks
Massa Tubuh (BMI atau IMT), serta dengan membandingkan perhitungan berat
badan ideal
Overweight diidentifikasi dengan kriteria untuk orang Asia jika BMI antara
23,0-24,9 (normal: 18,5-22,9) atau kelebihan berat badan antara 10-20% dari
berat badan ideal. Namun, menurut WHO (2006), overweight diidentifikasi
dengan kriteria BMI antara ≥ 25 s.d < 30. Overweight disebut juga preobesitas.
Penyebab terjadinya overweight diantaranya faktor keturunan, perubahan pola
makan, kurang aktivitas.
b. Obesitas
Merupakan kondisi di mana terjadi penimbunan lemak tubuh dalam jumlah
yang berlebihan dalam tubuh sehingga berat badan jauh melebihi dari normal.
c. Berat Badan Kurang (underweight)
Under weight merupakan kondisi di mana berat badan kurang dari normal, yaitu
kurang dari 10% dari berat badan ideal atau BMI kurang dari 18,5. Kondisi
yang menyebabkan berat badan kurang adalah asupan nutrisi yang kurang
seperti pembatasan makanan, ketidakmampuan menyediakan makanan.
11. Patofisiologi
Kondisi fisiologis yang mempengaruhi status nutrisi termasuk tingkat
aktivitas, keadaan penyakit, kemampuan daya beli dan menyiapkan makanan serta
prosedur dan pengobatan yang dilakukan. Bergantung pada tingkat aktivitas akan
meningkat atau menurun. Sementara, status penyakit dan prosedur atau pengobatan
yang dilakukan mempunyai dampak pada asupan makanan, pencernaan, absorpsi,
metabolism, dan ekskresi.
Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunnya zat makanan
tertentu, dan suatu saat akan meningkat. Penyakit ginjal dapat menurunkan
kebutuhan protein oleh karena protein di ekskresi oleh ginjal. Penyakit-penyakit
fisik biasanya meningkatkan kebutuhan zat makanan. Biasanya terjadi pada
penyakit-penyakit saluran cerna.
Gangguan fisik dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan yang
menyebabkan menurunnya asupan nutrisi. Gangguan absorbsi, gangguan
transportasi, atau penggunaan yang tidak sepantasnya. Luka pada mulut dapat
menyebabkan menurunnya asupan nutrisi akibat nyeri saat makan. Diare dapat
menurunkan absorbs nutrisi karena didorong lebih cepat. Terhadap penyakit pada
kandung empedu, di mana kandung empedu tidak berfungsi secara wajar, empedu
yang berfungsi untuk mencerna lemak menjadi tidak efektif.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

1. Pengkajian Keperawatan

a. Riwayat keperawatan dan diet.


1) Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
2) Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
3) Apakah ada penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
waktunya?
4) Apakah ada status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka
bakar dan demam?
5) Apakah ada toleransi makan atau minum tertentu?
b. Faktor yang memengaruhi diet.
1) Status kesehatan.
2) Kultur dan kepercayaan.
3) Status sosial ekonomi.
4) Faktor psikologis.
5) Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.

c. Keluhan utama.
1) Tidak nafsu makan, mual atau muntah.
2) Makan hanya sedikit atau kurang dari porsi yang disediakan.
3) Kelemahan fisik.
4) Penurunan berat badan.
5) Kesulitan menelan.

d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan fisik: apatis, lesu.
2) Berat badan: obesitas, kurus (underweight).
3) Otot: flaksia atau lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
4) Sistem saraf: bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.
5) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran
liver atau limpa.
6) Kardiovaskular: denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal,
tekanan darah rendah atau tinggi.
7) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah atau patah-patah.
8) Kulit: kering, pucat, iritasi, pethekie, lemak di subkutan tidak ada.
9) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran mukosa pucat.
10) Gusi: pendarahan, peradangan.
11) Lidah: edema, hiperemis.
12) Gigi: karies, nyeri, kotor.
13) Mata: konjungtiva pucat, kering, eksoftalamus, tanda-tanda infeksi.
14) Kuku: mudah patah.
15) Pengukuran antropometri:
a) Berat badan ideal: (TB- 100) ± 10%
b) Lingkar pergelangan tangan
c) Lingkar lengan atas (MAC):
(Nilai normal)
Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
d) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF):
(Nilai normal)
Wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5 cm

e. Laboratorium
1) Albumin (nilai normal: 4-5,5 mg/100 ml)
2) Transferin (nilai normal: 170-25 mg/100 ml)
3) Hb (nilai normal: 12 mg %)
4) BUN (nilai normal: 10-20 mg/ 100 ml).
5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (nilai normal: laki-laki: 0,6-1,3 mg/ 100 ml,
wanita: 0,5-1,0 mg/100 ml)

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (actual/risiko) (NANDA,


2012-2014)
Definisi: keadaan di mana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolisme
tubuh (NANDA, 2012).
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Efek dari pengobatan
2) Mual atau muntah
3) Gangguan intake makanan
4) Radiasi atau kemoterapi
5) Penyakit kronis
6) Diet dan pembatasan makanan
7) Ketidakmampuan menelan

Kemungkinan data yang ditemukan:


1) Berat badan menurun
2) Kelemahan
3) Kesulitan makan
4) Nafsu makan berkurang
5) Hipotensi
6) Ketidakseimbangan elektrolit
7) Kulit kering, turgor kurang
8) Penurunan kesadaran
9) Sklera ikterik, konjungtiva anemis
10) Tonus otot kurang
11) Pantangan makan tertentu
12) Pemasangan alat nosagatric tube (NGT)
13) Hemoglobin, albumin kurang dari normal

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

1) Anoreksia nervosa

2) AIDS

3) Pembedahan

4) Kehamilan

5) Kanker

6) Anemia

7) Marasmus

8) Penyakit hati kronis.

Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1) Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu.

2) Peningkatan status nutrisi.


3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

Intervensi Rasional

1. Kaji faktor yang mungkin menjadi 1. Banyak faktor yang memengaruhi


penyebab kekurangan nutrisi. kekurangan nutrisi sehingga identifikasi
faktor penyebab menjadi penting
sebagai bahan intervensi.

2. Tanyakan kebiasaan makan, pantangan 2. Data untuk perencanaan makan pasien.


makan, alergi dan jenis makanan yang
disukai.

3. Lakukan pemeriksaan fisik seperti 3. Menentukan status nutrisi pasien


sclera, konjungtiva, kulit dan tonus otot

4. Timbang berat badan setiap hari jika 4. Berat badan merupakan salah satu
memungkinkan indikator status nutrisi

5. Kaji intake makan pasien yang 5. Ketidakseimbangan nutrisi penyebab


disediakan utama adalah kurangnya asupan
makanan

6. Kaji bising usus pasien, catat kekuatan 6. Bising usus ditimbulkan karena adanya
dan frekuensi peristaltik usus. Pencernaan makanan
dalam usus akan normal jika
berperistaltik normal.

7. Lakukan mobilisasi aktif atau pasif 7. Latihan dan mobilisasi dapat


sesuai kemampuan pasien. meningkatkan peristaltik usus dan
mencegah terjadi konstipasi

8. Jaga kebersihan lingkungan pasien 8. Lingkungan yang bersih dan nyaman


meningkatkan selera makan

9. Tempatkan benda-benda yang dapat 9. Penempatan urinal, pispot di


mengurangi selera makan pada tempat lingkungan tempat tidur mengurangi
yang sesuai seperti urinal, pispot dan nafsu makan.
lain-lain

10. Jaga kebersihan badan dan mulut 10. Meningkatkan selera makan
pasien

11. Anjurkan pasien makan dengan porsi 11. Mengurangi rasa mual dan
kecil tetapi sering sesuai dengan diet meningkatkan asupan nutrisi
yang diberikan

12. Sajikan makanan dalam keadaan 12. Meningkatkan selera makan


hangat dan kemasan yang menarik

13. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 13. Merencanakan jenis, jumlah kalori dan
menentukan diet yang sesuai diet yang sesuai kebutuhan pasien

14. Kolaborasi dengan tim medis dalam 14. Mengurangi mual dan muntah dan
pemberian antiemetic, pemasangan memenuhi kebutuhan nutrisi
NGT dan parenteral nutrisi

15. Bantu pasien makan jika tidak bisa 15. Bantuan dibutuhkan jika pasien tidak
makan sendiri mampu melakukannya sendiri

16. Selingi makan dengan minum 16. Memudahkan makanan masuk ke


lambung

17. Hindari makan dan minuman yang 17. Akumulasi gas dalam lambung
banyak mengandung gas seperti kol, menimbulkan mual dan rasa tidak
apel, dan minuman cola nyaman

18. Berikan umpan balik yang positif 18. Meningkatkan kepercayaan dan
terhadap peningkatan asupan makanan optimisme terhadap keberhasilan
dan peningkatan berat badan pasien

19. Jika makanan diberikan melalui NGT, 19. Kemampuan yang ideal kapasitas
nutrisi diberikan dalam sekali lambung, mengurangi muntah dan
pemberian tidak lebih dari 400 cc aspirasi

20. Atur posisi pasien semifowler pada saat 20. Menghindari aspirasi dan mengurangi
memberikan makan distensi abdomen

21. Jaga kepatenan NGT 21. Masalah yang sering terjadi pada
pemberian makan dengan NGT adalah
masih adanya sisa makanan dalam
NGT sehingga dapat menimbulkan
sumbatan dan makanan menjadi basi

22. Monitor hasil laboratorium seperti gula 22. Nutrisi yang kurang dapat
darah, elektrolit, albumin, dan menyebabkan anemia, gula darah
hemoglobin menurun, albumin menurun, dan
perubahan elektrolit

23. Berikan pendidikan kesehatan tentang 23. Meningkatkan pengetahuan dan


status nutrisi pasien motivasi, pasien lebih kooperatif dalam
perawatan dirinya

b. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh (NANDA, 2012-2014)


.Definisi: pasien dengan risiko atau aktual mengonsumsi makanan melebihi dari
kebutuhan metabolisme tubuh (NANDA, 2012)
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Kelebihan intake
b. Gaya hidup yang tidak sehat
c. Perubahan kultur
d. Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori

Kemungkinan data yang ditemukan:

a. Berat badan: 20% lebih berat dari badan ideal

b. Pola makan yang berlebihan

Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut:


a. Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol
b. Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang
c. Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan

Intervensi Rasional

1. Identifikasi faktor penyebab kelebihan 1. Informasi awal dan dasar dalam


nutrisi merencakan intervensi

2. Diskusikan dengan pasien tentang 2. Memfasilitasi pasien untuk


kelebihan makanan menentukan faktor penyebab
kelebihan nutrisi dan menyelesaikan
masalah atas kehendak sendiri

3. Lakukan pengukuran BMI 3. Menentukan derajat kelebihan nutrisi

4. Lakukan pengukuran berat badan setiap 4. Berat badan merupakan salah satu
tiga hari jika memungkinkan indikator status nutrisi pasien

5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam 5. Gizi yang sesuai dengan kondisi
menentukan program diet yang sesuai pasien sangat menentukan status
nutrisi pasien

6. Ukur asupan makanan dalam 24 jam 6. Menentukan keseimbangan intake


dengan kebutuhan nutrisi pasien

7. Buat program latihan dan olahraga 7. Aktivitas dan olahraga meningkatkan


kebutuhan energi sehingga diharapkan
terjadi keseimbangan negatif

8. Hindari makanan yang banyak 8. Makanan berlemak banyak


mengandung lemak menghasilkan energi sehingga
menambah kelebihan berat badan

9. Berikan pendidikan kesehatan tentang 9. Meningkatkan pengetahuan,


program diet yang benar dan akibat yang memberikan informasi, dan
mungkin timbul jika kelebihan berat mengurangi komplikasi
badan
DAFTAR PUSTAKA

Tarwanto & Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika

Lesmana, Ronny, dkk. 2017. Fisiologi Dasar. Yogyakarta : Deepublish

Anda mungkin juga menyukai