Anda di halaman 1dari 16

VISI DAN MISI INSTITUSI

STIK STELLA MARIS MAKASSAR

Visi :

Pada tahun 2020 menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang

unggul dalam keperawatan neurorehabilitasi pada pasien stroke

dengan berlandaskan pelayanan cinta kasih.

Misi :

1. Menyelenggarakan pengajaran yang unggul dalam

keperawatan neurorehabilitasi berlandaskan cinta kasih.

2. Melakukan penelitian yang berorientasi publikasi nasional dan

internasional yang memiliki keunggulan dalam keperawatan

neurorehabilitasi dengan berlandaskan cinta kasih.

3. Melakukan pengabdian masyarakat yang memiliki keunggulan

dalam keperawatan neurorehabilitasi dengan berlandaskan

cinta kasih.

4. Melakukan kerjasama secara regional, nasional dan

internasional untuk menuju keunggulan dalam keperawatan

neurorehabilitasi dengan berlandaskan cinta kasih.

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas segala rahmat, kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan “MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN

SISTEM RESPIRASI PADA TB PARU”. Dalam pembuatan makalah ini

kami menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik saran yang

membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan

untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang keperawatan.

Makassar, September 2018

KELOMPOK III

2
DAFTAR ISI

VISI DAN MISI STIK STELLA MARIS ...................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................ 2

DAFTAR ISI ............................................................................................. 3

1. Konsep Medik ...................................................................................... 4

a. Definisi ............................................................................................ 4

b. Etiologi. .......................................................................................... 4

c. Manifestasi Klinik Tanda dan Gejala ............................................... 5

d. Patofisiologi .................................................................................... 7

e. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................. 9

f. Penatalaksanaan ............................................................................. 10

2. Konsep Keperawatan .......................................................................... 11

a. Pengkajian ..................................................................................... 11

b. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 12

c. Intervensi........................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 16

3
I. Konsep Medik

A. Defenisi

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan

Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir

seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui

saluran pernapasan dan saluran pencernaan dan luka terbuka

pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang

berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut (Sylvia A.Price).

Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui

inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan

mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus (Corwin, 2001, hal. 414).

Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman TBC (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman

TBC menyerang paru, tetapi juga mengenai organ tubuh lainnya

(Departemen Kesehatan, 2002, hal. 9). Tuberkolosis ditularkan dari

orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinfeksi,

melalui bebicara, batuk, tertawa, atau bernyanyi.

B. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

a. Usia.

b. Jenis kelamin.

2. Faktor presipitasi

4
a. Faktor Lingkungan: lingkungan yang kotor sebagai media/

tempat berkembangnya mikroorganisme yang dapat

menyerang sistem imun anak-anak dengan mudah.

b. Status gizi: gizi buruk, anak kekurangan intake nutrisi yang

tidak adekuat, menyebabkan sistem imun menurun, sehingga

pertahanan tubuh menjadi lemah dan bakteri mudah masuk.

c. Gaya hidup (Perokok): zat-zat yang terkandung dalam rokok

seperti Nikotin, Tar dan CO dapat merusak sel-sel makrofag

dan silia sehingga terjadi penurunan respon tubuh terhadap

antigen, dari penurunan respon tubuh ini dapat

mengakibatkan mikroorganisme dapat masuk dengan mudah,

karena sistem pertahanan utama pada tubuh di saluran

pernapasan telah rusak.

d. Mycobacterium tuberculosis : masuk ke dalam saluran

pernapasan melalui proses inhalasi droplet yang melewati

pertahanan mukosilier saluran pernapasan lalu masuk ke

dalam alveoli. Mycobacterium tuberculosis ini menggandakan

diri dan terjadilah inflamasi.

C. Manifestasi klinis

Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien

menunjukan gejala utama yaitu:

1. Demam

5
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tapi kadang-

kadang panas badan dapat mencapai 40 – 41oC.

2. Batuk

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini

diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, sifat

batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah

muncul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).

Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat

pembuluh darah yang pecah.

3. Sesak nafas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak

nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah

lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.

4. Nyeri dada

Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura

sehingga menimbulkan pleuritis.

5. Maleise

Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada

nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri

otot, dan keringat malam.

6. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit.

7. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada.

6
D. Patofisiologi

1. Tuberkulosis primer

Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita

yang belum mempunya reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila

bakteri TB terhirup dari udara melalui saluran pernapaan dan

mencapai alveoli atau bagian terminal saluran pernapasan, maka

bakteri akan ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag yan

berada di alveoli. Jika pada proses ini, bakteri ditangkap oleh

makrofag yang lemah, maka bakteri akan berkembang biak

dalam tubuh makrofag yang lemah itu dan menghancurkan

makrofag. Dari proses ini, dihasilkan bahan kemotaksik yang

menarik monosit (makrofag) dari aliran darah membentuk

tuberkel.sebelum menghancurkan bakteri, makrofag harus

diaktifkan terlebih dahulu oleh limfokin yang dihasilkan limfosit T.

Tidak semua makrofag pada granula TB mempunyai fungsi

yang sama. Ada makrofag yang berfungsi sebagai pembunuh,

pencerna bakteri, dan perangsang limfosit. Bakteri TB menyebar

melalui saluran pernapasan ke kelenjar getah bening regional

(hilus) membentuk epiteloid granuloma. Granuloma di ubah

menjadi massa jaringan fibosa. Bagian sentral dari masa fibrosa

ini disebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi

nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat

mengalami kalsifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri

7
menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Dengan

kata lain TB primer merupakan infeksi yang sistemis.

2. Tuberkulosis sekunder

Setelah pemajanan dari infeksi awal, individu dapat

mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respons yang

inadekuat dari respons sistem imun. Dengan kata lain ketika

suatu saat kondisi inang melemah akibat sakit lama/ keras atau

memakai obat yang melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama,

maka bakteri Tuberculosis yang dorman menjadi aktif kembali.

Inilah yang disebut reaktivasi infeksi primer atau infeksi pasca-

primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi

primer terjadi. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah,

melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronki. Bakteri

kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran

penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh,

membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih

membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih

lanjut, pembentukan tuberkel, dan selanjutnya.

Kecuali proses tersebut dapat di hentikan, penyebarannya

dengan lambat mengarah ke bawah ke hilum paru-paru dan

kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Proses ini mungkin

berkepanjangan dan ditandai oleh misi lama ketika penyakit

dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang

8
diperbaharui. Hanya sekitar 10% individu yang awalnya

mengalami penyakit aktif.

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan rontgen thoraks

Pemeriksaan rontgen thoraks sangat berguna untuk

mengevaluasi hasil pengobatan dan ini bergantung pada tipe

keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap obat

antituberkulosis, apakah sama baiknya dengan respons dari

klien. Penyembuhan yang lengkap sering kali terjadi di beberapa

area dan ini adalah observasi yang dapat terjadi pada

penyembuhan yang lengkap. Hal ini tampak paling menyolok

pada klien dengan penyakit akut yang relatif di mana prosesnya

dianggap berasal dari singkat eksudatif yang besar.

2. Pemeriksaan CT Scan

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan hubungan kasus

TB inaktif/stabil yang di tunjukkan dengan adanya gambaran

garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, klasifikasi nodul dan

adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskular,

bronkiektasis, dan emfisema perisikatriksial.

3. Tes kulit tuberculin

Tes mantoux adalah tes kulit yang digunakan untuk menentukan

apakah individu telah terinfeksi basil TB.

4. Radiologis TB paru milier

9
5. Biopsi

6. Pemeriksaan laboratorium:

a. Pemeriksaan sputum

b. Pemeriksaan urine

c. Pemeriksaan cairan kumbah lambung

d. Pemeriksaan bahan-bahan lain, misalnyapus,cairan

serebrospinal (sumsum tulang belakang), cairan pleura,

jaringan tubuh, feses, dan swab tenggorok.

F. Penatalaksanaan

1. Terapi Farmakologis

a. Pemberian obat RIMSTAR (Rifampisin, Isoniazid, Pirasinamid,

Ethambutol, dan Streptomisin)

b. Pemberian obat OBH

c. Pemberian vitamin

d. Pemberiab bronkodilator

e. Pemberian ekspetoran

2. Terapi nonfarmakologis

a. Vaksinasi BCG

b. Tindakan isolasi

c. Pemeriksaan kontak

d. Konsultasi secara teratur

e. Penyuluhan

f. Mass chest x-ray

10
II. Konsep Keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian menurut 11 pola Gordon yaitu:

1. Pola pemeliharaan kesehatan

a. Adanya riwayat keluarga yang mengidap penyakit

tuberculosis paru

b. Kebiasaan merokok atau minum alkohol

c. Lingkungan yang kurang sehat, pemukiman padat, ventilasi

rumah yang kurang

2. Pola nutrisi metabolic

a. Nafsu atau selera makan menurun

b. Mual

c. Penurunan berat badan

d. Turgor kulit buruk,kering, kulit bersisik

3. Pola eliminasi

a. Adanya gangguan pada BAB seperti konstipasi

b. Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek

samping dari obat tuberculosis paru.

4. Pola aktivitas dan latihan

a. Kelemahan umum/ anggota gerak

b. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu.

5. Pola tidur dan istirahat

a. Kesulitan tidur pada malam hari

11
b. Mimpi buruk

c. Berkeringat pada malam hari

6. Pola persepsi kognitif

a. Nyeri dada meningkat karena batuk

7. Pola persepsi dan konsep diri

a. Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular

b. Perasaan tidak berdaya

8. Pola peran hubungan dengan sesama

a. Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

b. Frekuensi interaksi antara sesama jadi kurang.

9. Pola reproduksi seksualitas

a. Gangguan pemenuhan kkebutuhan biologis dengan

pasangan

10. Pola meknisme koping dan toleransi terhadap stress

a. Menyangkal (khususnya selama hidup ini)

b. Ansietas

c. Perasaan tidak berdaya

11. Pola sistem kepercayaan

a. Kegiatan beribadah terganggu.

B. Diagnosa Keperawatan (nanda)

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d mukus berlebih.

2. Hipertermi b/d peningkatan laju metabolisme.

12
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

penurunan berat badan.

4. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi.

C. Intervensi (NIC)

1. Manajemen Jalan Nafas:

a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

b. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan

batuk atau menyedot lendir.

c. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan

batuk.

d. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif.

e. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya

menurun, atau tidak ada dan adanya suara tambahan.

f. Posisikan untuk meringankan sesak nafas.

g. Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagamana

mestinya.

2. Perawatan Demam

a. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya.

b. Monitor warna kulit dan suhu.

c. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan

cairan yang tak dirasakan.

d. Beri obat atau cairan IV (misalnya, Antipiretik, agen

antibacteri, dan agen anti menggigil.

13
e. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan,

tergantung pada fase demam (yaitu:memberikan selimut

hangat untuk fase dingin: menyediakan pakaian atau linen

tempat tidur ringan untuk demam dan fase bergejolak/flush.

f. Dorong konsumsi cairan.

g. Kompres pasien dengan spons hangat dengan hati-hati

(yaitu: dengan berikan untuk pasien dengan suhu yang

sangat tinggi, tidak memberikannya selama fase dingin, dan

hindari agar pasien tidak menggigil).

h. Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering.

3. Manajemen Nutrisi :

a. Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi makanan yang

dimiliki pasien.

b. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi

makan (misalnya, bersih, berfentilasi, santai, dan bebas dari

bau yang menyengat.)

c. Lakukan atau bantu pasienterkait dengan perawatan mulut

sebelum makan.

d. Anjurkan pasienuntuk duduk pada posisi tegak dikursi, jika

memungkinkan.

e. Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien

sementara (pasien) berada dirumah sakit atau fasilitas

perawatan, yang sesuai.

14
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi :

a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien

tentang proses penyakit yang spesifik.

b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini

berhubungan dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang

tepat.

c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada

penyakit.

d. Gambarkan proses penyakit.

e. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisinya

15
DAFTAR PUSTAKA

Sylvia A., Mary P. Standridge.2012. PATOFISIOLOGI: Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. 2013. BUKU AJAR:Keperawatan Medikal-Bedah


Edisi 8. Jakarta: EGC

NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.


Jakarta:EGC. (cetakan 2015).

NIC (Nursing interventions classification) Edisi bahasa indonesia, edisi 6,


2013.

16

Anda mungkin juga menyukai