Anda di halaman 1dari 8

Daun mempunyai nama ilmiah folium.

Biasanya berwarna hijau, walaupun beberapa jenis daun memiliki


warna yang lain selain hijau. Warna hijau disebabkan oleh kandungan zat hijau daun yang disebut
klorofil, yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun memiliki
fungsi antara lain sebagai organ pernapasan, tempat berlangsungnya peristiwa fotosintesis dan juga
sebagai alat perkembangbiakan secara vegetatif atau secara aseksual atau tanpa melalui peleburan
antara sel kelamin betina dan sel kelamin jantan. Dalam fungsinya sebagai alat perkembangbiakan,
akhir-akhir ini sering digunakan metode kultur jaringan maupun stek daun, yang terbukti dapat
menghasilkan anakan yang banyak dalam waktu yang lebih cepat (rosanti, 2013: 2).

Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya dengan akar. Secara umum, daun
memiliki struktur berupa helaian, berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna hijau. Daun memiliki
fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini helaian daun bertugas menyerap zat-zat makanan dan
gas. Daun juga berfungsi mengolah makanan melalui fotosintesis. Selain itu, daun juga berfungsi sebagai
alat transportasi atau pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan. Dan
yang tak kalah penting, daun berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan respirasi
(pernapasan dan pertukaran gas) (rosanti, 2013: 18)

Bila mengamati satu helai daun, akan terlihat struktur (bagian-bagian) daun yaitu tangkai daun dengan
nama ilmiahnya petioles, helaian daun dengan nama ilmiahnya lamina dan kadang-kadang ditemukan
pelepah atau upih daun dengan nama ilmiahnya vagina. Apabila daun memiliki tiga struktur tersebut,
yaitu pelepah, tangkai daun dan helaian daun maka daun tersebut digolongkan sebagai daun lengkap.
Tumbuhan kelas monokotil (monocotyledoneae) biasanya memiliki daun lengkap, misalnya keladi
(caladium sp.), temulawak (curcuma xanthorrhiza), lengkuas (alpinia galanga), kelapa (cocos nucifera)
dan lain-lain. Meskipun demikian, beberapa tumbuhan monokotil tidak memiliki tangkai daun, tetapi
hanya memiliki pelepah dan helaian daun. Sedangkan kelas dikotil (dicotyledoneae)secara umum tidak
memiliki daun secara lengkap, yaitu tanpa pelepah daun (rosanti, 2013: 18-19).

Helaian daun berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis, respirasi ataupun transpirasi. Besar
kecilnya helaian daun merupakan adaptasi tumbuhan terhadap lingkungannya yang berhubungan
dengan proses transpirasi, agar tumbuhan tidak kehilangan air. Helaian memiliki warna, bentuk dan
ukuran yang beragam, yang merupakan ciri utama dalam mengenal suatu tumbuhan. Pelepah/upih
memiliki fungsi sebagai pelindung kuncup yang masih muda dan memberi kekuatan pada batang
tumbuhan. Tangkai daun berfungsi untuk mendukung helaian daun. Tangkai daun secara umum
berbentuk bulat dan membesar di bagian pangkal. Daun yang hanya memiliki pelepah (vagina) dan
helaian (lamina), sering disebut daun berpelepah. Contohnya adalah tebu (saccharum officinarum),
jagung (zea mays), padi (oryza sativa) dan rumput-rumputan (rosanti, 2013: 19-20).

Bangun daun merupakan helaian daun secara keseluruhan. Untuk melihat bangun daun hanya perlu
dilihat satu helai daun (lamina) saja. Jika daun tersebut merupakan daun majemuk, untuk melihat
bangun daunnya dapat diamati pada satu helaian anak daunnya. Untuk melihat bagian yang terlebar di
tengah daun, buatlah garis di tengah-tengah sebagai lebar daun, sedangkan garis yang menjadi panjang
daun adalah ibu tulang daun yang membelah dua sisi daun. Perbandingan panjang dan lebar daun dapat
menjadi acuan bentuk daun tersebut (rosanti, 2013: 22)
Menurut Rosanti (2013, 26-27) Tidak ada bagian yang lebar, bangun daun seperti ini biasanya dimiliki
oleh tumbuh-tumbuhan berdaun sempit, sehingga bangun daun dapat dibedakan menjadi:

a. Berbangun garis (linearis), pada jenis rumput-rumputan.

b. Berbangun pita (ligulatus).

c. Berbangun pedang (ensiformis).

d. Berbangun paku (subulatus).

e. Berbangun jarum (acerosus).

Menurut Rosanti (2013, 28-29) Pangkal daun (basis folii) merupakan bagian helaian daun yang
berhubungan langsung dengan tangkai daun. Pangkal yang terdapat dikiri-kanan tangkai daun, baik
berdekatan atau tidak, dapat dibedakan menjadi sedikitnya enam macam:

a. Runcing (acutus), biasanya terdapat pada bangun memanjang, lanset dan belah ketupat.

b. Meruncing (acuminatus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur.

c. Tumpul (obtusus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur.

d. Membulat (rotundatus), terdapat pada bangun bulat telur dan jorong.

e. Rompang/rata (truncatus), terdapat pada bangun segitiga, delta dan tombak.

f. Berlekuk (emarginatus), terdapat pada bangun jantung, ginjal, dan anak panah.

Menurut Rosanti (2013, 29-30) Ujung daun merupakan (apex folii) merupakan puncak daun, dimana
letaknya paling jauh dari tangkai daun. Ujung daun memiliki bentuk yang beraneka ragam. Dalam
morfologi tumbuhan dikenal sedikitnya 7 bentuk ujung daun:

a. Runcing (acutus). Ujung daun mengecil dan menyempit dikiri dan kanan secara bertahap dan
membentuk sudut kurang dari 90°.

b. Meruncing (acuminatus). Hampir mirip dengan ujung runcing, namun titik pertemuan tidak
menyempit secara bertahap, tetapi memiliki jarak yang cukup tinggi pada akhir bagian ujung
tersebut.

c. Tumpul (obtusus). Untuk menentukan ujung daun tersebut berbentuk tumpul, dapat dilihat dari
jarak tepi daun yang jauh dari ibu tulang daun.

d. Membulat (rotundatus). Ujung daun tidak membentuk sudut sama sekali.

e. Rompang (truncatus). Ujung daun seperti garis.

f. Terbelah (retusus). Ujung daun memperlihatkan suatu lekukan.


g. Berduri (mucronatus). Ujung daun ditutup oleh duri.

Tepi daun (margo folii) hanya dibedakan dalam dua macam yaitu tepi yang rata (integer) dan yang tidak
rata. Tepi daun yang tidak rata disebut juga tepi daun yang bertoreh (divisus) atau berlekuk. Contoh
daun bertepi rata adalah sirih, keladi, kamboja, oleander, nangka, lidah mertua, mangga, rambutan,
cabe, dan sebagainya. Daging daun (intervenium) merupakan isi dari daun. Bila dilihat secara
mikroskopik, daun terdiri dari sel-sel yang membentuk jaringan. Sel dan jaringan ini merupakan isi dari
daun, yang dibatasi oleh permukaan atas dan permukaan bawah daun (Rosanti, 2013, 30-31)

Menurut Rosanti (2013, 31-32) daging daun berbeda-beda, ada yang berdaging tebal dan ada yang
berdaging tipis. Karena itulah daging daun dapat dibedakan menjadi:

a. Tipis seperti selaput (membranaceus).

b. Tipis seperti kertas (papyraceus).

c. Tipis lunak (hercaceous).

d. Kaku (perkamenteus).

e. Seperti kulit (coriaceus).

f. Berdaging (carnosus).

Pertulangan daun (nervatio) merupakan struktur penguat helaian daun, sama fungsinya dengan tulang
manusia yang memberi kekuatan menunjang berdirinya tubuh. Tulang-tulang daun merupakan jaringan
pembuluh yang dapat mengangkut air maupun hasil fotosintesis dari akar dan batang serta menuju
batang dan akar (Rosanti, 2013: 32)

Menurut Rosanti (2013, 32-33) berdasarkan posisi tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang daunnya,
sistem pertulangan daun dibedakan menjadi:

a. Bertulang menyirip (penninervis).

b. Bertulang menjari (palminervis).

c. Bertulang melengkung (cervinervis).

d. Bertulang lurus/sejajar (rectinervis).

Warna daun pada umumnya berwarna hijau. Namun tidak jarang ditemui daun dengan warna yang
berbeda, seperti merah pada andong, buntut bajing (acalypha wilkesiana), keladi (caladium sp.)dan
aglonema (aglaonema sp.). Ada juga yang memilki warna campuran seperti hijau bercampur merah pada
puring (codiaeum variegatum), hijau keputihan pada beberapa jenis keladi, hijau kekuningan pada
beberapa jenis lidah mertua (sansevieria sp.). Walaupun pada daun disebabkan kandungan klorofil pada
daun. Pada beberapa tanaman hias, warna pada daun merupakan hasil persilangan gen (Rosanti, 2013:
34).
Menurut Rosanti (2013, 34) permukaan daun dapat ditentukan dengan alat peraba (tangan). Ada
beberapa jenis permukaan daun, yaitu:

a. Licin (laevis), dimana permukaan daun terlihat mengkilat atau berlapis lilin.

b. Gundul (glaber), bila tidak ditemukan struktur apapun pada permukaan daun.

c. Berkerut (rugosus), terdapat kerutan pada permukaan daun.

d. Berbulu (pilosus), terdapat struktur bulu pada permukaan daun.

e. Bersisik (lepidus), terdapat struktur sisik mengkilat di permukaan daun.

Daun majemuk merupakan modifikasi dari daun tunggal, dimana dalam setiap satu tangkai daun terdiri
dari beberapa daun yang disebut anak-anak daun. Bila ditinjau dari jumlah dan posisi anak daunnya,
daun majemuk dapat dibedakan lagi menjadi beberapa jenis, yaitu daun majemuk menyirip, daun
majemuk menjari, dun majemuk bangun kaki, dan daun majemuk campuran. Untuk menentukan apakah
suatu daun tunggal atau daun majemuk, perhatikan kedudukannya pada batang. Jika pada tangkai
daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja, maka daun tersebut dinamakan daun tunggal.
Sedangkan jika tangkai daunnya bercabang-cabang dan helaian daunnya terletak pada cabang-cabang
ini, maka daun tersebut dinamakan daun majemuk. Daun majemuk secara keseluruhan merupakan
struktur daun tunggal secara utuh yang terdiri dari satu helaian daun (lamina) dan satu tangkai daun
(petiolus). Struktur tunggal tersebut termodifikasi menjadi beberapa helaian daun yang disebut sebagai
anak daun (Rosanti, 2013: 37).

Daun majemuk menyirip (pinnatus), sesuai dengan konsep ‘menyirip’, daun majemuk menyirip memiliki
anak-anak daun yang tersusun dikiri dan kanan ibu tangkai daun (petioles communis). Biasanya daun-
daun majemuk menyirip memiliki ukuran anak daun yang kecil. Pada daun majemuk menyirip beranak
daun satu, anak-anak daun tersusun dalam satu barisan yang dibatasi oleh suatu persendian
(articulatio). Daun majemuk seperti ini dapat ditemukan pada daun dari berbagai jenis jeruk. Pada daun
majemuk menyirip genap, anak-anak daun tersusun dalam jumlah genap dikiri-kanan ibu tangkai daun,
sehingga tersusun secara berpasangan. Pada daun majemuk menyirip ganjil, anak-anak daun tersusun
dalam jumlah ganjil dikiri-kanan ibu tangkai daun, sehingga tersusun tidak berpasangan. Daun majemuk
menyirip ganda dapat dibedakan menjadi daun majemuk ganda dua (bipinnatus), daun majemuk
menyirip ganda tiga (tripinnatus), dan daun majemuk menyirip ganda empat (quadrapinnatus). Daun
majemuk menjari (palmatus atau digitatus) dapat dibedakan berdasarkan jumlah anak-anak daunnya.
Jika anak daun berjumlah dua, maka daun majemuk seperti ini dinamakan daun majemuk menjari
beranak daun dua (bifoliolatus), dimana pada ujung ibu tangkai daun terdapat dua anak daun, misalnya
daun nam-nam (cynometra cauliflora L.). Daun majemuk bangun kaki (pedatus) biasanya terdapat pada
tumbuh-tumbuhan dari familia araceae, seperti daun rasberi (rubus sp.), arisema (arisaema filiforme)
(Rosanti, 2013: 40-45)

Daun merupakan suatu tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai
sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian
lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-
buku (nodus) batang dan tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang batang dan daun
dinamakan ketiak daun (axilla) (Tjitrosoepomo, 2016: 5).

Menurut Tjitrosoepomo (2016, 6) fungsi daun bagi tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai alat untuk:

a. Pengambilan zat-zat makanan (resorpsi), terutama yang berupa gas (CO2)

b. Pengolahan zat-zat makanan (asimilasi)

c. Penguapan air (transpirasi)

d. Pernapasan (respirasi)

Menurut Tjitrosoepomo (2016, 8) daun yang lengkap mempunyai bagian-bagian berikut:

a. Upih daun atau pelepah daun (vagina)

b. Tangkai daun (petiolus)

c. Helaian daun (lamina)

Daun yang lengkap dapat kita jumpai pada beberapa macam tumbuhan misalnya: pohon pisang (musa
paradisiacal L.), pohon pinang (areca catechu L.), bambu (bambusa sp.) dan lain-lain (Tjitrosoepomo,
2016: 8).

Menurut Tjitrosoepomo (2016, 9) mengenai susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa
kemungkinan:

a. Hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja: lazimnya lalu disebut daun bertangkai. Susunan daun
yang demikian itulah yang paling banyak kita temukan. Sebagian besar tumbuhan mempunyai
daun yang demikian tadi, misalnya: nangka (artocarpus integra merr.), mangga (mangifera indica
L.), dan lain-lain.

b. Daun terdiri atas upih dan helaian daun yang demikian ini disebut daun berupih atau daun
berpelepah seperti lazim kita dapati pada tumbuhan yang tergolong suku rumput, misalnya:
padi (oryza sativa L.), jagung (zea mays L.) dan lain-lain.

c. Daun hanya terdiri atas helaian saja, tanpa upih dan tangkai, sehingga helaian langsung melekat
atau duduk pada batang. Daun yang demikian susunannya dinamakan daun duduk (sessilis)
seperti yang dapat kita lihat pada biduri (calotropis gigantean R.Br.). daun yang hanya terdiri
atas helaian daun saja dapat mempunyai pangkal yang demikian lebarnya, hingga pangkal daun
tadi seakan-akan melingkari batang atau memeluk batang, oleh sebab itu juga dinamakan: daun
memeluk batang, (amplexicaulis) seperti terdapat pada tempuyung (sonchus oleraceus L.).
bagian samping pangkal daun yang memeluk batang itu seringkali bangunnya membulat dan
disebut teling daun.
d. Daun yang terdiri atas tangkai saja, dan dalam hal ini tangkai tadi biasanya lalu menjadi pipih
sehingga menyerupai helaian daun, jadi merupakan suatu helaian daun semu atau palsu,
dinamakan: filodia, seperti terdapat pada jenis pohon acacia yang berasal dari Australia,
misalnya: acacia auriculiformis A. Cunn.

Upih daun atau pelepah daun (vagina) umumnya hanya kita dapati pada tumbuhan yang tergolong
dalam tumbuhan yang berbiji tunggal (monocotyledoneae) saja, antara lain suku rumput (gramineae),
suku empon-empon (zingiberceae), pisang (musa sapientum L.), golongan palma (palmae), dan lain-lain
(Tjitrosoepomo, 2016: 13).

Menurut Tjitrosoepomo (2016, 13) Upih daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau
memeluk batang, juga dapat mempunyai fungsi lain:

a. Sebagai pelindung kuncup yang masih mda, seperti dapat dilihat pada tanaman tebu (saccharum
officinarum L.).

b. Memberi kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini upih daun-daun semuanya
membungkus batang, sehingga batang tidak tampak, bahkan yang tampak sebagai batang dari
liar adalah upih.

Tangkai daun (petioles) merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan bertugas untuk
menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemiak rupa, hingga dapat memperoleh cahaya matahari
sebanyak-banyaknya. Helaian daun (lamina) merupakan bagian daun yang terpenting dan cepat menarik
perhatian, maka suatu sifat yang sesungguhnya hanya berlaku untuk helaiannya, disebut pula sebagai
sifat daunnya (Tjitrosoepomo, 2016: 15,17).

Menurut Tjitrosoepomo (2016, 18) sifat-sifat daun yang perlu mendapat perhatian kita ialah:

a. Bangunnya (sesungguhnya bangun helaiannya) (circumscription)

b. Ujungnya (apex)

c. Pangkalnya (basis)

d. Susunan tulang-tulangnya (nervatio atau venation)

e. Tepinya (margo)

f. Daging daunnya (intervenium)

g. Dan sifat-sifat lain lagi, misalnya: keadaan permukaan atas maupun bawahnya (gundul,
berambut atau lainnya) warna dan lain-lain.

Selain menggunakan istilah-istilah atau kata-kata yang lazim dipakai untuk menyatakan bentuk suatu
benda, misalnya bulat, segi tiga dan lain-lain, dalam menyebut bangun daun seringkali kita carikan
persamaan bentuknya dengan bentuk-bentuk benda lain, misalnya: bangun tombak, bangun anak
panah, bangun perisai, dan seterusnya (Tjitrosoepomo, 2016: 19).
Menurut Tjitrosoepomo (2016, 29-31) bentuk-bentuk ujung daun yang sering kita jumpai ialah:

a. Runcing (acutus), jika kedua tepiujung daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju
ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari
90°). Ujung daun yang runcing lazim kita temukan pada daun-daun bangun: bulat memanjang,
lanset, segitiga, delta, belah ketupat, dan lain-lain. Sebagai contoh ujung daun oleander (nerium
oleander L.)

b. Meruncing (acuminatus), seperti ujung yang runcing tetapi titik pertemuan kedua tepi daunnya
jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun Nampak sempit panjang dan runcing, misalnya
ujung daun sirsat (annona muricata L.).

c. Tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju ke
suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar dari 90°).

d. Membulat (rotundatus), seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak membentuk sudut sama
sekali, hingga ujung daun merupakan semacam suatu busur, terdapat pada daun yang bulat atau
jorong, atau pada daun bangun ginjal, misalnya ujung daun kaki kuda (cantella asiatica Urb.),
ujung daun teratai besar (nelumbium nelumbo druce).

e. Rompang (truncatus) ujung daun tampak sebagai garis yang rata, misalnya ujung anak daun
semanggi (marsilea crenata presl.) dan daun jambu monyet (anacardium occidentale L.).

f. Terbelah (retusus), ujung daun justru memperlihatkan suatu lekukan, kadang-kadang amat jelas,
misalnya ujung daun sidaguri (sida retusa L.), kadang-kadang terbelahnya ujung hanya akan
kelihatan jelas jika diadakan pemeriksaan yang teliti, seperti misalnya ujung daun bayam
(amaranthus hybridus L.)

g. Berduri (mucronatus), yaitu ujung daun ditutup dengan suatu bagian yang runcing keras,
merupakan suatu duri, misalnya ujung daun nenas sebrang (agave sp.).

Menurut Tjitrosoepomo (2016, 31-32) pangkal daun (basis folii) dibedakan dalam:

a. Yang tepi daunnya di bagian itu tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh pangkal ibu
tulang/ujung tangkai daun. Dalam keadaan demikian pangkal daun dapat:

1. Runcing (acutus)

2. Meruncing (acuminatus)

3. Tumpul (obtusus)

4. Membulat (rotundatus)

5. Romping atau rata (truncatus)

6. Berlekuk (emarginatus)
b. Yang tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain:

1. Pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama terhadap batang sesuai
dengan letak daun pada batang tadi.

2. Pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang berlawanan atau berhadapan
dengan letak daunnya.

Anda mungkin juga menyukai