Disusun Oleh:
Preseptor :
Pendahuluan
Nekrolisis epidermal toksik (TEN) dan Stevens-Johnson syndrome (SJS)
adalah reaksi akut mucocutaneous yang mengancam jiwa karena reaksi terhadap
obat yang ditandai dengan nekrosis yang luas, dan pengelupasan epidermis
ditambah eritematosa luas atau makula purpura atau lesi atipikal yang datar.
dari epidermal nekrolisis (EN) yang berbeda hanya dari luas permukaan tubuh
yang terlibat: di bawah 10% pada SJS, dari 10 sampai 30% tumpang tindih
antara SJS / TEN dan di atas 30% dari permukaan tubuh adalah TEN.
EN adalah kondisi langka. Kejadian SJS dan TEN diperkirakan 1 sampai 6
kasus per juta orang pertahun dan 0,4-1,2 kasus per juta orang pertahun.
Reaksi kulit ini diperantarai oleh sel T sitotoksik yang diaktivasi karena
reaksi terhadap obat tertentu. Lebih dari 100 obat yang berbeda terlibat, dengan
dan nevirapine
Pengobatan ini didasarkan pada penarikan cepat obat penyebab dan
segera pasien dengan reaksi yang luas dan cepat ke Unit intensif care (ICU) atau
pusat luka bakar. Pemberian steroid masih kontroversial karena obat ini
diharapkan memiliki efek penurunan reaksi tetapi merugikan pada satu sisi karena
dengan risiko tertinggi yang menyebabkan reaksi paling hebat dan mencoba untuk
Penelitian ini menggunakan rekam medis dari pasien rawat inap SJS/TEN
Polandia antara tahun 2009 dan 2014 yang dikaji secara retrospektif. Berdasarkan
Epidermal Beracun Toksik (Alden) [4] terdapat 31 pasien yang terbukti karena
obat. Penyebab lain dari reaksi kulit diamati di antara pasien sampel dan jika
variabel yang diamati adalah: karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, etnis,
komorbiditas), obat penyebab, interval waktu antara konsumsi obat dan timbulnya
gejala (periode laten), reaksi obat, faktor yang terkait dengan keparahan penyakit
glukosa serum dan bikarbonat. Sejak bikarbonat tidak secara rutin diukur di
departemen ini, bikarbonat dikecualikan dan skor dimodifikasi untuk Toxic
Komorbiditas yang paling umum adalah hipertensi (20%), asma dan alergi (masuk
melalui mulut, kontak dan alergi melalui inhalasi) (16%), penyakit tiroid (16%).
antimikroba (50% pasien) dan NSAID (29%). Selebihnya disebabkan oleh obat
(29%).
Periode laten berlangsung dalam waktu 1-30 hari. Pada 40% kasus periode
tersebut kurang dari 5 hari, 55% kasus antara 5-28 hari dan 4% lebih lama dari 28
hari. Periode laten rata-rata adalah 7 hari. NSAID memiliki periode laten rata-rata
tremasuk C-reactive protein (CRP), laju endap darah (LED) atau hitung jumlah
leukosit. Enam dari 15 pasien tersebut menderita netrofilia. Tiga pasien (10%)
Dua dari mereka meninggal karena sepsis yang disebabkan oleh kuman
Pengobatan
Dua puluh pasien SSJ mendapatkan terapi steroid sistemik, 18 steroid
(lamotigrin).
Pembahasan
Analisis populasi pada pasien menunjukkan bahwa SSJ memiliki
morbiditas yang lebih banyak daripada TEN (dari 24 pasien SSJ dan 7 pasien
TEN). Kedua penyakit dibagi menjadi 2 kategori kelompok umur yaitu 19-44
tahun dan 57-87 tahun. Komorbiditas yang paling sering pada SSJ (hipertensi,
golongan antimikroba dan NSAID. Pada TEN yang paling sering adalah golongan
antimikroba dan antikonvulsan. Hasil ini sejalan dengan penelitian lain di Eropa.
Sebagian besar obat ini dievaluasi karena tingginya risiko yang ditimbulkan
1 drai 7 pasien yang tidak mendapat antibiotik. Dalam 2 kasus yang meninggal
Reactions (SCARs) diantara pasien yang berasal dari Eropa. Namun keberhasilan
reaksi yang paling berat adalah lamotigrin dan antimikroba (tersering sulfonamid).
Dikarenakan kematian dan kebutuhan untuk rawatan serta pengobatan yang mahal