PENDAHULUAN
Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu
berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di dalam uterus melalui vagina ke
dunia luar. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat
melahirkan bayi yang sempurna. Proses persalinan yang sedang dihadapi seorang ibu
kadang-kadang mengalami hambatan dan harus dilakukan dengan operasi, baik
karena pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan janinnya ataupun keinginan
pribadi pasien.1
Cara persalinan terbagi menjadi dua, yaitu persalinan lewat vagina, lebih
dikenal denganpersalinan normal atau alami dan persalinan dengan Sectio Caesarea,
yaitu bayi dikeluarkan lewat pembedahan perut. 1
Kata caesaerean berasal dari kata kerja latin sekitar abad pertengahan, caedare,
yang artinya memotong. Namun banyak sejarah yang menjelaskan tentang
munculnya sectio caesarea ini. Menurut legenda, Julius Caesar (kaisar romawi)
dilahirkan dengan cara ini, namun banyak pula yang membantahnya. Salah satunya
karena ibunya masih hidup hingga ia dewasa. Padahal saat itu operasi ini selalu fatal
dan berujung pada kematian bagi sang ibu.2
Indikasi dilakukannya sectio caesarea ini cukup banyak, namun indikasi paling
sering dilakukannya sectio caesarea yaitu sekitar 85%, antara lain karena adanya
riwayat sectio caesarea sebelumnya, adanya distosia persalinan, terjadinya gawat
janin, serta letak sungsang. Indikasi – indikasi ini serta indikasi lainnya akan
dijelaskan pada bab selanjutnya.2
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pada tahun
2010 menyatakan bahwa persalinan dengan sectio caesarea adalah sekitar 10-15 %
dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Di Indonesia sendiri,
presentasi sectio caesarea sekitar 5 %.3
Dalam laporannya, WHO (2010) menemukan sebagian besar ibu hamil
memilih sectio caesarea karena takut merasakan sakit dan khawatir kondisi vagina
mereka akan menjadi kendur setelah persalinan secara normal. Selain itu, sectio
caesarea dipilih karena calon ibu bisa menentukan sendiri hari kelahiran yang
diinginkan.3
Peningkatan angka sectio caesarea terus terjadi di Indonesia. Meskipun dictum
“Once a Caesarean always a Caesarean” di Indonesia tidak dianut, tetapi sejak dua
dekade terakhir ini telah terjadi perubahan tren sectio caesarea di Indonesia. Dalam
20 tahun terakhir ini terjadi kenaikan proporsi sectio caesarea dari 5% menjadi 20%.
Menurut Depkes RI (2010) secara umum jumlah persalinan sectio caesarea di rumah
sakit pemerintah adalah sekitar 20 – 25% dari total persalinan, sedangkan di rumah
sakit swasta jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 30 – 80% dari total persalinan.3
Tingkat kelahiran sesar meningkat menjadi 26% pada tahun 2002, angka
tertinggi yang pernah dilaporkan di Amerika Syarikat. Jumlah partus pervaginal pasca
seksio sesarea atau vaginal birth after cesarian (VBAC) menurun 23% antara 2001
dan 2002, dari 16,4 per 100 perempuan untuk 12,6 per 100 perempuan (Martin JA,
2002). Perubahan-perubahan ini disebabkan sebagian kekhawatiran terhadap nilai
morbiditas ibu dan bayi dalam mencoba melakukan kelahiran normal.4
Berdasarkan laporan kesehatan oleh World Health Organization (WHO) tahun
2007 menunjukkan hanya 4 % maternal yang melakukan VBAC di Indonesia.
Tingkat keberhasilan suatu tindakan VBAC masih menjadi bahan perbahasan dan
studi lanjut masih lagi dijalankan. Banyak studi menunjukkan tahap keberhasilan
partus pervaginal pasca seksio sesarea yang telah dirancang adalah antara 72-76 %
(National Institute for Clinical Excellence, 2004). Studi yang dilakukan di Armed
Forces Hospital Muscat, Sultanate of Oman menurut Geetha (2009) menunjukkan
dari 2412 pasien yang melakukan partus sebanyak 399 pasien memenuhi kriteria
partus secara seksio sesarea buat partus petama yaitu mewakili 16.54% dari jumlah
pasien. Dari jumlah ini sebanyak 370 pasien (92.73%) melakukan percobaan partus
pervaginal nomal dan sebanyak 29 pasien melakukan seksio sesarea elektif. Dari
jumlah ini didapati tahap keberhasilan partus pervaginal pasca seksio sesarea
didapatkan sebanyak 74.86%.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sectio Caesarea
2.1.1 Definisi
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan insisi pada
abdomen dan uterus.5
2.1.2 Etiologi
Menurut Depkes RI (2010) secara umum jumlah persalinan sectio caesarea di
rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20 – 25% dari total persalinan, sedangkan di
rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 30 – 80% dari total
persalinan.5
Peningkatan ini disebabkan oleh teknik dan fasilitas operasi bertambah baik,
operasi berlangsung lebih asepsis, teknik anestesi bertambah baik, kenyamanan pasca
operasi dan lama perawatan yang menjadi lebih singkat. Di samping itu morbiditas
dan mortalitas maternal dan perinatal dapat diturunkan secara bermakna.5
2.1.3 Indikasi
Berdasarkan waktu dan pentingnya dilakukan sectio caesarea, maka
dikelompokkan 4 kategori:6
Dari literatur lainnya, yaitu Impey dan Child (2008), hanya mengelompokkan 2
kategori, yaitu emergency dan elective Caesarean section. Disebut emergency apabila
adanya abnormalitas pada power atau tidak adekuatnya kontraksi uterus. ‘passenger’
bila malaposisi ataupun malapresentasi. Serta ‘passage’ bila ukuran panggul sempit
atau adanya kelainan anatomi.
c. Plasenta Previa
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang
terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat,
dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mengakibatkan syok yang fatal.
Salah satu penyebabnya adalah plasenta previa.8
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Pada keadaan normal plasenta terdapat di bagian atas uterus. Sejalan dengan
bertambah besarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim ke arah proksimal
memungkinkan plasenta mengikuti perluasan segmen bawah rahim.8
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir. Disebut plasenta previa komplit apabila seluruh pembukaan
tertutup oleh jaringan plasenta. Plasenta previa parsialis apabila sebagian permukaan
tertutup oleh jaringan. Dan disebut plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta
berada tepat pada pinggir pembukaan.8
d. Ruptur Uteri
Ruptura uteri baik yang terjadi dalam masa hamil atau dalam proses persalinan
merupakan suatu malapetaka besar bagi wanita dan janin yang dikandungnya. Dalam
kejadian ini boleh dikatakan sejumlah besar janin atau bahkan hampir tidak ada janin
yang dapat diselamatkan, dan sebagian besar dari wanita tersebut meninggal akibat
perdarahan, infeksi, atau menderita kecacatan dan tidak mungkin bisa menjadi hamil
kembali karena terpaksa harus menjalani histerektomi.7
Ruptura uteri adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi
hubungan langsung antara rongga amnion dengan rongga peritoneum. Penyebab
tersering ruptur uteri adalah terpisahnya jaringan parut bekas sectio caesarea
sebelumnya. Selain itu, ruptur uteri juga dapat disebabkan trauma atau operasi
traumatik, serta stimulus berlebihan. Namun kejadiannya relatif lebih kecil.2
e. Disfungsi Uterus
Mencakup kerja uterus yang tidak adekuat. Hal ini menyebabkan tidak adanya
kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari rahim. Dan ini membuat kemajuan
persalinan terhenti sehingga perlu penanganan dengan sectio caesarea.7
f. Solutio Plasenta
Disebut juga abrupsio plasenta, adalah terlepasnya sebagian atau seluruh
plasenta sebelum janin lahir. Ketika plasenta terpisah, akan diikuti pendarahan
maternal yang parah. Bahkan dapat menyebabkan kematian janin. Plasenta yang
terlepas seluruhnya disebut solutio plasenta totalis, bila hanya sebagian disebut
solutio plasenta parsialis, dan jika hanya sebagian kecil pinggiran plasenta yang
terpisah disebut ruptura sinus marginalis.9
Frekuensi terjadinya solutio plasenta di Amerika Serikat sekitar 1% dan solutio
plasenta yang berat mengarah pada kematian janin dengan angka kejadian sekitar
0,12% kehamilan atau 1:830.9
2.1.3.2 Indikasi Janin
a. Kelainan Letak
1. Letak Lintang
Pada letak lintang, biasanya bahu berada di atas pintu atas panggul
sedangkan kepala berada di salah satu fossa iliaka dan bokong pada sisi yang
lain. Pada pemeriksaan inspeksi dan palpasi didapati abdomen biasanya
melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit di atas umbilikus. Tidak
ditemukan bagian bayi di fundus, dan balotemen kepala teraba pada salah satu
fossa iliaka.2
Penyebab utama presentasi ini adalah relaksasi berlebihan dinding
abdomen akibat multiparitas yang tinggi. Selain itu bisa juga disebabkan janin
prematur, plasenta previa, uterus abnormal, cairan amnion berlebih, dan
panggul sempit.2
2. Presentasi Bokong
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insidensi 3 – 4%
dari seluruh persalinan aterm. Presentasi bokong adalah malpresentasi yang
paling sering ditemui. Sebelum usia kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi
bokong berkisar antara 25 – 30%.4
Faktor resiko terjadinya presentasi bokong ini antara lain prematuritas,
abnormalitas uterus, polihidamnion, plasenta previa, multiparitas, dan riwayat
presentasi bokong sebelumnya.4
3. Presentasi Ganda atau Majemuk
Presentasi ini disebabkan terjadinya prolaps satu atau lebih ekstremitas
pada presentasi kepala ataupun bokong. Kepala memasuki panggul bersamaan
dengan kaki dan atau tangan. Faktor yang meningkatkan kejadian presentasi ini
antara lain prematuritas, multiparitas, panggul sempit, kehamilan ganda.7
b. Gawat Janin
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin (DJJ)
dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium di dalam cairan amnion. Untuk
keperluan klinik perlu ditetapkan kriteria yang termasuk keadaan gawat janin.8
Disebut gawat janin, bila ditemukan denyut jantung janin di atas 160/menit atau
di bawah 100/menit, denyut jantung tak teratur, atau keluarnya mekonium yang
kental pada awal persalinan.7
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan memungkinkan dokter memutuskan
untuk melakukan operasi. Terlebih apabila ditunjang kondisi ibu yang kurang
mendukung. Sebagai contoh, bila ibu menderita hipertensi atau kejang pada rahim
yang dapat mengakibatkan gangguan pada plasenta dan tali pusar. Sehingga aliran
darah dan oksigen kepada janin menjadi terganggu.7
Kondisi ini dapat mengakibatkan janin mengalami gangguan seperti kerusakan
otak. Bila tidak segera ditanggulangi, maka dapat menyebabkan kematian janin.8
c. Ukuran Janin
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi
sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya pertumbuhan janin yang berlebihan disebabkan
sang ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus). Bayi yang lahir dengan ukuran
yang besar dapat mengalami kemungkinan komplikasi persalinan 4 kali lebih besar
daripada bayi dengan ukuran normal.8
Menentukan apakah bayi besar atau tidak terkadang sulit. Hal ini dapat diperkirakan
dengan cara :8
i. Adanya riwayat melahirkan bayi dengan ukuran besar, sulit dilahirkan atau ada
riwayat diabetes melitus.
ii. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya (edema, dll).
iii. Pemeriksaan disproporsi sefalo atau feto-pelvik.
2.1.3.3 Indikasi Ibu dan Janin
a. Gemelli atau Bayi Kembar
Kehamilan kembar atau multipel adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Kehamilan multipel dapat berupa kehamilan ganda (2 janin), triplet (3 janin),
kuadruplet (4 janin), quintuplet (5 janin) dan seterusnya sesuai dengan hukum Hellin.
Morbiditas dan mortalitas mengalami peningkatan yang nyata pada kehamilan dengan
janin ganda. Oleh karena itu, mempertimbangkan kehamilan ganda sebagai
kehamilan dengan komplikasi bukanlah hal yang berlebihan. Komplikasi yang dapat
terjadi antara lain anemia pada ibu, durasi kehamilan yang memendek, abortus atau
kematian janin baik salah satu atau keduanya, gawat janin, dan komplikasi lainnya.
Demi mencegah komplikasi – komplikasi tersebut, perlu penanganan persalinan
dengan sectio caesarea untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi – bayinya.7
2.1.6 Komplikasi 10
A. Infeksi Puerperal (nifas)
Ringan, kenaikan suhu beberapa hari saja
Sedang, kenaikan suhu disertai dehidrasi dan perut kembung
Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
B. Perdarahan, karena :
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
Atonia Uteri
Perdarahan pada plasenta
C. Luka kandung kemih, emboli paru dan komplikasi lainnya yang jarang terjadi.
D. Kemungkinan ruptura uteri atau terbukanya jahitan pada uterus karena operasi
sebelumnya.
Pada wanita dengan bekas seksio sesarea klasik sebaiknya tidak dilakukan
persalinan pervaginal karena resiko ruptur 2 - 10 kai dan kematian maternal dan
perinatal 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seksio sesarea pada segmen
bawah rahim.15
Menurut Lydon, komplikasi terhadap maternal termasuklah ruptur uteri,
histerektomi, gangguan sistem tromboembolik, transfusi, endometritis, kematian
maternal dan gangguan-gangguan lain.4
2
• - Persalinan pervaginal 2
sesudah seksio sesarea
• - Persalinan pervaginal 1
sebelum seksio sesarea
• - Tidak ada 0
Alasan lain seksio sesarea 1
3 terdahulu
Pendataran dan penipisan serviks 2
saat tiba di rumah sakit dalam
keadaan inpartu :
4 • - 75%
• - 25-75% 1
• - < 25% 0
5 Dilatasi serviks > 4 cm 1
ANAMNESA PENYAKIT
Ny. PM, 31 tahun, G1P0A0, Batak, Islam, SLTA, Ibu Rumah Tangga, i/d Tn. tahun,
Batak, Islam, SLTA, Wiraswasta. Datang dengan keluhan :
Keluhan Utama : Mulas-mulas sesekali
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak ± 1 hari ini pada tanggal 5
November 2018. Mules dirasakan pasien sesekali hilang timbul. Keluar lendir darah
(+) sejak tanggal 5 November 2018 pukul 19.00 WIB, keluar air-air dari kemaluan (-
). BAK dan BAB dalam batas normal.
Riwayat penyakit terdahulu: (-)
Riwayat pemakaian obat: (-)
RIWAYAT MENSTRUASI
HPHT :? Februari 2018
TTP :? November 2018
ANC : 6 x ke Sp.OG
RIWAYAT PERSALINAN
1. Laki-laki, 2700gram, aterm, SC, RS, sehat, 9 tahun.
2. Hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENS
Sens : Compos mentis Anemis :-
TD : 110/70 mmHg Ikterik :-
HR : 82 x/i Sianosis :-
RR : 20 x/i Dyspnoe :-
Temp : 36,7oc Oedema :-
STATUS GENERALISATA
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
STATUS OBSTETRI
Inspeksi : Abdomen Membesar asimetris
Palpasi
Leopold I : Tidak dilakukan pemeriksaan
Leopold II : Tidak dilakukan pemeriksaan
Leopold III : Tidak dilakukan pemeriksaan
Leopold IV : Tidak dilakukan pemeriksaan
TFU : 4 Jari bpxm 30cm
Gerak Janin : (+)
Teregang : Kanan
Terbawah : Bokong
Denyut Jantung Janin : (+) 148 x/i, reguler
HIS : 2 x 20”/10’
Taksiran Berat Janin : 2945 gram
PEMERIKSAAN DALAM
VT : Ө axial 4 cm, sacral, eff 20%, bagian terbawah bokong, sekret (+)
ST : Lendir darah (+), air ketuban (-)
DIAGNOSA KERJA
Prev SC 1x + SG + KDR (37-38) minggu + PB + AH + Inpartu
TERAPI MEDIKAMENTOSA
- IVFD Ringer Laktat 20 gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 2 gr
RENCANA TINDAKAN
- Sectio Caesarea
- Konsul Departemen Anestesi
- Konsul Departemen Anak Perinatologi
WAKTU TINDAKAN
03.00 Pasien dibaringkan diatas meja operasi dengan posisi
supine dengan infuse terpasang baik
03.10 Operator mencuci tangan degan cara fverbringer dan
memakai alat pelindung diri seperti cap, masker, apron,
sepatu boat, baju steril dan sarung tangan steril.
Kontraksi : (+)
RENCANA TINDAKAN
- Cek lab darah rutin 2 jam post SC
- Awasi kontraksi, vital sign, perdarahan (kala IV)
- Aff Kateter
- Mobilisasi
- Diet MB
TEORI TEMUAN
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Sensorium : compos
mentis
Tekanan Darah : 110/70
mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,4 ºC
PEMERIKSAAN USG
Janin tunggal, Presentasi bokong,
Anak Hidup
Fetal movement (+), fetal heart rate
(+) 133 kali/menit
Biparietal diameter : 90,7
mm
Head circumference : 31,5
mm
Abdominal circumference : 31,9
mm
Fetal lenght : 70
mm
Estimated Fetal Weight : 2945
gr
Plasenta :
Fundal
2. Indikasi Janin
a. Kelainan Letak
Letak Lintang
Presentasi
Bokong
Presentasi
Ganda
b. Gawat Janin
c. Ukuran Janin
CLINICAL SUMMARY
DISKUSI
1. ???
DAFTAR PUSTAKA
1. Kasdu, Dini. 2003. Operasi Caesar, Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa
Swara.
2. Cunningham, F.G., Mac.Donald, P.C., Gant, N.F., Distosia karena kelainan
pada presentasi, posisi atau perkembangan janin , Obstetri Williams (18th ed),
Suyono, J., Hartono, A., (Alih Bahasa), Jakarta : EGC, 2005
3. World Health Organization (WHO), 2010. World Health Statistics 2010.
WHO Library Cataloguing-in-Publication Data. Available from:
http://www.who.int/whosis/whostat2007_erratareduce.pdf. [Accessed 20
November 2018]
4. Lydon-Rochelle, M., Holt, V.L., Easterling, T.R., dan Martin, D.P., 2001.
Risk Of Uterine Rupture During Labor Among Women With Prior Cesarean
Delivery. N Engl J Med 345:3-8.
5. Joy, S., 2011. Caesarean Delivery. Wake Forest University School of
Medicine. Available from:
http://www.emedicine.medscape.com/article/263424–overview. [Accesed on
18 November 2018]
6. Edmonds DK. 2012. Dewhurst’s textbook of Obstetrics and Gynaecology, 8th
edition. Blackwell Publishing.
7. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
8. Keman. K. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal. In: ilmu Kebidanan
Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011. Page:
186
9. Deering, SH., 2017. Abruptio Placentae. University of Washington.
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/262159-overview.
[Accesed on 18 November 2018]
10. Mukherjee, S.N., 2008. Rising Cesarean Section Rate. Maulana Aazad
Medical College and Hospitals, New Delhi. Available from:
http://medind.nic.in/jaq/t06/i4/jaqt06i4p298.pdf
11. Saputri.Y, 2014. Persalinan Pervaginal Pasca Seksio-sesarea.
http://simtakp.uui.ac.id/dockti/YONA_SAPUTRI-kti_yona.pdf diakses pada
10 Juni 2018
12. Setiawan.D., Krisnadi.S.R., Sabarudin.U, 2012. Perbandingan Keberhasilan
Vaginal Birth After Caesarea (VBAC) Pada Inersia Uteri Hipotonik dengan
dan Tanpa Pemberian Oksitosin. Jurnal FKUNPAD. Bandung.
http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/download/130/pdf_35
diakses pada 11 Juni 2018
13. USU. 2011. Vaginal Birth After Caesarea.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23239/chapter%20II.p
df diakses pada 11 Juni 2018.
14. Maine Medical. 2017. Vaginal Birth After Cesarean (VBAC) Guideline.
https://mainehealth.org/-/media/mainehealth/pdfs/clinical-guidelines-and-
resources/obstetrical-perinatal-guidelines/vbac-guideline.pdf diakses pada 11
Juni 2018
15. Women’s Health Care. 2017. Vaginal Birth After Cesarean Delivery. Jurnal
Frequently Asked Questions.
htpps://www.acog.org/~/mediafor%20patients/faq070.pdf diakses pada 11
Juni 2018
16. SOGC. 2005. Guidelines for Vaginal Birth After Previous Caesarean Birth.
https://sogc.org/wp-content/uploads/2013/01/155e-CPG-February2005.pdf
diakses pada 11 Juni 2018.
17. Wiknjasastro.H. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal.In: Ilmu
Kebidanan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2006.