Anda di halaman 1dari 2

Biografi Sutan Sjahrir

Sutan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada 5 Maret 1909. Sutan Sjahrir menjadi perdana
menteri Indonesia pertama pada masa pemerintahan Soekarno. Pendiri Partai Sosialis Indonesia (PSI) ini
mempunyai julukan "Bung Kecil" yang memiliki peranan besar dalam kemerdekaan Indonesia. Sebagai
kader dan pendiri partai PSI, Sjahrir muda sering bepergian ke berbagai daerah.Pada masa hidupnya,
Sjahrir sering diasingkan oleh Belanda, antara lain ke Boven Digul (Papua) dan Bandarneira (Maluku)
bersama Bung Hatta. Kehidupan di balik jeruji pun juga Sjahrir rasakan ketika dituduh terlibat dalam
percobaan pembunuhan Presiden Soekarno saat itu. Tak ayal, suami Poppy Sjahrir ini kemudian
berpindah dari penjara satu ke penjara lainnya di Kota Madiun (Jawa Timur), RSPAD (Jakarta Pusat),
Jalan Keagungan (Jakarta Utara), dan RTM Budi Utomo (Jakarta Pusat).

Verenigde Ondergrondse Corps (Korps Bawah Tanah Bersatu)

Sjahrir dituduh sebagai kelompok makar Verenigde Ondergrondse Corps (Korps Bawah Tanah Bersatu
karena dituduh terlibat dalam percobaan pembunuhan Soekarno. Pada 7 Januari 1962, iring-iringan
mobil Presiden Soekarno kala itu dilempari granat. Kelompok makar tersebut terkait dengan “komplotan
Bali” sesuai hasil pemeriksaan Badan Pusat Intelijen (BPI).Sebelumnya, pada 18 Agustus 1961 Sjahrir
diundang dalam upacara kremasi Raja Gianyar, Bali. Namun, Sjahrir tidak hadir sendirian, kala itu juga
terlihat Bung Hatta dan para tokoh PSI lainnya. Kehadiran dua tokokh pejuang tersebut dan juga para
petinggi PSI lainnya dicurigai sebagai konsolidasi ‘komplotan Bali’. Soebandrio, kepala BPI, adalah orang
yang melaporkan kecurigaan tersebut kepada Soekarno.
Karir Politik Bung Kecil

Sjahrir menjadi perdana menteri pertama di Indonesia, dan memimpin kabinet selama tiga kali dalam
periode 1945-1947. Sjahrir menjadi orang penting dalam perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia,
gerilya Sjahrir dimulai setelah ia dibebaskan dari penjara Belanda pada 1942. Geliat perjuangan politik
Sjahrir dimulai ketika menempuh pendidikan di Belanda. Sjahrir tergabung dalam Perhimpunan
Indonesia yang kala itu dipimpin oleh Bung Hatta. Sekembalinya ke Hindia Belanda (belum bernama
Indonesia), Sjahrir dan Bung Hatta aktif memimpin Pendidikan Nasional Indonesia, partai yang bertujuan
untuk memberdayakan rakyat jelata melalui pendidikan.Puncak karir politik Sjahrir ketika menulis
manifesto yang membuatnya terlihat berseberangan dengan Soekarno. Sjahrir menulis Parjuangan Kita,
tulisan yang terkesan menyerang Bung Besar itu. Jika Soekarno begitu terobsesi dengan persatuan dan
kesatuan, Sjahrir menulis sebaliknya. Ini cuplikan kalimat dalam Perjuangan Kita, “Setiap persatuan
hanya akan bersifat taktis, temporer, dan karena itu insidental. Usaha-usaha untuk menyatukan secara
paksa hanya menghasilkan anak banci. Persatuan semacam itu akan terasa sakit, tersesat, dan merusak
pergerakan”.

Kecaman yang dilancarkan Sjahrir tidak berhenti sampai di situ. Lagi, Sjahrir menulis tentang Bung Karno
: “Nasionalisme yang Soekarno bangun di atas solidaritas hierarkis, feodalistis, sebenarnya adalah
fasisme, musuh terbesar kemajuan dunia dan rakyat kita”. Sjahrir juga mengkritik gaya agitasi massa
Bung Besar yang menurutnya tidak menghasilkan sesuatu yang besar dan berguna bagi Indonesia.Karir
politik Bung Kecil menurun ketika PSI hanya berhasil merebut dua persen suara dalam Pemilu 1955. PSI
hanya mampu merebut lima kursi dari 257 kursi parlemen. Sjahrir menyebut PSI merupakan orang
sosialis dalam arti tepat dan juga tukang mimpi yang profesional.

“Habisnya” Bung Kecil

Sjahrir terkesan seperti kena getah dari partai yang didirikannya sendiri. Salah seorang pengurus PSI,
Sumitro Joyohadikusumo, pindah ke Singapura untuk membantu melancarkan pemberontakan
PRRI/Permesta pada tahun 1957-1958. Ketika itu, Sjahrir telah pensiun dari aktivitas politik, namun Bung
Karno menyebut Sjahrir dan PSI sebagai ‘cecunguk’ yang anti persatuan dan kesatuan. Menurut Bung
Karno, cecunguk tersebut wajib untuk ditumpas sampai habis.Setelah itu, Sjahrir seolah tak lepas dari
pembuangan dan jeruji besi. Hingga akhirnya Sjahrir menderita sakit dan diijinkan berobat ke mana saja
kecuali Belanda. Hal itu ditulis Presiden Soekarno dalam surat izin yang dikeluarkannya. Sjahrir lantas
berobat ke Zurich, Swiss sejak Mei 1965. Sjahrir meninggal dunia di Zuric pada 9 April 1966.Saat itu juga
Presiden Soekarno lantas menetapkan Sutan Sjahrir sebagai Pahlawan Nasional. Sjahrir dimakamkan TM
Pahlawan Kalibata dan kala itu pemerintah menyerukan agar rakyat mengibarkan bendera setengah
tiang selama tiga hari lamanya sebagai tanda penghormatan dan juga hari berkabung nasional.

By
Nailah khairunnisa
VI A

Anda mungkin juga menyukai