KENAKALAN REMAJA
(diajukan sebagai salah satu syarat tugas
Sosiologi)
EVI JULIANI
JACKY LIE
MEILIANA TANDEAN
WILLIAM EFFENDI
YESSICA ADELINA S.
KELAS : XI-IIPS A
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya kami
dapat menyusun laporan penelitian ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Guru Sosiologi kami, Pak Rosman Siregar, yang telah
menugaskan kami untuk mengerjakan laporan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan
kepada pembaca yang telah bersedia membaca laporan penelitian ini. Adapun topik yang dibahas
adalah hal yang menyangkut masalah kenakalan remaja.
Kami juga berharap semoga laporan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk membantu
mengatasi masalah kenakalan remaja. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan sebagai upaya penyempurnaan laporan penelitian ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
A. Penyebab Masalah................................................................................................. 8
B. Dampak Masalah................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 13
B. Saran...................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL/DIAGRAM
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16
tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi
juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973).
Selain itu, kita sebagai manusia juga mengetahui bahwa perilaku menyimpang yang dilakukan
oleh remaja atau yang biasanya disebut kenakalan remaja, merupakan tindakan yang tidak
bermoral.
Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja di bawah usia 17 tahun sangat beragam
mulai dari perbuatan yang amoral dan anti sosial tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran
hukum. Bentuk kenakalan remaja tersebut seperti: kabur dari rumah, melawan orang tua ataupun
guru, mengucapkan kata-kata kotor, membawa senjata tajam, dan kebut-kebutan di jalan, sampai
pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar
hukum seperti; pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan
terlarang, tawuran antar pelajar yang memakan korban jiwa, dan tindak kekerasan lainnya yang
sering diberitakan media- media massa.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan jumlah remaja di
Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa. Hal ini tentunya dapat
menjadi asset bangsa jika remaja dapat menunjukkan potensi diri yang positif namun sebaliknya
akan menjadi petaka jika remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif bahkan sampai
terlibat dalam kenakalan remaja.
5. HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena gunung es), 70%
remaja
1
6. Miras dan Narkoba.
Angka-angka di atas cukup mencengangkan, bagaimana mungkin anak remaja yang masih muda,
polos, energik, potensial yang menjadi harapan orangtua, masyarakat dan bangsanya dapat terjerumus
dalam limbah kenistaan, sungguh sangat disayangkan. Tanpa disadari pada saat ini, di luar sana anak-
anak remaja kita sedang terjerat dalam pengaruh narkoba, miras, seks bebas, aborsi dan kenakalan
remaja lainnya. Bahkan angka-angka tersebut diprediksikan akan terus menanjak, seperti fenomena
gunung es, tidak tampak di permukaan namun jika ditelusuri lebih dalam ternyata banyak ditemukan
kasus kasus yang cukup mengejutkan.
Perilaku yang seperti ini tentu sangat meresahkan masyarakat, karena remaja yang diharapkan
sebagai generasi penerus bangsa telah terjerumus dalam penyimpangan sosial.
2
B. Identifikasi Masalah
Yang menjadi permasalahan dalam laporan penelitian ini adalah kenakalan remaja di Indonesia.
C. Pembatasan Masalah
Masalah kenakalan remaja di Indonesia sangatlah luas dan kompleks. Agar pembahasan lebih
terarah, laporan penelitian ini hanya membahas kenakalan remaja di Jakarta
3
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan apa penyebab kenakalan remaja, dampak
dari kenakalan remaja, dan kiat-kiat untuk mengatasi kenakalan remaja di Jakarta.
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penyebab kenakalan remaja, dampak dari kenakalan remaja, dan kiat-kiat
untuk mengatasi kenakalan remaja.
F. Kegunaan Penelitian
Sebagai referensi dalam mengatasi kenakalan remaja di Jakarta bagi penentu kebijakan, orangtua
maupun remaja.
4
BAB II
HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan lembaga-lembaga yang ada di Indonesia, ditemukan :
1. Tak hanya di kawasan Jakarta, perilaku seks bebas juga sudah merajalela di beberapa kota besar
lainnya. Bahkan, di Surabaya seks pra nikah mencapai 54 persen, disusul Medan sebanyak 52
persen, dan Bandung sebanyak 47 persen.”
2. Hasil penelitian BKKBN di Yogyakarta menunjukkan, dari 1.160 mahasiswa, sekitar 37 persen
sudah tidak perawan lagi.
3. Sedangkan berdasarkan data Kemenkes pada akhir Juni 2010 tercatat 21.770 kasus AIDS dan
47.157 kasus HIV positif dengan persentase pengidap usia 20-29 tahun yakni 48,1 persen dan
usia 30-39 tahun sebanyak 30,9 persen.“
4. Jumlah penyalahguna narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69%
kelompok teratur pakai dan 31% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79%,
perempuan 21%
5. Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalahguna ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42% dan obat
penenang 22%.
6. Kelompok pecandu terdiri dari penyalahguna ganja 75%, heroin / putaw 62%, shabu 57%,
ekstasi 34% dan obat penenang 25%.
7. Penyalahguna Narkoba Dengan Suntikan (IDU) sebesar 56% (572.000 orang) dengan kisaran
515.000 sampai 630.000 orang.
8. Beban ekonomi terbesar adalah untuk pembelian / konsumsi narkoba yaitu sebesar Rp. 11,3
triliun
5
Untuk itu, dugaan sementara terkait penyebab kenakalan remaja :
1. kurangnya kasih sayang orang tua.
2. kurangnya pengawasan dari orang tua.
3. pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.
4. peran dari perkembangan IPTEK yang berdampak negatif.
5. tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.
6. dasar-dasar agama yang kurang
6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
6
F. Teknik Analisis Data
Data yang telah diambil dianalisis untuk diambil kesimpulannya, menggunakan teknik
menelaah.
7
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Penyebab Masalah
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang
dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut,
seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan
dewasa. Ia berada pada masa transis. Perilaku nakal biasanya terjadi karena 2 faktor ,yaitu :
Faktor internal
1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi.
Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas
peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang
tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku „nakal‟. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui
perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah
8
Faktor eksternal
Tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa
memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu
memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak,
Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia sarat akan kesenjangan ekonomi & sosial, ditemukan banyak
4. Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah,
dan lainnya).
9
B. Dampak Masalah
Akan tumbuh menjadi remaja berkepribadian buruk dan dikucilkan masyarakat. Akibatnya remaja akan
merasa sedih, marah hingga mengalami gangguan kejiwaan.
Bagi Keluarga
Keluarga akan menanggung malu akibat dari perbuatan remaja tersebut & harus menghidupi remaja
tersebut hingga tua karena masa depan remaja suram.
Bagi Pemerintah
Tingkat kriminalitas meningkat karena remaja akan berusaha memenuhi kebutuhannya yang dianggap
sangat berharga.
10
C. Cara Mengatasi
1. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang berhasil
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis,
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau
6. Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti TV, Internet, Radio,
7. Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini seperti beribadah dan mengunjungi tempat
8. Orang tua harus menjadi tempat remaja untuk mencurahkan isi hati, sehingga dapat membimbing
11
9. Mendukung hobi yang remaja inginkan selama itu masih positif untuknya. Mencegah hobinya
dirinya.
12
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa remaja yang memiliki waktu luang banyak
seperti mereka yang tidak bekerja atau menganggur dan masih pelajar kemungkinannya lebih
besar untuk melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang. Demikian juga dari keluarga yang
tingkat keharmonisan rendah maka kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan pada
tingkat yang lebih berat. Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat keharmonisan tinggi maka
kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan sangat kecil.
B. Saran
a. Orangtua
Disarankan kepada orangtua untuk dapat menjaga hubungan yang hangat dalam keluarga dengan
cara saling menghargai, pengertian, dan penuh kasih sayang serta tidak bertengkar di depan anak,
sehingga dapat dianggap oleh anak sebagai keluarga yang harmonis.
b. Pihak Sekolah
Pihak sekolah disarankan dapat membantu siswa untuk mengenali potensi-potensi yang dimiliki
agar dapat meningkatkan konsep diri siswa, serta dapat meminimalisir penggunaan kata-kata atau
sikap yang dapat menurunkan konsep diri siswa.
13
Daftar Pustaka
http://www.scribd.com/doc/88521776/Kenakalan-Remaja-Sex-Bebas
http://ntb.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=673&ContentTypeId=0x01003DCABABC04
B7084595DA364423DE7897
DAFTAR TABEL
1. Dari 2,4 juta kasus aborsi yang terjadi di Indonesia, 800 ribu adalah remaja ( ditunjukkan
oleh warna merah pada tabel berikut).
2. Dari 1283 kasus HIV/AIDS yang terjadi di Indonesia, 70% adalah remaja (ditunjukkan
oleh warna biru dalam table berikut)
REMAJA
3. Perilaku seks bebas sudah merajalela di beberapa kota besar di Indonesia. Jakarta 58%, di
Surabaya seks pra nikah mencapai 54 persen, disusul Medan sebanyak 52 persen, dan
Bandung sebanyak 47 persen.
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Medan Jakarta Bandung Surabaya
4. Hasil penelitian BKKBN di Yogyakarta menunjukkan, dari 1.160 mahasiswa, sekitar 37
persen sudah tidak perawan lagi.
Tidak Perawan
Perawan
5. Berdasarkan data Kemenkes pada akhir Juni 2010 tercatat 21.770 kasus AIDS dan 47.157 kasus
HIV positif dengan persentase pengidap usia 20-29 tahun yakni 48,1 persen dan usia 30-39
tahun sebanyak 30,9 persen.
USIA 20-29
USIA 30-39
SISA
6. Jumlah penyalahguna narkoba remaja sebesar 0,9% dari populasi atau 1,1 juta orang, terdiri dari
69% kelompok teratur pakai dan 31% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar
79%, perempuan 21%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Kelompok Teratur Pakai Kelompok Pecandu
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Laki-laki Perempuan
7. Kelompok teratur pakai remaja terdiri dari penyalahguna ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42%
dan obat penenang 22%.
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Ganja Shabu Ekstasi Obat Penenang