Mamat Supriatna
Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Indonesia
Email: mamatsupriatna@gmail.com
Copyright © 2018 Universitas Negeri Makassar.. This is an open access article under the CC
BY-NC-ND license (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
54
55 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 4 No.2 Juni 2018
berdasarkan instrumen perilaku moral kelas lapangan terbatas untuk mengetahui validitas dan
tersebut skor rata-rata perilaku moral terendah, reliabilitas. Instrumen penelitian dikatakan
dan kelas VIII H pada kelompok kontrol. reliabel karena memiliki koefisien alpha 0,907
Instrumen perilaku moral yang dengan derajat keterandalan sangat tinggi.
digunakan merupakan instrumen yang Teknik analisis data menggunakan uji
dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori independent t test.
moral action oleh Jean Piaget dan moral
behavior oleh Albert Bandura dan Kurtinez &
Gerwitz. Tahap-tahap pengembangan instrumen HASIL DAN PEMBAHASAN
meliputi penyusunan definisi konseptual, definisi
Hasil penelitian dijelaskan sebagai
operasional, kisi-kisi instrument, pedoman
berikut.
skoring dan penafsiran, serta pengujian
instrumen. Pengujian instrumen diujicobakan di
Tabel 1. Profil Umum Perilaku Moral Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran
2017/2018
Berdasarkan tabel 1, mayoritas 105 siswa dengan situasi dan kondisi yang baik. Siswa
memiliki perilaku moral pada kategori otonom, bertindak dengan mempertimbangkan intensi
sisanya 99 siswa berada pada proporsi kategori pelaku dan konsekuensinya. Kemudian pada
semiotonom dan tidak ada siswa yang berada kategori heteronom artinya, siswa cenderung
pada kategori heteronom. Perilaku moral siswa menerima begitu saja segala aturan yang
kategori semiotonom artinya, siswa memahami diberikan oleh orang-orang yang dianggap
bahwa aturan yang berasal dari luar dirinya dapat kompeten. Peraturan dipahami sebagai sesuatu
diubah menurut aturan-aturan yang dibuat yang tidak dapat diubah.
olehnya, tetapi siswa belum dapat melepaskan Setelah dipaparkan profil perilaku moral
diri dari pengaruh orang lain. Selanjutnya secara umum, berikutnya disampaikan
perilaku moral siswa pada kategori otonom berdasarkan aspek dan indikator perilaku moral
artinya, siswa mampu berpikir perlunya sebagaimana tampak pada tabel berikut.
memodifikasi aturan-aturan untuk disesuaikan
pikirannya tanpa pengaruh dari orang lain, menerapkan kewajiban sebagai seorang anak
sedangkan 19 siswa pada klasifikasi semiotonom dengan penuh kesadaran diri, sedangkan 58 siswa
mampu mempertimbangkan dampak berbohong pada klasifikasi semiotonom mampu menerapkan
karena dengan adanya pengaruh dari orang lain. kewajiban sebagai seorang anak atas pengaruh
Pada indikator menerapkan kewajiban sebagai dari orang lain.
seorang anak yang berada pada klasifikasi Selanjutnya pada aspek perbuatan dapat
otonom 146 siswa, artinya siswa mampu dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan tabel 3, pada indikator lain mengerjakan tugas dengan penuh rasa
membantu orang lain dengan tulus yang berada tanggung jawab, 78 siswa pada klasifikasi
pada klasifikasi otonom 20 siswa, artinya siswa semiotonom membimbing orang lain
membantu orang lain dengan tulus tanpa mengerjakan tugas atas dasar pengaruh orang
pengaruh orang lain melainkan kesadaran diri lain.
akan membantu orang lain. Sedangkan 172 siswa Hasil uji statistik bimbingan pribadi-
pada klasifikasi semiotonom membantu orang sosial bertujuan sebagai upaya memperoleh
lain berdasarkan pengaruh dari orang lain dan 12 keyakinan data empirik tentang pengaruh
siswa pada klasifikasi heteronom membantu intervensi yang dilakukan terhadap
orang lain bukan karena keinginan tulus pengembangan perilaku moral siswa. Prosedur
membantu melainkan atas perintah dari orang yang ditempuh untuk mengetahui keberhasilan
lain. Pada indikator membagi/berbagi informasi bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan
yang berada pada klasifikasi otonom 72 siswa, perilaku moral siswa dengan pengujian hipotesis.
artinya siswa mampu membagi/berbagi Hipotesis dirumuskan “bimbingan pribadi-sosial
informasi, 120 siswa pada klasifikasi efektif untuk mengembangkan perilaku moral
semiotonom membagi/berbagi informasi siswa”. Hasil data memenuhi asumsi normalitas
berdasarkan pengaruh dari orang lain, dan 12 dan homogenitas maka digunakan uji t
siswa pada klasifikasi heteronom (Independent t test) gain score. Hipotesis yang
membagi/berbagi informasi atas perintah dari diuji pada penelitian adalah:
orang lain. Pada indikator menunjukkan Ha = bimbingan pribadi-sosial efektif untuk
kepedulian kepada orang lain yang berada pada mengembangkan perilaku moral siswa.
klasifikasi otonom 80 siswa, artinya siswa Berdasarkan skor rata-rata bimbingan
mampu berlaku empati pada orang lain, 121 pribadi-sosial untuk mengembangkan perilaku
siswa pada klasifikasi semiotonom menunjukkan moral siswa memiliki daya pengaruh yang baik,
kepedulian pada orang lain berdasarkan pengaruh yaitu dapat mengembangkan perilaku moral
orang lain, dan 3 siswa pada klasifikasi siswa. Peningkatan perilaku moral siswa terlihat
heteronom menunjukkan kepedulian pada orang pada perubahan skor rata-rata. Perbedaan pretest
lain karena perintah dari orang lain. Pada dan posttest perilaku moral siswa kelas
indikator membimbing orang lain mengerjakan eksperimen yang disajikan pada tabel 4.5 sebagai
tugas yang berada pada klasifikasi otonom 126 berikut.
siswa, artinya siswa mampu membimbing orang
Std. Error
Kelas Eksperimen Mean N Std. Deviation
Mean
Pair 1 Pretest 226.89 35 25.438 4.300
Posttest 232.49 35 31.070 5.252
Hasil perhitungan rerata pre-test dan sosial atau adanya peningkatan perilaku moral
post-test kelas eksperimen menunjukkan rata-rata siswa di kelas eksperimen.
skor pretest yang didapatkan sebesar 226,89 Sedangkan perbedaan pretest dan
sedangkan rata-rata posttest sebesar 232,49. posttest perilaku moral siswa pada kelas kontrol
Hasil rata-rata skor menunjukkan bahwa ada disajikan pada tabel 5 sebagai berikut.
perubahan setelah diberikan bimbingan pribadi-
Hasil perhitungan rerata pre-test dan dengan membandingkan antara gain skor posttest
post-test kelas kontrol menunjukkan rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji
skor pretest yang didapatkan sebesar 227,63 Independent T Test gain score digunakan dengan
sedangkan rata-rata post-test sebesar 229,40. asumsi hasil analisis pretest kelompok
Hasil rata-rata skor menunjukkan bahwa adanya eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi
peningkatan perilaku moral siswa di kelas normal dan homogen (Sugiyono, 2016, hlm.
kontrol. 212). Hasil Uji Independent T Test dapat dilihat
Selanjutnya dilakukan uji Independent T pada tabel berikut.
Std. Error
Kelas Kontrol Mean N Std. Deviation
Mean
Pair 1 Pretest 227.63 35 26.210 4.430
Posttest 229.40 35 22.673 3.832
Test gain score untuk menguji hipotesis. Caranya
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Std. Confidence
Sig. Mean Error Interval of the
(2- Differe Differenc Difference
F Sig. t Df tailed) nce e Lower Upper
gain Equal
-
skor variances .860 .357 1.440 68 .154 .07857 .05456 .18743
.03029
assumed
Equal
-
variances not 1.440 61.530 .155 .07857 .05456 .18764
.03050
assumed
Jannah, Supriatna., Bimbingan Pribadi Sosial... | 60
Berdasarkan hasil uji independent t test perubahan skor pada aspek dan indikator perilaku
gain score pada tabel 6 nilai Sig (2 tailed) sebesar moral siswa kelas eksperimen sebelum dan
0,154. Karena 0,154 > 0,05 maka diperoleh hasil sesudah memperoleh bimbingan pribadi-sosial
bahwa hipotesis penelitian ditolak. Dengan menggunakan gain score dengan bantuan SPSS
demikian bimbingan pribadi-sosial tidak efektif 22 for Windows.
untuk mengembangkan perilaku moral siswa.
Setelah dilakukan pengolahan data
secara keseluruhan, berikut dipaparkan
Tabel 7. Akumulasi uji efektivitas bimbingan pribadi-sosial Terhadap peningkatan tiap indikator
perilaku moral kelompok eksperimen
Berdasarkan hasil analisis data pretest pribadi-sosial terhadap perilaku moral yang
dan posttest pada setiap indikator perilaku moral terlihat pada rata-rata perubahan skor perilaku
siswa, terdapat 2 indikator yang tidak signifikan, moral yang dialami oleh siswa. Dibandingkan
indikator yang dimaksud yaitu: 1) memahami kelompok kontrol, siswa pada kelompok
peraturan sekolah nilai Sig (2 tailed) sebesar eksperimen lebih banyak mengalami kenaikan
0,477 > 0,05, dan 2) mempertimbangkan dampak rata-rata skor perilaku moral meskipun hasilnya
berbohong nilai Sig (2 tailed) sebesar 0,869 > bervariasi pada setiap siswa.
0,05. Kesimpulannya memahami peraturan Secara teoretik, perkembangan moral
sekolah dan mempertimbangkan dampak otonom muncul pada saat anak berumur 10
berbohong tidak efektif untuk mengembangkan sampai 12 tahun, anak mendefiniskan bohong
perilaku moral siswa. sebagai “pernyataan salah yang dikatakan
Berdasarkan uji efektivitas hasilnya sengaja”. Oleh karena itu, pada usia remaja
bimbingan pribadi-sosial tidak efektif untuk individu sudah dapat berpikir otonom karena
mengembangkan perilaku moral siswa. pada usia 13-14 tahun siswa berada pada tahap
Ketidakefektifan terjadi karena tidak ada operasional formal. Namun, faktanya dalam
keselarasan antara teori perilaku moral yang penelitian siswa kelas VIII yang berumur 13-14
digunakan dengan teori bimbingan pribadi- tahun masih terdapat 99 siswa yang berada pada
sosial. Program bimbingan pribadi-sosial disusun tahap semiotonom yakni berperilaku moral
bukan berdasarkan teori melainkan berdasarkan berdasarkan pengaruh dari orang lain. Fakta yang
kebijakan departemen pendidikan nasional yang ditemukan, sejalan dengan penelitian maupun
dijadikan acuan dalam penyusunan program. studi yang menemukan bahwa banyak siswa
Tetapi, terdapat pengaruh antara bimbingan bahkan mahasiswa walaupun usianya telah
61 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 4 No.2 Juni 2018
melampaui, belum dapat melakukan formal moral terbentuk berdasarkan pengalaman remaja
operation (Budiningsih, 2004, 40). meniru dan mengimitasi perilaku orang dewasa
Pengujian efektivitas bimbingan pribadi- di lingkungannya. Pembentukan perilaku moral
sosial juga dilakukan berdasarkan indikator ditentukan kemampuan remaja mengatur dirinya,
perilaku moral melalui uji gain score, untuk mengontrol perilaku yang sesuai dengan
menegaskan bahwa bimbingan pribadi-sosial harapan masyarakat.
dapat mengembangkan indikator menerapkan Perlunya reinforcement pada setiap
kewajiban sebagai seorang anak, membantu perilaku remaja karena terkadang remaja masih
orang lain dengan tulus, membagi/berbagi perlu diingatkan atau dikuatkan perilakunya.
informasi, menunjukkan kepedulian pada orang Perkembangan moral dapat berlangsung melalui
lain, dan membimbing orang lain mengerjakan beberapa cara, diantaranya melalui pendidikan
tugas. Tetapi juga ditemukan dua indikator yang langsung, yaitu melalui penanaman pengertian
tidak efektif yaitu indikator memahami peraturan tentang tingkah laku yang benar dan salah, atau
sekolah dan mempertimbangkan dampak baik dan buruk oleh orangtua, guru atau orang
berbohong. Indikator memahami peraturan dewasa lainnya. Di samping itu, yang paling
sekolah termasuk dalam konsep perkembangan penting dalam pendidikan moral adalah
kesadaran akan peraturan. Menurut Piaget keteladanan dari orang tua, guru atau orang
keyakinan seluruh moralitas terkandung dalam dewasa lainnya dalam melakukan perilaku moral.
sistem peraturan, dari hakikat seluruh moralitas Kedua, melalui identifikasi, yaitu dengan cara
harus dicari dalam sikap hormat terhadap mengidentifikasi atau meniru penampilan atau
peraturan (Duska & Whelan, 1982, 18). Jika tingkah laku moral seseorang yang menjadi
demikian, tindakan moral pada indikator idolanya (seperti orang tua, guru, kiayi, artis, atau
memahami peraturan sekolah adalah bagaimana orang dewasa lainnya). Terakhir, melalui proses
pikiran individu sampai pada sikap hormat coba-coba (trial & error), yaitu dengan cara
terhadap suatu aturan. Dengan kata lain sejauh mengembangkan perilaku moral secara coba-
mana peraturan dianggap sebagai sesuatu yang coba. Perilaku yang mendatangkan pujian atau
membatasi tingkah laku. Upaya yang dapat penghargaan akan terus di kembangkan,
dilakukan pada indikator memahami peraturan sementara perilaku yang mendatangkan hukuman
sekolah menurut Piaget melalui permainan atau celaan akan dihentikannya (Yusuf, 2011,
kooperatif dan kematangan kognitif yang lebih hlm. 134).
besar.
Pada indikator mempertimbangkan SIMPULAN DAN SARAN
dampak berbohong termasuk dalam konsep
pertimbangan tentang benar dan salah yang Berdasarkan hasil penelitian yang
menurut Piaget, ada periode di mana peraturan diperoleh disimpulkan bahwa penelitian
moral dianggap sebagai suci dan tidak dapat bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan
diganggu gugat, dan di mana pelaksanaan perilaku moral siswa menggunakan metode
peraturan bersifat egosentris, yaitu melalui diskusi dan latihan, berjumlah 35 siswa kelas
meniru apa yang dilihat. Periode pemahaman VIII F SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran
peraturan moral seperti itu oleh Piaget disebut 2017/2018 melalui tahapan studi pendahuluan,
periode realisme moral, yang didefinisikan pengembangan instrumen, uji kelayakan
sebagai kecenderungan melihat kewajiban dan instrumen, pengembangan bimbingan pribadi-
nilainya sebagai suatu yang berdiri sendiri dan sosial, uji kelayakan bimbingan pribadi-sosial,
ada di luar akal manusia, sebagai sesuatu yang dan uji coba bimbingan pribadi sosial. Hasil
memaksa entah bagaimana keadaan seseorang penelitian menunjukkan bimbingan pribadi-
(Duska & Whelan, 1982, 25). Upaya yang dapat sosial untuk mengembangkan perilaku moral
dilakukan pada indikator mempertimbangkan siswa secara umum tidak efektif, sedangkan
dampak berbohong menurut Piaget dengan secara khusus terdapat lima indikator yang
menjelaskan seberapa jeleknya berbohong dan signifikan, yakni; 1) menerapkan kewajiban
alasan-alasan sebab apa orang tidak boleh sebagai seorang anak; 2) membantu orang lain
berbohong melalui cerita dilemma moral. dengan tulus; 3) membagi/berbagi informasi; 4)
Sejalan dengan pendapat Bandura menunjukkan kepedulian pada orang lain; 5)
(Santrock, 2015) yang menganggap remaja yang membimbing orang lain mengerjakan tugas, dan
memiliki kematangan kognitif yang tinggi belum dua indikator yang tidak signifikan, yakni; 1)
tentu dapat berperilaku moral, sehingga perilaku
Jannah, Supriatna., Bimbingan Pribadi Sosial... | 62