Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling

Volume 4 Nomor 2 Juni 2018. Hal 54-62


p-ISSN: 2443-2202 e-ISSN: 2477-2518
Homepage: http://ojs.unm.ac.id/index.php/JPPK
DOI: http://dx.doi.org/10.26858/jpkk.v4i1.5644

Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Mengembangkan


Perilaku Moral Siswa
Raodhatul Jannah
Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Indonesia
Email: raodhatul18@gmail.com

Mamat Supriatna
Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Indonesia
Email: mamatsupriatna@gmail.com

(Diterima: 08-April-2018; direvisi: 16-Mei-2018; dipublikasikan: 27-Juni-2018)

Abstract: The research is aimed to produce an effective social-personal guidance to develop


students' moral behavior. This research uses quantitative approach with quasi experimental
method and non-equivalent control group design to students class VIII of SMP Negeri 26
Bandung. Data analysis techniques used to find out the effectiveness of personal-social
guidance in developing the moral behavior of students in SMP Negeri 26 Bandung Academic
Year 2017/2018, include: 1) normality test; 2) homogeneity test; and 3) independent t test.
The results show that in general social-personal guidance is not effective in developing
students' moral behavior. But in particular there are five significant indicators, which is; 1)
impose obligations as a child; 2) help others sincerely; 3) share / share information; 4) show
concern for others; 5) guiding others to the task, and two insignificant indicators, namely; 1)
understanding school rules; 2) consider the impact of lying.

Keywords: Moral Behavior; Personal-Social Guidance.

Abstrak: Penelitian bertujuan untuk menghasilkan bimbingan pribadi-sosial yang efektif


untuk mengembangkan perilaku moral siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen dan desain non-equivalent control group design
terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung. Teknik analisis data yang digunakan
untuk mengetahui gambaran efektivitas bimbingan pribadi-sosial dalam mengembangkan
perilaku moral siswa di SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2017/2018, meliputi: 1) uji
normalitas; 2) uji homogenitas; dan 3) uji independent t test. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara umum bimbingan pribadi-sosial tidak efektif dalam mengembangkan perilaku
moral siswa. Namun secara khusus terdapat lima indikator yang signifikan, yakni; 1)
menerapkan kewajiban sebagai seorang anak; 2) membantu orang lain dengan tulus; 3)
membagi/berbagi informasi; 4) menunjukkan kepedulian pada orang lain; 5) membimbing
orang lain mengerjakan tugas, dan dua indikator yang tidak signifikan, yakni; 1) memahami
peraturan sekolah; 2) mempertimbangkan dampak berbohong.

Kata Kunci: Perilaku Moral, Bimbingan Pribadi-Sosial

Copyright © 2018 Universitas Negeri Makassar.. This is an open access article under the CC
BY-NC-ND license (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).

54
55 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 4 No.2 Juni 2018

PENDAHULUAN marah 62,50%, menonton film porno 11,69%,


penggunaaan uang SPP untuk kepentingan lain
Setiap tahapan perkembangan moral 9,26%, sebagai kelompok geng 8,80%, terlibat
individu selalu dihubungkan dengan tawuran 8,33%, menyontek saat ulangan 6,94%,
perkembangan perilaku moral. Moral adalah mengganggu orang lewat 5,56%, memalsu tanda
ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan tangan presensi 5,56%, membaca buku porno
kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya 3,24%.
(Purwadarminto, 1950,957). Moral diatur segala Penting bagi siswa berperilaku moral
perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh
serta sesuatu perbuatan yang dinilai tidak baik keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan
dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan (Asrori & Ali, 2014,136). Perilaku moral
kemampuan seseorang untuk membedakan mendukung kemampuan perkembangan pribadi
antara perbuatan yang benar dan yang salah. dan sosial siswa. Pada aspek perkembangan
Dengan demikian, moral juga mendasari dan pribadi sosial, layanan bimbingan membantu
mengendalikan seseorang dalam bersikap dan siswa agar memiliki pemahaman diri,
berperilaku. mengembangkan sikap positif, membuat pilihan
Individu dikatakan bermoral apabila kegiatan yang sehat, mampu menghargai orang
perilaku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai lain, memiliki rasa tanggung jawab,
moral yang dijunjung tinggi. Pada masa remaja, mengembangkan keterampilan hubungan antar
individu harus mengendalikan perilakunya pribadi, dapat menyelesaikan masalah dan dapat
sendiri agar sesuai dengan norma dan nilai yang membuat keputusan secara baik.
berlaku di masyarakat, yang mana sebelumnya Dalam tulisan ini, secara konseptual
menjadi tanggung jawab guru dan orang tua. perilaku moral dapat diartikan dalam dua istilah
Perilaku moral adalah perilaku yang dilandasi yakni moral action dan moral behavior. Menurut
atau dipikirkan sebelumnya oleh pelaku, berupa Piaget (Blasi, 1983) perilaku moral disebut
alasan dan motivasi yang bernilai moral sebagai moral action (tindakan moral)
(Kurtines & Gerwitz, 1992). Sebaliknya suatu merupakan tindakan yang didahului oleh
tindakan tidak dapat dipandang sebagai perilaku pengetahuan moral tentang benar atau salah.
moral, apabila perilaku tidak dipikirkan oleh Selanjutnya Piaget (Duska & Whelan, 1982)
pelaku. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep- mengembangkan aspek dan indikator tindakan
konsep moral, peraturan perilaku yang menjadi moral yaitu: a) perkembangan kesadaran akan
kebiasaan bagi anggota, suatu budaya dan yang peraturan, mencakup indikator tidak koersif, suci
menentukan pola perilaku yang diharapkan dari (tidak dapat di ganggu gugat), peralihan,
seluruh anggota kelompok (Hurlock, 2011. 420). modifikasi, b) erkembangan pelaksanaan
Menurut Hurlock (Alwi, 2011) peraturan, mencakup indikator aktivitas motorik,
pelanggaran perilaku moral pada remaja awal egosentris, kerjasama, kodifikasi, c)
yang umum terjadi di sekolah antara lain: pertimbangan tentang benar dan salah, mencakup
mencuri, menipu, berbohong, menggunakan indikator perkataan salah yang dikatakan dengan
kata-kata kotor dan kasar, merusak milik sekolah, sengaja, sesuatu yang tidak sungguh-sungguh
membolos, mengganggu anak yang lain dengan benar, sesuatu yang tidak benar termasuk
mengejek, menggertak, menciptakan gangguan, kekeliruan, perkataan yang nakal, d) persepsi
membaca komik atau mengunyah permen saat tentang keadilan, mencakup indikator keadilan
pelajaran, berbisik-bisik, melucu, membuat retributif, tanggung jawab kelompok atau
gaduh di kelas, berkelahi dengan teman sekelas, solidaritas, keadilan imanen, keadilan distributif.
dan minum obat-obat terlarang. Perilaku moral disebut oleh Bandura
Sejalan dengan bentuk pelanggaran (1990) sebagai moral behavior yang merupakan
perilaku moral remaja awal yang dipaparkan hasil dari moral knowing dan moral feeling.
Hurlock, berikut hasil penelitian bentuk-bentuk Menurut Bandura (Grusec, 2006) perilaku moral
perilaku moral siswa SMP di Kota Yogyakarta adalah perilaku positif dan negatif dari perilaku
yang dilakukan oleh Saliman (2015). Populasi prososial dan antisosial yang ditentukan dari
penelitian adalah siswa SMP kelas 9, baik negeri penguatan, hukuman, dan imitasi. Perilaku moral
maupun swasta sebanyak 1624 siswa dengan melibatkan aspek-aspek negatif dari perilaku
sampel penelitian 216 siswa. Pulang ke rumah mencontek, berbohong, dan mencuri. Aspek-
terlambat 81,01%, berbohong kepada orang aspek positif termasuk membantu, berbagi,
tua/orang lain 68,52%, berbuat ulah sehinga guru
Jannah, Supriatna., Bimbingan Pribadi Sosial... | 56

menghibur, membimbing, menyelamatkan, dan Murro dan Kottman (1995) menegaskan


membela orang lain (Steinberg, 2011). elemen penting dalam aspek pribadi-sosial
Perilaku moral merujuk kepada aspek adalah mengembangkan konsep diri secara
perilaku prososial dan perilaku antisosial, yang positif (developing a positive self concept) dan
dijabarkan sebagai berikut: a) perilaku prososial mengembangkan keahlian sosial secara tepat
mencakup indikator membantu, berbagi, (developing appropriate social skills). American
menghibur, membimbing, menyelamatkan, dan School Counselor Association (L. Bowers & A.
membela orang lain, b) perilaku antisosial Hatch, 2002) menetapkan tujuan bimbingan
mencakup indikator mencuri, mencontek, dan pribadi-sosial untuk pencapaian keterampilan
berbohong. siswa dalam membuat keputusan, menentukan
Kurtines & Gerwitz (1984) menjelaskan tujuan, dan mengambil tindakan yang diperlukan
perilaku moral merupakan suatu perbuatan yang untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan yang
diatur oleh aturan tertentu berdasarkan perspektif dimaksud untuk memperoleh sikap, pengetahuan
dari perilaku prososial. Perilaku moral merujuk dan keterampilan interpersonal untuk membantu
pada aspek perilaku prososial yang dijabarkan memahami dan menghormati diri sendiri dan
sebagai berikut: a) perilaku berbagi atau orang lain.
memberi, mencakup indikator berbagi waktu, Bimbingan pribadi-sosial untuk
berbagi materi materi, dan berbagi informasi, b) mengembangkan perilaku moral siswa dalam
perilaku membantu, mencakup indikator penelitian ini diartikan sebagai program yang
menyelamatkan, membela, atau memindahkan diberikan oleh konselor untuk membantu
penyebab stress. individu dalam mengembangkan perilaku positif
Berdasarkan pemaparan beberapa ahli, serta memecahkan masalah-masalah sosial, yang
esensi perilaku moral adalah tindakan yang menekankan pada pendekatan kognitif dan
berbentuk perilaku prososial dan antisosial di perilau agar siswa mampu menerapkan perilaku
kehidupan sehari-hari. Aspek perilaku moral moral dalam kehidupan sehari-hari. Struktur
meliputi; a) pengetahuan artinya individu bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan
memiliki kesadaran, pertimbangan, dan persepsi perilaku moral siswa mengacu pada Depdiknas
mengenai tindakan moral. Secara rinci (2016) yakni; rasional, deskripsi kebutuhan,
indikatornya adalah: memandang peraturan tujuan, sasaran, struktur dan tahapan, dan
sebagai hasil pemufakatan bersama, memandang evaluasi.
perlu adanya penentuan peraturan, perkataan Adapun tujuan umum penelitian untuk
salah yang dikatakan dengan sengaja, menghasilkan bimbingan pribadi-sosial yang
menerapkan konsep hak dan kewajiban, b) efektif untuk mengembangkan perilaku moral
perbuatan artinya perilaku positif dan negatif, siswa.
indikatornya meliputi: membantu, berbagi,
menghibur, membimbing, berbohong, dan METODE
mencuri.
Pendekatan yang digunakan dalam
Bimbingan pribadi-sosial dapat
penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Desain
mengembangkan perilaku moral siswa, hal ini
kuasi eksperimen yang digunakan Non
didasarkan pada aspek moral merupakan aspek
Equivalent Control Group Design. Pendekatan
pribadi dan sosial. Yusuf dan Nurihsan (2014,
kuantitatif digunakan dalam pemaparan tentang
11) mengemukakan bahwa yang tergolong dalam
profil perilaku moral siswa dan pemaparan
masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah
tentang gambaran efektifitas bimbingan pribadi-
hubungan dengan teman, lingkungan pendidikan
sosial untuk mengembangkan perilaku moral.
dan masyarakat tempat tinggal mereka, dan
Sehingga pendekatan ini dapat menjawab
penyelesaian konflik. Indikator-indikator yang
hipotesis penelitian secara spesifik.
terdapat pada masalah pribadi dan sosial remaja
Populasi dalam penelitian adalah seluruh
(siswa) antara lain yaitu, kurang memiliki sabar
siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung yang
dan bersyukur, memiliki kebiasaan berbohong,
berjumlah 204 siswa. Pengambilan sampel
menyontek, kurang disiplin, kurang menyenangi
penelitian dengan menggunakan teknik
kritikan orang lain, dan tidak etis dalam
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan
pergaulan (Yusuf, 2011). Unsur-unsur dalam
sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
aspek pribadi-sosial secara substansi
2015). Dasar pertimbangan pengambilan sampel
mencerminkan atau mengandung nilai-nilai
dalam penelitian adalah 35 siswa di kelas VIII F,
moral yang secara silogis memiliki pengaruh.
57 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 4 No.2 Juni 2018

berdasarkan instrumen perilaku moral kelas lapangan terbatas untuk mengetahui validitas dan
tersebut skor rata-rata perilaku moral terendah, reliabilitas. Instrumen penelitian dikatakan
dan kelas VIII H pada kelompok kontrol. reliabel karena memiliki koefisien alpha 0,907
Instrumen perilaku moral yang dengan derajat keterandalan sangat tinggi.
digunakan merupakan instrumen yang Teknik analisis data menggunakan uji
dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori independent t test.
moral action oleh Jean Piaget dan moral
behavior oleh Albert Bandura dan Kurtinez &
Gerwitz. Tahap-tahap pengembangan instrumen HASIL DAN PEMBAHASAN
meliputi penyusunan definisi konseptual, definisi
Hasil penelitian dijelaskan sebagai
operasional, kisi-kisi instrument, pedoman
berikut.
skoring dan penafsiran, serta pengujian
instrumen. Pengujian instrumen diujicobakan di

Tabel 1. Profil Umum Perilaku Moral Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran
2017/2018

Kategori Interval Profil


Otonom X > 220 105 Siswa
Semiotonom 140 ≤ X ≤ 220 99 Siswa
Heteronom X < 140 0 Siswa
Jumlah 204 Siswa

Berdasarkan tabel 1, mayoritas 105 siswa dengan situasi dan kondisi yang baik. Siswa
memiliki perilaku moral pada kategori otonom, bertindak dengan mempertimbangkan intensi
sisanya 99 siswa berada pada proporsi kategori pelaku dan konsekuensinya. Kemudian pada
semiotonom dan tidak ada siswa yang berada kategori heteronom artinya, siswa cenderung
pada kategori heteronom. Perilaku moral siswa menerima begitu saja segala aturan yang
kategori semiotonom artinya, siswa memahami diberikan oleh orang-orang yang dianggap
bahwa aturan yang berasal dari luar dirinya dapat kompeten. Peraturan dipahami sebagai sesuatu
diubah menurut aturan-aturan yang dibuat yang tidak dapat diubah.
olehnya, tetapi siswa belum dapat melepaskan Setelah dipaparkan profil perilaku moral
diri dari pengaruh orang lain. Selanjutnya secara umum, berikutnya disampaikan
perilaku moral siswa pada kategori otonom berdasarkan aspek dan indikator perilaku moral
artinya, siswa mampu berpikir perlunya sebagaimana tampak pada tabel berikut.
memodifikasi aturan-aturan untuk disesuaikan

Tabel 2. Profil Perilaku Moral Siswa Berdasarkan Aspek Pengetahuan


Profil
Aspek Indikator
Otonom Semiotonom Heteronom
Memahami peraturan
185 19 0
sekolah
Mempertimbangkan
Pengetahuan 185 19 0
dampak berbohong
Menerapkan kewajiban
146 58 0
sebagai seorang anak

Berdasarkan tabel 2, pada indikator semiotonom dapat memahami peraturan sekolah


memahami peraturan sekolah yang berada pada dengan pengaruh orang lain. Pada indikator
klasifikasi otonom 185 siswa, artinya siswa mempertimbangkan dampak berbohong yang
mampu memahami peraturan sekolah tanpa berada pada klasifikasi otonom 185 siswa,
adanya pengaruh dari orang lain, sedangkan pada artinya siswa mampu mempertimbangkan
19 siswa yang berada pada klasifikasi dampak dari berbohong dengan memodifikasi
Jannah, Supriatna., Bimbingan Pribadi Sosial... | 58

pikirannya tanpa pengaruh dari orang lain, menerapkan kewajiban sebagai seorang anak
sedangkan 19 siswa pada klasifikasi semiotonom dengan penuh kesadaran diri, sedangkan 58 siswa
mampu mempertimbangkan dampak berbohong pada klasifikasi semiotonom mampu menerapkan
karena dengan adanya pengaruh dari orang lain. kewajiban sebagai seorang anak atas pengaruh
Pada indikator menerapkan kewajiban sebagai dari orang lain.
seorang anak yang berada pada klasifikasi Selanjutnya pada aspek perbuatan dapat
otonom 146 siswa, artinya siswa mampu dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Profil Perilaku Moral Siswa Berdasarkan Aspek Perbuatan


Profil
Aspek Indikator
Otonom Semiotonom Heteronom
Membantu orang lain
20 172 12
dengan tulus
Membagi/berbagi
72 120 12
informasi
Perbuatan Menunjukkan
kepedulian kepada 80 121 3
orang lain
Membimbing orang lain
126 78 0
mengerjakan tugas

Berdasarkan tabel 3, pada indikator lain mengerjakan tugas dengan penuh rasa
membantu orang lain dengan tulus yang berada tanggung jawab, 78 siswa pada klasifikasi
pada klasifikasi otonom 20 siswa, artinya siswa semiotonom membimbing orang lain
membantu orang lain dengan tulus tanpa mengerjakan tugas atas dasar pengaruh orang
pengaruh orang lain melainkan kesadaran diri lain.
akan membantu orang lain. Sedangkan 172 siswa Hasil uji statistik bimbingan pribadi-
pada klasifikasi semiotonom membantu orang sosial bertujuan sebagai upaya memperoleh
lain berdasarkan pengaruh dari orang lain dan 12 keyakinan data empirik tentang pengaruh
siswa pada klasifikasi heteronom membantu intervensi yang dilakukan terhadap
orang lain bukan karena keinginan tulus pengembangan perilaku moral siswa. Prosedur
membantu melainkan atas perintah dari orang yang ditempuh untuk mengetahui keberhasilan
lain. Pada indikator membagi/berbagi informasi bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan
yang berada pada klasifikasi otonom 72 siswa, perilaku moral siswa dengan pengujian hipotesis.
artinya siswa mampu membagi/berbagi Hipotesis dirumuskan “bimbingan pribadi-sosial
informasi, 120 siswa pada klasifikasi efektif untuk mengembangkan perilaku moral
semiotonom membagi/berbagi informasi siswa”. Hasil data memenuhi asumsi normalitas
berdasarkan pengaruh dari orang lain, dan 12 dan homogenitas maka digunakan uji t
siswa pada klasifikasi heteronom (Independent t test) gain score. Hipotesis yang
membagi/berbagi informasi atas perintah dari diuji pada penelitian adalah:
orang lain. Pada indikator menunjukkan Ha = bimbingan pribadi-sosial efektif untuk
kepedulian kepada orang lain yang berada pada mengembangkan perilaku moral siswa.
klasifikasi otonom 80 siswa, artinya siswa Berdasarkan skor rata-rata bimbingan
mampu berlaku empati pada orang lain, 121 pribadi-sosial untuk mengembangkan perilaku
siswa pada klasifikasi semiotonom menunjukkan moral siswa memiliki daya pengaruh yang baik,
kepedulian pada orang lain berdasarkan pengaruh yaitu dapat mengembangkan perilaku moral
orang lain, dan 3 siswa pada klasifikasi siswa. Peningkatan perilaku moral siswa terlihat
heteronom menunjukkan kepedulian pada orang pada perubahan skor rata-rata. Perbedaan pretest
lain karena perintah dari orang lain. Pada dan posttest perilaku moral siswa kelas
indikator membimbing orang lain mengerjakan eksperimen yang disajikan pada tabel 4.5 sebagai
tugas yang berada pada klasifikasi otonom 126 berikut.
siswa, artinya siswa mampu membimbing orang

Tabel 4. Hasil Perhitungan Rerata Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen


59 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 4 No.2 Juni 2018

Std. Error
Kelas Eksperimen Mean N Std. Deviation
Mean
Pair 1 Pretest 226.89 35 25.438 4.300
Posttest 232.49 35 31.070 5.252

Hasil perhitungan rerata pre-test dan sosial atau adanya peningkatan perilaku moral
post-test kelas eksperimen menunjukkan rata-rata siswa di kelas eksperimen.
skor pretest yang didapatkan sebesar 226,89 Sedangkan perbedaan pretest dan
sedangkan rata-rata posttest sebesar 232,49. posttest perilaku moral siswa pada kelas kontrol
Hasil rata-rata skor menunjukkan bahwa ada disajikan pada tabel 5 sebagai berikut.
perubahan setelah diberikan bimbingan pribadi-

Tabel 5. Hasil Perhitungan Rerata Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol

Hasil perhitungan rerata pre-test dan dengan membandingkan antara gain skor posttest
post-test kelas kontrol menunjukkan rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji
skor pretest yang didapatkan sebesar 227,63 Independent T Test gain score digunakan dengan
sedangkan rata-rata post-test sebesar 229,40. asumsi hasil analisis pretest kelompok
Hasil rata-rata skor menunjukkan bahwa adanya eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi
peningkatan perilaku moral siswa di kelas normal dan homogen (Sugiyono, 2016, hlm.
kontrol. 212). Hasil Uji Independent T Test dapat dilihat
Selanjutnya dilakukan uji Independent T pada tabel berikut.
Std. Error
Kelas Kontrol Mean N Std. Deviation
Mean
Pair 1 Pretest 227.63 35 26.210 4.430
Posttest 229.40 35 22.673 3.832
Test gain score untuk menguji hipotesis. Caranya

Tabel 6. Tabel Hasil Uji Independent T test Gain Score

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Std. Confidence
Sig. Mean Error Interval of the
(2- Differe Differenc Difference
F Sig. t Df tailed) nce e Lower Upper
gain Equal
-
skor variances .860 .357 1.440 68 .154 .07857 .05456 .18743
.03029
assumed
Equal
-
variances not 1.440 61.530 .155 .07857 .05456 .18764
.03050
assumed
Jannah, Supriatna., Bimbingan Pribadi Sosial... | 60

Berdasarkan hasil uji independent t test perubahan skor pada aspek dan indikator perilaku
gain score pada tabel 6 nilai Sig (2 tailed) sebesar moral siswa kelas eksperimen sebelum dan
0,154. Karena 0,154 > 0,05 maka diperoleh hasil sesudah memperoleh bimbingan pribadi-sosial
bahwa hipotesis penelitian ditolak. Dengan menggunakan gain score dengan bantuan SPSS
demikian bimbingan pribadi-sosial tidak efektif 22 for Windows.
untuk mengembangkan perilaku moral siswa.
Setelah dilakukan pengolahan data
secara keseluruhan, berikut dipaparkan

Tabel 7. Akumulasi uji efektivitas bimbingan pribadi-sosial Terhadap peningkatan tiap indikator
perilaku moral kelompok eksperimen

Aspek Indikator Perilaku Skor Pre- Skor Gain Sig 2


Ket
Moral test Post-test Score (tailed)
Memahami peraturan
37,11 37,42 0,039 0,477 Tdk Sig
sekolah
Mempertimbangkan
24,11 24,15 0,006 0,869 Tdk Sig
Pengetahuan dampak berbohong
Menerapkan
kewajiban sebagai 39,82 48,62 0,844 0,000 Sig
seorang anak
Membantu orang lain
31,74 33,11 0,075 0,037 Sig
dengan tulus
Membagi/berbagi
19,97 22,02 0,204 0,045 Sig
informasi
Perbuatan Menunjukkan
kepedulian pada orang 34,42 36,11 0,159 0,028 Sig
lain
Membimbing orang
31,57 38,59 0,832 0,000 Sig
lain mengerjakan tugas
* α = 0,05

Berdasarkan hasil analisis data pretest pribadi-sosial terhadap perilaku moral yang
dan posttest pada setiap indikator perilaku moral terlihat pada rata-rata perubahan skor perilaku
siswa, terdapat 2 indikator yang tidak signifikan, moral yang dialami oleh siswa. Dibandingkan
indikator yang dimaksud yaitu: 1) memahami kelompok kontrol, siswa pada kelompok
peraturan sekolah nilai Sig (2 tailed) sebesar eksperimen lebih banyak mengalami kenaikan
0,477 > 0,05, dan 2) mempertimbangkan dampak rata-rata skor perilaku moral meskipun hasilnya
berbohong nilai Sig (2 tailed) sebesar 0,869 > bervariasi pada setiap siswa.
0,05. Kesimpulannya memahami peraturan Secara teoretik, perkembangan moral
sekolah dan mempertimbangkan dampak otonom muncul pada saat anak berumur 10
berbohong tidak efektif untuk mengembangkan sampai 12 tahun, anak mendefiniskan bohong
perilaku moral siswa. sebagai “pernyataan salah yang dikatakan
Berdasarkan uji efektivitas hasilnya sengaja”. Oleh karena itu, pada usia remaja
bimbingan pribadi-sosial tidak efektif untuk individu sudah dapat berpikir otonom karena
mengembangkan perilaku moral siswa. pada usia 13-14 tahun siswa berada pada tahap
Ketidakefektifan terjadi karena tidak ada operasional formal. Namun, faktanya dalam
keselarasan antara teori perilaku moral yang penelitian siswa kelas VIII yang berumur 13-14
digunakan dengan teori bimbingan pribadi- tahun masih terdapat 99 siswa yang berada pada
sosial. Program bimbingan pribadi-sosial disusun tahap semiotonom yakni berperilaku moral
bukan berdasarkan teori melainkan berdasarkan berdasarkan pengaruh dari orang lain. Fakta yang
kebijakan departemen pendidikan nasional yang ditemukan, sejalan dengan penelitian maupun
dijadikan acuan dalam penyusunan program. studi yang menemukan bahwa banyak siswa
Tetapi, terdapat pengaruh antara bimbingan bahkan mahasiswa walaupun usianya telah
61 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 4 No.2 Juni 2018

melampaui, belum dapat melakukan formal moral terbentuk berdasarkan pengalaman remaja
operation (Budiningsih, 2004, 40). meniru dan mengimitasi perilaku orang dewasa
Pengujian efektivitas bimbingan pribadi- di lingkungannya. Pembentukan perilaku moral
sosial juga dilakukan berdasarkan indikator ditentukan kemampuan remaja mengatur dirinya,
perilaku moral melalui uji gain score, untuk mengontrol perilaku yang sesuai dengan
menegaskan bahwa bimbingan pribadi-sosial harapan masyarakat.
dapat mengembangkan indikator menerapkan Perlunya reinforcement pada setiap
kewajiban sebagai seorang anak, membantu perilaku remaja karena terkadang remaja masih
orang lain dengan tulus, membagi/berbagi perlu diingatkan atau dikuatkan perilakunya.
informasi, menunjukkan kepedulian pada orang Perkembangan moral dapat berlangsung melalui
lain, dan membimbing orang lain mengerjakan beberapa cara, diantaranya melalui pendidikan
tugas. Tetapi juga ditemukan dua indikator yang langsung, yaitu melalui penanaman pengertian
tidak efektif yaitu indikator memahami peraturan tentang tingkah laku yang benar dan salah, atau
sekolah dan mempertimbangkan dampak baik dan buruk oleh orangtua, guru atau orang
berbohong. Indikator memahami peraturan dewasa lainnya. Di samping itu, yang paling
sekolah termasuk dalam konsep perkembangan penting dalam pendidikan moral adalah
kesadaran akan peraturan. Menurut Piaget keteladanan dari orang tua, guru atau orang
keyakinan seluruh moralitas terkandung dalam dewasa lainnya dalam melakukan perilaku moral.
sistem peraturan, dari hakikat seluruh moralitas Kedua, melalui identifikasi, yaitu dengan cara
harus dicari dalam sikap hormat terhadap mengidentifikasi atau meniru penampilan atau
peraturan (Duska & Whelan, 1982, 18). Jika tingkah laku moral seseorang yang menjadi
demikian, tindakan moral pada indikator idolanya (seperti orang tua, guru, kiayi, artis, atau
memahami peraturan sekolah adalah bagaimana orang dewasa lainnya). Terakhir, melalui proses
pikiran individu sampai pada sikap hormat coba-coba (trial & error), yaitu dengan cara
terhadap suatu aturan. Dengan kata lain sejauh mengembangkan perilaku moral secara coba-
mana peraturan dianggap sebagai sesuatu yang coba. Perilaku yang mendatangkan pujian atau
membatasi tingkah laku. Upaya yang dapat penghargaan akan terus di kembangkan,
dilakukan pada indikator memahami peraturan sementara perilaku yang mendatangkan hukuman
sekolah menurut Piaget melalui permainan atau celaan akan dihentikannya (Yusuf, 2011,
kooperatif dan kematangan kognitif yang lebih hlm. 134).
besar.
Pada indikator mempertimbangkan SIMPULAN DAN SARAN
dampak berbohong termasuk dalam konsep
pertimbangan tentang benar dan salah yang Berdasarkan hasil penelitian yang
menurut Piaget, ada periode di mana peraturan diperoleh disimpulkan bahwa penelitian
moral dianggap sebagai suci dan tidak dapat bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan
diganggu gugat, dan di mana pelaksanaan perilaku moral siswa menggunakan metode
peraturan bersifat egosentris, yaitu melalui diskusi dan latihan, berjumlah 35 siswa kelas
meniru apa yang dilihat. Periode pemahaman VIII F SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran
peraturan moral seperti itu oleh Piaget disebut 2017/2018 melalui tahapan studi pendahuluan,
periode realisme moral, yang didefinisikan pengembangan instrumen, uji kelayakan
sebagai kecenderungan melihat kewajiban dan instrumen, pengembangan bimbingan pribadi-
nilainya sebagai suatu yang berdiri sendiri dan sosial, uji kelayakan bimbingan pribadi-sosial,
ada di luar akal manusia, sebagai sesuatu yang dan uji coba bimbingan pribadi sosial. Hasil
memaksa entah bagaimana keadaan seseorang penelitian menunjukkan bimbingan pribadi-
(Duska & Whelan, 1982, 25). Upaya yang dapat sosial untuk mengembangkan perilaku moral
dilakukan pada indikator mempertimbangkan siswa secara umum tidak efektif, sedangkan
dampak berbohong menurut Piaget dengan secara khusus terdapat lima indikator yang
menjelaskan seberapa jeleknya berbohong dan signifikan, yakni; 1) menerapkan kewajiban
alasan-alasan sebab apa orang tidak boleh sebagai seorang anak; 2) membantu orang lain
berbohong melalui cerita dilemma moral. dengan tulus; 3) membagi/berbagi informasi; 4)
Sejalan dengan pendapat Bandura menunjukkan kepedulian pada orang lain; 5)
(Santrock, 2015) yang menganggap remaja yang membimbing orang lain mengerjakan tugas, dan
memiliki kematangan kognitif yang tinggi belum dua indikator yang tidak signifikan, yakni; 1)
tentu dapat berperilaku moral, sehingga perilaku
Jannah, Supriatna., Bimbingan Pribadi Sosial... | 62

memahami peraturan sekolah; 2) Depdiknas. (2016). Panduan operasional


mempertimbangkan dampak berbohong. penyelenggaraan bimbingan dan
Rekomendasi penelitian diarahkan untuk konseling di sekolah menengah
mengembangkan program bimbingan pribadi- pertama (SMP).
sosial dengan menggunakan metode yang Kurtines, M. & Gerwitz, L. (1992). Moralitas,
berbeda, menyusun program bimbingan pribadi- perilaku moral, dan perkembangan
sosial berdasarkan teori, dan adanya prasyarat moral. Jakarta: UI-Press.
bagi siswa yang diberikan intervensi untuk L. Bowers & A. Hatch. (2002). The national
mematangkan kognitif melalui rekonstruksi model for school counseling program.
kognitif, agar tercapainya pengembangan moral American School Counselor
otonom melalui bimbingan pribadi-sosial. Bagi Association.
pengembangan penelitian selanjutnya perlu Muro, J. & Kottman, T. (1995). Guidance and
memperhatikan dari segi metode, instrumen counseling in elementery school and
penelitian, dan rancangan program bimbingan middle school. Iowa: Brown and
pribadi-sosial. Benchmark Publisher.
Saliman. (2015). Bentuk-bentuk kenakalan siswa
SMP di Kota Yogyakarta. JIPSINDO. 2
DAFTAR RUJUKAN
(2), hlm. 179-201.
Santrock, W. (2015). Adolescence. New York:
Asrori, M. & Ali, M. (2014). Psikologi remaja
McGraw-Hill.
perkembangan peserta didik. Jakarta:
Steinberg, L., Bornstein, M. H., Vandell, D. L.,
PT Bumi Aksara.
dan Rook, K. S. 2011. Life Span
Bandura, A. (1990). Selective activation and
Development. USA: Wadsworth
disengagement of moral control.
Cengange Learning
Journal of Social Issues.
Sugiyono. (2016). Metode penelitian kombinasi
Budiningsih, A. (2004). Belajar dan
(mixed methods). Bandung: Alfabeta.
pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit
Yusuf, S. (2011). Psikologi perkembangan anak
Rineka Cipta.
dan remaja. Bandung: PT Remaja
Duska & Whelan. (1982). (a.b Dwija Atmaka)
Rosdakarya.
Perkembangan moral : perkenalan
Yusuf, S. & Nurihsan, J. (2014). Landasan
dengan piaget dan kohlberg.
bimbingan & konseling. Bandung: PT
Yogyakarta : Kanisius.
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai