PENDAHULUAN
Laba akuntansi adalah salah satu informasi dari banyak informasi yang
digunakan oleh para investor untuk memperkirakan nilai suatu saham. Salah satu
pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur reaksi investor terhadap
informasi laba akuntansi adalah koefisien respon laba atau earning response
coeficient (BRC) (Daud dan Syarifuddin, 2008).
Struktur modal adalah penggunaan aset dan sumber daya oleh perusahaan
yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan
keuntungan potensial pemegang saham. Konsep struktur modal sangat penting
terutama untuk menunjukkan kepada analis keuangan dalam melihat trade off
antara resiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial.
Struktur modal perusahaan yang diproksikan dengan leverage berpengaruh negatif
terhadap koefisien respon laba (Dhaliwal et. al. 1991 dalam Nofianti, 2014). Pada
umumnya struktur modal yang diproksikan dengan besarnya leverage perusahaan
menyebabkan para investor menjadi kurang percaya terhadap laba yang
dipublikasikan oleh perusahaan, pada akhirnya akan mengakibatkan respon pasar
menjadi relative rendah yang mencerminkan laba suatu perusahaan kurang atau
tidak berkualitas.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Laporan Keuangan
1. Respon Laba
Cho dan Jung mendefinisikan ERC sebagai efek setiap dolar unexpected
earnings terhadap return saham, dan biasanya diukur dengan slope koefisien
dalam regresi abnormal return saham dan unexpected earning. Dengan demikian,
ERC merupakan koefisien yang menunjukkan besarnya reaksi pasar terhadap laba
akuntansi yang diumumkan perusahaan. Reaksi pasar diproksikan dengan
cumulative abnormal return (CAR), sedangkan laba akuntansi dipmksikan dengan
unexpected earning (UE). Besarnya BRC diperoleh dari regresi antara abnormal
return dan unexpected earning (Suaryana, 2007).
Secara teoritis, koefisien respon laba dibagi menjadi dua kategori; (1)
model yang berdasar pada pengukuran informasi ekonomi, (2) model yang
berdasar pada pengukuran laba time-series. Model pengestimasian koefisien
respon laba itu sendiri telah banyak dilakukan peneliti dengan regresi linear, yang
dalam sejumlah literatur akuntansi, regresi harga saham terhadap sejumlah
explanatory variables disebut price model, sedangkan regresi dari perubahan
harga saham terhadap sejumlah explanatory variables disebut return model
(Chiarella dan Gao, 2002 dalam Setyaningtyas, 2009 ).
2. Ketepatwaktuan (Timeliness)
1. Preliminary lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai penerimaan laporan akhir preleminary oleh bursa.
2. auditors report lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
3. Total lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa (Hilmi dan
Ali, 2008).
3. Konservatisme Akuntansi
2) Earning/accrual measures
Karakteristik dari konservatisme adalah nilai buku dari aset bersih yang
dilaporkan di laporan keuangan lebih rendah dibandingkan nilai pasarnya dalam
jangka panjang. Berbagai metoda pengukuran konservatisme yang digunakan
antara lain, ratio of market value to book value (mengindikasi neraca konservatif)
dan ratio of income from continuing operations to total assets (Wolk et al, 2004
dalam Mentari, 2012).
4. Leverage
Rasio leverage yaitu rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva
perusahaan dibiayai dari utang. Dengan mengetahui leverage ratio akan dapat
dinilai tentang : (a) posisi perusahaan terhadap seluruh kewajibanya kepada pihak
lain; (b) kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap;
(c) keseimbangan antara nilai aktiva tetap dengan modal. Leverage ratio antara
lain:
a. Debt to equity ratio, yaitu rasio antara total utang dengan modal sendiri.
Rasio ini menunjukkan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan utang. Bagi perusahaan makin besar rasio ini akan
semakin menguntungkan, tetapi bagi pihak bank makin besar rasio ini
berarti akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan
perusahaan yang mungkin terjadi.
b. Current ”abilities to net worth, yaitu rasio antara utang lancar dengan
modal sendiri. Rasio ini menunjukkan bahwa dana-dana pinjaman yang
segera akan ditagih ada sekian kalinya modal sendiri. Rasio ini sifatnya
sama dengan debt to equity ratio.
c. Tangible assets debt coverage, yaitu rasio antara aktiva tetap berwujud
dengan utang jangka panjang. Rasio ini menunjukkan besarnya setiap
rupiah aktiva tetap berwujud yang dipergunakan untuk menjamin utang
jangka panjang.
d. Long term debt to equity ratio, yaitu rasio antara modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang jangka panjang.
e. Debt service, yaitu rasio antara (EBIT minus pajak plus bunga) dengan
(angsuran kredit + bunga). EBIT = laba bersih sebelum pajak. Rasio ini
menunjukkan bahwa laba operasi ada sekian kalinya kewajiban membayar
angsuran kredit beserta bunganya. Maka kecil rasio ini maka rasio bank
semakin besar (Jumingan, 2011).
Ketepatanwaktu
penyampaian laporan
keuangan
Akan mempengaruhi
seorang investor dalam
melakukan investasi
Koefisien Respopn
Konservatisme (X2) Laba (ERC) (y)
Leverage (X3)
2.3 Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
Obyek penelitian ini adalah pada perusahaan yang termasuk kedalam Jakarta
Islamic Index tahun 2011-2016 yaitu perusahaan yang pernah termasuk kedalam
Jakarta Islamic Index dalam kurun waktu enam tahun yaitu dari tahun 2011-2016.
Populasi dan Sampel Penelitian
Nama hperusabaan 1 Astra A ro Lestari Tbk. ! Adaro Ener gag Tbk AKR Co
norindo Tbk
Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk gharoen Pokphand Indonesia Tbk. Energi
Mega Persada Tbk.
… XL Axiata Tbk. …“ Harum Energy Tbk Indofod CBP Sukses Makmur Tbk
Vale Indonesia Tbk. _ Indofod Sukses Makmur Tbk. T_Indooement Tunggal
Prakasa Tbk. Indo TambangTaya Megah Tbk. J asa Marga (Persero) Tbk. Kalbe
Palma Tbk. Lippo Karawaci Tbk. * PP London Sumatra Indonesia Tbk.
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)
Tbk: Salim Ivomas Pratama Tbk. ;“ Semen Gresik (Persero) Tbk. “__ Timah
(Persero) Tbk Telekomunkasi Indonesia (Persero) Tbk. Trada Maritime Tbk.
_United Tractors Tbk. Unilever Indoneia Tbk Indika Energy Tbk. Mitra
Adiperkasa Tbk Media Nusantara Citra Tbk. Global Mediacom Tbk. W1 Ja a
Karya (Persero) Tbk Matahari Putra Prima Tbk
__._,_.___-___…
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dengan
mengambil data secara tidak langsung dari perusahaan atau data yang diambil dari
pihak ketiga. Data ini berupa data saham perusahaan yang tergabung dalam daftar
Jakarta Islamic Index yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia yang di
publikasikan di www.idx.co.id dengan komponen data yang diperlukan antara
lain:
Variabel dependen adalah variabel yang terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi
oleh variabel-variabel lainnya atau faktor-faktor lain. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel dependen adalah Earning response“ coeficient (ERC) yang
disimbolkan dengan (Y). ERC digunakan untuk mengindikasikan atau
menjelaskan perbedaan reaksi pasar terhadap informasi laba yang diumumkan
oleh perusahaan. ERC merupakan koefisien yang diperoleh dari regresi antara
proksi harga saham dan laba akuntansi. Proksi harga saham yang digunakan
adalah Cumulative Abnormal Return (CAR), sedangkan proksi laba akuntansi
adalah Unexpected Earnings (UE). Regresi model tersebut akan menghasilkan
BRC Masing-masing populasi sasaran yang akan digunakan untuk analisis
berikutnya. Variabel dependen pada penelitian ini adalah respon laba. Respon laba
akan dihitung dengan Comulative Abnormal Return (CAR) yang dihitung harian
untuk periode 11 hari, yaitu 5 hari sebelum tanggal pengumuman dan 5 hari
setelah tanggal pengumuman. Dalam penelitian ini abnormal return dihitung
menggunakan model sesuaian pasar (market adjusted model). Hal ini sesuai
dengan Widiastuti (2002) yang menjelaskan bahwa estimasi return sekuritas
terbaik return pasar saat itu. Besarnya ERC diperoleh dengan melakukan beberapa
tahap perhitungan, yaitu:
CAR merupakan proksi harga saham yang menunjukkan besarnya respon pasar
terhadap informasi akuntansi yang dipublikasikan yang dihitung dengan
menggunakan model pasar yang disesuaikan karena yang dianggap sebagai
penduga terbaik adalah model pasar yang disesuaikan. Dalam model ini, yang
dianggap sebagai penduga terbaik untuk mengestimasi return sekuritas adalah
return indeks pasar. Model ini tidak memerlukan periode estimasi untuk
membentuk model estimasi.
Dengan rumus:
+5
𝐶𝐴𝑅𝑖(−5,+5) = ∑ 𝐴𝑅𝑖𝑡
𝑦=−5
(Jogiyanto, 2010)
Dalam hal ini: CARi (-5,+5) : abnormal return kumulatif perusahaan i selama
periode pengamatan kurang lebih 5 hari dari tanggal publikasi laporan keuangan.
(5 hari sebelum, tanggal publikasi dan 5 hari setelah tanggal publikasi laporan
keuangan)
(Jogiyanto, 2010)
Untuk memperoleh data abnormal return, terlebih dahulu harus mencari Returns
saham harian dan Returns pasar harian.
𝑃𝑖𝑡 −𝑃𝑖𝑡−1
𝑅𝑖𝑡 = 𝑃𝑖𝑡−1
(Jogiyanto, 2010)
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 − 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
𝑅𝑚𝑡 =
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
(Jogiyanto, 2010)
Dalam hal ini:
Unexpected Earning atau laba kejutan adalah selisih antara laba sesungguhnya
dengan laba ekspektasian. Unexpected earning digunakan dengan pertimbangan
bahwa model laba ekspektasian bisa mengisolasi komponen kejutan yang ada di
dalam laba dengan komponen yang diantisipasi. Cho dan Jung (1991) menyatakan
bahwa BRC tergantung pada hubungan antara return saham dengan Unexpected
earning. Di dalam pasar modal yang efisien, komponen yang diantisipasi tidak
berkorelasi dengan return laba yang tidak diekspektasi menggunakan model
langkah acak (random walk model) sehingga laba yang tidak diekspektasi adalah
sebagi berikut:
𝐴𝐸𝑖𝑡 − 𝐴𝐸𝑖𝑡−1
𝑈𝐸𝑖𝑡 =
𝐴𝐸𝑖𝑡−1
𝐶𝐴𝑅𝑖(𝑡1,𝑡2) = 𝛽0 + 𝛽1 𝑈𝐸𝑖.𝑡 + 𝑒
(Jogiyanto, 2010)
Dimana: 𝐶𝐴𝑅𝑖(𝑡1,𝑡2) : Cumulative Abnormal Return perusahaan i untuk interval
dari hari tl, hingga hari t2.
Β0 : Konstansta
2. Konservatisme
Variabel Independen dalam penelitian ini menggunakan konservatisme yang
diukur dengan menggunakan rasio market to book. Pengukuran market to book
ratio dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian summa (2007) yang mengacu
pada Watts (2003), yaitu sebagai berikut:
Keterangan;
3. Leverage
Rasio Leverage adalah ukuran dari seberapa banyak aset perusahaan berpengaruh
terhadap equitas. Perusahaan dengan rasio Leverage yang tinggi berarti bahwa
perusahaan menggunakan hutang dan kewajiban lainnya untuk membiayai asset
dan berisiko lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan Leverage yang lebih
rendah. Leverage dalam penelitian ini diproksikan dengan debt to equity ratio
(DER), yaitu menunjukkan proporsi antara kewajiban dan ekuitas yang
merupakan sumber pendanaan suatu perusahaan. Pengukuran leverage pada
penelitian ini mengacu pada penelitian Mentari (2012), yaitu diproksikan dengan
debt to equity ratio yaitu rasio total hutang dibagi total ekuitas perusahaan.
Regresi linear berganda pada dasarnya merupakan perluasan dari regresi linear
sederhana, yaitu menambahkan jumlah variabel independen yang sebelumnya
hanya satu menjadi dua atau lebih (Sanusi, 2011). Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh dari variabel independen
terhadap variabel dependen. Variabel dependen dinotasi dengan Y dan untuk
variabel independen dinotasi dengan X. Maka, model regresi linear berganda
untuk penelitian ini sebagai berikut:
𝐸𝑅𝐶𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑇𝐼𝑀𝐸𝑖𝑡 + 𝛽2 𝐾𝑂𝑁𝑖𝑡 + 𝛽3 𝐷𝐸𝑅𝑖𝑡 + 𝐸𝑖𝑡
Keterangan:
Eit = Error
a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan keadaan yang mana terdapat korelasi antara tiga atau
lebih variabel independen. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari
nilai Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai TOL
berkebalikan dengan VIF. T olerance adalah besarnya variasi dari satu variabel
independen yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya, sedangkan
VIF menjelaskan derajat suatu van'abel independen dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Jika nilai TOL lebih besar dari 0,1, maka tidak terdapat
multikolinearitas di antara variabel independen. Sedangkan untuk nilai VIF
sebagai rule of thumb nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan bahwa ada
multikolinearitas yang tinggi di antara variabel independen (Sanusi, 2011).
b. Uji Heteroskedastisitas
c. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada perioda t dengan kesalahan perioda t-l
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi.
Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksiran masih tetap bias dan
masih tetap konsisten hanya saja masih tidak efisien. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Metode pendeteksian adanya
autokorelasi adalah dengan tes Durbin-Watson ( Sanusi, 2011 ).
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distn'busi nomal. Seperti diketahui bahwa uji t
dan F mengasumsikann bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampl
kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berditribusi normal atau
tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji sttistik. Dalam penelitian ini
menggunakan analisis grafik.
Uji hipotesis sama artinya dengan menguji signifikansi koeisien regresi linear
berganda secara parsial yang terkait dengan pernyataan hipotesis penelitian.
Pengujian hipotesis dilakukan secara parsial bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dan signiiikansi dari masing masing variabel independen terhadap
variabel dependen. Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi secara parsial
dilakukan dengan menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95% dengan tingkat
kesalahan analisis (a) 5%. Untuk menolak atau menerima hipotesis digunakan:
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi dapat menjelaskan
pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F (pengujian signifikansi secara
simultan). Nilai F berhubungan erat dengan nilai koefisien determinasi (R2) maka
pada saat melakukan uji F, sesungguhnya menguji signifikansi koefisien
determinasi (R2). Uji P yang signifikan menunjukan bahwa variasi bebas secara
bersama-sama adalah benar-benar nyata dan bukan terjadi karena kebetulan.
Dengan kata lain, berapa persen variabel dependen dijelaskan oleh seluruh
variabel independen secara serempak (bersama-sama), dijawab oleh koefisien
determinasi (R2), sedangkan signifikan atau tidak yang sekian persen itu, dijawab
oleh uji F. Berdasarkan asumsi ini, nilai koefisien determinasi (R2) dan uji F
menentukan baik tidaknya model yang digunakan. Makin tinggi nilai koeiisien
determinsi (R2) dan signifikan maka semakin baik model itu. Langkah-langkah
yang ditempuh dalam pengujian ini adalah:
3.6.4.3 Uji t
Ho : bi = 0
Ho : bi ≠ 0
𝑏
2. Menghitung niai t dengan menggunkan rumus 𝑡 = 𝑠 𝑖
𝑏𝑖
3. Membandingkan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan niai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang tersedia pada taraf nyata
tertentu.
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < -𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ; maka Ho ditolak atau