Anda di halaman 1dari 6

DAMPAK PENINGKATAN KADAR TIMBAL (Pb) DALAM DARAH

AKIBAT PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KECERDASAN


INTELEKTUAL

(Makalah Teknologi Hasil Nabati)

Oleh

Kelompok 4
Titanaia Dwi Amarta Putri 1714051023
Lola Almira Gelazia 1714051024
M. Ibnu Sinaga 1754051025
Melinia Ramdhani Putri 1714051026
Nida Islamika 1714051028
Nining Yulianti 1714051030

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
DAMPAK PENINGKATAN KADAR TIMBAL (Pb) DALAM DARAH
AKIBAT PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KECERDASAN
INTELEKTUAL

Kualitas sumber daya manusia (SDM) di era industri 4.0 adalah suatu hal
yang penting dimiliki oleh negara agar bisa bersaing dengan negara lain
juga demi kemajuan negara itu sendiri. Salah satu hal yang sangat
mempengaruhi kualitas SDM tersebut ialah inteligensinya. Inteligensi atau
kecerdasan intelektual seorang individu bisa dinilai melalui suatu tes
inteligensi. Kecerdasan intelektual (normal : skor 91 – 110) dapat
dipengaruhi berbagai sebab, antara lain penyakit, genetik, gizi, dan juga
lingkungan berupa cemaran.

Penelitian selama ini telah membahas bagaimana peningkatan industri


juga mendukung peningkatan angka pencemaran lingkungan. CDC
melaporkan pencemaran udara terbesar di Indonesia disumbang oleh
asap kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor ini lantas menghasilkan
emisi gas buang, berupa asap knalpot, yang mengandung timbal (Pb),
suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (Nox), oksida sulfur
(SO2), hidrokarbon (HC), karbom monoksida (CO), dan oksida fotokima
(Ox) yang berbahaya bagi tubuh (BPLH 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan Romliet al (2016) menunjukkan rata-rata


kadar timbal dalam darah dari 51 anak sekolah di Bulukamba, Brebes
sebesar 31,71 μg/Dl. Penelitian Bagaswotoet al (2015) terhadap 65 anak
di daerah Gedongtengen, Pingit, dan Juminahan Yogyakarta
menunjukkan rata-rata kadar timbal dalam darah anak-anak tersebut
sebesar 3,73 μg/dL. Hal ini tentunya sangat berbahaya sebab diketahui
bahwa timbal ternyata meninggalkan dampak sangat berbahaya bagi
kecerdasan intelektual.

Timbal merupakah sebuah neurotoksin di mana jika terdapat di dalam


darah dalam jumlah yang tinggi akan menyebabkan kerusakan pada
kecerdasan intelektual dan menimbulkan masalah perilaku yang bertahan
sepanjang masa (CDC, 2015).
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian-penelitian yang terdapat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Penelitian Mengenai Dampak Timbal pada Pembelajaran


Kadar Pb
Ukuran
dalam Dampak pada Pembelajaran
Penelitian
darah
≤ 3 µg/dL Penurunan nilai tes > 57.000 anak
4 µg/dL
Performa yang lebih buruk selama
selama 3 35.000 anak
tes
tahun
Kecendrungan lebih tidak menguasai
5 µg/dL 21.000 anak
matematika, membaca, dan sains
Memiliki skor lebih rendah 4,5 poin
5 – 9 µg/dL 3.406 anak
pada tes membaca
Memiliki skor lebih rendah 10,1 poin
≥ 10 µg/dL 3.406 anak
pada tes membaca
10 – 19 Secara signifikan memiliki skor lebih Lebih dari 3.000
µg/dL rendah pada kelas 4 sekolah dasar anak

Penelitian di atas menunjukan bahwa timbal sangat berpengaruh pada


pembelajaran anak dan akhirnya menjadi penghambat dalam
perkembangan kecerdasan anak. Penelitian-penelitian tersebut juga
mendukung penelitian yang dilakukan Centre of Disease Control pada
2008 mengenai efek paparan timbal tingkat rendah terhadap sistem
pembelajaran otak seperti kemampuan intelektual secara keseluruhan,
berbicara dan berbahasa, mendengar, keterampilan visual-spasial,
konsentrasi, fungsi eksekutif, perilaku sosial, dan keterampilan motorik
kasar serta ketrampilan motorik halus.

Timbal bersifat neurotoksin yaitu racun yang menyerang sistem saraf


melalui mengacaukan kinerja saraf (Kementrian Kesehatan, 2014). Dalam
hal ini, kerja otak akan terganggu karena timbal secara kompetitif
menggantikan peranan mineral-mineral utama seperti seng, tembaga, dan
besi dalam mengatur fungsi sistem syaraf pusat (Agustina, 2014). Selain
itu, timbal juga memiliki efek toksik.. Efek toksik timbal atau yang disebut
dengan istilah plumbisme ditandai dengan anemia, kerusakan ginjal,
kerusakan syaraf, paralysis parsial otot tertentu, dan kerusakan otak
dengan gejala akut kolik pain pada abdomen, mual, penurunan berat
badan, hipotensi, insommia, dan gangguan saluran cerna.

Batasan toleransi timbal yang masuk kedalam tubuh per mingguan


(provisional tolerable weekly intakea atau PTWI) timbal adalah 50 μg/kg
berat badan untuk dewasa dan 25 μg/kg berat badan untuk anak-anak.
Kadar normal dalam darah orang dewasa rata-rata adalah 10-25 μg/100
ml. Bila kandungan timbal lebih dari 80 μg/100 ml membahayakan bagi
kesehatan berdasarkan standar WHO. Pada anak-anak, kadar yang
diperkenankan oleh Centre for Disease Control (CDC) adalah 10 μg/100
ml.

Faktor-faktor yang memungkinkan anak terpapar timbal antara lain tinggal


di daerah perkotaan yang padat dengan lalu lintas, lokasi sekolah berada
tepat di pinggir jalan, jenis kendaraan ke sekolah, pekerjaan orang tua,
sumber air minum, tinggal bersama perokok, sering memakan makanan
terpapar timbal, dan tidak terbiasa mencuci tangan. Lebih
mengkhawatirkan karena timbal dapat terakumulasi dalam setiap makluk
hidup dan keseluruhan rantai makanan. Manusia dapat terkontaminasi
timbal melalui makanan (65%), air (20%) dan udara (15%). Salah satu
contoh kasus adalah ditemukan kadar timbal pada hati sapi sebesar 2,48
ppm pada sapi yang digembalakan ditempat pembuangan sampah di Solo
dan Semarang (Charlena,2009).

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari paparan timbal yaitu


dengan mengenakan masker saat berada di luar rumah , hindari
pembelian makanan yang dibungkus oleh bahan yang mengandung timbal
seperti koran dan juga peralatan memasak yang mengandung timbal.
Selalu pastikan untuk mencuci bahan pangan yang dibeli dari pasar.
Terakhir yaitu mengonsumsi makanan tinggi serat dan vitamin C yang
dapat menetralisir timbal di dalam tubuh dan mengurangi penyerapannya
melalui sistem pencernaan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina,T. 2104. Kontaminasi Logam Berat pada Makanan dan


Dampaknya pada Kesehatan. Jurnal Tekno Buga.Vol 1 No. 1 Hal :
53-65

Amato M, Moore CF, Magzamen S, Imm P, Havlena JA, Anderson HA, et


al. 2012. Lead exposure and educational proficiency: Moderate
lead exposure and educational proficiency on end-of-grade
examinations. Ann Epidemiol 22:738–43.

Bagaswoto, H., Sutaryo, & Nugroho, S. (2015). Korelasi Kadar Timbal


dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin pada Anak Usia 1-6
Tahun. Sari Pediatri, 17(4), 297-301. Diambil kembali dari
https://saripediatri.org/index.php/saripediatri/article/view/296

CDC. (2015, April 2). Educational Interventions for Children Affected by


Lead. Diambil kembali dari Centers for Disease Control and
Prevention:
https://www.cdc.gov/nceh/lead/publications/Educational_Interventio
ns_Children_Affected_by_Lead.pdf

CDC. (2015, May 29). Source of Lead. Diambilkembali dari Centers for
Disease Controland Prevention:
https://www.cdc.gov/nceh/lead/tips/sources.htm

CDC. (2017, May 17). What Do Parents Need to Know to Protect Their
Children? Diambil kembali dari Centers for Disease Control and
Prevention:
https://www.cdc.gov/nceh/lead/ACCLPP/blood_lead_levels.htm

Charlena,2009. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb)dan Cadmium


(Cd)Pada Sayur-Sayuran. Charlenaps@yahoo.com.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta, 2013. Zat – zat


Pencemar Udara. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Jakarta

Kementrian Kesehatan. (2014). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di


Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
McLaine P, Navas-Acien A, Lee R, Simon P, Diener-West M, Agnew J.
2013. Elevated blood lead levels and reading readiness at the start
of kindergarten. Pediatrics 131:1081–9.

Miranda ML, Kim D, Reiter J, Overstreet Galeano MA, Maxson P. 2009.


Environmental contributors to the achievement gap.
Neurotoxicology 30(6):1019–24.

Miranda ML, Dohyeong K, Osgood C, Hastings C. 2011. The impact of


early childhood lead exposure on educational test performance
among Connecticut schoolchildren, Phase 1 Report. Durham, NC:
Children's Environmental Health Initiative, Duke University

Romli, M; Suhartono; Setiani, O. (2016). Hubungan Kadar Plumbum (Pb)


Dalam Darah dengan Prestasi Belajar pada Anak Sekolah di SDN
Grinting 01 Kecamatan Bulukamba KabupatenBrebes. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 15(2), 36-41.
doi:10.14710/jkli.15.2.36-41

World Health Organization, (1979). Environmental Health Criteria No. 8,


Sulfur oxides and suspended particulate matter. Geneva.

Zhang N, Baker HW, Tufts M, Raymond RE, Salihu H, Elliott MR. 2013.
Early childhood lead exposure and academic achievement:
Evidence from Detroit public schools, 2008–2010. Am J Public
Health 113:e72–7.

Anda mungkin juga menyukai