DOSEN PENGAMPU :
Kelompok 5:
2019
Penyusun
Daftar Isi..........................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................4
Latar Belakang.............................................................................................................................5
Rumusan Masalah........................................................................................................................5
manfaat Penulisan........................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................................6
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................................22
Kesimpulan................................................................................................................................22
Daftar Pustaka................................................................................................................................23
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang timbul adalah:
1. Apa yang dimaksud Pengertian kesulitan belajar?
2. Bagaimana Contoh penanganan diagnosa kesulitan belajar?
3. Kelainan motivasional
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar
siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan
untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagaimana yang
dikemukakan Syah (2000: 175) sebagai berikut:
Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan
orang tua.
Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru
maupun orang tua.
Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani
baik oleh guru maupun orang tua dapat bersumber dari kasus-kasus tuna grahita
(lemah mental) dan kecanduan narkotika. Mereka yang termasuk dalam lingkup dua
macam kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak berketerampilan (unskilled
people). Oleh karenanya, para siswa yang mengalami kedua masalah kesulitan belajar
yang berat tersebut tidak hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga
memerlukan perawatan khusus.
1.
Kesulitan Membaca (Dyslexia)
Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami
kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya
huruf atau suara yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau
kebalikan) atau memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar,
gagasan, utama, urutan peristiwa, atau topik sebuah bacaan). Mereka juga
mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya.
Sebagian ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunyi-bunyi bahasa
(fonem) merupakan dasar bagi keterlambatan kemampuan membaca.
Kemampuan ini penting sekali bagi pemahaman hubungan antara
bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya. Istilah lain yang sering
dipergunakan untuk menyebutkan keterlambatan membaca adalah disleksia.
Istilah ini sebenarnya merupakan nama bagi salah satu jenis keterlambatan
membaca saja. Semasa awal kanak-kanak, seorang anak yang menderita
disleksia mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa lisan. Selanjutnya
ketika tiba masanya untuk sekolah, anak ini mengalami kesulitan dalam
mengenali dan mengeja kata-kata, sehingga pada akhirnya mereka mengalami
masalah dalam memahami maknanya. Disleksia mempengaruhi 5 hingga 10
persen dari semua anak yang ada.
Kondisi ini pertama kali diketahui pada abad ke sembilan belas, ketika
itu disebut dengan buta huruf (word blindness). Beberapa peneliti menemukan
bahwa disleksia cenderung mempengaruhi anak laki-laki lebih besar
dibanding anak perempuan. Tanda-tanda disleksia tidak sulit dikenali, bila
seorang guru dan orang tua cermat mengamatinya. Sebagai contoh, bila anda
menunjukkan sebuah buku yang asing pada seorang anak penderita disleksia,
2.
Kesulitan Menulis (Dysgraphia)
Hal ini membuat mereka merasa lebih baik berkenaan dengan sekolah
dan diri mereka sendiri. Tidak ada alasan untuk menyangkal kesempatan bagi
seorang anak yang cerdas untuk meraih kesuksesan di sekolah. Selain itu,
karena pendidikan sangatlah penting bagi masa depan anak, maka tidak
sepadan resiko membiarkan anak menjadi semakin lama semakin frustasi dan
menjadi putus asa karena pekerjaan sekolah.
3.
Kesulitan Menghitung (Dyscalculia)
Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui
tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang
diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.
2.2.7. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau
yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar
Mengajar faktor-faktor yang menjadi penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat
dari segi input, proses, ataupun output belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam
dua bagian faktor-faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan
belajar siswa, yaitu: (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu
sendiri, seperti: kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian,
emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti:
lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan
lingkungan sosial dan sejenisnya.
2.2.8. Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih
mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya. Hal ini
dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah
kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih
dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang
berkompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus-kasus yang dihadapi.
Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan
melalui layanan, dan
a) Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.
3.1 Kesimpulan
Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat
belajar dengan baik, disebabkan karena adanya gangguan, baik berasal dari faktor
internal siswa di batasi faktor intelegensi maupun faktor eksternal siswa.
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau
yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar
Mengajar faktor-faktor yang menjadi penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat
dari segi input, proses, ataupun output belajarnya.
Diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan
belajar siswa. Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri
atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan
belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai
“diagnostik” kesulitan belajar.
Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa diagnosis
kesulitan belajar merupakan memerlukan perencanaan yang matang, yang
memerlukan waktu, tenaga, dan juga biaya. Oleh karena itu diagnosis kesulitan
belajar siswa hendaknya menjadi bagian dari program kerja lembaga pendidikan. Bila
hal ini dapat terlaksana dengan baik niscaya kesulitan-kesulitan belajar mahasiswa
dapat dicegah dan diatasi.