Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK

PENGAJARAN REMEDIAL KIMIA

DOSEN PENGAMPU :

Dra. Ruli Meilliawati, M.Pd

Kelompok 5:

Bibit Harianto ACC 116 001


Yuliana Kristy ACC 116 007
Maria Anasthasia W ACC 116 018
Lestari Sitohang ACC 116 021
Dian Natalia W ACC 116 032
Karolina Br Tamba ACC 116 033
Poppy Enzellica D ACC 116 040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2019

1 pengajaran remedial kimia


Kata Pengantar
Puji syukur, kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayahnya, makalah ini dapat kami selesaikan, untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengajaran Remedial Kimia.
Ucapan terima kasih kami yang tak terhingga kepada ibu Dra. Ruli
Meilliawati, M.Pd selaku Dosen Mata kuliah Pengajaran Remedial Kimia yang
selama ini telah mendukung dan memberikan arahan kepada kami serta teman-teman.

Adapun pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk diajukan sebagai syarat


dalam diskusi kelompok pada mata kuliah Pengajaran Remedial Kimia di Program
Studi Pendidikan Kimia Universitas Palangka Raya, dan atas dasar itulah maka kami
mengharapkan semoga makalah ini bisa digunakan sebagai bahan diskusi kelompok
sebagaimana mestinya.

Akhirnya, penyusun menyadari banyak sekali kekurangan dalam


penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu, arahan, saran, dan kritik yang membangun
dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaatnya bagi para pembaca. Akhir
kata penyusun mengucapkan terimakasih.

Palangka Raya, 11 April 2019

Penyusun

2 pengajaran remedial kimia


Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................................2

Daftar Isi..........................................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................4

Latar Belakang.............................................................................................................................5

Rumusan Masalah........................................................................................................................5

Tujuan Penulisan Makalah...........................................................................................................5

manfaat Penulisan........................................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................................6

PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR...................................................................................6

CONTOH PENANGANAN DIAGNOSA KESULITAN BELAJAR.........................................8

BAB 3 PENUTUP........................................................................................................................22

Kesimpulan................................................................................................................................22

Daftar Pustaka................................................................................................................................23

3 pengajaran remedial kimia


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesulitan belajar kepada peserta didik dengan tidak memandang kemampuan


intelegensi yang dimiliki peserta didik. Banyak peserta didik dengan intelegensi
rendah dapat meraih prestasi belajar yang tinggi, melebihi kepandaian peserta didik
dengan intelegensi yang tinggi, tetapi juga tidak dapat disangkal bahwa intelegensi
yang tinggi memberi peluang yang besar bagi peserta didik untuk meraih prestasi
belajar yang tinggi. Oleh karena itu, selain faktor , rutinitas belajar juga diakui dapat
mempengaruhi penyebab kesulitan belajar.
Menurut Syamsul Bahri Djamarah (2002:199) “ Kesulitan belajar yang
dialami siswa dikarenakan adanya ancaman, hambatan, dan gangguan yang dialami
oleh peserta didik tertentu.”. Pada tingkat tertentu memang ada peserta didik yang
mengatasi kesulitan belajarnya tanpa harus melibatkan orang lain. Tapi pada kasus
– kasus tertentu, karena peserta didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya,
maka bantuan pendidik atau oranglain sangat diperlukan oleh peserta didik.
Dalam dunia pendidikan, kemampuan kognitif dapat diukur menggunakan
prestasi belajar. Menurut Nana Sudjana (2005:50) “ Ada tiga ranah hasil belajar,
yaitu ranah afektif, ranah psikomotorik, dan ranah kognitif”. Dari prestasi belajar
dapat diketahui tingkat keberhasilan kemampuan kognitif seseorang. Bagi peserta
didik, belajar adalah rutinitas, aktifitas atau materitas yang biasa dan harus
dilakukan pada kehidupannya sehari-hari, karena dengan belajar terhadap sesuatu
akan menghasilkan perubahan bagi peserta didik tersebut. Belajar bagi siswa
merupakan suatu tanggungjawab yang harus dilakukan, sehingga dengan belajar
mahasiswa akan mengalami perubahan bagi dirinya sendiri baik secara ilmu
pengetahuan, pemahaman sifat dan tingkahlakunya. Hal ini sebagaimana yang

4 pengajaran remedial kimia


dijelaskan oleh para ahli pendidikan bahwa belajar merupakan suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan.
Nana Syaodih Sukmadinata (2005:32) menyebutkan “bahwa sebagian besar
perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan ”. Menurut Sudjana (2000:28)
: Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sifat dan
tingkahlakunya, daya penerimaannya dan aspek pada individu. Oleh sebab itu
belajar adalah proses aktif. Dengan demikian rutinitas belajar adalah kecakapan,
kepandaian yang diperoleh.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang timbul adalah:
1. Apa yang dimaksud Pengertian kesulitan belajar?
2. Bagaimana Contoh penanganan diagnosa kesulitan belajar?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Siswa dapat mengetahui pengertian kesulitan belajar.

2. Siswa dapat mengetahui contoh penanganan diagnosa kesulitan belajar.


1.4 Manfaat Penulisan

Berdasarkan penulisan makalah yang dilakukan oleh penulis, maka diharapkan


dapat memberikan manfaat:
1. Bagi mahasiswa : mengembangkan ilmu pengetahuan serta ilmu yang di dapat
sehingga dapat memberikan manfaat kepada khalayak umum.
2. Bagi GURU : makalah ini dapat memberikan cara penangan atas hasil
diagnosa yang dilakukan oleh guru pada siswa. Sehingga guru akan dapat
melakukan cara yang tepat atas hasil diagnosa yang dilakukan.

5 pengajaran remedial kimia


BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR

Menurut Wikipedia Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana peserta


didik tidak dapat belajar dengan baik, disebabkan karena adanya gangguan, baik
berasal dari faktor internal siswa di batasi faktor intelegensi maupun faktor eksternal
siswa. Faktor-faktor ini menyebabkan siswa tidak mampu berkembang sesuai
dengan kapasitasnya.

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2003:77), mengemukakan bahwa ːkesulitan


belajar adalah Suatu keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya, hal ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi, akan
tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor non intelegensi. Menurut Valett (dalam
Sukadji, 2000) terdapat tujuh karakteristik yang ditemui pada anak dengan kesulitan
belajar

1. Sejarah kegagalan akademik berulang kali

2. Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar

3. Kelainan motivasional

4. Kecemasan yang samar-samar, mirip dengan kecemasan yang mengambang

5. Perilaku berubah-ubah, dalam arti tidak konsisten dan tidak terduga

6. Penilaiaan yang keliru karena data tidak lengkap

7. Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai

Selain itu terdapat beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala


kesulitan belajar, antara lain :

6 pengajaran remedial kimia


1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai yang dicapai
oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya.

2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal


dengan kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.

4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar.

5. Menunjukkan perilaku yang berlainan.

6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.

Jenis-Jenis Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi dua bagiaɳ yaitu ː
1. Kesulitan Belajar Pra Akademik
Kesulitan Belajar Pra Akademik terdiri dariː
1. Gangguan Motorik dan Persepsi

2. Kesulitan Belajar Kognitif

3. Gangguan Perkembangan Bahasa (Disfasia)

4. Kesulitan dalam Penyelesaian Perilaku Sosial

2. Kesulitan Belajar Akademik


Kesulitan belajar akademik terdiri dariː
1. Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia)

2. Kesulitan Belajar Menulis (Disgrafia)

3. Kesulitan Belajar Berhitung (Diskalkulia)

7 pengajaran remedial kimia


2.2 CONTOH PENANGANAN DIAGNOSA KESULITAN BELAJAR

Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa,


guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya
mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan
kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini
disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan
belajar siswa. Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri
atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan
belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai
“diagnostik” kesulitan belajar. Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat
ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah proses Weener dan Senf
sebagai-mana yang dikutip Syah sebagai berikut:
 Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika
mengikuti pelajaran.
 Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
 Mewancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga
yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
 Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui
hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
 Memberikan tes kemampuan intelegensia (IQ) khususnya kepada siswa yang
diduga mengalami kesulitan belajar.
Secara umum, langkah-langkah tersebut di atas dapat dilakukan dengan
mudah oleh guru kecuali langkah ke-5 (tes IQ). Untuk keperluan tes IQ, guru dan
orang tua siswa dapat berhubungan dengan klinik psikologi. Dalam hal ini, yang
sangat perlu dicatat ialah apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar itu ber-IQ
jauh di bawah normal (tuna grahita), orang tua hendaknya mengirimkan siswa
tersebut ke lembaga pendidikan khusus anak-anak tuna grahita, karena

8 pengajaran remedial kimia


lembaga/sekolah biasa tidak menyediakan tenaga pendidik dan kemudahan belajar
khusus untuk anak-anak anormal.

Selanjutnya, para siswa yang nyata-nyata menunjukkan misbehavior berat


seperti perilaku agresif yang berpotensi antisosial atau kecanduan narkotika, harus
diperlakukan secara khusus pula, umpamanya dimasukkan ke lembaga
pemasyarakatan anak-anak atau ke “pesantren” khusus pecandu narkotika. Adapun
untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pengidap sindrom disleksia, disgrafia, dan
diskalkulia sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, guru dan orang tua sangat
dianjurkan untuk memanfaatkan support teacher (guru pendukung). Guru khusus ini
biasanya bertugas menangani para siswa pengidap sindrom-sindrom tadi di samping
melakukan remedial teaching (pengajaran perbaikan). Sayangnya di sekolah-sekolah
di Indonesia tidak seperti di kebanyakan sekolah negara-negara maju, belum
menyediakan guru-guru pendukung. Namun, untuk mengatasi kesulitan karena tidak
adanya support teacher itu orang tua siswa dapat berhubungan dengan biro konsultasi
psikologi dan pendidikan yang biasanya terdapat pada fakultas psikologi dan fakultas
keguruan yang terkemuka di kota-kota besar tertentu.

Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar
siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan
untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagaimana yang
dikemukakan Syah (2000: 175) sebagai berikut:

 Menganalisa hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan


hubungan antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar
mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

 Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan


perbaikan.

9 pengajaran remedial kimia


 Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching
(pengajaran perbaikan).

 Melaksanakan program perbaikan.

2.2.1. Analisis Hasil Diagnosis


Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar
tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami
siswa berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti.

2.2.2. Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah


Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang
kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-
bidang kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam;

 Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.

 Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan
orang tua.

 Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru
maupun orang tua.

Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani
baik oleh guru maupun orang tua dapat bersumber dari kasus-kasus tuna grahita
(lemah mental) dan kecanduan narkotika. Mereka yang termasuk dalam lingkup dua
macam kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak berketerampilan (unskilled
people). Oleh karenanya, para siswa yang mengalami kedua masalah kesulitan belajar
yang berat tersebut tidak hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga
memerlukan perawatan khusus.

10 pengajaran remedial kimia


2.2.3. Menyusun Program Perbaikan
Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teaching),
sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut;
 Tujuan pengajaran remedial
 Materi pengajaran remedial
 Metode pengajaran remedial
 Alokasi waktu pengajaran remedial
 Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial.

2.2.4. Melaksanakan Program Perbaikan


Kapan dan di mana program pengajaran remedial yang telah dirancang itu
dapat dilaksanakan? Pada prinsipnya, program pengajaran remedial itu lebih cepat
dilaksanakan tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa di mana
saja, asal tempat itu memungkinkan siswa memusatkan perhatiannya terhadap proses
perbaikan tersebut. Namun patut dipertimbangkan oleh guru pembimbing
kemungkinan digunakannya ruang bimbingan dan penyuluhan yang tersedia di
sekolah dalam rangka mendayagunakan ruang BP tersebut.
Selanjutnya, untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatif-
alternatif kiat pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan
mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan dan penyuluhan. Selain itu,
guru juga dianjurkan untuk mempertimbangkan penggunaan model-model mengajar
tertentu yang dianggap sesuai sebagai alternatif lain atau pendukung cara
memecahkan masalah kesulitan belajar siswa.
Demikian beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi anak dengan
kesulitan belajar. Selain yang di atas, masih banyak cara untuk mengatasi kesulitan
belajar, salah satunya yang dikemukakan oleh Wood Cyang khusus membahas anak
dengan kesulitan membaca atau disleksia (dyslexia), anak dengan kesulitan belajar

11 pengajaran remedial kimia


menulis atau disgrafia (dysgraphia), dan anak dengan kesulitan belajar matematika
atau diskalkulia (dyscalculia).

1.
Kesulitan Membaca (Dyslexia)
Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami
kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya
huruf atau suara yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau
kebalikan) atau memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar,
gagasan, utama, urutan peristiwa, atau topik sebuah bacaan). Mereka juga
mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya.
Sebagian ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunyi-bunyi bahasa
(fonem) merupakan dasar bagi keterlambatan kemampuan membaca.
Kemampuan ini penting sekali bagi pemahaman hubungan antara
bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya. Istilah lain yang sering
dipergunakan untuk menyebutkan keterlambatan membaca adalah disleksia.
Istilah ini sebenarnya merupakan nama bagi salah satu jenis keterlambatan
membaca saja. Semasa awal kanak-kanak, seorang anak yang menderita
disleksia mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa lisan. Selanjutnya
ketika tiba masanya untuk sekolah, anak ini mengalami kesulitan dalam
mengenali dan mengeja kata-kata, sehingga pada akhirnya mereka mengalami
masalah dalam memahami maknanya. Disleksia mempengaruhi 5 hingga 10
persen dari semua anak yang ada.
Kondisi ini pertama kali diketahui pada abad ke sembilan belas, ketika
itu disebut dengan buta huruf (word blindness). Beberapa peneliti menemukan
bahwa disleksia cenderung mempengaruhi anak laki-laki lebih besar
dibanding anak perempuan. Tanda-tanda disleksia tidak sulit dikenali, bila
seorang guru dan orang tua cermat mengamatinya. Sebagai contoh, bila anda
menunjukkan sebuah buku yang asing pada seorang anak penderita disleksia,

12 pengajaran remedial kimia


ia mungkin akan mengarang-ngarang cerita berdasarkan gambar yang ia lihat
tanpa berdasarkan tulisan isi buku tersebut.
Bila anda meminta anak tersebut untuk berfokus pada kata-kata dibuku
itu, ia mungkin berusaha untuk mengalihkan permintaan tersebut. Ketika anda
menyuruh anak tersebut untuk memperhatikan kata-kata, maka kesulitan
membaca pada anak tersebut akan terlihat jelas. Beberapa kesulitan bagi anak-
anak penderita disleksia adalah sebagai berikut:
a) Membaca dengan sangat lambat dan dengan enggan.
b) Menyusuri teks pada halaman buku dengan menggunakan jari telunjuk.
c) Mengabaikan suku kata, kata-kata, frase, atau bahkan baris teks.
d) Menambahkan kata-kata atau frase yang tidak ada dalam teks.
e) Membalik urutan huruf atau suku kata dalam sebuah kata.
f) Salah dalam melafalkan kata-kata, termasuk kata-kata yang sudahdikenal.
g) Mengganti satu kata dengan kata lain, meskipun kata yang digantikan
tidak mempunyai arti dalam konteksnya.
h) Menyusun kata-kata yang tidak mempunyai arti.
i) Mengabaikan tanda baca.

Mengatasi Problem Disleksia

Cara yang paling sederhana, paling efektif untuk membantu anak-anak


penderita disleksia belajar membaca dengan mengajar mereka membaca
dengan metode phonic. Idealnya anak-anak akan mempelajari phonic di
sekolah bersama guru, dan juga meluangkan waktu untuk berlatih phonic di
rumah bersama orang tua mereka. Metode phonic ini telah terbukti
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan anak dalam membaca.

Metode phonic ini merupakan metode yang digunakan untuk


mengajarkan anak yang mengalami problem disleksia agar dapat membaca
melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut. Metode ini sudah dapat dikemas

13 pengajaran remedial kimia


dalam bentuk yang beraneka ragam, baik buku, maupun software. Bagi orang
tua, berikut ini merupakan ide-ide yang dapat membantu anak dengan phonic
dan membaca.

2.
Kesulitan Menulis (Dysgraphia)

Dalam sebuah pelatihan menjadi ahli ilmu kesehatan anak, terdapat


seorang ahli ilmu kesehatan yang bernama Stephen yang tidak pernah menulis
apapun di atas kertas. Ia menggunakan mesin ketik yang dapat dibawa ke
mana-mana (portable) untuk segala sesuatu laporan pasien, catatan singkat.
Kemudian diketahui bahwa Stephen memang tidak dapat menulis secara jelas.
Seberapapun ia mencoba dengan keras ia tidak dapat menulis apapun dengan
jelas, sehingga dia dan orang lain tidak dapat membaca tulisan tangannya. Apa
yang dialami Stephen merupakan problem kesulitan menulis (disgraphia).

Tentunya disgraphya ini berbeda dengan tulisan tangan yang jelek.


Tulisan tangan yang jelek biasanya tetap dapat terbaca oleh penulisnya, dan
juga dilakukan dalam waktu yang relatif sama dengan yang menulis dengan
bagus. Akan tetapi, untuk dysgraphia, anak membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk menulis. Dalam menulis sesuatu dibutuhkan penglihatan yang
cukup jelas, keterampilan motorik halus, pengetahuan tentang bahasa dan
ejaan, dan otak untuk mengkoordinasikan ide dengan mata dan tangan untuk
menghasilkan tulisan. Jika salah satu elemen tersebut mengalami masalah
maka menulis akan menjadi suatu pekerjaan yang sulit atau tidak mungkin
dilakukan.

Kiat Mengatasi Problem Disgrapia

Untuk mengatasi problem dysgraphia ini, sangatlah baik apabila kita


belajar dari sebuah kasus anak yang mengalami dysgraphia. Problem

14 pengajaran remedial kimia


dysgraphia muncul pada Stephen saat sekolah dasar, ia memiliki nilai yang
bagus pada masa-masa awal, akan tetapi kemudian nilainya jatuh dan
akhirnya guru Stephen dikelas V memanggilnya, dan juga memanggil orang
tuanya. Guru tersebut meminta orang tua Stephen untuk mengajari Stephen
mengetik pada mesin ketik yang dapat dibawa ke mana-mana (portable).
Hasilnya nilai dan prestasi Stephen meningkat secara tajam. Sebagian ahli
merasa bahwa pendekatan yang terbaik untuk dysgraphia adalah dengan jalan
mengambil jalan pintas atas problem tersebut, yaitu dengan menggunakan
teknologi untuk memberikan kesempatan pada anak mengerjakan pekerjaan
sekolah tanpa harus bersusah payah menulis dengan tangannya. Ada dua
bagian dalam pendekatan ini. Anak-anak menulis karena dua alasan: pertama
untuk menangkap informasi yang mereka butuhkan untuk belajar (dengan
menulis catatan) dan kedua untuk menunjukkan pengetahuan mereka tentang
suatu mata pelajaran (tes-tes menulis). Sebagai ganti menulis dengan tangan,
anak-anak dapat: Meminta fotokopi dari catatan-catatan guru atau meminta
ijin untuk mengkopi catatan anak lain yang memiliki tulisan tangan yang
bagus; mereka dapat mengandalkan teman tersebut dan mengandalkan buku
teks untuk belajar. Belajar cara mengetik dan menggunakan laptop/notebook
untuk membuat catatan di rumah dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Menggunakan alat perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran.
Sebagai ganti menulis jawaban tes dengan tangan, mereka dapat: 1)
Melakukan tes secara lisan, 2) mengerjakan tes dengan pilihan ganda, 3)
mengerjakan tes-tes yang dibawa pulang (take-home test) atau 4) tes dalam
kelas dengan cara mengetik.

Bila strategi-strategi di atas tidak mungkin dilakukan karena beberapa


alasan, maka anak-anak penderita dysgraphia harus diijinkan untuk
mendapatkan waktu tambahan untuk tes-tes dan ujian tertulis. Keun-tungan
dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini memberikan perbedaan yang

15 pengajaran remedial kimia


segera tampak pada anak. Dari pada mereka harus bersusah payah menguasai
suatu keterampilan yang sangat sulit bagi mereka, dan nantinya mungkin akan
jarang dibutuhkan ketika beranjak dewasa, mereka dapat berkonsentrasi untuk
mempelajari keterampilan lain, dan dapat menunjukkan apa yang mereka
ketahui.

Hal ini membuat mereka merasa lebih baik berkenaan dengan sekolah
dan diri mereka sendiri. Tidak ada alasan untuk menyangkal kesempatan bagi
seorang anak yang cerdas untuk meraih kesuksesan di sekolah. Selain itu,
karena pendidikan sangatlah penting bagi masa depan anak, maka tidak
sepadan resiko membiarkan anak menjadi semakin lama semakin frustasi dan
menjadi putus asa karena pekerjaan sekolah.

3.
Kesulitan Menghitung (Dyscalculia)

Berhitung merupakan kemampuan yang digunakan dalam kehidupan


sehari-hari, baik ketika membeli sesuatu, membayar rekening listrik, dan lain
sebagainya. Tidak diragukan lagi bahwa berhitung merupakan pekerjaan yang
kompleks yang di dalamnya melibatkan membaca, menulis, dan keterampilan
bahasa lainnya seperti; kemampuan untuk membedakan ukuran-ukuran dan
kuantitas relatif dan obyektif, kemampuan untuk mengenali urutan, pola, dan
kelompok, ingatan jangka pendek untuk mengingat elemen-elemen dari
sebuah soal matematika saat mengerjakan persamaan, kemampuan
membedakan ide-ide abstrak, seperti angka-angka negatif, atau sistem angka
yang tidak menggunakan basis sepuluh.

Meskipun banyak masalah yang mungkin turut mempengaruhi


kemampuan untuk memahami, dan mencapai keberhasilan dalam pelajaran
matematika. Istilah dyscalculia, biasanya mengacu pada pada suatu problem
khusus dalam menghitung, atau melakukan operasi aritmatika, yaitu

16 pengajaran remedial kimia


penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Anak yang mengalami
problem dyscalculia merupakan anak yang memiliki masalah pada
kemampuan menghitung. Anak tersebut tentunya belum tentu anak yang
bodoh dalam hal yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan
kemampuan menghitungnya.

Kiat Mengatasi Anak dengan Dyscalculia

Seperti halnya problem kesulitan menulis dan membaca, ada dua


pendekatan yang dapat dilakukan; Pendekatan yang pertama, yaitu
penanganan matematika yang intensif, dapat kita lakukan dengan teknik
“individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran
secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini mendasari
tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-
beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama.
Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran agar
mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami problem
dyscalculia tersebut. Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, dengan
memberikan kalkulator untuk menghitung.

Hal ini sederhana karena anak dengan problem dyscalculia tidak


memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada
menghitung angka-angka tersebut. Selanjutnya, ada satu bentuk pemecahan
masalah kesulitan belajar yang disebut dengan bimbingan belajar. Menurut
Sudrajat bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa
yang mengalami kesulitan dalam belajarnya.15 Secara umum, prosedur
bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:

2.2.5. Identifikasi kasus


Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga
memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson memberikan beberapa pendekatan

17 pengajaran remedial kimia


yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan
bimbingan belajar, yakni:
 Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua
siswasecara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa
yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.

 Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh


keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa.
Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas
pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan
ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.

 Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan


ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan
cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu
tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk
dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.

 Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui
tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.

 Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang
diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.

2.2.6. Identifikasi Masalah


Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan
atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar,
permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek: (a) sub-stansial-material; (b)
struktural-fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi
masalah siswa, Prayitno dkk. telahmengembangkan suatu instrumen untuk melacak
masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini

18 pengajaran remedial kimia


sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar
aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi
dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai
dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j)
waktu senggang.

2.2.7. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau
yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar
Mengajar faktor-faktor yang menjadi penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat
dari segi input, proses, ataupun output belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam
dua bagian faktor-faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan
belajar siswa, yaitu: (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu
sendiri, seperti: kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian,
emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti:
lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan
lingkungan sosial dan sejenisnya.

2.2.8. Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih
mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya. Hal ini
dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah
kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih
dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang
berkompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus-kasus yang dihadapi.

2.2.9. Remedial atau Referal (Alih Tangan Kasus)


Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan
sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan

19 pengajaran remedial kimia


guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru
atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-
aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru
atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih
kompeten.
Evaluasi dan Follow Up Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha
pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat
seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap
pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Berkenaan dengan evaluasi bimbingan,
Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar,
yaitu:
 Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan
masalah yang dibahas;

 Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan
melalui layanan, dan

 Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan


layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah
yang dialaminya.

 Sementara itu, Robinson mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan


dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila:

a) Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.

b) Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.

c) Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri


dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).

d) Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).

20 pengajaran remedial kimia


e) Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya.

f) Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan,


mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.

g) Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha –usaha perbaikan


dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar
pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya.

Beberapa metode mengatasi masalah kesulitan belajar di atas, memberikan


alternatif pemecahan masalah. Dalam hal ini, metode pemecahan masalah tersebut
sedikit berbeda walaupun pada dasarnya sama. Dengan demikian, tergantung kepada
guru, orang tua untuk memilih sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

21 pengajaran remedial kimia


BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat
belajar dengan baik, disebabkan karena adanya gangguan, baik berasal dari faktor
internal siswa di batasi faktor intelegensi maupun faktor eksternal siswa.
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau
yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar
Mengajar faktor-faktor yang menjadi penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat
dari segi input, proses, ataupun output belajarnya.
Diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan
belajar siswa. Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri
atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan
belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai
“diagnostik” kesulitan belajar.
Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa diagnosis
kesulitan belajar merupakan memerlukan perencanaan yang matang, yang
memerlukan waktu, tenaga, dan juga biaya. Oleh karena itu diagnosis kesulitan
belajar siswa hendaknya menjadi bagian dari program kerja lembaga pendidikan. Bila
hal ini dapat terlaksana dengan baik niscaya kesulitan-kesulitan belajar mahasiswa
dapat dicegah dan diatasi.

22 pengajaran remedial kimia


Daftar Pustaka

Anonim. 2018. Kesulitan Belajar. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kesulitan_belajar) .


diakses tanggal 01 April 2019

Anonim. 2017. Kesulitan Belajar dan Cara Mengatasinya.


(https://www.dkampus.com/2017/03/kesulitan-belajar-dan-cara-
mengatasinya/) . diakses tanggal 01 April 2019

Anonim. 2018. Analisis Kesulitan Mahasiswa Dalam Mengerjakan Soal Ujian


Semester Akuntansi Perbankan Ditinjau Dari Aspek Kognitif Dan Rutinitas
Belajar Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Surakarta 2010/2011.
(http://eprints.ums.ac.id/13265/2/BAB_I.pdf) diakses tanggal 02 April
2019

23 pengajaran remedial kimia

Anda mungkin juga menyukai