Anda di halaman 1dari 30

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2018/2019

MODUL : Shell and Tube Heat Exchanger (STHE)

PEMBIMBING : Ir. Herawati Budiastuti, M.Eng.Sc

Tanggal Praktikum : 28 Maret 2019


Tanggal Penyerahan : 1 April 2019

Oleh :

Kelompok : VII
Nama : Nira Aulia Hanifah 171424027
Dewi Lutfi Juliana 171424009
Dhiya Nadhifah Salsabila 171424010
M. Azman Hizburrohman 171424020
Kelas : 2A – TKPB

PROGRAM STUDI D–IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Heat Exchanger (penukar panas) merupakan peralatan yang digunakan untuk
perpindahan panas antara dua atau lebih fluida. Penukar panas sering diaplikasikan pada
suatu proses, pembangkit listrik, transportasi, pengkondisian udara dan sistem refrigrasi.
Salah satu contoh aplikasi penggunaan alat penukar panas dalam industri pembangkit listrik
tenaga panas bumi yaitu condenser yang berguna untuk mengubah fasa uap menjadi fasa cair,
sehinga air hasil kondensasi dapat dikembalikan kedalam perut bumi untuk dipanaskan
kembali. Selain itu, industri perminyakan juga menjadi salah satu industri yang banyak
menggunakan penukar panas. Karena, dengan penukar panas energi yang tidak terpakai tidak
terbuang begitu saja namun dapat digunakan untuk memanskan fluida lainnya.

Salah satu alat penukar panas yang umum digunakan di industri adalah jenis Shell and
Tube Heat Exchanger (STHE). Alat ini dipilih karena konstruksinya yang sederhana, cara
membersihkannya mudah, dan tidak terbatas temperatur. Alat ini juga merupakan penukar
panas yang baik.

Untuk itu, perlu diketahui dan dipahami tentang penggunaan dan prinsip kerja alat
STHE. Melalui praktikum ini, diharapkan praktikan dapat memahami prinsip kerja alat dan
mengoperasikan STHE dalam bentuk yang sederhana.

1.2 Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami konsep perpindahan panas pada Shell and Tube Heat Exchanger (STHE),
2. Menghitung efisiensi perpindahan panas pada STHE,
3. Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan pada STHE,
4. Menghitung konduktivitas panas dari koefisien perpindahan panas keseluruhan.
BAB II
DASAR TEORI
Perpindahan panas adalah ilmu yang berupaya untuk memprediksi perpindahan energi
yang mungkin terjadi antara material sebagai akibat dari adanya perbedaan temperatur .
Sesuai dengan hukum termodinamika ke-2 (dua), aliran energi panas akan selalu mengalir ke
bagian yang memiliki temperatur lebih rendah. Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis
perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Ilmu perpindahan kalor tidak hanya menjelaskan bagaimana energi kalor itu berpindah
dari suatu benda ke benda lain, tetapi juga dapat memprediksi laju perpindahan yang terjadi
pada kondisi-kondisi tertentu. Perbedaan ilmu perpindahan kalor dengan ilmu lain adalah
dapat menganalisis laju perpindahan kalornya yang disebabkan karena pada waktu proses
perpindahan itu berlangsung, sistem tidak berada dalam keadaan seimbang, contohnya suatu
batangan besi kalor dicelupkan ke dalam air, ilmu perpindahan kalor dapat memprediksi
berapa lama suhu batangan besi atau air mengalami keseimbangan atau pada suhu berapa besi
atau air mengalami keseimbangan.(Gamma Ajiyantono,2014)
2.1 Heat Exchanger
Heat exchanger atau penukar panas adalah alat yang digunakan untuk menukarkan
panas secara kontinyu dari suatu medium ke medium lainnya dengan membawa energi panas.
Suatu heat exchanger terdiri dari elemen penukar kalor yang disebut sebagai inti atau matrix
yang berisikan di dinding penukar panas, dan elemen distribusi fluida seperti tangki, nozzle
masukan, nozzle keluaran, pipa-pipa, dan lain-lain. Biasanya, tidak ada pergerakan pada
bagian-bagian dalam heat exchanger. Namun, ada pengecualian untuk regenerator rotary
dimana matriksnya digerakan berputar dengan kecepatan yang dirancang. Dinding
permukaan heat exchanger adalah bagian yang bersinggungan langsung dengan fluida yang
mentransfer panasnya secara konduksi. ( Kuppan, 2000)
Heat exchanger bekerja berdasarkan prinsip perpindahan panas (heat transfer), dimana
terjadi perpindahan panas dari fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang
temperaturnya lebih rendah. Biasanya, ada suatu dinding metal yang menyekat antara kedua
cairan yang berlaku sebagai konduktor . Suatu solusi panas yang mengalir pada satu sisi yang
mana memindahkan panasnya melalui fluida lebih dingin yang mengalir di sisi lainnya.
Energi panas hanya mengalir dari yang lebih panas kepada yang lebih dingin dalam
percobaan untuk menjangkau keseimbangan. Permukaan area heat exchanger mempengaruhi
efisiensi dan kecepatan perpindahan panas yang lebih besar area permukaan panas exchanger,
lebih efisien dan yang lebih cepat pemindahan panasnya. ( Sitompul, 1993)
Heat Exchanger dapat dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan fungsional dan jenis
permukaan perpindahan panasnya. Pembagian tipe heat excanger secara fungsional
diantaranya recuperative type, regenerative / storage type, dan direct mixing type. Sementara
itu, pembagian tipe heat exchanger berdasarkan perrmukaan perpindahan panasnya dapat
diukur dalam beberapa bentuk diantaranya single tube arrangement, shell and tube heat
arrangement, dan cross flow heat exchanger. (Kothandaraman, 2006)
Hampir di semua Heat exchanger, perpindahan kalor didominasi oleh konveksi dan
konduksi dari fluida kalor ke fluida dingin, dimana keduanya dipisahkan oleh dinding.
(Cengel, 2000)
2.2 Shell and Tube Heat Exchanger
Heat exchanger tipe shell & tube menjadi salah satu tipe yang paling mudah dikenal.
Tipe ini melibatkan tube sebagai komponen utamanya. Salah satu fluida mengalir di dalam
tube, sedangkan fluida lainnya mengalir di luar tube. Pipa-pipa tube didesain berbeda di
dalam sebuah ruang berbentuk silinder yang disebut dengan shell, sedemikian rupa sehingga
pipa-pipa tube tersebut berada sejajar dengan sumbu shell. Peningkatan efisiensi pertukaran
panas biasanya pada alat penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat (buffle),
bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence
time), namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah
beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yag dipertukarkan panasnya harus diatur.
(Gamma Ajiyantono, 2014)

Jenis heat exchanger yang umumnya terdapat di industri yaitu shell and tube heat
exchanger dan plate heat exchanger. Shell and tube heat exchanger merupakan jenis penukar
kalor yang paling banyak digunakan di industri perminyakan. Jenis ini terdiri dari suatu
tabung dengan diameter cukup besar yang didalamnya berisi seberkas pipa dengan diameter
relatif kecil. Salah satu fluida yang diperkirakan energinya dilewatkan diluar pipa atau di
dalam tabung. (Wafi, 2011)

Prinsip kerja shell and tube yaitu fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa
sedangkan fluida yang lain mengalir diluar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau
bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa. Untuk meningkatkan
efisiensi, pertukaran panas, biasanya dipasang sekat (buffle). Ini bertujuan untuk membuat
turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal. Pemasangan buffle akan memperbesar
pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang di
pertukaran panasnya harus diatur. Shell and tube heat exchanger biasanya digunakan untuk
aplikasi tekanan tinggi dan suhu > 260°C. (Wafi, 2011)

Gambar 2.1 Straight tube heat exchanger (two pass side) Gambar 2.2 Straight tube heat exchanger (one pass side)
Sumber : http://chemicalengineeringnow.blogspot.com/2015/03/heat-exchanger-alat-penukar-panas.html

Keuntungan dari shell and tube heat exchanger, yaitu :


1. Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang besar dengan bentuk
atau volume yang kecil.
2. Mempunyai layout mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk operasi
bertekanan
3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well-astablished)
4. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material
5. Mudah membersihkannya
6. Prosedur perencanaannya sudah mapan
7. Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil
(Sitompul, 1993)

Shell and tube heat exchanger terdiri dari serangkaian tabung. Satu set dari tabung
berisi cairan yang harus dipanaskan atau didinginkan. Cairan kedua berjalan lebih dari tabung
yang sedang dipanaskan atau didinginkan sehingga dapat menyediakan panas atau menyerap
panas yang dibutuhkan. (Kern, 1984)

2.2.1 Komponen Shell and Tube Heat Exchanger


Komponen-komponen utama dari heat exchanger tipe shell & tube adalah sebagai berikut:
a. Tube
Pipa tube berpenampang lingkaran menjadi jenis yang paling banyak digunakan
pada heat exchanger tipe ini. Desain rangkaian pipa tube dapat bermacam-macam
sesuai dengan fluida kerja yang dihadapi. Jenis-jenis tube yang digunakan dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.3 Macam-macam rangkaian pipa tube pada shell and tube heat exchanger
Sumber : https://artikel-teknologi.com/macam-macam-heat-exchanger-alat-penukar-panas-bagian-2

b. Shell
Bagian ini menjadi tempat mengalirnya fluida kerja yang lain selain yang mengalir di
dalam tube. Umumnya shell didesain berbentuk silinder dengan penampang
melingkar. Material untuk membuat shell ini adalah pipa silindris jika diameter desain
dari shelltersebut kurang dari 0,6 meter. Sedangkan jika lebih dari 0,6 meter, maka
digunakan bahan plat metal yang dibentuk silindris dan disambung dengan proses
pengelasan.

Gambar 2.3 Tipe-tipe desain front-end head, shell, dan rear-end head
Sumber : https://artikel-teknologi.com/macam-macam-heat-exchanger-alat-penukar-panas-bagian-3
Tipe-tipe desain dari shell ditunjukkan pada gambar di atas. Tipe E adalah yang
paling banyak digunakan karena desainnya yang sederhana serta harga yang relatif
murah. Shell tipe F memiliki nilai efisiensi perpindahan panas yang lebih tinggi dari
tipe E, karena shell tipe didesain untuk memiliki dua aliran (aliran U). Aliran sisi shell
yang dipecah seperti pada tipe G, H, dan J, digunakan pada kondisi-kondisi khusus
seperti pada kondenser dan boiler thermosiphon. Shell tipe K digunakan pada
pemanas kolam air. Sedangkan shell tipe X biasa digunakan untuk proses penurunan
tekanan uap.

2.3 Mekanisme Perhitungan dan Penggunaan Rumus


2.3.1 Menggunakan Neraca Energi
𝑈×𝐴
𝑄=
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷

𝑄
𝑈=
𝐴 × ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷

Harga Q dapat dihitung dari : 𝑄 = (𝑚 × 𝑐 × ∆𝑇) kalor yang diterima fluida dingin,
sementara harga ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 :

∆𝑇1 − ∆𝑇2
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 =
∆𝑇
𝑙𝑛 ∆𝑇1
2

Dengan ∆𝑇1 = 𝑇𝐻𝑖 − 𝑇𝐶𝑖 dan ∆𝑇2 = 𝑇𝐻𝑜 − 𝑇𝐶𝑜

Efisiensi kalor yang dipertukarkan :

(𝑚 × 𝐶𝑝 × ∆𝑇2 )
𝜂= × 100%
(𝑚 × 𝐶𝑝 × ∆𝑇1 )

Keterangan, Q = laju alir kalor (watt), A = luas permukaan (m2), ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 = perbedaan
suhu logaritmik (K), dan U = koefisien perpindahan panas keseluruhan

2.3.2 Menghitung U Menggunakan Persamaan Empiris untuk Pipa Sepanjang (L)


1
𝑈=
1 ∆𝑥 1
.𝐴 + +
ℎ𝑖 𝑘. 𝐴𝑟 ℎ𝑜. 𝐴𝑜

1
𝑈= 𝑟𝑜
1 𝑟1 1
. 2𝜋𝑟1 𝐿 + ln 𝐾2𝜋𝐿 + . 2𝜋𝑟𝑜 𝐿
ℎ𝑖 ℎ𝑜
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini tersedia dalam tabel berikut :
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
No. Alat Jumlah No. Bahan Jumlah
1. Shell and Tube HE 1 set 1. Air -

Gambar 3.1 Rangkaian Shell and Tube Heat Exchanger


Sumber : https://www.researchgate.net

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Start Up
Memastikan semua alat akan bekerja dengan baik

Memastikan valve awal tertutup dan tombol utama dalam
keadaan off

Mengisi tangki B1 dengan air

Menghidupkan tombol power pemanas W1 dalam tangki B1
dan memastikan bahwa setpoint pada pengaturan suhu sebesar
80°C

Menunggu suhu air pada tangki B1 mencapai 60°C.
3.2.2 Shut Up
Menutup sumber air dingin

Memastikan pemanas air dan membiarkan air menjadi dingin

Mematikan pompa P1 dan mematikan tombol utama dan
sumber listrik

Menguras air dalam tangki dan aliran proses

Melepaskan penghubung air pendingin dengan pipa air

Menutup semua valve.
3.2.3 Percobaan Co-Current dan Counter Current
Melakukan prosedur start up

Mengecek hubungan alat pada tangki, percobaan co-current atau pun counter current

Membuka valve V2 dan V5 lalu menjalankan pompa P1

Membuka valve untuk aliran air dingin

Membuka dan menyesuaikan valve V3 dan V4 untuk memperoleh kecepatan aliran air
panas dan dingin sesuai kebutuhan. Apabila valve V3 terbuka penuh sedangkan aliran air
panas tidak mencapai kecepatan aliran yang diinginkan, valve V5 ditutup secara perlahan
agar kecepatan aliran panas dapat dicapai

Membuat sistem mencapai keadaan stabil selama 10 menit

Mencatat TT03, TT04, TT05, TT06 untuk kedua suhu masuk dan aliran keluaran

Mengulangi langkah 5-7 dengan kombinasi kecepatan aliran yang berbeda

Melakukan percobaan selanjutnya atau mematikan alat sesuai prosedur shut up.

3.3 Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja yang harus dilakukan dalam praktikum ini, antara lain :
1. Memakai jas lab, sarung tangan, sepatu tertutup saat melaksanakan praktikum;
2. Bekerja dengan SOP alat agar tidak terjadi kerusakan
3. Pastikan dengan benar-benar settpoin menunjukkan angka 50
4. Jangan biarkan tangki umpan air dingin penuh dan tumpah ke lantai
5. Pastikan selang tersusun rapid an tidak kemana-mana
6. Bekerja dengan hati-hati pada alat STHE
7. Bertanya pada pembimbing apabila ada yang kurang jelas
8. Tidak bercanda di dalam laboratorium saat pratikum berlangsung
9. Bersihkan kembali semua peralatan apabila praktikum selesai dilakukan.
BAB IV
DATA DAN PERHITUNGAN
4.1 Pengamatan Alat
4.1.1 Shell
Dari pengamatan alat yang dilakukan, diperoleh beberapa data yaitu :
1. Keliling Luar Shell : 16cm
2. Ketebalan Shell : 3mm
3. Panjang Shell and Tubes : 25cm

Dengan begitu, dapat diperoleh diameter shell adalah sebagai berikut


𝐾 16𝑐𝑚
𝐷= = = 5,09𝑐𝑚
𝜋 22⁄7

Diameter dalam shell diperoleh dengan cara:


𝐷𝑑 = 𝐷 − 𝑡ℎ𝑖𝑐𝑘𝑛𝑒𝑠𝑠 = 5,09𝑐𝑚 − 0,3𝑐𝑚 = 4,79𝑐𝑚

Luas permukaan shell adalah:


22
𝐴 = 𝜋 × 𝐷𝑑 × 𝐿 = × 4,79𝑐𝑚 × 25𝑐𝑚
7
𝐴 = 376,43𝑐𝑚2

4.1.2 Tubes
Dari pengamatan alat yang dilakukan, diperoleh beberapa data yaitu :
1. Keliling Luar Tubes : 2cm
2. Ketebalan Tubes : 1mm
3. Jumlah Tubes : 7 buah

Dengan begitu, dapat diperoleh diameter tubes adalah sebagai berikut


𝐾 2𝑐𝑚
𝐷= = = 0,63
𝜋 22⁄7

Diameter dalam tubes diperoleh dengan cara:


𝐷𝑑 = 𝐷 − 𝑡ℎ𝑖𝑐𝑘𝑛𝑒𝑠𝑠 = 0,63𝑐𝑚 − 0,1𝑐𝑚 = 0,536𝑐𝑚

Luas permukaan tubes adalah:


22
𝐴 = 𝜋 × 𝐷𝑑 × 𝐿 = × 0,536 × 25𝑐𝑚 × 7
7
𝐴 = 295𝑐𝑚2

Total luas permukaan (A) = 671,43 cm2


4.2 Perolehan Data
Tabel 4.1 Perolehan Data
CO-CURRENT, variasi FT02
FT01 FT02 TT03 TT04 TT05 TT06
t (menit) (hot) (cold) thi tho tci tco
10 1 0,3 50,5 47,7 26,9 33,4
10 1 0,6 50,4 47,4 26,1 32,9
10 1 0,9 50,1 46,9 26,2 31,3
10 1 1,2 50,1 46,3 26 29,6
10 1 1,5 50 45,9 25,8 28,1

CO-CURRENT, variasi FT01


t FT01 FT02 TT03 TT04 TT05 TT06
(menit) (hot) (cold) thi tho tci tco
10 0,3 1 49,8 44,5 25,9 29,3
10 0,6 1 50,2 46,3 25,9 30,9
10 0,9 1 50,2 46,8 26 32
10 1,2 1 50,4 48,1 26,1 32,8
10 1,5 1 50,4 48,3 26,3 32,8

COUNTER CURRENT, variasi FT02


t FT01 FT02 TT03 TT04 TT05 TT06
(menit) (hot) (cold) thi tho tci tco
10 1 0,3 50,1 44,9 25,6 33
10 1 0,6 50,1 46,5 25,4 32,3
10 1 0,9 50,2 47,3 25,7 31,7
10 1 1,2 50,5 47,8 25,7 29,5
10 1 1,5 50,5 47,7 25,7 28,9

COUNTER CURRENT, variasi FT01


t FT01 FT02 TT03 TT04 TT05 TT06
(menit) (hot) (cold) thi tho tci tco
10 0,3 1 50,1 45,3 25,5 28,6
10 0,6 1 49,8 45,8 25,2 29,7
10 0,9 1 50,2 47,2 25,8 31,2
10 1,2 1 50,5 48 25,8 32,8
10 1,5 1 50,4 47,9 26 32,8
4.2.1 Co Current
4.2.1.1 Laju Alir Air Panas Tetap (FT01=1,0); Laju Alir Dingin Berubah
a. Perhitungan ∆T1 dan ∆T2
Tabel 4.2 Perhitungan ∆T1 dan ∆T2
Laju Fluida Suhu (°C) ∆T2 = ∆T1 =
Dingin Tho-Tco Thi-Tci
(L/min) Thi Tho Tci Tco (°C) (°C)
0,3 50,5 47,7 26,9 33,4 14,3 23,6
0,6 50,4 47,4 26,1 32,9 14,5 24,3
0,9 50,1 46,9 26,2 31,3 15,6 23,9
1,2 50,1 46,3 26 29,6 16,7 24,1
1,5 50 45,9 25,8 28,1 17,8 24,2
b. Perhitungan ∆TLMTD
Tabel 4.3 Perhitungan ∆TLMTD
Laju Fluida Dingin ∆T1 - ∆T2 ∆T1 ∆TLMTD
𝑙𝑛
(L/min) (°C) ∆T2 (°C)-1
0,3 9,3 0,5009872 18,56335
0,6 9,8 0,5163277 18,98019
0,9 8,3 0,4266075 19,45582
1,2 7,4 0,3668031 20,17431
1,5 6,4 0,3071542 20,83644

c. Mencari Harga FT dari Kurva

Gambar 4.1 Kurva FT

Tabel 4.4 Perhitungan FT


Laju Fluida ∆Tcold Y= ∆Thot Z=
Thi-Tci
Dingin Tco-Tci 𝑇𝑐𝑜 − 𝑇𝑐𝑖 Thi-Tho 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇ℎ𝑜 FT
(°C)
(L/min) (°C) 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇𝑐𝑖 (°C) 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇𝑐𝑖
0,3 6,5 23,6 0,275424 2,8 0,430769 1
0,6 6,8 24,3 0,279835 3 0,441176 1
0,9 5,1 23,9 0,213389 3,2 0,627451 1
1,2 3,6 24,1 0,149378 3,8 1,055556 1
1,5 2,3 24,2 0,095041 4,1 1,782609 1
d. Perhitungan ∆Tm
Tabel 4.5 Perhitungan ∆Tm
∆Tm
Laju Alir Fluida ∆TLMTD
FT (∆TLMTD×FT)
Dingin (L/min) (°C)-1
(°C)-1
0,3 18,56335 1 18,56335
0,6 18,98019 1 18,98019
0,9 19,45582 1 19,45582
1,2 20,17431 1 20,17431
1,5 20,83644 1 20,83644

e. Perhitungan Q
Tabel 4.6 Data untuk perhitungan Q, dari Appendix
Laju Laju
ρ1 ρ2 Cp 1 Cp 2 ṁ1 ṁ2
Fluida Fluida ∆T1 ∆T2
(kg/m3) (kg/m3) (kJ/kg.C) (kJ/kg.C) (kg/min) (kg/min)
Dingin Panas (°C) (°C) hot cold hot cold hot cold
(L/min) (L/min)
0,3 1 23,6 14,3 987,83 997,73 4,183 4,183 9,878 2,993
0,6 1 24,3 14,5 987,88 998,06 4,183 4,183 9,879 5,988
0,9 1 23,9 15,6 988,02 998,02 4,183 4,183 9,880 8,982
1,2 1 24,1 16,7 988,02 998,10 4,183 4,183 9,880 11,977
1,5 1 24,2 17,8 988,07 998,19 4,183 4,183 9,881 14,973

Laju Fluida Laju Fluida


Q Panas Q dingin 𝜂
Dingin Panas
(kJ) (kJ) (%)
(L/min) (L/min)
0,3 1 115,704 81,36821 70,32448
0,6 1 123,9734 170,3174 72,78962
0,9 1 132,2539 191,5972 69,02703
1,2 1 157,0515 180,3454 87,08374
1,5 1 169,457 144,0406 85,00131

Grafik Q vs Laju Alir


250
200
Q (Kj/min)

150
100 Q panas
50 Q dingin
0
0 0.5 1 1.5 2
Laju Alir (LPM)
f. Perhitungan U

𝑸
U= 𝑨.△𝑻
𝒎

Laju Fluida Q rata-rata


A (cm2) △Tm U(kJ/m2.0C)
Dingin (L/min) (kJ)

671.489
0,3 98,536084 18,56335 0,007905
671.489
0,6 147,14541 18,98019 0,011545
671.489
0,9 161,92557 19,45582 0,012394
671.489
1,2 168,69844 20,17431 0,012453
671.489
1,5 156,7488 20,83644 0,011203

Grafik U vs Laju Alir


0.014
0.012
0.01
U (Kj/min)

0.008
y = 0.0025x + 0.0088
0.006 R² = 0.4044 U
0.004 Linear (U)
0.002
0
0 0.5 1 1.5 2
Laju Alir (LPM)

4.2.2 Co Current
4.2.2.1 Laju Alir Air Dingin Tetap (FT02=1,0); Laju Alir Panas Berubah

a. Perhitungan ∆T1 dan ∆T2


Tabel 4.2 Perhitungan ∆T1 dan ∆T2
Laju Fluida Suhu (°C) ∆T2 = ∆T1 =
Panas Tho-Tco Thi-Tci
(L/min) Thi Tho Tci Tco (°C) (°C)
0,3 49,8 44,5 25,9 29,3 15,2 23,9
0,6 50,2 46,3 25,9 30,9 15,4 24,3
0,9 50,2 46,8 26 32 14,8 24,2
1,2 50,4 48,1 26,1 32,8 15,3 24,3
1,5 50,4 48,3 26,3 32,8 15,5 24,1
b. Perhitungan ∆TLMTD
Tabel 4.3 Perhitungan ∆TLMTD
Laju Fluida Panas ∆T1 - ∆T2 ∆T1 ∆TLMTD
𝑙𝑛
(L/min) (°C) ∆T2 (°C)-1
0,3 8,7 0,452583 19,22299
0,6 8,9 0,4561088 19,51289
0,9 9,4 0,4917255 19,11636
1,2 9 0,4626235 19,45426
1,5 8,6 0,4413718 19,48471

c. Mencari Harga FT dari Kurva

Gambar 4.1 Kurva FT

Tabel 4.4 Perhitungan FT


Laju Fluida ∆Tcold Y= ∆Thot Z=
Thi-Tci
Panas Tco-Tci 𝑇𝑐𝑜 − 𝑇𝑐𝑖 Thi-Tho 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇ℎ𝑜 FT
(°C)
(L/min) (°C) 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇𝑐𝑖 (°C) 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇𝑐𝑖
0,3 3,4 23,9 0,142259 5,3 1,558824 1
0,6 5 24,3 0,205761 3,9 0,78 1
0,9 6 24,2 0,247934 3,4 0,566667 1
1,2 6,7 24,3 0,27572 2,3 0,343284 1
1,5 6,5 24,1 0,26971 2,1 0,323077 1

d. Perhitungan ∆Tm
Tabel 4.5 Perhitungan ∆Tm
∆Tm
Laju Fluida Panas ∆TLMTD
FT (∆TLMTD×FT)
(L/min) (°C)-1
(°C)-1
0,3 19,22299 1 19,22299
0,6 19,51289 1 19,51289
0,9 19,11636 1 19,11636
1,2 19,45426 1 19,45426
1,5 19,48471 1 19,48471
e. Perhitungan Q
Tabel 4.6 Data untuk perhitungan Q, dari Appendix
Laju Laju
ρ1 ρ2 Cp 1 Cp 2 ṁ1 ṁ2
Fluida Fluida ∆T1 ∆T2
(kg/m3) (kg/m3) (kJ/kg.C) (kJ/kg.C) (kg/min) (kg/min)
Panas Dingin (°C) (°C) hot cold hot cold hot cold
(L/min) (L/min)
0,3 1 23,9 15,2 988,17 998,14 4,183 4,183 2,964 9,981
0,6 1 24,3 15,4 987,97 998,14 4,183 4,183 5,928 9,981
0,9 1 24,2 14,8 987,97 998,10 4,183 4,183 8,892 9,981
1,2 1 24,3 15,3 987,88 998,06 4,183 4,183 11,855 9,981
1,5 1 24,1 15,5 987,88 997,98 4,183 4,182 14,818 9,980

Laju Fluida Laju Fluida


Q Panas Q dingin 𝜂
Panas Dingin
(kJ) (kJ) (%)
(L/min) (L/min)
0,3 1 65,72141 141,9458 46,30036
0,6 1 96,70686 208,7438 46,32801
0,9 1 126,4628 250,4797 50,48825
1,2 1 114,0555 279,6879 40,77957
1,5 1 130,1721 271,3111 47,97889

Grafik Q vs Laju Alir


300

250

200
Q (Kj/min)

150
Q dingin
100
Q panas
50

0
0 0.5 1 1.5 2
Laju Alir (LPM)
f. Perhitungan U

𝑸
U= 𝑨.△𝑻
𝒎

Laju Fluida Q rata-rata


A (cm2) △Tm U(kJ/m2.0C)
Panas (L/min) (kJ)

671.489
0,3 103,8336 19,22299 0,008044
671.489
0,6 152,72533 19,51289 0,011656
671.489
0,9 188,47125 19,11636 0,014683
671.489
1,2 196,87173 19,45426 0,015071
671.489
1,5 200,74159 19,48471 0,015343

Grafik U vs Laju Alir


0.018
0.016
0.014
0.012
U (Kj/min)

0.01
0.008 y = 0.006x + 0.0076 U
0.006 R² = 0.8326
Linear (U)
0.004
0.002
0
0 0.5 1 1.5 2
Laju Alir (LPM)

4.2.3 Counter Current


4.2.3.1 Laju Alir Air Panas Tetap (FT01=1,0); Laju Alir Dingin Berubah

a. Perhitungan ∆T1 dan ∆T2


Tabel 4.2 Perhitungan ∆T1 dan ∆T2
Laju Fluida Suhu (°C) ∆T2 = ∆T1 =
Dingin Tho-Tco Thi-Tci
(L/min) Thi Tho Tci Tco (°C) (°C)
0,3 50,1 44,9 25,6 33 11,9 24,5
0,6 50,1 46,5 25,4 32,3 14,2 24,7
0,9 50,2 47,3 25,7 31,7 15,6 24,5
1,2 50,5 47,8 25,7 29,5 18,3 24,8
1,5 50,5 47,7 25,7 28,9 18,8 24,8
b. Perhitungan ∆TLMTD
Tabel 4.3 Perhitungan ∆TLMTD
Laju Fluida Dingin ∆T1 - ∆T2 ∆T1 ∆TLMTD
𝑙𝑛
(L/min) (°C) ∆T2 (°C)-1
0,3 12,6 0,7221347 17,44827
0,6 10,5 0,5535613 18,96809
0,9 8,9 0,4514022 19,71634
1,2 6,5 0,3039426 21,38562
1,5 6 0,2769868 21,66168

c. Mencari Harga FT dari Kurva

Gambar 4.1 Kurva FT

Tabel 4.4 Perhitungan FT


Laju Fluida ∆Tcold Y= ∆Thot Z=
Thi-Tci
Dingin Tco-Tci 𝑇𝑐𝑜 − 𝑇𝑐𝑖 Thi-Tho 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇ℎ𝑜 FT
(°C)
(L/min) (°C) 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇𝑐𝑖 (°C) 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇𝑐𝑖
0,3 7,4 24,5 0,302041 5,2 0,702703 1
0,6 6,9 24,7 0,279352 3,6 0,521739 1
0,9 6 24,5 0,244898 2,9 0,483333 1
1,2 3,8 24,8 0,153226 2,7 0,710526 1
1,5 3,2 24,8 0,129032 2,8 0,875 1

d. Perhitungan ∆Tm
Tabel 4.5 Perhitungan ∆Tm
∆Tm
Laju Alir Fluida ∆TLMTD
FT (∆TLMTD×FT)
Dingin (L/min) (°C)-1
(°C)-1
0,3 17,44827 1 17,44827
0,6 18,96809 1 18,96809
0,9 19,71634 1 19,71634
1,2 21,38562 1 21,38562
1,5 21,66168 1 21,66168
e. Perhitungan Q
Tabel 4.6 Data untuk perhitungan Q, dari Appendix
Laju Laju
ρ1 ρ2 Cp 1 Cp 2 ṁ1 ṁ2
Fluida Fluida ∆T1 ∆T2
(kg/m3) (kg/m3) (kJ/kg.C) (kJ/kg.C) (kg/min) (kg/min)
Dingin Panas (°C) (°C) hot cold hot cold hot cold
(L/min) (L/min)
0,3 1 24,5 11,9 988,02 998,27 4,183 4,183 9,880 2,995
0,6 1 24,7 14,2 988,02 998,35 4,183 4,183 9,880 5,990
0,9 1 24,5 15,6 987,97 998,23 4,183 4,183 9,880 8,984
1,2 1 24,8 18,3 987,83 998,23 4,183 4,183 9,878 11,979
1,5 1 24,8 18,8 987,83 998,23 4,183 4,183 9,878 14,973

Laju Fluida Laju Fluida


Q Panas Q dingin 𝜂
Dingin Panas
(kJ) (kJ) (%)
(L/min) (L/min)
0,3 1 214,9126 92,69655 43,13221
0,6 1 148,7856 172,8843 86,0608
0,9 1 119,8504 225,4665 53,15662
1,2 1 111,5717 190,3939 58,60043
1,5 1 115,704 200,4147 57,73228

Grafik Q vs Laju Alir


250

200
Q (Kj/min)

150

100 Q panas
Q dingin
50

0
0 0.5 1 1.5 2
Laju Alir (LPM)
f. Perhitungan U

𝑸
U= 𝑨.△𝑻
𝒎

Laju Fluida Q rata-rata


A (cm2) △Tm U(kJ/m2.0C)
Dingin (L/min) (kJ)

671.489
0,3 153,80457 17,44827 0,013127
671.489
0,6 160,83498 18,96809 0,012628
671.489
0,9 172,65844 19,71634 0,013041
671.489
1,2 150,98281 21,38562 0,010514
671.489
1,5 158,05932 21,66168 0,010866

Grafik U vs Laju Alir


0.015
U (Kj/min)

0.01

0.005 y = -0.0022x + 0.014 u


R² = 0.706 Linear (u)
0
0 0.5 1 1.5 2

Laju Alir (LPM)

4.2.4 Counter Current


4.2.4.1 Laju Alir Air Dingin Tetap (FT02=1,0); Laju Alir Panas Berubah

a. Perhitungan ∆T1 dan ∆T2


Tabel 4.2 Perhitungan ∆T1 dan ∆T2
Laju Fluida Suhu (°C) ∆T2 = ∆T1 =
Panas Tho-Tco Thi-Tci
(L/min) Thi Tho Tci Tco (°C) (°C)
0,3 50,1 45,3 25,5 28,6 16,7 24,6
0,6 49,8 45,8 25,2 29,7 16,1 24,6
0,9 50,2 47,2 25,8 31,2 16 24,4
1,2 50,5 48 25,8 32,8 15,2 24,7
1,5 50,4 47,9 26 32,8 15,1 24,4
b. Perhitungan ∆TLMTD
Tabel 4.3 Perhitungan ∆TLMTD
Laju Fluida Panas ∆T1 - ∆T2 ∆T1 ∆TLMTD
𝑙𝑛
(L/min) (°C) ∆T2 (°C)-1
0,3 7,9 0,3873377 20,39564
0,6 8,5 0,4239272 20,05061
0,9 8,4 0,4219944 19,90548
1,2 9,5 0,4855078 19,56714
1,5 9,3 0,4798884 19,37951

c. Mencari Harga FT dari Kurva

Gambar 4.1 Kurva FT

Tabel 4.4 Perhitungan FT


Laju Fluida ∆Tcold Y= ∆Thot Z=
Thi-Tci
Panas Tco-Tci 𝑇𝑐𝑜 − 𝑇𝑐𝑖 Thi-Tho 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇ℎ𝑜 FT
(°C)
(L/min) (°C) 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇𝑐𝑖 (°C) 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇𝑐𝑖
0,3 3,1 24,6 0,126016 4,8 1,548387 1
0,6 4,5 24,6 0,182927 4 0,888889 1
0,9 5,4 24,4 0,221311 3 0,555556 1
1,2 7 24,7 0,283401 2,5 0,357143 1
1,5 6,8 24,4 0,278689 2,5 0,367647 1

d. Perhitungan ∆Tm
Tabel 4.5 Perhitungan ∆Tm
∆Tm
Laju Fluida Panas ∆TLMTD
FT (∆TLMTD×FT)
(L/min) (°C)-1
(°C)-1
0,3 20,39564 1 20,39564
0,6 20,05061 1 20,05061
0,9 19,90548 1 19,90548
1,2 19,56714 1 19,56714
1,5 19,37951 1 19,37951
e. Perhitungan Q
Tabel 4.6 Data untuk perhitungan Q, dari Appendix
Laju Laju
ρ1 ρ2 Cp 1 Cp 2 ṁ1 ṁ2
Fluida Fluida ∆T1 ∆T2
(kg/m3) (kg/m3) (kJ/kg.C) (kJ/kg.C) (kg/min) (kg/min)
Panas Dingin (°C) (°C) hot cold hot cold hot cold
(L/min) (L/min)
0,3 1 24,6 16,7 988,02 998,31 4,183 4,183 2,964 9,983
0,6 1 24,6 16,1 988,17 998,44 4,183 4,183 5,929 9,984
0,9 1 24,4 16 987,97 998,19 4,183 4,183 8,892 9,982
1,2 1 24,7 15,2 987,83 998,19 4,183 4,183 11,854 9,982
1,5 1 24,4 15,1 987,88 998,10 4,183 4,183 14,818 9,981

Laju Fluida Laju Fluida


Q Panas Q dingin 𝜂
Panas Dingin
(kJ) (kJ) (%)
(L/min) (L/min)
0,3 1 59,51425 129,4478 45,97549
0,6 1 99,20212 187,9371 52,78475
0,9 1 111,5848 225,4549 49,49319
1,2 1 123,9685 292,2564 42,41773
1,5 1 154,9668 283,877 54,5894

Grafik Q vs Laju Alir


350
300
250
Q (Kj/min)

200
150 Q panas
100 Q dingin
50
0
0 0.5 1 1.5 2
Laju Alir (LPM)
f. Perhitungan U

𝑸
U= 𝑨.△𝑻
𝒎

Laju Fluida Q rata-rata


A (cm2) △Tm U(kJ/m2.0C)
Panas (L/min) (kJ)

671.489
0,3 94,481023 20,39564 0,006899
671.489
0,6 143,5696 20,05061 0,010663
671.489
0,9 168,51987 19,90548 0,012608
671.489
1,2 208,11245 19,56714 0,015839
671.489
1,5 219,42186 19,37951 0,016862

Grafik U vs Laju Alir


0.02
0.018
0.016
0.014
U (Kj/min)

0.012
0.01
0.008 y = 0.0084x + 0.005 Series1
0.006 R² = 0.9708 Linear (Series1)
0.004
0.002
0
0 0.5 1 1.5 2
Laju Alir (LPM
BAB V
PEMBAHASAN

1. Dewi Lutfi Juliana (171424009)


Praktikum Shell and Tube Heat Exchanger bertujuan untuk mengetahui dan
memahami cara kerja dari alat penukar panas ini, menghitung koefisien pindah panas
keseluruhan menggunakan persamaan neraca energi dan persamaan empiris,
menghitung efisiensi pindah panas dari kalor yang dilepas dan kalor yang diterima
fluida, dan pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas keseluruhan.
Untuk mengetahui pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas, pada
praktikum kali ini pengamatan dilakukan dengan variasi laju alir.
Pada praktikum ini jenis aliran yang digunakan adalah co-current dimana dua
fluida mengalir dengan temperature awal yang berbeda pada kondisi masukan dan
keluaran yang searah dengan variasi laju alir panas tetap (1 LPM), perubahan laju alir
dingin (0.3 LPM , 0.6 LPM, 0.9 LPM,1.2 LPM,1.5 LPM) dan laju alir dingin tetap (1
LPM), perubahan laju alir panas (0.3 LPM, 0.6 LPM, 0.9 LPM, 1.2 LPM, 1.5 LPM)
serta jenis aliran counter currrent dimana dua fluida mengalir dengan temperature
awal yang berbeda pada kondisi masukan dan keluaran yang berlawanan. Fluida
panas mengalir melalui shell sedangkan fluida dingin mengalir sepanjang tube.
Variasi yang digunakan adalah laju alir dingin tetap (1 LPM), perubahan laju alir
panas (0.3 LPM, 0.6 LPM, 0.9 LPM, 1.2 LPM, 1.5 LPM) dan perubahan laju air
panas tetap (1 LPM), perubahan laju air dingin (0.3 LPM, 0.6 LPM, 0.9 LPM, 1.2
LPM, 1.5 LPM). Setelah dilakukan perhitungan didapat data sebagai berikut
Pada variasi laju air panas berubah dengan laju alir dingin tetap, kurva antara laju alir
air panas dan koefisien perpindahan panas keseluruhan menunjukkan bahwa semakin
besar laju alir air panas, semakin besar pula koefisien perpindahan panas. Artinya
panas yang diberikan semakin banyak. Hal ini sesuai dengan teori (Geankoplis, 2003).
Sedangkan pada variasi laju alir air dingin pada percobaan counter current terjadi
penurunan nilai U pada kenaikan laju alir. Jika dianalisis, grafik koefisien
perpindahan panas (U) terhadap Laju Alir dapat dijelaskan di bawah ini.
Grafik U vs Laju Alir Grafik U vs Laju Alir

0.015 0.02
0.015
U (Kj/min)

0.01

U (Kj/min)
y = 0.0025x + 0.0088 0.01
0.005 R² = 0.4044 y = 0.006x + 0.0076
0.005
R² = 0.8326
0 0
0 0.5 1 1.5 2 0 0.5 1 1.5 2
Laju Alir Air Dingin (LPM) Laju Alir Air Panas (LPM)

Grafik U vs Laju Alir


Grafik U vs Laju Alir
0.015 0.02
0.015
U (Kj/min)

0.01
U (Kj/min) 0.01
0.005 y = -0.0022x + 0.014 y = 0.0084x + 0.005
R² = 0.706 0.005 R² = 0.9708
0 0
0 0.5 1 1.5 2 0 0.5 1 1.5 2
Laju Alir (LPM) Laju Alir (LPM

Pada grafik U vs Laju Alir di atas, nilai U maksimum terdapat pada kurva dengan
jenis aliran counter current dengan nilai U= 0,016862 KJ/min.m2.oC pada saat laju alir
1.5 LPM. Terlihat dari tiga grafik tersebut bahwa grafik memiliki trendline yang naik
dimana nilai U semakin besar seiring kenaikan laju alir.
Jika dilihat dari trend linear nya, jenis aliran counter current memiliki trend
yang paling baik dengan nilai R2=0.9708. Grafik hasil percobaan telah sesuai dengan
teori yang ada, yaitu nilai U sebanding dengan nilai laju alir.
Jika diamati dari perubahan laju alir terhadap perpindahan panas, dengan laju alir
panas dan dingin tetap. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi
laju alir panas, panas yang diberikan/dilepas fluida panas dan panas yang
diterima/diserap fluida dingin semakin tinggi juga, namun panas yang dilepas selalu
lebih besar dibandingkan dengan panas yang diserap, atau dengan kata lain ada energi
yang hilang, sedangkan menurut teorinya atau idealnya energi yang diberikan dalam
perpindahan panas harus sama dengan energi yang diterima. Hal ini dapat disebabkan
oleh faktor yang belum diketahui oleh penulis.
Dengan meningkatnya laju alir air panas, didapatkan heat loss (%) semakin
meningkat juga dan efisiensi heat exchanger semakin menurun. Hal tersebut dapat
diakibatkan karena peralatan shell and tube heat exchanger yang digunakan tidak
dilengkapi isolator dibagian luar sehingga mempermudah terjadinya heat loss sehingga
efisiensinya berkurang.
Berdasarkan literatur, penukar panas jenis co-current, temperatur fluida dingin
yang keluar dari alat penukar panas tidak dapat melebihi temperatur fluida panas yang
keluar dari alat penukar panas, sehingga diperlukan media pendingin/pemanas yang
banyak. Sedangkan jenis aliran counter current, temperatur fluida dingin yang keluar
dari penukar panas lebih tinggi dibandingkan temperatur fluida panas yang keluar dari
penukar kalor, sehingga dianggap lebih baik dari aliran searah. Berarti data hasil
praktikum menunjukkan kebenaran jika jenis aliran counter current lebih baik dari pada
aliran co-current. Hal ini disebabkan pada aliran counter current panas yang diserap
fluida dingin akan semakin banyak dibanding pada aliran co current.

2. Dhiya Nadhifah S (171424010)

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pada suatu alat Shell and Tube
Heat Exchanger dengan tujuan untuk mengetahui prinsip kerja dari Shell and Tube,
pengaruh aliran tube dan shell terhadap koefisien perpindahan panas serta efisiensi
perpindahan panas.
Shell and tube Heat Exchanger memiliki komponen utama yaitu baffle,
,nozzle, shell dan tube. Baffle memiliki tujuan untuk mengarahkan aliran sehingga
distribusi perpindahan panas merata dan juga sebagai penopang komponen tube.
Nozzle berfungsi sebagai pengatur aliran fluida. Tube merupakan suatu tabung berisi
cairan yang ingin dipanaskan atau didinginkan. Fluida dalam shell merupakan cairan
yang berfungsi untuk memanaskan atau mendinginkan sehingga dapat memberikan
panas atau menyerap panas yang dibutuhkan.

Pada praktikum kali ini diinginkan air yang keluar dari tube berupa air yang
lebih dingin dari suhu aliran masuk ke tube. Aliran panas yang masuk ke tube
dilakukan setting suhu sebesar ±50°C dan suhu aliran yang digunakan untuk
mendinginkan / yang masuk ke shell bersuhu ±25°C. Untuk tipe aliran yang
digunakan ialah Co-Current dan Counter Current. Dilakukan 2 variasi terhadap laju
alir, dimana pada percobaan pertama dilakukan variasi laju alir fluida dingin yang
dibuat menjadi sebesar 0,3 LPM; 0,6 LPM; 0,9 LPM; 1,2 LPM; 1,5 LPM sedangkan
laju alir fluida panas dibuat konstan sebesar 1 LPM. Pada percobaan kedua laju alir
yang divariasikan adalah laju alir fluida panas yang dibuat sebesar 0,3LPM; 0,6 LPM;
0,9 LPM; 1,2 LPM; 1,5 LPM sedangkan laju alir fluida dingin dibuat konstan sebesar
1 LPM.

a. Co-current

Ketika laju alir fluida panas dinaikan dengan laju alir fluida dingin tetap,
diperoleh bahwa kenaikan koefisien perpindahan panas (U) akan bertambah
seiring dengan kenaikan laju alir fulida panas. Hal ini mengakibatkan bahwa,
efisiensi panas yang diterima fluida dingin makin bertambah. Menurut teori
(Geankoplis, 2003) “Panas yang diberikan semakin banyak.” Lalu, berdasarkan
literatur (Kern), nilai U untuk laju alir panas dan laju alir dingin berupa larutan air
nilainya berkisar antara 200-500 Btu/h.ft2.oF.

Berikut ini adalah tabel berdasarkan hasil percobaan diatas:

 Ketika Fluida Panas Berubah dan Fluida Dingin Tetap :

Laju Fluida Q rata-rata U


Panas (L/min) (kJ) (kJ/m2.0C)
0,3 103,8336 0,008044
0,6 152,72533 0,011656
0,9 188,47125 0,014683
1,2 196,87173 0,015071
1,5 200,74159 0,015343

Pada saat laju alir fluida dingin tetap dan laju alir fluida panas
berubah terjadi kenaikan koefisien perpindahan panas, hal tersebut
terjadi karena laju alir fluida panas yang tinggi mengakibatkan suhu
yang dihasilkan pun semakin tinggi. Akibatnya, panas yang diterima
oleh fluida dingin pun semakin besar.

 Ketika Fluida Panas Tetap dan Fluida Dingin Berubah:

Laju Fluida
Q rata-rata U
Dingin
(kJ) (kJ/m2.0C)
(L/min)
0,3 98,536084 0,007905
0,6 147,14541 0,011545
0,9 161,92557 0,012394
1,2 168,69844 0,012453
1,5 156,7488 0,011203
Pada saat fluida panas tetap dan fluida dingin berubah terjadi
kenaikan koefisien perpindahan panas ketika salah satu laju alir fluida
dingin dinaikkan. Artinya kapasitas fluida dingin untuk menerima
panas bertambah karena laju alirnya dibuat tinggi.

b. Counter-current

Pada counter-current laju alir fluida panas dan laju alir fluida dingin dibuat
berlawanan arah, diperoleh koefisien perpindahan panas semakin bertambah
seiring dengan kenaikan laju alir fluida namun pada variasi fluida dingin terjadi
penurunan koefisien perpindahan panas. Berikut ini adalah tabel berdasarkan hasil
percobaan diatas:

 Ketika Fluida Panas Berubah dan Fluida Dingin Tetap :

Laju Fluida Q rata-rata U


Panas (L/min) (kJ) (kJ/m2.0C)

0,3 94,481023 0,006899


0,6 143,5696 0,010663
0,9 168,51987 0,012608
1,2 208,11245 0,015839
1,5 219,42186 0,016862

 Ketika Fluida Panas Tetap dan Fluida Dingin Berubah:

Laju Fluida
Q rata-rata U
Dingin
(kJ) (kJ/m2.0C)
(L/min)
0,3 153,80457 0,013127
0,6 160,83498 0,012628
0,9 172,65844 0,013041
1,2 150,98281 0,010514
1,5 158,05932 0,010866
Nilai U maksimum terdapat pada kurva dengan jenis aliran counter current
dengan nilai U= 0,016862 KJ/min.m2.oC pada saat laju alir 1.5 LPM. Dari grafik yang
didapatkan dapat dilihat bahwa grafik memiliki trendline yang naik dimana nilai U
semakin besar seiring kenaikan laju alir.
Jika dilihat dari trend linear nya, jenis aliran counter current memiliki trend
yang paling baik dengan nilai R2=0.9708. Grafik hasil percobaan telah sesuai dengan
teori yang ada, yaitu nilai U sebanding dengan nilai laju alir. Berdasarkan data hasil
praktikum menunjukkan kebenaran jika jenis aliran counter current lebih baik dari pada
aliran co-current. Hal ini disebabkan pada aliran counter current panas yang diserap
fluida dingin akan semakin banyak dibanding pada aliran co current. Dengan
meningkatnya laju alir air panas, didapatkan heat loss (%) semakin meningkat juga dan
efisiensi heat exchanger semakin menurun. Hal tersebut dapat diakibatkan karena
peralatan shell and tube heat exchanger yang digunakan tidak dilengkapi isolator
dibagian luar sehingga mempermudah terjadinya heat loss sehingga efisiensinya
berkurang.
Faktor faktor yang mempengaruhi perpindahan panas pada alat STHE ini
adalah perbedaan temperatur antara kedua fluida yang digunakan, luas permukaan
perpindahan panas, dan laju alir fluida yang digunakan. Pada faktor laju alir, laju alir
dapat menyebabkan perbedaan waktu kontak antara fluida panas dan fluida dingin
pada alat STHE. Selain itu akan mempengaruhi besar kecilnya kalor yang dilepaskan
dan diterima oleh fluida.
BABVI
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Kuppan, T., 2000, “Heat Exchanger Design Handbook”, New York: Marcel Dekker. inc.

Sitompul,T.M, 1993, Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Utara.

Anda mungkin juga menyukai