Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Definisi BPH

BPH merupakan kelainan yang sangat sering terjadi. Pada laki-laki

berumur 40 tahun BPH terdapat dalam jumlah yang bermakna dan

frekuensinya bertambah secara progresif sejalan dengan umur, mencapai 90%

pada dekade kedelapan. Pada BPH terdapat proliferasi unsur stroma dan epitel

yang mengakibatkan pembesaran kelenjar yang kadang-kadang obstruksi

saluran kemih (Kumar, Abbas, Aster, 2015).

Pada banyak pasien dengan usia diatas 50 tahun, kelenjar prostatnya

mengalami perbesaran, memanjang keatas kedalam kandung kemih dan

menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra. Kondisi ini dikenal

sebagai benigna prostat hiperplasia (BPH), perbesaran, atau hipertrofi prostat.

BPH adalah kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia dan

penyebab kedua yang palig sering untuk intervensi medis pada pria di atas

usia 60 tahun (Smeltzer & Bare, 2001).

BPH merupakan diagnosis klinis yang menggambarkan gejala kemih

yang disebabkan oleh obstruksi prostat, namun beberapa pasien dengan BPH

memiiliki kelenjar yang tidak terlalu besar, dan yang memiliki prostat besar

tidak memiliki gejala yang tampak . Gejala BPH meliputi frekuensi kemih,

urgensi, keragu-raguan, aliran lambat, dan nokturia. Gejala-gejala ini tidak

spesifik dan dapat disebabkan oleh infeksi, striktur uretra, atau disfungsi
neurologis akibat diabetes, penyakit parkinson, multiple sclerosis, stroke, atau

cedera saraf tulang belakang. Selain gejala berkemih, komplikasi BPH

termasuk hematuria kotor, infeksi karena pengosongan tidak lengkap, batu

kandung kemih, dan AUR. Seiring berjalannya waktu, pengosongan yang

tidak lengkap akibat sisa urin yang tidak terbuang dapat menyebabkan

overdistensi kandung kemih kronis yang berdampak pada disfungsi kandung

kemih permanen (Brunicardi et. al. 2010).

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa BPH

merupakan

2.2 Etiologi BPH

Penyebab yang pasti terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui

secara pasti; tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat

erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses

penuaan (Purnomo,2005). Selain faktor tersebut ada beberapa hipotesis yang

diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat, yaitu sebagai berikut

(Purnomo, 2005):

a. Dyhidrotestosteron, peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen

menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami

hiperplasi.

b. Ketidakseimbangan hormon estrogen-testosteron. Pada proses penuaan

pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang

mengakibatkan hiperplasi stroma.


c. Interaksi stroma-epitel. Peningkatan epidermal growth factor atau

fibroblast growth factor dan penurunan transforming growth factor beta

menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.

d. Berkurangnya sel yang mati. Estrogen yang meningkat menyebabkan

peningkatan lama hidup stroma dan epitel kelenjar prostat.

e. Teori sel stem. Sel stem yang meningkat mengakibatkan profilerasi sel

transit.

Anda mungkin juga menyukai