Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK.

A DENGAN DENGUE
HEMORRHAGIC FEVER DI RUANG ANGGREK
RSUD KOTA SALATIGA

NAMA KELOMPOK:
MUHAMMAD FAZLI 1808025
NOVITA DIANA WULAN SARI 1808028
RENI ANDERIYANI S 1808033
WHENY SEPTIA DAMAYANTI 1808046

PROGRAM STUDI NERS


STIKES WIDYA HUSADAA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Anak A Dengan Dengue


Hemorrhagic Fever Di Ruang Angrrek Rsud Kota
Salatiga
Nama Kelompok : KELOMPOK 2

Siap di Seminarkan
Pada tanggal Februari 2019

Menyetujui

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

M. Fadlullah,S.Kep.Ns Ns. Tri Sakti W, M.Kep,Sp.Kep. An


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya serta memberikan perlindungan dan kesehatan sehingga
kami dapat menyusun makalah dengan judul ” Asuhan Keperawatan Pada Anak.
A Dengan Dengue Hemorrhagic Fever Di Ruang Anggrek RSUD Kota Salatiga”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini
masih banyak menemui kesulitan karena keterbatasan referensi dan keterbatasan
waktu bagi kami. Dengan adanya kendala dan keterbatasan kami berusaha
semaksimal mungkin untuk menyusun makalah dengan sebaik - baiknya.
Sebagai manusia kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.

Salatiga, Februari 2019

Penyusun

DAFTAR ISI
2
Bab 1 Konsep dasar
a. Definisi ............................................................................................1
b. Klasifikasi.........................................................................................1
c. Etiologi.............................................................................................3
d. Manifestasi klinik.............................................................................3
e. pathway............................................................................................5
f. komplikasi........................................................................................6
g. pemeriksaan penunjang....................................................................6
h. penatalaksanaan................................................................................6
Bab II konsep asuhan keperawatan
a. pengkajian.........................................................................................8
b. analisa data........................................................................................8
c. prioritas dan diagnosa keperawatan.................................................12
d. perencanaan keperawatan................................................................13
Bab III asuhan keperawatan pada anak a
a. pengkajian........................................................................................18
b. analisa data.......................................................................................28
c. prioritas dan diagnosa keperawatan.................................................29
d. perencanaan keperawatan................................................................30
e. implementasi....................................................................................34
f. evaluasi............................................................................................40
Bab IV pembahasan
daftar pustaka...............................................................................................50

3
BAB I
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
DHF adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa yang
karena oleh virus dengan manifestasi terdiri demam akut, perdarahan, nyeri
otot dan sendi. Demam berdarah suatu infeksi arbovirus yang akut yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty atau oleh aedes albopictus (Titik
lestari, 2016).
DHF adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
(Suriadi & Yuliana, 2011).
Suatu penyakit demam akut disebabkan oleh virus yang masuk
kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk apecies Aides Aegypti yang
menyerang pada anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan: demam,
nyeri otot dan sendi, manifestasi perdarahan dan cenderung menimbulkan
syok yang dapat menyebabkan kematian. (Hendaranto, 2009).

B. Klasifikasi
1. Derajat 1. Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya sebuah
manifestasi perdarahan adalah uji turnikuet positif.
2. Derajat 2. Sama seperti derajat satu di sertai perdarahan spontan dikulit
atau perdarahan berbaring
3. Derajat 3. Ditemukan tanda kerusakan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut tekana darah menurun <20 mmHg atau hipotensi. Kulit dingin,
lembab dan pasien menjadi gelisah
4. Derajat 4. Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
dipertimbangkan.
C. Etiologi
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke
dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe
yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara
serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini
berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia
misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda
misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 2010).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang
berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer
&Suprohaita; 2010; 420). Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes
Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita
kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti
merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di
daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan.
Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat
bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan
bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes
Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya
pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto,
2010).

2
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya
maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,
sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama
tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever
(DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus
dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya
atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap
dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 2010).

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Masa Inkubasi
Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus
dengue ke dalam kulit, terdapat masa laten yang berlangsung 4 – 5 hari
diikuti oleh demam, sakit kepala dan malaise.
2. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlagsung selama 2 – 7 hari
kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan
dengan berlangsungnya demam, gejala- gejala klinik yang tidak spesifik
misalnya, anoreksia, nyeri punggung, nyeri tulang dan persendian, nyeri
kepala dan rasa lemah dapat menyertainya.
3. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan
umumnya terjadi pada kulit , dan dapat berupa uji turniket yang positif,
mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
Selain itu juga dapat dijumpai epstaksis dan perdarahan gusi,
hematomesis dan melena.
4. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba , meskipun
pada anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi
3
peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal , harus diperhatikan
kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.
5. Renjatan ( syok )
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab, dingin pada ujung hidung , jari tangan dan jari kaki serta cyanosis
di sekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukkan prognosis yang buruk. Nadi menjadi lembut dan cepat ,
kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan menurun
sampai di bawah angka 80 mmHg.
6. Gejala klinik lain
Nyeri epigastrum , muntah – muntah , diare maupun obstipasi dan
kejang – kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan
akan terjadinya perdarahan gastrointestinal dan syok.
( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2009 )

4
E. PATHWAY

Peningkatan
permeabilitas dinding
kapiler

( Soedarto, 2010 )

5
F. Komplikasi
Menurut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut :
1. Gagal ginjal.
2. Efusi pleura.
3. Hepatomegali.
4. Gagal jantung

G. Pemeriksaan penunjang
1. Darah ; Leukopenia terjadi pada hari ke 2 atau 3, karena berkuarangnya
limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali. Trombositopenia dan
hemokonsentrasi. Uji tourniquet positif merupakan pemeriksaan yang
penting. Masa pembekuan normal tapi masa perdarahan memanjang.
2. Urine ; Mungkin ditemukan albuminuria ringan
3. Sum-sum tulang ; Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian
menjadi hiperseluler pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi
4. Serologi ; Dengan mengukur titer antibodi dengan cara
haemaglutination inhibition test ( HI Test ) atau dengan uji pengikatan
komplemen untuk mengetahui tipe virus yang mungkin timbul kembali
dari 4 serotipe yang ada (Hindra, 2008).

H. Penataksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali)
merupakan cairan yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan)jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
6
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
10. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk..Bila
timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
11. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan
segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak
tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran
sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.
12. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan
12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi
sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20
mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
13. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika
ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang
dengan penurunan Hb yang mencolok.
14. Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter
dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan
orang tua. Infus
15. diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
Hematokrit yang cenderung mengikat.

BAB II
7
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data
dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien
tersebut. Langkah - langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data,
analisa dan sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan.
Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan
atau keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan
lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman,
team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium.
Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi,
palpasi, auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk
memperoleh data yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik,
dokumen yang baru maupun yang lama), literatur (mencakup semua
materi, buku-buku, masalah dan surat kabar).
Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :
1. Keluhan utama:
Umunya pasien memiliki keluhan panas dan demam.
2. Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Pada kasus ini biasanya pasien mengalami panas yang mendadak
dengan keadaan komposmetis.
b. Riwayat Penyakit Terdahulu:
Pada kasus ini kemungkinan pasien memiliki riwayat penyakit
terdahulu.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada kasus ini riwayat keluarga tidak merupakan factor pencetus
terjadinya DHF.
3. Pengkajian Pola Fungsional
a. Pola aktivitas dan latihan.
1) Sebelum sakit
Pada kasus ini biasanya pasien sebelum sakit aktivitasnya tidak
ada masalah.
2) Saat sakit.

8
Pada kasus ini biasanya pasien tidak dapat melakukan
aktivitasnya seperti biasa dan aktivitasnya dilakukan di tempat
tidur.
b. Pola istirahat dan tidur.
1) Sebelum sakit.
Pada kasus ini biasanya pasien sebelum sakit tidak ada
masalah dengan pola istirahatnya yaitu 8 jam/ hari.
2) Saat sakit.
Pada kasus ini biasanya pasien mengalami gangguan pada
istirahatnya.
c. Pola nutrisi dan metabolik.
1) Sebelum sakit.
Pada kasus ini pasien biasanya tidak ada masalah pada pola
makannya.
2) Saat sakit.
Pada kasus ini pasien biasanya diberi makanan yang berupa
menu lunak (bubur, lauk, sayur)
d. Kebutuhan cairan dan elektrolit.
1) Sebelum sakit.
Pada kasus ini biasanya pasien tidak ada masalah pada pola
minumnya, normal minum air putih ( 6-8 gelas per hari)
2) Saat sakit
Pada kasus ini biasanya pola kebutuhan cairan pasien menurun.
e. Pola eliminasi BAK dan BAB
1) Sebelum sakit.
Pada kasus ini pasien biasanya tidak ada keluahan saat BAB,
dan biasanya keluhan muncul seperti susah unuk BAB, dan
biasanya itu pada waktu yang lumanyan lama. Pola BAK pada
kasus ini sebelum sakit biasanya tidak ada masalah.
2) Saat sakit.
Pada kasus ini biasanya pasien susah untuk BAB bahkan bisa
saja pasien belum BAB selama di rawat di rumah sakit. Pola
BAK pasien biasanya tidak ada masalah..
f. Pola kognitif dan perceptual.
1) Sebelum sakit.
Pada kasus ini biasanya pasien tidak ada gangguan pada pola
kognitifnya dan biasa juga pasien memiliki gangguan pada
kognitifnya.
9
2) Saat sakit.
Pada kasus ini biasanya pasien mengalami gangguan pada
pengecapannya seperti rasa pahit.
g. Pola konsep diri.
1) Gambaran diri.
Pada kasus ini biasanya pasien merasa kurang percaya diri
karena penyakit yang dideritanya.
2) Identitas.
Pada kasus ini pasien biasanya berpenampilan sesuai dengan
jenis kelaminnya.
3) Peran diri.
Pada kasus ini pasien biasanya ingin segera pulih dari
penyakitnya.
4) Ideal diri.
Pada kasus ini biasanya pasien biasanya mempunyai peran
dalam keluarga entah itu sebagai ibu, bapak, anak, nenek, atau
kakek.
5) Harga diri.
Pada kasus ini pasien biasanya di jenguk oleh kerabat dekat
pasien.
h. Pola toleransi stress dan koping
Pada kasus ini pasien biasanya memiliki cara sendiri untuk
mengatasi stresnya baik itu dengan bercerita dengan keluarga atau
dengan cara tertentu.
i. Pola hubungan peran.
1) Sebelum sakit.
Pada kasus ini pasien biasanya sebelum sakit memiliki
hubungan peran yang baik dengan keluarganya atau sebaliknya.
2) Saat sakit.
Pada kasus ini pasien biasanya memiliki hubungan baik dengan
keluarganya.
j. Pola nilai dan keyakinan.
1) Sebelum sakit.
Pada kasus ini pasien biasanya sebelum sakit pasien dapat
mengerjakan ibadahnya tanpa ada alasan.
2) Saat sakit.
Pada kasus ini pasien biasanya selama sakit melaksanakan
ibadahnya ditempat tidur itu jika pasien yang beragama islam.
10
3) Kebutuhan rasa aman dan nyaman.
Pada kasus ini biasanya pasien merasa kurang tenang dengan
keadaan rumah sakityang ramai dan adanya rasa takut dengan
penyakit yang diderita
4. Pemeriksaan Fisik.
a. Keadaan umum
Pada kasus ini biasanya keadaan pasien composmenti.
b. TTV
Pada kasus ini perawat harus mengkaji tanda vitas pada pasien.
c. Kulit dan kuku
Perawat harus memperhatikan dan mengkaji keadaan kulit dan
kuku pasien.
d. Kepala dan rambut
Perawat harus memperhatikan dan mengkaji keadaan kepala dan
rambut pasien.
e. Mulut (bibir, gigi, lidah)
Perawat harus memperhatikan dan mengkaji keadaan mulut pasien
yang meliputi bibir, gigi, dan lidah pasien.
f. Abdomen (Perut).
Palpasi : pada kasus ini biasanya terjadi pembesaran hati dan
limfe, pada keadaan dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing
dulness, balote ment point (Stadium IV).
g. Ekstremitas
1) Atas
Perawat harus mengkaji ekstremitas bagian atas pasien.
2) Bawah
Perawat harus mengkaji ekstremitas bagian bawah pasien.

B. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa : Hipertermi (00007).
a. Definisi
Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena kegagalan
termoregulasi.
b. Batasan karakteristik
1) Postur abnormal
2) Apnea
3) Koma
4) Kulit kemerahan
5) Hipotensi
6) Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu
11
7) Gelisah
8) Letargi
9) Kejang
10) Kulit terasa hangat
11) Stupor
12) Takikardia
13) Takipnea
14) Vasodilatasi
c. Faktor yang berhubungan
1) Dehidrasi
2) Pakaiam yang tidak sesuai
3) Aktivitas berlebih.

2. Diagnosa : Nyeri akut (00132)


a. Definisi
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association for the
Study of Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan
intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya dapat
diantisipasi atau diprediksi dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.
b. Batasan Karakteristik
Perubahan selera makan, perubahan pada parameter fisiologis,
diaforesis, bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar
periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya,
perilaku ekspresif, ekspresi wajah nyeri, sikap tubuh melindungi,
putus asa, fokus menyempit, sikap melindungi area nyeri,
perilaku protektif, laporan tentang perilaku nyeri/perubahan
aktivitas, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, keluhan tentang
intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan tentang
karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri
c. Faktor yang berhubungan
1. Agens cedera biologis
2. Agens cedera kimiawi
3. Agens cedera fisik
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002).
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
b. Batasan karakteristik

12
1) Kram abdomen
2) Nyeri abdomen
3) Gangguan sensasi rasa
4) Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan
ideal
5) Kerapuhan kapiler
6) Diare
7) Kehilangan rambut berlebihan
8) Enggan makan
9) Asupan makanan kurang dari recommended daily allowance
(RDA)
10) Bising usus hiperaktif
11) Kurang informasi
12) Kurang minat pada makanan
13) Tonus otot menurun
14) Kesalahan informasi
15) Kesalahan persepsi
16) Membran mukosa pucat
17) Ketidakmampuan memakan makanan
18) Cepat kenyang setelah makan
19) Sariawan rongga mulut
20) Kelemahan otot pengunyah
21) Kelemahan otot untuk menelan
22) Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
c. Faktor yang berhubungan
Asupan diet kurang

4. Defisit volume cairan (00027)


a. Definisi : Penurunan cairan intravascular, intersisial, dan atau
intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja
tanpa perubahan kadar natrium.
b. Batasan Karakteristik :
1) Perubahan status mental
13
2) Penurunan turgor kulit
3) Penurunan tekanan darah
4) Penurunan tekanan nadi
5) Penurunan turgor lidah
6) Penurunan volume nadi
7) Penurunan turgor lidah
8) Penurunan haluaran urin
9) Penurunan pengisian vena
10) Membran mukosa kering
11) Kulit kering
12) Peningkatan suhu tubuh
13) Peningkatan frekuensi nadi
14) Peningkatan hematokrit
15) Peningkatan konsentrasi urine
16) Penurunan berat badan tiba-tiba
17) Haus
18) Kelemahan.
c. Faktor yang berhubungan
1) Hambatan mengakses cairan
2) Asupan cairan kurang
3) Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan

C. Intervensi keperawatan
1. Hipertermi
NOC
Tujuan: suhu tubuh normal, pasien bebas dari demam.
NIC
Intervensi :
a. Kaji saat timbulnya nyeri
b. Kaji tanda- tanda vital tiap 8 jam
c. Beri penjelasan tentang penyebab demam
d. Beri penjelasan pada klien / keluarga tentang hal –hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi demam
e. Pertahankan tirah baring
f. Anjurkan klien untuk banyak minum 2,5 liter / 24 jam
g. Berikan kompres hangat
h. Anjurkan untuk memakai pakaian yang dapat menyerap keringat
i. Kolaborasi untuk mpemberian antipiretik
2. Nyeri akut
NOC
Tujuan: rasa nyaman pasien terpenuhi, nyeri berkurang atau hilang.
NIC
Intervensi:
14
a. Mengkaji tingkat nyeri dengan rentang nyeri skala 0 - 10
b. Beri posisi dan suasana yang nyaman
c. Kaji bersama klien penyebab nyeri yang dialami
d. Ajarkan pada klien metoda distraksi selama nyeri akut
e. Ajarkan tindakan penurun nyeri invasive
f. Kolaborasi untuk pemberian analgetik
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
NOC
Tujuan: rasa mual dan muntah hilang
NIC
Intervensi:
a. Kaji kebiasaan diit klien
b. Kaji adanya keluhan mual.
c. Beri makanan yang mudah dicerna.
d. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
e. Jelaskan manfaat nutrisi untuk proses penyembuhan.
f. Berikan reinforcement saat klien mau dan berusaha menghabiskan
makanan yang dihidangkan.
g. Pertahankan hygiene mulut baik sebelum dan sesudah makan.
h.Timbang BB setiap 2 hari sekali.
4. Defisit volume cairan
NOC
Tujuan: volume cairan terpenuhi
NIC
Intervensi:
a. Kaji KU klien / tanda vital
b. Observasi adanya tanda-tanda shock
c. Anjurkan klien untuk banyak minum
d. Kaji tanda dan gejala dehidrasi
e. Observasi input dan output
f. Kolaborasi pemberian cairan intravena
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK A DENGAN DHF DI RUANG
ANGGREK RSUD KOTA SALATIGA
Nama Praktikan : Kelompok 2
Tempat Praktek : Ruang Anggrek
Tanggal masuk : 01 Februari 2019 jam 17.36 wib
Tanggal pengkajian : 1 Februari 2019 Jam 19.45 WIB
A. Pengkajian
1. Identitas Data
a. Identitas pasien
Nama : An. A
Tempat/ tgl lahir : Semarang, 26/02/2011
Usia :7 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Pendidikan : SD
Alamat : Suruh, Semarang
Agama : Islam
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
16
Agama : ISLAM
Alamat : Suruh, Semarang
Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia
Hubungan dengan klien : Ibu kandung
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Ibu Pasien mengatakan anaknnya demam
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluarga pasien mengatakan 7 hari Sebelum masuk rumah sakit
pasien mengalami demam lalu di bawa ke puskesmas dan
mendapatkan obat penurunan panas paracetamol ,namun panas pasien
masih naik turun, akhirnnya pada tanggal 1 Februari 2019 pasien di
bawa ke IGD RSUD Salatiga jam 17.36 dengan demam tinggi,
disertai mimisan . Tanda tanda vital (Nadi : 123x/menit, RR :
26x/menit, Suhu : 39ºC, BB : 26kg). Di IGD mendapatkan therapy
infus Ringer laktat 40tpm, ondansentron 2x2,5 mg, kemudian An.A
dipindahkan ke Ruang Anggrek untuk mendapatkan terapi lanjut.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Prenatal
Ibu pasien mengatakan keluhan saat hamil pada bulan pertama
sampai Ketiga merasa mual dan muntah pada minggu awal
kehamilan, selama hamil ibu minum tablet tambah darah dan
vitamin yang diberikan saat selesai periksa .
2) Natal
Ibu pasien melahirkan secara normal dibidan dan mendapatkan
obat-obat asam mefenamat dan amoxilin .
3) Post natal
Ibu pasien mengatakan pasien lahir dengan sehat, tidak ada
gangguan/ masalah kesehatan, berat pada pasien saat lahir 2900
gram dengan dengan panjang badan 48 cm, ibu mengatakan
anaknya lahir dengan menangis dan memperoleh asi yang cukup.
17
4) Penyakit waktu kecil
Ibu pasien mengatakan waktu kecil umur 2 tahun, 5 tahun pernah
mengalami panas namun setelah di beri paracetamol panasnnya
berkurang.
5) Pernah di rawat di RS
Ibu pasien mengatakan belum pernah merasakan dirawat di rumah
sakit .
6) Obat – obatan yang digunakan
Ibu pasien mengatakan saat panas anak diberikan paracetamol sirup
3x1 cth.
7) Alergi
Ibu pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat, makanan
maupun yang lainnya.
8) Kecelakaan
Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami kecelakaan
9) Immunisasi
Ibu pasien mengatakan pasien sudah di imunisasi lengkap
An. A sudah lengkap mendapatkan imunisasi dasar
Usia 1 bulan : BCG
Usia 2-3 bulan : Hep. B I, II, III, Polio I, II dan DPT I, II
Usia 4 bulan : DPT III dan Polio III
Usia 9 bulan : Polio IV dan Campak

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keterangan :
= laki-laki
18
= perempuan
= pasien
= garis keturunan
= meninggal
= tinggal serumah

e. Riwayat Sosial
1) Yang mengasuh
An. A diasuh sendiri oleh kedua orang tuanya dan nenek
kakeknya. Orang tuanya sangat menyayangi An. A. dan orang tua
ingin mengetahui tumbuh kembang anaknnya.
2) Pembawaan secara umum
Ibu pasien mengatakan anaknnya merupakan anak yang periang
kebiasaan waktu kecil yang sering di lakukan anak A. Adalah
ngompol.
3) Lingkungan rumah
Ibu pasien mengatakan rumahnnya sering di bersihkan tidak ada
ancaman keselamatan berupa lantai licin, rumah terdapat
ventilasi.

f. Keadaan kesehatan saat ini


1) Diagnosa medis
DHF
2) Tindakan operasi
Tidak ada tindakan operasi
3) Obat – obatan
Ringer laktat 20 tpm
Ondansentron 2x2,5 mg
Proceles tab 3x ½ tablet
Paracetamol infus 23 cc
Ceftriaxon 1x 750 mg
Bedak caladin/ salycil
4) Tindakan keperawatan

19
Monitor keadaan umum
Monitor TTV pasien
Anjurkan kompres hangat
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit makanan
Kolaborasi dengan dokter untuk terapi obat sesua advis.

5) Hasil laboratorium
Tgl : 1-02-2019 jam 19.48.
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN METODA
Hematologi
Leukosit 10.60 5.00 – 14.50 ribu/uL Impedance
Eritrosit 6.78 3.80 – 5.80 juta/uL Impedance
Hemoglobin 17.3 10.8-15.6 g/dL Colorimetric
Hematokrit 50.2 33 – 45 % Analyzer Calculator
MCV 74.0 69 – 93 fL Analyzer Calculator
MCH 25.5 22 – 34 Pg Analyzer Calculator
MCHC 34.4 33 – 36 g/dL Analyzer Calculator
Trombosit 88 150 – 450 ribu/uL Impedance
Gol. Darah ABO 0
Hitungan jenis
Eosinofil% 2.0 1–5 %
Basofil% 3.0 0–1 %
Limfosit% 25.5 20 – 50 % Impedance
Monosit% 3.6 1–6 %
Neutrofil% 65.0 25 – 60 %
KIMIA
Glukosa Darah 125 < 140 Mg/dl GOD-PAP
Sewaktu
IMUNO
/SEROLOGI
Salmonella typhi Negatif Negative
CH
Dengue Ig G Positif Negative
Dengue Ig M Negatif Negative

Tgl 02-02-2019.
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN METODA

20
Hematologi
Leukosit 9.54 5.00 – 14.50 ribu/uL Impedance
Eritrosit 5.86 3.80 – 5.80 juta/uL Impedance
Hemoglobin 15.0 10.8-15.6 g/dL Colorimetric
Hematokrit 43.8 33 – 45 % Analyzer Calculator
MCV 74.7 69 – 93 fL Analyzer Calculator
MCH 25.6 22 – 34 Pg Analyzer Calculator
MCHC 34.3 33 – 36 g/dL Analyzer Calculator
Trombosit 77 150 – 450 ribu/uL Impedance
Gol. Darah ABO 0
Hitungan jenis
Eosinofil% 1.0 1–5 %
Basofil% 0.4 0–1 %
Limfosit% 40.7 20 – 50 % Impedance
Monosit% 2.6 1–6 %
Neutrofil% 54.5 25 – 60 %

6) Hasil rontgen
-
7) Data tambahan
Diit TD II (bubur)
3. Pengkajian pola fungsional Gordon
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan anaknnya lahir dengan sehat
dan melewati imunisasi dasar lengkap, yang menyebabkan anak absen
dari sekolah yaitu demam tinggi. Ibu pasien selalu mencuci tangan
saat mau memasak dan memberi makan anaknnya.
Selama sakit : ibu pasien mengatakan belum mengetahui penyakit
anaknnya secara jelas, ibu pasien mampu merawat anaknnya yang
sedang sakit, ibu pasien selalu mencuci tangan saat mau memberi
makan anaknnya.
b. Nutrisi – pola metabolik
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan anak makan 3x sehari dengan
menu nasi, sayur, lauk serta buah, anak tidak mengkonsumsi vitamin
penambah nafsu makan, minum 8-10 gelas per hari.

21
Selama sakit : ibu pasien mengatakan anak nnya makan 3x sehari
dengan menu dari RS bubur, anak A hanya menghabiskan 1- 3 sendok
makan. Minum hanya 2 gelas per hari.
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan anak A bab 1x sehari dengan
konsistensi lunak, warna kuning, bau khas dan BAK 6-7 x per hari
dengan warna kuning dan bau khas.
Selama sakit : ibu pasien mengatakan anak A bab 1 x sehari dengan
konsistensi cair, Bak 4-5x sehari dengan warna kuning dan bau yang
khas.
d. Aktivitas pola latihan
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan ADL dan aktifitas yang lain
dilakukan secara mandiri tanpa di bantu.
Selama sakit : ibu pasien mengatakan ADL anak A di bantu oleh orang
tua karena badan terasa lemas.
e. Pola istirahat /tidur
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan anak tidur jam 21.00 bangun
jam 05.30 wib, posisi tidur anak miring, tidak nocturia.
Selama sakit : ibu pasien mengatakan anak tidur malam jam 21.30 wib
– 04.30 wib , kadang – kadang terbangun di malam hari karena
badannya demam.
f. Pola kognitif / persepsi
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan anaknya termasuk anak yang
aktif, pola bicara baik, rangsangan terhadap sentuhan maupun
pendengaran baik, Keluarga pasien mengatakan orang tua tidak
terdapat masalah dengan penglihatan, pendengaran, sentuhan dan lain
sebagainya.
Selama sakit : ibu pasien mengatakan anaknnya mengalami nyeri pada
bagian sendi kaki, badannya terasa lemas, rangsangan terhadap
sentuhan maupun pendengaran baik.
P : pasien mengatakan nyeri bagian sendi dan tulang
22
Q : seperti di tusuk- tusuk
R : seluruh tubuh
S:5
T : hilang timbul
g. Pola persepsi diri – konsep diri
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tahu namanya dan mempunyai
banyak teman, pasien tidak merasa takut maupun kesepian.
Selama sakit : pasien mengatakan ingin segera sembuh dan sekolah
kembali.
h. Pola peran hubungan
1) Pola peran anak
Keluarga pasien mengatakan anak A adalah anak ke 2 dari 3
bersaudara, anak selalu bermain dengan teman sebayanya, sekolah
dan mengaji .
2) Pola peran orang tua
Keluarga pasien mengatakan ikatan dengan keluarga
3) Keluarga kuat, orang tua puas memliki keluarga yang utuh
hubungan dengan tetangga baik .
i. Seksualitas
1) Seksualitas anak
Pasien mengatakan merasa senang sebagai laki-laki
2) Seksualitas orang tua
Riwayat reproduksi hamil 3x, tidak pernah keguguran, tidak ada
masalah dalam seksualitas.
j. Koping – pola toleransi stress
Keluarga pasien mengatakan yang menyebaban stress pada anak yaitu
jika tidak diberikan apa yang diinginkan dan untuk menanganinya
adalah memberikan pengertian terhadap anak.
k. Nilai – pola keyakinan
1) Perkembangan moral anak baik
2) Anak berkeyakinan sama dengan orang tuanya
23
3) Orang tua
a. Keluarga pasien mengatakan sesuatu yang bernilai dari
hidupnya adalah keluarga . semangat untuk masa depan adalah
anak-anak .
b. Keyakinan akan kesembuhan
Keluarga pasien yakin anaknya akan segera sembuh

4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmentis
GCS : E4 M6 V5
IMT sebelum sakit : 25/1,12 = 20,66
IMT selama sakit : 23/ 1.12 = 19.00
b. Tanda – tanda vital
N : 128 x/menit
RR : 30 x/menit
Spo2 : 98 %
S : 38,2˚C
c. TB/BB
Sebelum sakit : TB : 110 cm BB : 25 Kg
Selama sakit : TB 110 cm BB 23 Kg
d. Mata
Simetris, Sklera tidak ikterik, tidak ada kelainan reflek terhadap
cahaya.
e. Hidung
Tidak ada secret, tidak ada polip tidak ada nafas cuping hidung
f. Mulut
Mukosa bibir kering, terdapat caries gigi, tidak ada perdarahan gusi,
tidak ada ganggaun menelan.
g. Telinga

24
Simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat serumen, kemampuan
mendengar baik, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
h. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
i. Dada
Jantung :
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba pada ic 5
P : pekak
A : S1 dan S2 reguler
Paru – paru :
I : simetris antara kanan dan kiri
P : vocal premitus kanan dan kiri sama
P : sonor
A : vesikuler
j. Abdomen
I : perut datar
A : bising usus 5x/ menit
P : tympani
P : tidak terdapat nyeri tekan
k. Punggung
Tidak ada kelainan pada punggung
l. Genetalia
Tidak terpasang cateter
m. Ekstermitas
Atas : tidak ada edema terpasang cairan infus RL di tangan kanan
Bawah : tidak ada edema , reflek patela (+)
n. Kulit
Terdapat bintik – bintik merah di seluruh tubuh pasien.

25
B. ANALISA DATA
Nama : An. A
Umur : 7 tahun.
No Data Fokus Problem Etiologi Ttd
1 Ds : ibu pasien mengatakan Resiko Trombositopenia Kel
panas ± 7 hari. perdarahan 2
Do :
Pasien tampak lemah
Riwayat mimisan
Mukosa bibir kering
Test rumple leed (+)
Tampak pathekia lebih dari
atau sama dengan 20
GCS E4 M6 V5
Nadi 128 x/menit
Trombosit 88
Hematokkrit 50,2
2 Ds : ibu Pasien mengatakan Hipertermi Proses infeksi Kel
badan terasa panas . virus 2
Do :
Kulit kemerahan
Pasien tampak gelisah
Kulit terasa hangat
Takikardia
S : 38, 2˚ C
3 Ds : pasien mengatakan badan Defisit volume Peningkatan Kel
terasa lemas. cairan permeabilitas 2
Do : kapiler
Input

26
Makanan : 40 cc
Minuman : 400 cc
Cairan infus : 1000 cc
Air metabolisme : 8x 23 kg =
184 cc
Total : 1624
Output
Urine : 1000 cc
BAB :100 cc
IWL : 529
IWL kenaikan suhu :
529 + 200 (38,2 – 36,8)
529 + 280
809 cc
Jadi balance cairan
= input – output
= 1624 cc- 1909 cc
= - 285 cc
Mukosa bibir kering
Kulit kering
S : 38,2 o
N:
128x/menit

4 Ds : pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Agen cidera Kel


pada bagian tulang – tulang biologis 2
P : pasien mengatakan nyeri
pada tulang – tulang dan
persendian
Q : seperti di tusuk – tusuk
R : seluruh tubuh
S:5
T : hilang timbul
Do :
Pasien tampak meringis
kesakitan
Pasien tampak gelisah

27
C. PRIORITAS MASALAH
No Diagnosa keperawatan Tanggal di Tanggal TTD
Temukan teratasi
1 Resiko Perdarahan 1 februari 2019 3 februari 2019 Kel 2
2 Hipertermi 1 februari 2019 3 februari 2019 Kel 2
3 Defisit volume cairan 1 februari 2019 Belum teratasi Kel 2
4 Nyeri akut 1 februari 2019 3 februari 2019 Kel 2

D. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : An. A
Umur : 7 tahun
No . dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC) Ttd
1 Setelah dilakukan tindakan NIC Kel
keperawatan selama 1x 24 jam di Bleeding precautions 2
harapkan resiko syok teratasi (4020)
NOC 1. Monitor ketat
a. Blood lose severity tanda- tanda
b. Blood koagulation perdarahan.
Kriteria Hasil : 2. Catat nilai
a. Tidak ada hematuria dan laboratorium :
hematemesis HB,HT,trombosit
b. Hemoglobin dan hematokrit 3. Pertahankan bed
dalam batas normal rest selama
c. Plasma, PT, PTT, dalam batas perdarahan aktif.
normal 4. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake makanan
yang banyak
mengandung
vitamin K
5. Monitor status

28
cairan yang
meliputi intake
dan output
6. Instruksikan
pasien untuk
membatasi
aktivitas
2 Setelah dilakukan tindakan NIC Kel
keperawatan selama 3x 24 jam Fever treatment (3786) 2
diharapkan masalah hipertermi 1. Monitor suhu
teratasi dengan sesering mungkin
Noc : 2. Monitor IWL
a. Thermoregulation 3. Monitor warna dan
Kriteria hasil : suhu kulit
a. Suhu tubuh dalam rentang 4. Monitor intake dan
normal output
b. Nadi dan RR dalam rentang 5. Berikan antipiretik
normal 6. Selimuti pasien
c. Tidak ada perubahan warna 7. Berikan cairan
kulit dan tidak ada pusing intravena
8. Kompres pasien
pada lipatan axila

3 Setelah dilakukan tindakan NIC Kel


keperawatan selama 1 x 24 jam Fluid Balance (2080). 2
diharapkan defisit volume cairan 1. Pertahankan
teratasi dengan catatan intake dan
NOC : output cairan
Fluid balance 2. Monitor status
Hidrasi hidrasi
Status nutrisi : intake makanan 3. Monitor vital

29
ciran sign
kriteria hasil : 4. Kolaborasi
1. Mempertahankan urin output pemberian cairan
seusai dengan BB , Bj urine IV
2. TD, Suhu, nadi dalam batas 5. Dorong keluarga
normal untuk membantu
3. Tidak ada tanda dehidrasi pasien makan
4. Elektrolit Hb, Ht, dalam 6. Anjurkan pasien
batas normal minum yang
5. Ph urine dalam batas normal cukup
4 Setelah dilakukan tindakan Pain Management Kel
keperawatan selama 1x24 jam, (1400) 2
diharapakan nyeri berkurang 1. Kontrol faktor-
dengan kriteria: faktor lingkungan
- Mengenal faktor penyebab yang dapat
- Mengenal reaksi serangan nyeri mempengaruhi
- Mengenali gejala nyeri respon pasien
- Melaporkan nyeri terkontrol terhadap
ketidaknyamanan
2. Ajarkan teknik non
farmakologis misal
relaksasi benson,
distraksi dan
relaksasi .
3. Kolaborasi
pemberian
analgetik.
Analgetik
Administration
4. Monitor vital sign
sebelum dan

30
sesudah pemberian
analgetik
5. Berikan analgetik
yang tepat sesuai
dengan resep

31
E. IMPLEMENTASI
Nama : An. A
Umur : 7 tahun
Tgl/ jam No. Tindakan Respon Ttd
Dx
1 Feb 2019 1,2,3,4 Memonitor tanda Ds : pasien mengatakan Kel
J. 20.15 wib – tanda vital bersedia untuk dilakukan 2
pasien ttv
Do :
N : 124x/menit
RR : 30x/menit
Suhu : 38˚C

J 20. 18 1 Memonitor ketat Ds : ibu pasien Kel


tanda – tanda mengatakan anak A sudah 2
perdarahan. tidak mengalami mimisan.
Do :
Terpasang tampon di
hidung pasien.

j. 20.20 WIb 2 Mengompres air Ds : pasien mengatakan Kel


hangat pasien bersedia untuk di kompres 2
pada lipatan axila hangat.
Do : kompres terpasang
dilipatan axila.
J 20.30 wib 1,3 Memonitor status Ds : ibu pasien Kel
hidrasi pasien mengatakan anaknnya 2
minumnnya sedikit
Do :
Nadi adekuat
Mukosa bibir kering
j. 21.00 Wib 2 Kolaborasi untuk Ds : pasien mengatakan Kel

32
memberikan badannya terasa lemas dan 2
paracetamol demam.
lewat IV Do : paracetamol infus
masuk , tidak ada tanda –
tanda alergi tidak ada
tanda tanda kemerahan
pada tusukan infus.
J 21.15 wib 3 Mengontrol Ds : pasien mengatakan Kel
lingkungan sedikit merasa tenang 2
pasien Do : pasien tampak gelisah
J 21.30 wib 1 Memonitor nilai Ds : - Kel
laboratorium HB, Do : 2
HT, Trombosit Hb : 17,3 (normal 10.8-
15.6)
Ht : 50.2 (normal 33-45)
Trombosit : 88 (normal
150-450)

J 22. 00 wib 2 Menyelimuti Ds : pasien mengatakan Kel


pasien bersedia untu diselimuti 2
Do : pasien tampak
memakai selimut yang
diberikan
J 22.10 wib 2 Memonitor suhu Ds : ibu pasien Kel
pasien mengatakan boleh 2
mengecek suhu anak A
Do : S : 37,4˚ C
2 feb 2019 1,2,3 Memonitor vital Ds : pasien mengatakan Kel
j. 05.00 wib sign pasien bersedia untuk di ttv 2
Do :
N : 118x/menit
S : 37,8 ˚C

33
RR : 28x/menit
J 05.15 wib 1 Mempertahankan Ds : ibu pasien Kel
anak untuk bed mengatakan anak A tidur. 2
rest. Do : pasien tampak
istirahat
j. 05.30 wib 2 Mengompres Ds : pasien mengatakan Kel
pasien pada bersedia untuk di kompres 2
lipatan axila Do : terpasang kompres
hangat dilipatakan axila
j. 06.00 wib 1,2,3 Kolaborasi dalam Ds : pasien mengatakan Kel
memberikan bersedia untuk diberikan 2
paracetamol terapi IV
lewat IV Do : paracetamol infus
sudah masuk, tidak ada
tanda – tanda infeksi pada
daerah tusukan infus.
j. 05.30 wib 3 Mengajarkan Ds : pasien mengatakan Kel
teknik terapi bersedia untuk melakuan 2
relaksasi nafas teknik relaksasi nafas
dan terapi benson dalam.
Do : pasien tampak rileks
J 07.00 wib 1,2,3 Memberikan Ds : pasien mengatakan Kel
terapi cairan bersedia untuk di ganti 2
intravena Ringer infus.
laktat 15 tpm Do :
Ringer laktat 15 tpm
Tidak ada tanda – tanda
infeksi pada bekas tusukan

J 08. 30 wib 1,2,3 Memonitor input Ds : ibu pasien bersedia Kel


dan output dan menjawab apa yang di 2
IWL pasien tanyakan oleh perawat
Do :
34
Input
Makanan : 40 cc
Minuman : 500 cc
Cairan infus : 1000 cc
Air metabolisme : 8x 23
kg = 184
cc

Output
Urine : 1000 cc
BAB :100 cc
IWL : 529
IWL kenaikan suhu :
529 + 200 (37,8 – 36,8)
729 (1)
729 cc
Jadi balance cairan
= input – output
= 1724 cc- 1829 cc
= - 105 cc

J 10.00 wib 2 Menganjurkan Ds : ibu pasien Kel


untuk minum mengatakan anaknnya 2
yang banyak masih susah untuk minum
Do : mukosa bibir kering
J 11.00 wib 1 Menganjurkan Ds : ibu pasien Kel
pasien untuk mengatakan anak A makan 2
meningkatkan hanya 2 sendok.
intake makanan Do : pasien tampak lemah.
yang banyak.
J 12.00 wib 1,2,3,4 Memonitor suhu Ds : pasien mengatakan Kel
pasien bersedia untuk di cek suhu 2
35
Do :
S : 37˚C
J 12.30 wib 1 Memonitor nilai Ds :- Kel
laboratorium Hb, Do : 2
Ht, trombosit Hb : 15.0
Ht : 43.8
Trombosit : 77
J 13.00 wib 1 Menginstrusikan Ds : pasien mengatakan Kel
pasien untuk bersedia untuk istirahat. 2
membatasi Do : pasien tampak
aktivitas berbaring di tempat tidur
3 Feb 2019 1,2,3,4 Memonitor vital Ds : pasien mengatakan Kel
J. 07.00 wib sign bersedia untuk di TTV 2
Do :
N : 116x/menit
S : 37,1 ˚C
RR : 26x/menit
J 08.00 wib 3 Menciptakan Ds : pasien mengatakan Kel
lingkungan yang sudah merasa nyaman 2
aman dan Do : pasien tampak rileks
nyaman untuk
pasien
J 11.00 wib 3 Mendorong Ds : ibu pasien Kel
keluarga untuk mengatakan mengerti apa 2
memberikan yang di sampaikan oleh
makan pada perawat.
pasien yang Do : ibu pasien tampak
cukup menyuapi makanan pada
anak A.
j. 12.00 wib 2 Memonitor Ku Ds : pasien mengatakan Kel
dan suhu pasien bersedia untuk di cek suhu 2
Ku : lemah
S : 36,9˚C
36
J. 13.00 wib 1,2,3,4 Memberikan Ds : pasien mengatakan Kel
terapi cairan bersedia untuk di ganti 2
itravena infus RL infusnnya.
20 tpm Do : tidak terdapat tanda
infeksi, gatal atau
kemerahan pada tusukan
infus.

37
F. EVALUASI
Nama : An. A
Umur : 7 tahun
Tgl/ jam No. Evaluasi keperawatan Ttd
dx
1 feb 2019 1 S : ibu pasien mengatakan anak A masih Kel
J 22.20 wib lemah dan sudah tidak mengalami mimisan. 2
O:
Riwayat mimisan (+)
Pasien tampak lemah
GCS E4 M6 V5
Nadi 128 x/menit
Suhu : 37,6 ˚C
Trombosit 88
Hematokrit 50,2
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Memonitor vital sign
2. Memposisikan pasien pada posisi
supine dengan kaki elevasi
3. Memonitor nilai laboratorium

j. 22. 30 wib 2 S : ibu pasien mengatakan anak A Kel


badannnya masih demam. 2
O:
Kulit kemerahan
Pasien tampak gelisah
Kulit terasa hangat
Takikardia
S : 37, 6˚ C
A : masalah belum teratasi

38
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor Ku & TTV
2. Anjurkan minum yang banyak
3. Kompres hangat pada axila
j. 22. 40 wib 3 S : ibu pasien mengatakan anak A masih Kel
lemes. 2
O:
Pasien tampak lemah
Mukosa bibir kering
GCS E4 M6 V5
Nadi 128 x/menit
Trombosit 88
Hematokkrit 50,2
Balance cairan (-)
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor Ku dan vital sign
2. Berikan terapi cairan intravena
3. Pantau input dan output

j. 22 50 wib 4 S: pasien mengatakan masih merasa nyeri Kel


pada bagian tulang – tulang 2
P : pasien mengatakan nyeri pada tulang –
tulang dan persendian
Q : seperti di tusuk – tusuk
R : seluruh tubuh
S:4
T : hilang timbul
O:
Pasien tampak meringis kesakitan
Pasien tampak gelisah

39
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor vital sign
2. Ajarkan terapi relaksasi nafas dalam
dan benson
2 feb 2019 1 S : pasien mengatakan sudah tidak mimisan Kel
J 18.00 wib O: 2
Riwayat mimisan (+)
Pasien tampak lemah
GCS E4 M6 V5
Nadi 124 x/menit
Trombosit 77
Hematokrit 43.8
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Memonitor vital sign
2. Memberikan terapi cairan intravena
J 18.10 wib 2 S : Pasien mengatakan demam nnya sudah Kel
berkurang . 2
O:
Kulit terasa hangat
S : 37, 2˚ C
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor Ku & TTV
2. Anjurkan minum yang banyak
Kompres hangat pada axila
j. 18.20 wib 3 S : pasien mengatakan masih merasa lemas Kel
O: 2
Pasien tampak lemah
Mukosa bibir kering
GCS E4 M6 V5
40
Nadi 129 x/menit
Suhu : 37,3 ˚C
Balance cairan (-)
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor Ku dan vital sign
2. Berikan terapi cairan intravena

j. 18.30 wib 4 S: pasien mengatakan masih merasa nyeri Kel


pada bagian tulang – tulang 2
P : pasien mengatakan nyeri pada tulang –
tulang dan persendian
Q : seperti di tusuk – tusuk
R : seluruh tubuh
S:3
T : hilang timbul
O:
Pasien tampak meringis kesakitan jika
berubah posisi
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Ajarkan terapi relaksasi nafas dalam
dan benson
3 feb 2019 1 S : pasien mengatakan sudah tidak Kel
j. 15.00 wib mengalami mimisan. 2
O:
Riwayat mimisan (+)
Nadi 120 x/menit
Tidak terjadi tanda – tanda perdarahan
CRT < 2 detik
Tidak terdapat tanda sianosis

41
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
1. Memonitor vital sign
2. Memonitor nilai laboratorium

j. 15.30 wib 2 S : Pasien mengatakan sudah tidak merasa Kel


demam . 2
O:
S : 37˚ C
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
1. Monitor Ku & TTV

j. 16.00 wib 3 S : pasien mengatakan sudah sedikit merasa Kel


segar 2
O:
Ku : baik
Mukosa bibir lembab
GCS E4 M6 V5
Nadi 112 x/menit
Suhu : 37 ˚C
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
1. Monitor Ku dan vital sign
2. Berikan terapi cairan intravena

j. 16.00 wib 4 S : pasien mengatakan sudah tidak Kel


mengalami nyeri 2
O : pasien tampak rileks
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

42
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Anak A
dengan Dengue Hemorragic Fever di ruang Anggrek RSUD Kota Salatiga, maka
dalam bab ini kelompok 2 akan membahas kesenjangan antara teori dan kenyataan
yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Kelompok juga akan
membahas kesulitan yang ditemukan dalam memberikan asuhan keperawatan
43
terhadap anak A dengan DHF, dalam penyusunan asuhan keperawatan kami
merencanakan keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut.
A. Diagnosa keperawatan
Tanda – tanda yang dikenali pada awal proses diagnostik dapat dipahami
hanya jika ada penjelasan yang masuk akal untuk tanda –tanda tersebut
dengan konteks suatu situasi, ini adalah proses berfikir aktif ketika perawat
mengeksplorasi pengetahuan dalam memorinya untuk mendapatkan
kemungkinan penjelasan data (Nanda Nic&Noc, 2007).
1. Diagnosa keperawatan yang muncul
a. Risiko perdarahan adalah rentan mengalami penurunan volume
darah, yang dapat mengganggu kesehatan. Diagnosa tersebut
ditegakkan bila ada data mayor yang mendukung yaitu,
Pasien tampak lemah , Riwayat mimisan , Mukosa bibir kering ,
Test rumple leed (+), Tampak pathekia lebih dari atau sama dengan
20, GCS E4 M6 V5, Nadi 128 x/menit , Trombosit 88, Hematokkrit
50,2. Diagnos tersebut kelompok prioritaskan karena
keluhan yang dirasakan pasien saat itu dan apabila masalah
itu tidak segera ditangani akan menimbulkan perdarahan
berulang.
b. Hipertermi adalah Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal
karena kegagalan termoregulasi. Diagnosa tersebut dapat
ditegakan jika ada data batasan karakteristik yaitu Apnea,
Koma, Kulit kemerahan, Hipotensi , Bayi tidak dapat
mempertahankan menyusu, Gelisah , Letargi , Kejang , Kulit terasa
hangat, Stupor , Takikardia, Takipnea ,Vasodilatasi Alasan
diagnose tersebut diangkat karena ditemukan tanda-tanda yang
mendukung yaitu secara subyektif yaitu ibu pasien mengatakan
badan anak A terasa panas, sedangkan secara objektif Kulit
kemerahan, Pasien tampak gelisah, Kulit terasa hangat , Takikardia,
S : 38, 2˚ C. Diagnosa tersebut penulis prioritaskan menjadi ke 2
44
karena keluhan yang dirasakan pasien saat itu dan apabila
masalah itu tidak ditangani akan menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pasien dan bisa mengganggu aktifitas
klien.
c. Defisit volume cairan adalah Penurunan cairan intravascular,
intersisial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi,
kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.diagnosa
tersebut ditegakkan jika ada Batasan Karakteristik : Perubahan
status mental, Penurunan turgor kulit, Penurunan tekanan darah,
Penurunan tekanan nadi, Penurunan turgor lidah , Penurunan
volume nadi, Penurunan turgor lidah, Penurunan haluaran urin,
Penurunan pengisian vena, Membran mukosa kering ,Kulit kering ,
Peningkatan suhu tubuh, Peningkatan frekuensi nadi, Peningkatan
hematokrit, Peningkatan konsentrasi urine, Penurunan berat badan
tiba-tiba, Haus , Kelemahan.
Alasan diagnose tersebut di angkat karena ditemukan faktor-faktor
resiko yang mendukung yaitu secara subyektif pasien
mengatakan badan terasa lemas dan secara objektif balance cairan
pasien (-285 cc), kulit kering, peningkatan suhu tubuh, peningkatan
frekuensi nadi.
d. Nyeri akut
Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan
melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi
yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang.
Diagnosa tersebut ditegakkan bila ada data mayor yang
mendukung yaitu pengungkapan tentang deskriptor nyeri, dan data
minor yaitu ketidakaktifan fisik atau imobilitas, perubahan
pola tidur, dan perubahan kemampuan untuk melanjutkan
aktifitas sebelumnya. Alasan diagnose tersebut diangkat
karena saat pengkajian didapatkan data subjektif yaitu pasien
mengatakan nyeri pada bagian tulang – tulang P : pasien
45
mengatakan nyeri pada tulang – tulang dan persendian Q : seperti
di tusuk – tusuk R : seluruh tubuh S : 5 T : hilang timbul
sedangkan data subjektif Pasien tampak meringis kesakitan Pasien
tampak gelisah alasan diagnosa tersebut di angkat namun Penulis
tidak memprioritaskan masalah tersebut karena tidak
mengancam kehidupan klien.
2. Diagnosa yang tidak muncul namun ada di dalam tinjauan teori
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Asupan nutrisi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Pada pengkajian
penulis tidak menemukan data-data pendukung seperti diatas sehingga
diagnosa tersebut tidak ditegakan.
B. Implementasi keperawatan
Resiko syok hipovolemik tindakan keperawatan yang dilakukan memonitor
status sirkulasi bp, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, hr, dan ritme, nadi
perifer, dan kapiler refill memonitor suhu dan pernafasan memonitor input
dan output memantau nilai laboratorium hb,ht,agd dan elektrolit, memonitor
tanda dan gejala asites memonitor tanda awal syok, menempatkan pasien
pada posisi supine,kaki elevasi untuk peningkatan preload dengan tepat,
melihat dan pelihara kepatenan jalan nafas, memberikan cairan iv dan atau
oral yang tepat.
Hipertermi tindakan keperawatan yang dilakukan memonitor suhu sesering
mungkin memonitor iwl, memonitor warna dan suhu kulit memonitor intake
dan output , memberikan antipiretik menyelimuti pasien, memberikan cairan
intravena , mengkompres pasien pada lipatan axila
Defisit volume cairan tindakan keperawatan yang dilakukan mempertahankan
catatan intake dan output cairan , memonitor status hidrasi, memonitor vital
sign, kolaborasi pemberian cairan iv mendorong keluarga untuk membantu
pasien makan, menganjurkan pasien minum yang cukup
Nyeri akut tindakan keperawatan yang dilkukan mengontrol faktor-faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan mengajarkan teknik non farmakologis misal relaksasi
46
benson, distraksi dan relaksasi, kolaborasi pemberian analgetik, memonitor
vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik, berikan analgetik yang
tepat sesuai dengan resep.
C. Evaluasi
Dalam asuhan keperawatan ini dari 4 diagnosa masalah yang teratasi adalah
resiko syok hipovolemik, hipertermi dan nyeri akut dan defisit volume cairan
masih belum teratasi karena jumlah input pasien masih kurang. Pasien hanya
mau minum sedikit.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hartono.(2011). Kumpulan tips pediatri. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Hidayat, aziz alimun. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
47
Nanda. 2017-2018. Diagnosis Keperawatan definisi dan Klasifikasi Edisi
10. Jakarta: EGC
NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
medis dan NANDA Jilid 2. Jogjakarta : Medication
Ngastiyah. (2010). Perawatan Anak Sakit, edisi 2. Jakarta : EGC.
Partini, (2013). Kiat praktis dalam pediatrik klinis, Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta
Pice, Sylvia A dan Lortainne M Wilson.. 2011. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi Empat Buku Kedua. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2009. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suriadi, Yuliana R. 2011,.Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I.
Penerbit PT. Fajar Interpratama : Jakarta.

48

Anda mungkin juga menyukai