Anda di halaman 1dari 28

MODUL I

Pembelajaran Matematika Berdasarkan KBK

Kegiatan Belajar 1
Landasan Pembelajaran Matematika Berdasarkan KBK
Tiga faktor yang melandasi perubahan memperbaiki matematika adalah keberadaan dan
perkembangan teori-teori belajar, psikologi belajar, dan filsafat pendidikan.
1. Teori Thorndike disebut teori penyerapan, yaitu teori yang memandang peserta didik sebagai
selembar kertas putih, penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahuan secara pasif.
Prinsipnya menekankan pada praktik dan latihan (drill and practice). Toeri ini bersifat
behavioristik / mekanistik.
2. Teori Ausubel disebut teori holistik yang merupakan teori kognitif belajar dan dikembangkan
berdasarkan teori pembelajaran bermakna (meaningful instruction).
3. Teori Jean Piaget yaitu teori perkembangan intelektual yang menyatakan bahwa kemampuan
intelektual anak berkembang secara bertahap (aliran konstruktivisme). Dimulai dari adanya
jaringan konsep (skemata) lalu pengetahuan diproses melalui asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi.
4. Teori Vygotsky mengembangkan teori konstruktivistik belajar mandiri Piaget menjadi belajar
kelompok.
5. Teori Jerome Bruner merupakan teori perkembangan mental yang dibedakan dalam tiga
tingkatan dalam mengakomodasi peserta didik, yaitu enactive, iconic, dan symbolic.
6. Pemecahan masalah dengan teknik heuristic (bantuan untuk menemukan) oleh George Polya,
meliputi understand the problem, devise a plan, carry out the plan, dan look back.
7. Teori Van Hiele (hierarkis belajar geometri) menyatakan bahwa eksistensi dari lima tingkatan
yang berbeda tentang pemikiran geometrik, yaitu level 0 (visualisasi), level 1 (analisis), level
2 (deduksi informal), level 3 (deduksi), dan level 4 (rigor).
8. RME (Realistic Mathematics Education) dikembangkan oleh Freudenthal dan Treffers, yaitu
pematematikaan dibagi 2 antara lain pematematikaan horisotal dan vertikal.
9. Peta konsep merupakan kebermaknaan yang ditunjukkan dengan bagan atau peta sehingga
hubungan antarkonsep menjadi jelas dan keseluruhan konsep teridentifikasi.
Kegiatan Belajar 2
Pelaksanaan Pembelajaran Matematika yang Konstruktivistik
Dasar pengembangan pendidikan yang bermutu tinggi adalah prinsip. Empat pilar belajar yang
dikemukakan UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to
live together.
Strategi pembelajaran matematika yang konstruktivistik antara lain:
1. Pemecahan masalah (problem solving) ciri utamanya adanya masalah yang tidak rutin.
Manfaatnya adalah peserta didik menjadi kreatif dalam berpikir, kritis dalam menganalisis
data, fakta, dan informasi, serta mandiri dalam bertindak dan bekerja. Sasarannya yaitu soal
mempunyai banyak selesaian (multiple solution), soal yang diperluas (extending problem),
dan soal yang mempunyai banyak cara menyelesaikan (multiple methods of solution).
2. Penyelidikan matematis (Mathematical Investigation) adalah peyelidikan tentang masalah
yang dapat dikembangkan menjadi model matematika, berpusat pada tema tertentu,
berorientasi pada kajian atau eksplorasi mendalam, dan bersifat open-ended. Kegiatan
belajar yang dilaksanakan dapat berupa cooperative learning.
3. Penemuan terbimbing adalah suatu kegiatan pembelajaran dimana guru membimbing
siswanya dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis sehingga mereka merasa
menemukan sesuatu.
4. Contextual Learning adalah pengelolaan suasana belajar yang mengaitkan bahan pelajaran
dengan situasi dan/atau kehidupan sehari-hari, hal-hal yang faktual atau keadaan nyata yang
dialami siswa.
MEDIA DAN BAHAN MANIPULATIF DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SD
Media pembelajaran dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu pembelajaran
yang digunakan untuk menampilkan, mempresentasikan, menyajikan, atau menjelaskan
bahan pelajaran kepada peserta didik, yang mana alat-alat itu sendiri bukan merupakan
bagian dari pelajaran yang diberikan.
Jenis media dapat dikelompokkan dari aspek-aspek yang berbeda, misalnya ;
1. Dari bahan, berupa media cetak dan media nin cetak
2. Dari tayangan, berupa media proyeksi dan media non proyeksi
3. Dari kelistrikan, berupa media elektronik dan media non-elektronik
4. Dari ukuran kemajuan, media sederhana dan media modern
Alat-alat itu dapat berupa segala bentuk papan (tulis, tempel), segala bentuk cetakan
(bukan LKS, modul, petunjuk/pedoman kurikulum), segala bentuk bahan
elektronik(kalkulator, radio, TV, film, VCD, DVD,komputer, internet, LCD)
Bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu pembelajaran
yang digunakan terutama untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematika. Alat ini
merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika, dan dapat dimanipulasikan
oleh peserta didik ( dibalik, dipotong, digeser, dipindah, digambar, ditambah, dipilah,
dikelompokkan/diklafikasikan ). Penggunaan alat ini untuk mempermudah siswa dalam
memahami konsep dan prosedur matematika.
KB 1. MEDIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD
Keuntungan penggunaan media pembelajaran :
1. Lebih menarik dan tidak membosankan siswa
2. Lebih mudah dipahami karena dibantu visualisasi yang dapat memperjelas uraian
3. Lebih bertahan lama dan mudah diingat karena siswa lebih terkesan dengan terhadap
tampilan dan tayangan
4. Mampu melibatkan peserta pembelajaran lebih banyak dan lebih tersebar
5. Dapat digunakan berulang kali untuk peningkatan penguasaan materi(kaset, vcd, dvd,
film)
6. Lebih efektif karena dapat mengurangi waktu pembelajaran.
Jenis-jenis media dan penggunaannya :
1. Papan tulis / white boad
2. Papan grafik, hampir sama dengan papan tulis , tetapi fungsinya untuk mempermudah
guru dalam membuat grafik. Papan ini mempunyai kotak-kotak berskala tetap yang dpat
dipakai untuk merancang koordinat dari titik-titik yang diperlukan untuk membuat grafik
3. Papan tempel, dapat diletakkan didalam atau di luar kelas. Jika didalam kelas dipasang
disamping kelas tidak didepan. Fungsinya untuk memasang informasi , menempel kliping
dari koran , majalah atau brosur yang berkaitan dengan pelajaran atau kemajuan iptek,
dan untuk memasang karya-karya siswa yang terpilih. Untuk matematika , dapat
digunakan untuk menginformasikan /menhkomunikasikan antara lain tokoh-tokoh
matematisi, sejarah matematika, rekreasi matematika, permainan, pola-pola khusus dan
tebakan matematika.
4. Media cetak, dapat dibawa dan dibaca dimana saja dan kapan saja. Dapat berupa LKS,
buku paket, petunjuk praktek, lpaoran, modul dan buku kerja.
5. Kalkulator, termasuk media elektronik yang mudah didapati dengan harga terjangkau.
Termasuk alat hitung canggih yang mampu melakukan perhitungan dengan cepat dan
akurat.
a. Kalkulator sebagai alat bantu berhitung
b. Kalkulator sebagai alat bantu meningkatkan pemahaman konsep matematika
c. Kalkulator sebagai alat bantu belajar pemecahan masalah
6. Komputer, perangkat lunak(software) misalnya MAT LAB, MAT CAD, DERIVE,
MATHEMTICA, MAPLE) memuat topik-topik penyelesaian persoalan
matematika(misalnya polinomial, grafik fungsi, pendiferensialan, pengintegralan, grafik
dimensi tiga, matriks dan permasalahannya)
a. Model tutorial, model pembelajaran berupa uraian atau penjelasan topik-topik tertentu
yang dapat dilengkapi dengan contoh dan latihan soal. ----(linear dan bercabang)
b. Model latihan dan praktek (drill & practice), model pembelajaran berupa latihan
mengerjakan soal-soal. Tujuan dari latihan ini adalah untuk lebih memantapkan
pemahaman konsep, dan lebih terampil dalam menyelesaikan beragam soal.
c. Model simulasi (demonstrasi), model pembelajaran untuk memperagakan hal-hal yang
sulit dilakukan karena mempunyai resiko besar ( berbahaya, sangat mahal, langka).
Digunakan untuk menunjukkan atau menampilkan proses, terutama hubungan tingkah
laku grafik fungsi karena perbedaan besaran-besaran tertentu; menampilkan gambar
bangun-bangun geometri ruang dengan bidang-bidang irisan serta garis-garis tertentu ;
menampilkan transformasi dan simetri bangun-bangun geometri. Dengan model simulasi
ininyang abstrak dapat diperagakan menjadi teramati(observable) sehingga menjadi lebih
mudah dipahami.
7. Media Tayangan, media yang mampu menayangkan program pembelajaran pada layar
sehingga bisa diikuti banyak orang. Media ini berupa OHP (over head projector), LCD ,
film.

Media dan Bahan Manipulatif dalam Pembelajaran


Matematika SD
Dosen Pengampu:
Nawang Wulan, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Fitri Nur Lailiyah (150611100122)
2. Ainur Rohmah (150611100130)
3. Rensi Vimbi Alfianita (150611100131)
4. Phatih Allam Harmahadinata (150611100137)
5. Aisyatur Rodiyah (150611100156)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah – Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas matakuliah Pembelajaran
Matematika SD tentang Media dan Bahan Manipulatif dalam Pembelajaran.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, baik dalam penyusunan kata, bahasa, dan sistematika pembahasannya. Sebab kata
pepatah “tak ada gading yang tak retak atau dengan pepatah lain tak ada ranting yang tak akan
patah”. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan masukan atau kritikan serta saran yang
bersifat membangun untuk mendorong kami menjadi lebih ke depanya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah berkenan
membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami dan
pembaca. Amin..

Bangkalan, 29 September 2016

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... 2


Daftar Isi .............................................................................................................. 3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Media dan Bahan Manipulatif ................................................. 6
2.2 Media dalam Pembelajaran Matematika SD ............................................. 7
2.3 Alat Peraga Pembelajaran Matematika ..................................................... 13
2.4 Bahan Manipulatif untuk Pembelajaran
Matematika SD .......................................................................................... 15
2.5 Contoh Bahan Manipulatif untuk Pembelajaran
Matematika SD .......................................................................................... 18
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 20
3.2 Saran .......................................................................................................... 20
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya media dan bahan manipulatif dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam
pembelajaran matematika. Keduanya merupakan alat bantu pembelajaran matematika SD
yang penggunaannya didasarkan pada pertimbangan, alasan, atau kriteria tertentu, misalnya
kesesuaian dengan topik pelajaran, ketersediaan alat dan fasilitas pendukung, ketersediaan
operator, dan ketersediaan biaya. Perbedaan media dan bahan manipulatif terletak pada
keterkaitannya dengan materi pelajaran yang diberikan, yaitu terkait tidak langsung dan
terkait langsung.
Media pembelajaran dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu pembelajaran
yang digunakan untuk menampilkan, mempresentasikan, menyajikan, atau menjelaskan
bahan pelajaran kepada peserta didik, yang mana alat-alat itu sendiri bukan merupakan
bagian dari pelajaran yang diberikan.
Bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu pembelajaran
yang digunakan terutama untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematika. Alat ini
merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika, dan dapat dimanipulasikan oleh
peserta didik (dibalik, dipotong, digeser, dipindah, digambar, ditambah, dipilah,
dikelompokkan atau diklasifikasikan). Penggunaan bahan manipulatif ini dimaksudkan untuk
mempermudah peserta didik dalam memahami konsep dan prosedur matematika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian media dan bahan manipulatif itu?
2. Bagaimanakah media dalam pembelajaran matematika SD?
3. Bagaimanakah alat peraga pembelajaran matematika?
4. Bagaimanakah bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD?
5. Bagaimanakah contoh dari bahan manipulatif yang digunakan untuk pembelajaran matematika
SD?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari media dan bahan manipulatif.
2. Mengetahui bagaimanakah media dalam pembelajaran matematika SD.
3. Mengetahui alat peraga pembelajaran matematika.
4. Mengetahui bagaimanakah bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD.
5. Mengetahui contoh dari bahan manipulatif yang digunakan untuk pembelajaran matematika SD.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Media dan Bahan Manipulatif


Media (merupakan bentuk jamak dari kata medium) adalah suatu saluran untuk
berkomunikasi. Diturunkan dari bahasa latin yang berarti “antara”. Istilah ini merujuk kepada
sesuatu yang membawa informasi dari pengirim informasi ke penerima informasi. Masuk
diantaranya computer multimedia (Heinich, 1996).
Media pada dasarnya terkelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu media sebagai
pembawa informasi (ilmu pengetahuan) dan media yang sekaligus merupakan alat untuk
menanamkan konsep seperti halnya alat peraga. Media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar
terjadi. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi. Media ini berisikan pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau
mengandung maksud-maksud pembelajaran.
Selain itu, media adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa
perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil instruksional
secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional dapat dicapai dengan mudah.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah seperangkat alat
bantu yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari pendidik kepada peserta didik
agar dapat menarik minat dan perhatian sehingga proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien terjadi.
Sedangkan, bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu
pembelajaran yang digunakan untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematika. Alat ini
merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika dan dimanipulasikan oleh
peserta didik (dibalik, dipotong, digeser, dipindahkan, digambar, dipilah, dikelompokkan
atau diklasifikasikan (Muhsetyo, dkk, 2011).
Penggunaan bahan manipulatif ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta didik
dalam memahami konsep dan prosedur matematika. Bahan manipulatif ini berfungsi untuk
menyederhanakan konsep yang sulit/sukar, menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi
lebih nyata, menjelaskan pengertian atau konsep secara lebih konkret, menjelaskan sifat-sifat
tertentu yang terkait dengan pengerjaan operasi hitung, sifat-sifat bangun geometri serta
memperlihatkan fakta-fakta (Muhsetyo, dkk, 2011).

2.2 Media dalam Pembelajaran Matematika SD


Dalam pembelajaran matematika SD, agar bahan pengajaran yang disampaikan menjadi
lebih mudah dipahami oleh siswa, diperlukan alat bantu pembelajaran yang disebut dengan
media. Media adalah alat bantu pembelajaran yang secara sengaja dan terencana disiapkan
oleh guru untuk mempresentasikan dan/atau menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan
siswa untuk dapat terlibat langsung dengan pembelajaran matematika. Peralatan yang akan
digunakan dalam kelas dapat digunakan untuk mengerjakan suatu tugas, memberikan
penjelasan, mengamati dan mempelajari hasil perhitungan, menyelidiki suatu pola, dan
berlatih soal-soal.
Media dalam pembelajaran matematika relatif sama dengan media dalam pembelajaran
bidang yang lain, yaitu dapat dikelompokkan berupa media: (1) sederhana, misalnya papan
tulis, papan grafik, (2) cetak, misalnya buku, modul, LKS (Lembar Kegiatan Siswa),
petunjuk praktik atau praktikum, dan (3) media elektronik misalnya OHT (Over Head
Transparency) atau OHP (Over Head Projector), audio (radio, tape), audio video
(TV,VCD,DVD), kalkulator, computer dan internet. Pengelompokan diatas dapat saja diganti
brdasarkan alasan tertentu, misalnya media sederhana dan media modern (berbasis
elektronik), media cetak dan media non-cetak, media proyeksi dan media non-proyeksi, dan
sebagainya
Seirama dengan perkembangan ICT (Information and Communication Technology),
media berbasis elektronik semakin banyak dimanfaatkan dalam pembelajaran, pendidikan,
dan latihan. LCD, power point, internet, televisi, dan teleconferencing merupakan media-
media masa kini yang digunakan untuk berbagai kegiatan pembelajaran. Dengan semakin
beragamnya jenis dan mutu media pembelajaran, guru perlu semakin selektif dalam
menentukan media pembelajaran. Beberapa criteria utama dalam memilih media adalah
kecocokan dengan materi pelajaran, ketersediaan alat dan pendukungnya, kemampuan
financial untuk pengadaan dan operasional, dan kemampuan/keterampilan menggunakan
media dengan tepat dan benar.
Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dalam penggunaan media pembelajaran antara
lain adalah:
1. Lebih menarik dan tidak membosankan bagi siswa.
2. Lebih mudah dipahami karena dibantu oleh visualisasi yang dapat memperjelas uraian.
3. Lebih bertahan lama untuk diingat karena mereka lebih terkesan terhadap tayangan atau
tampilan.
4. Mampu melibatkan peserta pembelajaran lebih banyak dan lebih tersebar (terutama
penggunaan media elektronik: radio, televisi, internet).
5. Dapat digunakan berulang kali untuk meningkatkan penguasaan bahan ajar (terutama
media yang berbentuk rekaman: kaset, VCD, DVD, film), dan
6. Lebih efektif karena dapat mengurangi waktu pembelajaran.
Garis besar jenis-jenis media dan penggunaannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Papan Tulis
Sebagian besar sekolah menggunakan papan tulis hitam (black board) di dalam kelas.
Dengan menggunakan kapur atau sejenisnya untuk menulis, bahan pelajaran dibicarakan dan
dibahas dengan bantuan papan tulis. Proses pembelajaran dalam bentuk contoh, uraian, atau
pengerjaan tugas, dapat dilihat dan diikuti langsung oleh semua siswa dalam kelas.
Pembelajaran dapat dilaksanakan lebih menarik dan bersasaran jika guru menggunakan kapur
yang berwarna-warni. Pada perkembangan berikutnya, didasarkan pada alasan untuk lebih
menyehatkan mata, warna hitam papan tulis diganti dengan warna hijau (green board).
Akhir-akhir ini, dengan alaan lebih menyehatkan badan, warna putih (white board) mulai
banyak digunakan dan mengganti kapus dengan spidol. Lebih dari itu, papan putih ini dapat
dipindahkan (tidak permanent) bahkan ada yang bersifat elektronik sehingga tulisan di papan
putih daapat langsung dibuat foto copy-nya.
2. Papan Grafik
Pada dasarnya papan grafik sama dengan papan tulis, tetapi fungsinya lebih diarahkan
untuk mempermudah guru dalam membuat grafik. Papan ini mempunyai kotak-kotak
berskala tetap yang dapat dipakai untuk merancang koordinat dari titik-titik yang diperlukan
untuk membuat grafik.
3. Papan Tempel
Papan tempel ini dapat diletakkan di dalam atau di luar kelas. Jika diletakkan di dalam
kelas, maka papan tempel ini dipasang tidak di bagian depan kelas (di samping kiri-kanan
atau di bagian belakang dari kelas). Fungsi dari papan tempel ini antara lain untuk memasang
informasi (pengumuman, berita, tugas), untuk menempel kliping dari Koran, majalah atau
brosur yang brkaitan dengan pelajaran atau kemajuan iptek. Untuk mata pelajaran
matematika, papan tempel ini dapat digunakan untuk menginformasikan atau
mengkomunikasikan antara lain tokoh-tokoh matematisi, sejarah matematika, rekreasi
matematika, permainan matematika, pola-pola khusus matematika dan tebakan matematika.
4. Media Cetak
Media cetak merupakan media pembelajaran yang utama karena media ini mudah dibawa
dan dapat dibaca di mana saja dan kapan saja. Bentuk media cetak ini dapat berupa buku
(buku ajar, buku mata pelajaran), LKS (Lembar Kegiatan Siswa), petunjuk praktik, petunjuk
praktikum, laporan kegiatan, modul dan buku kerja.
Jika seorang guru matematika menggunakan edia buku pelajaran, maka guru itu harus
benar-benar menguaai isi buku, yaitu hal-hal yang terkait dengan uraian, contoh: latihan,
tugas, dan urutan. Penguasaan itu juga diikuti dengan wawasan yang kritis dari hal-hal
tersebut diatas, jika ada materi, urutan, latihan yang salah, maka guru itu harus berani
mebetulkan (jangan dibiarkan salah); dan kalau ada yang kurang (kurang lengkap), maka
guru itu harus berani melengkapi atau menambahkan. Kalau ada sesuatu yang dianggap
urang jelas atau meragukan, maka guru itu harus berani bertanya kepada sejawat atau orang
lain yang lebih tahu. Kalau dalam penerapa buku itu dirasakan peserta didik banyak yang
mengalami kesulitan, maka guru itu bisa menganalisisnya, dan kemdian melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
5. Kalkulator
Sebetulnya kalkulator termasuk media elektronik, tetapi keberadaannya sudah dijumpai di
mana-mana, dan dapat dibeli dengan harga yang terjangkau. Sebagai alat yang canggih yang
mampu melakukan perhitungan dengan cepat dan akurat, maka pote si kalkulator ini dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar.
Penggunaan kalkulator dalam pembelajaran matematika sudah lama dirintis di Negara-
negara maju, sebgaai alat bentu pembelajaran (instructional aids) dan alat hitung
(computational tools). Dengan adanya kalkulator, guru dan pendidik/penegmbang dalam
pembelajaran matematika mempunyai kesempatan yang lebih luas membantu siswa
memepelajarai matematika dan menyelesaikan masalah-masalah terkini. Namun dmeikian,
penggunaan kalkulator tidak boleh menggantikan perlunya proses pembelajaran ang
membawa siswa terampil dalam berhitung (komputasi). NCTM (1980) merekomendasikan
bahwa “mathematics programs must take full advantage of the power of calculators and
computers at all grade levels”.
Beberapa contoh penggunaan kalkulator dalam pembelajaran matematika dapat dikaitkan
dengan sasaran atau keperluan yang ingin dikembangkan oleh guru.
a. Kalkulator sebagai alat bantu berhitung
Dengan kecepatan, ketepatan, dan kemampuan kalkulator dalam melakukan pengerjaan
bagian bilangan, kalkulator dapat dipakai menghitung (35,7 × 29,8)/(22 × 31) sampai
persepuluh terdekat, mencari √3/(5+ √2) sampai perseratusan terdeka, atau mencari √2+3√5-
10,2 sampai satuan terdekat.
b. Kalkulator sebagai alat bantu meningkatkan pemahaman konsep matematika
Dengan menggunakan kalkulator, siswa dapat mempraktikkan, mencoba, dan mengamati
berbagai hubungan secara induktf-analitis sehingga mereka seolah-olah “menemukan” sifat-
sifat matematka tertentu. Generalisasi kasus-kasus dapat dilakukan untuk menunjukkan sifat
bilangan nol, sifat bilangan satu, sifat pertukatran (komutatif), sifat pengelompokkan
(asosiatif), sifat peneybaran (distributif), sifat lawan, sifat kebalikan. Konsep bilangan prima,
konsep factor, dan konsep-konsep dalam pecahan dapat diselidiki dan dijelaskan dengan
menggunkan kalkulator. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dan parsitipatif jika
dilengkapi dengan media belajar yang lain, misalnya buku kerja atau LKS (Lembar Kegiatan
Siswa).

c. Kalkulator sebagai alat bantu belajar pemecahan masalah


Sifat bilangan rasional yang dapat dinyatakan sebagai desimaldengan adanya lambing-
lambang yang berulang secara teratur, merupakan salah satu penyelidik yang dapat dikemas
dalam kegiatan pemecahan masalah. Hubungan pecahan sedrhana a/b (dengan fpb antara a
dan b adalah 1) dan lambing desimalnya, dapat dikemas dalam kegiatan pemecahan masalah.
Penyelidikan dapat dilakukan dengan memilih penyebut b secara beragam, misalnya faktor
10, faktor 100, faktor 1000,…., faktor 10n (n=1,2,3,…) dan bukan faktor 10n (n=1,2,3,…).
Dengan semakin canggihnya produk-produk kalkulator, misalnya TI (Texas Instrument)
yang memounyai kemampuan membuat grafik, maka pemecahan masalah matematika dapat
dikembangkan dalam geometri, terutama untuk mengamati tingkah laku grafik jika
persyaratan tertentu diketahui.
Contoh 2.1
Dengan menggunakan kalkulator, secara perseorangan atau kelompok, para siswa dapat
mempraktikkan ( ), ( ), dan
( ), sehingga mereka memahami bahwa:
6. Komputer
Sebagai alat bantu mengajar, komputer juga diperlukan untuk pendidikan matematika.
Pembelajaran yang dibantu komputer disebut pembelajaran berbantuan komputer (computer
assisted instruction). Bahkan komputer dalam pembelajaran matematika dikembangkan
dengan memanfaatkan program-program komputer yang siap pakai dalam bentuk perangkat
lunak (software), atau program-program komputer yang dirancang dan dibuat oleh guru
matematika.
Perangkat lunak dalam pembelajaran matematika berbantuan komputer (PMBK) dapat
berupa paket-paket matematis atau paket-paket pembelajaran matematika. Paket-paket
matematika (misalnya MAT LAB, MAT CAD, DERIVE, MATHEMATICA, MAPLE)
memuat topik-topik penyelesaian persoalan matematika (misalnya polinomial, grafik fungsi,
pendiferensialan, pengintegralan, grafik dimensi tiga, matriks dan permasalahannya),
sehingga dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memberikan penegasan kepada murid dalam
penghitungan, penampilan hasil, pengamatan pola, dan pembuatan grafik. Siswa juga dapat
diberi pengalaman untuk banyak berinteraksi dengan komputer, yaitu menentukan, memilih,
dan mencoba sendiri besaran/ ukuran/ data yang diperlukan sebagai masukan.
Paket-paket pembelajaran matematika, dalam bentuk perangkat lunak yang siap pakai
maupun yang dibuat oleh guru, dapat berupa model tutorial, model latihan dan praktik (drill
& practice), atau model simulasi.
7. Media Tayangan
Media tayangan adalah media yang mampu menayangkan program pembelajaran pada
layar sehingga bisa diikuti oleh banyak orang peserta belajar. Media ini dapat berupa OHP
(Over Head Projector), LCD projector, film (untuk motion picture dan still picture), audio-
video, dan televisi.
Dengan memanfaatkan plastic ttransparansi, OHP secara efektif dapat digunakan untuk
mempresentasikan uraian, penjelasan atau laporan. Dengan kombinasi bentuk tulisan, warna,
dan gambar, tayangan pembelajaran matematika dengan OHP menjadi lebih menarik dan
terpusat. Perkembangan teknologi foto copy yang mampu meng-copy gambar dan tulisan
pada plastic transparansi, tayangan OHP dapat dikembangkan menjadi lebih baik dan lebih
komunikatif.
Meskipun penggunaan film (dan film strip) sudah diganti dengan teknologi yang lebih
mudah dioperasikan (misalnya VCD atau DVD), film perhatian dan mengajak pemirsa lebih
antusias dan menikmati pembelajaran yang diberikan. Hal serupa dapat dilakukan dengan
menggunakan media pembelajaran VCD/DVD, dan televise. Peragaan dari suatu proses
penyelesaian matematika menjadi lebih mudah dipahami, apalagi jika digabung dengan
gerak, music, nyanyian, dan permainan.
2.3 Alat Peraga Pembelajaran Matematika
Pada dasarnya anak belajar melalui benda/objek konkret. Untuk memahami konsep
abstrak anak memerlukan benda-benda riil (konkret) sebagai perantara atau visualisasinya.
Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat-tingkat belajar yang berbeda-beda. Bahkan, orang
dewasapun yang pada umumnya sudah dapat memahami konsep abstrak, pada keadaan
tertentu, sering memerlukan visualisasi.
Pembelajaran matematika sering disampaikan dengan menggunakan alat peraga. Hal ini
dimaksudkan agar konsep abstrak yang akan dipahami siswa dapat mengendap, melekat, dan
tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan dapat dimengerti siswa, bukan hanya
melalui mengingat-ingat fakta.
Tujuan menggunakan alat peraga adalah:
1. Proses belajar mengajar termotivasi;
2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan lebih dapat dipahami dan
dimengerti siswa, serta dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat lebih rendah, dan
3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih
dapat dipahami.
Penggunaan alat peraga dapat dikaitkan dan dihubungkan dengan salah satu atau
beberapa dari:
a) Pembentukan konsep
b) Pemahaman konsep
c) Latihan dan penguatan
d) Pelayanan terhadap perbedaan individual (anak yang lemah dan berbakat)
e) Pengukuran (alat ukur)
f) Pengamatan dan penemuan sendiri ide-ide dan relasi baru serta penyimpulan secara umum
(sebagai objek penelitian maupun alat untuk meneliti)
g) Pemecahan masalah pada umumnya
h) Pengundangan untuk berpikir
i) Pengundangan untuk berdiskusi
j) Pengundangan partisipasi aktif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat alat peraga pembelajaran
matematika:
a. Tahan lama
b. Bentuk dan warna menarik
c. Sederhana dan tidak rumit
d. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak
e. Dapat menyajikan konsep matematika (bentuk riil, gambar atau diagram)
f. Sesuai dengan konsep
g. Dapat menunjukkan konsep matematika dengan jelas
h. Peragaan itu supaya merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak
i. Siswa belajar secara aktif (alat peraga itu supaya dapat dimanipulasikan: diraba, dipegang,
dipindahkan, diutak-atik, atau dipasangkan dan dicopot)
j. Bila mungkin dapat berfaedah lipat (banyak).
Macam-macam alat peraga pembelaran matematika:
a) Alat peraga kekekalan luas, misal: tangan
b) Alat peraga kekekalan panjang, misal: tangga garis bilangan, neraca bilangan, mistar hitung,
batang Cuisenaire.
c) Alat peraga kekekalan volume, misal: balok Dienes
d) Alat peraga kekekalan banyak, misal: abakus biji, lidi, dan kartu nilai tempat.
e) Alat peraga untuk percobaan dalam teori kemingkinan, misal: uang logam, dadu, paku payung,
kartu bridge/domino, bola berwarna, dan distribusi Galton (sesatan Hexagon)
f) Alat peraga untuk pengukuran dalam matematika, misal: meteran, jangka sorong, busur derajat,
sperometer, kilometer, roda meteran, kapak tomahawk, dan hypsometer.
g) Bangun-bangun geometri, misal: segitiga, segiempat, lingkaran, segi banyak, pengubinan,
bangun ruang.
h) Alat peraga untuk permainan matematika, misal: rumah perkalian, segitiga ajaib, menara Hanoi,
mesin fungsi, saringan Erastothenes, bujur sangkar ajaib, mobiles, perkalian tulang Napier, pita
mobius, blok logic, kartu penebak angka, kartu penebak bulan, kartu penebak “hati”.

2.4 Bahan Manipulatif dalam pembelajaran matematika SD


Dalam pembelajaran matematika SD, hendaknya agar bahan pelajaran yang diberikan
lebih mudah dipahami oleh siswa, diperlukan bahan-bahan yang perlu disiapkan guru, dari
barang-barang yang harganya relatif murah dan mudah diperoleh, misalnya kertas manila,
karton, kayu, kawat, kain untuk menanamkan konsep matematika tertentu sesuai dengan
keperluan.
Bahan-bahan itu dapat dipegang, dipindah-pindah, dipasang, dibolak-balik, diatur/ditata,
dilipat/dipotong oleh siswa sehingga dapat disebut sebagai bahan manipulatif, yaitu bahan
yang dapat “dimain-mainkan” dengan tangan. Bahan ini berfungsi untuk menyederhanakan
konsep yang sulit/sukar, menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata,
menjelaskan pengertian atau konsep secara lebih konkret, menjelaskan sifat-sifat tertentu
yang terkait dengan pengerjaan (operasi) hitung dann sifat-sifat bangun geometri, serta
memperlihatkan fakta-fakta.
Dengan semakin banyaknya kesempatan dan keleluasaan guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar, agar siswa benar-benar menguasai kompetensi yang dituntut, maka
guru dapat berkreasi secra dinamis, tanpa harus menunggu pemberian orang lain “dropping”
dari atas, untuk mampu menyiapkan bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD.
Dari barang bekas/buangan atau tidak terpakai, misalnya dari berbagai karton bungkus
makanan, bungkus berbagai rokok, plastik-plastik bekas dan potongan kayu yang tidak
terpakai.
1. Bahan Manipulatif dari Kertas
Bahan kertas ini mudah diperoleh, dengan warna yang beragam, dari kertas manila yang
dibeli dari toko, atau dari bekas berbagai sampul tak terpakai (buku,map), dari macam-
macam bungkus rokok yang berwarna-warni, dari karton pembungkus makanan atau
minuman.
Salah manfaat dari bahan manipulatif kertas/karton ini antara lain adalah: Untuk
menjelaskan pecahan (konsep, sama/senilai, operasi). Konsep pecahan m/n sebagai m bagian
dari n bagian yang sama, dapat didemonstrasikan guru, atau dipraktikkan siswa, dengan
menggunakan berbagai bangun geometri, misalnya persegi, persegi panjang, jajargenjang,
belah ketupat, segitiga, lingkaran.

A B C D
Gambar 1
ditunjukkan dengan satu bagian dari empat bagian yang sama.
Pecahan-pecahan senilai juga dapat ditunjukkan dengan potongan kertas memanjang
kertas memanjang atau potongan kertas dalam bangun-bangun geometris, misalnya, dengan
menggunakan potongan kertas memanjang, dapat ditunjukkan pecahan-pecahan senilai,
misalnya:
½ 1/2
1/3 1/3 1/3
1/4 1/4 1/4 1/4
1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6
1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8

Dengan menggunakan pola, dapat dikembangkan bentuk-bentuk pecahan senilai yaitu:


2. Model Stik (Lidi: Dari Rangka Daun Kelapa, Dari Bambu, Atau Dari Plastik)
Model ini dapat dipakai untuk menjelaskan konsep satuan, puluhan, dan ratusan untuk
siswa-siswa SD ,kelas rendah. Lidi-lidi tersebut dalam bentuk lepas (sebagai satuan), bentuk
ikatan (dengan tali/karet) sepuluhan, dan bentuk ikatan dari ikatan sepuluhan (dan disebut
seratusan). Model-model stik ini dapat digunakan untuk menjelaskan konsep numeral
(lambing bilangan), kesamaan bilangan, operasi (penjumlahan, pengurangan ,perkalian),
bilangan bulat, misalnya:
234 = 2 ratusan + 3 puluhan + 4 satuan
= 2 ikatanratusan + 3 ikatanpuluhan + 4 lepas
35 = 30 + 5 = 20 + 15 = 10 + 25
= 23 + 12 = 18 + 17 = 9 + 26
3x6 = 6 + 6 + 6 = 18
5 x 10 = 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 50
2 x 100 = 100 + 100 = 200
46 – 23 = (40 + 6) – (20+3) = (40 – 20) + (6 – 3)= 20 +3 =23
35 – 19 =(30 +5) – (10 + 9) = (20 + 10 + 5) – (10 + 9)
=(20-10) + (10 +5 -9) = 10 +6 = 16

3. Model Persegi Dan Strip Dari Kayu/Tripleks


Model ini terdiri dari potongan-potongan persegi kayu/tripleks, strip- strip sepanjang
sepuluh persegi, dan daerah seluas sepuluh strip. Kegunaan model persegi dan strip serupa
dengan kegunaan model stik, yaitu untuk menjelaskan konsep numeral, kesamaan bilangan,
dan operasi bilangan bulat. Bahan kayu/ tripleks dapat diganti dengan karton yang relatif
tebal.

4. Model Kertas Bertitik Atau Berpetak


Kertas bertitik dapat bersifat persegi atau isometric. Model ini dapat digunakan untuk
menjelaskan banyak hal yang terkait dengan geometri (bangun datar dan sifat-sifatnya,
hubungan antar bangun datar, dan luas bangun datar). Berbagai posisi datar, tegak, miring
bangun datar (segitiga, persegi, persegipanjang, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang
dan trapesium) dapat diperagakan dengan model kertas bertitik (pengerjaannya menggunakan
pensil sehingga dapat dihapus). Dengan perkembangan ketersediaan bahan saat ini, kertas
bertitik/ berpetak ini dapat menggunakan white board (dengan titik/petak menggunakan
spidol permanen), dan pengerjaannya menggunakan spidol white board yang dapat dihapus.

2.5 Contoh Bahan Manipulatif Untuk Pembelajaran Matematika SD


1. Alat dan Bahan
Khusus bahan manipulatif untuk pembelajaran matematika SD ini terbuat dari bahan dasar
triplek dan kertas manggis berwarna (merah dan kuning). Triplek digunakan sebagai tempat
menggambarkan pecahan yang akan kita operasikan sedangkan kertas manggis warna merah
melambangkan pecahan pertama dan kertas manggis berwarna kuning melambangkan pecahan
kedua.
2. Cara membuat bahan manipulatif
Langkah-langkah membuat bahan manipulatif untuk pembelajaran matematika SD: materi
operasi pecahan adalah sebagai berikut:
- Siapkan sebuah triplek putih, kemudian potonglah menjadi ukuran 50 cm x 50 cm
- Potong-potnglah kertas manggis berwarna merah dan kuning menjadi beberapa
potongan yang masing-masing potongannya 5 cm x 10 cm
- Berilah double-tip pada masing-masing potongan kertas manggis agar dapat
ditempelkan pada triplek.
3. Penggunaan bahan manipulatif untuk materi operasi pecahan
a. Penjumlahan
Adapun langkah-langkah yang akan kita lakukan dalam menjumlahkan dua buah
bilangan pecahan adalah sebagai berikut:
- Buatlah sebuah persegi panjang pada triplek yang sudah kita sediakan.

- Kemudian bagilah persegi panjang tersebut menjadi 3 bagian yang sama (karena
penyebut bilangan pertama 3).
- Dari sisi yang lain, bagilah persegi panjang tersebut menjadi 2 bagian yang sama
(karena penyebut yang bilangan kedua 2).
- Letakkan kertas manggis berwarna merah sebanyak 1/3 bagian dari sisi vertikal, dan
kertas manggis berwarna kuning sebanyak ½ bagian dari sisi horizontal.
- Pada percobaan tersebut satu kotak yang berisi dua warna, pindahkan salah satu
warnanya ke kotak yang masih kosong.
- Hitunglah berapa banyak kotak berwarna merah dan berwarna kuning, serta seluruh
kotak yang tersedia.
b. Pengurangan
Adapun langkah-langkah yang akan kita lakukan dalam mengurangkan dua buah bilangan
pecahan adalah sebagai berikut:
- Buatlah sebuah persegi panjang pada triplek yang sudah kita sediakan, kemudian
bagilah persegi panjang tersebut menjadi dua bagian yang sama (karena penyebut
bilangan pertama 2).
- Dari sisi yang lain, bagilah persegi panjang tersebut menjadi tiga bagian yang sama
(karena penyebut bilangan kedua adalah 3).
- Letakkan kertas manggis berwarna merah sebanyak ½ bagian dari sisi vertikal.
- Pindahkan satu kertas warna merah, sehingga akan siperoleh 1/3 bagian.
- Karena bilangan pengurangannya adalah 1/3, maka baliklah 1/3 bagiannya.
- Hitunglah berapa banyak kotak berwarna merah yang tersisa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Media adalah seperangkat alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari
pendidik kepada peserta didik agar dapat menarik minat dan perhatian sehingga proses
belajar mengajar yang efektif dan efisien terjadi. Garis besar jenis-jenis media dalah sebagai
berikut: (1) Papan Tulis, (2) Papan Grafik, (3) Papan Tempel, (4) Media Cetak, (5)
Kalkulator, (6) Komputer, (7) Media Tayangan.
Bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu pembelajaran
yang digunakan untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematika. Alat ini merupakan
bagian langsung dari mata pelajaran matematika dan dimanipulasikan oleh peserta didik
(dibalik, dipotong, digeser, dipindahkan, digambar, dipilah, dikelompokkan atau
diklasifikasikan (Muhsetyo, dkk, 2011). Contoh bahan manipulatif yaitu: bahan manipulatif
dari kertas, model stik (lidi: dari rangka daun kelapa, dari bambu, atau dari plastik), model
persegi dan strip dari kayu/tripleks, model kertas bertitik atau berpetak

3.2 Saran
Guru SD harus dapat memanfaatkan media dan bahan manipulatif dalam pembelajaran
matematika serta bisa mengembangkannya juga agar pembelajaran menjadi lebih bermakna
bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muhsetyo, Gatot, dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nurtamam, Edi. Pembelajaran Matematika SD. 2013. Bangkalan: UTM Madura.

LANDASAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN KBK


LANDASAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN KBK

Hal yang terkait dengan terkait dengan Teori Thorndike :


a. Menekankan pada latihan dan praktik, bersifat mekanistik.
b. Menganggap siswa sebagai kertas putih yang polos dan siap ditulisi.
c. Tidak mengkaitkan antarkonsep
d. Tidak menggambarkan keseluruhan konsep, tidak integratif.
e. Berorientasi pada keterampilan yang ditambah terus menerus.
f. Mengutamakan target ( Hasil ), kurang penekanan pada proses.
Hal yang terkait dengan terkait dengan Teori Holistik :
a. Pembelajaran dilaksanakan secara bermakna
b. Mengutamakan pentingnya penguasaan konsep
c. Peserta didik perlu memahami materi pelajaran
d. Dilaksanakan secara bermakna dengan memanfaatkan struktur matematika, bagan
peta/rangkuman/ikhtisar/ringkasan dari konsep.
e. Kegiatan belajar lebih menarik karena memperhatikan proses.
f. Bisa mengakibatkan siswa kurang terampil dalam berhitung.
Hal yang terkait dengan terkait dengan Teori Piaget :
a. Keabstrakan materi dipertimbangkan dengan tingkat pertimbangan intelektual siswa
b. Pelsajaran baru dikaitkan dengan pelajaran sebelumnya atau pengetahuan prasyarat.
c. Kemampuan siswa diarahkan dapat mencari persamaan dan perbedaan , sehingga diperlukan
adanya contoh dan bukan contoh.
d. Memandang penting penerapan konservasi untuk menjelaskan konsep matematika
e. Bersifat konstruktif, tekan guru ditekankan pada fasilitator.
f. Siswa mempunyai kesempatan yang luas dan beragam untuk mencari, menerima, dan
menghimpun pengetahuan.
Kegiatan siswa yang dapat memberikan kesempatan membangun pengetahuan dari berbagai
sumber :
a. Diskusi kelompok kecil
b. Diskusi kelas
c. Pengerjaan tugas kelompok
d. Penyusunan laporan tugas pengamatan
e. Mendengarkan presentasi atau penjelasan teman
f. Membandingkan pekerjaan orang lain.
g. Memperhatikan dan memahami pekerjaan teman lain.
h. Mengadakan atau mengikuti tanya jawab.
Teori-teori yang berpengaruh untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran matematika :
1. Teori Thorndike
Teori thorndike disebut juga Teori penyerapan, yaitu teori yang memandang peserta didik
selembar kertas putih, penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahuan secara
pasif.Teori ini bersifat Behavioristik (mekanistik)
2. Teori Ausubel
Teori makna (meaning theory) dari Ausubel (Brownell & Ghazal ) mengemukakan pentingnya
kebermaknaan pembelajaran akan membuat pembelajaran akan lebih bermanfaat dan akan lebih
mudah dipahami dan diingat oleh peserta didik.Teori ini disebut juga Teori Holistik karena
mempunyai pandangan pentingnya keseluruhan dalam mempelajari bagian-bagian.
3. Teori Jean Piaget
Teori ini merekomendasikan perlunya pengamatan terhadap tingkat perkembangan intelektual
anak sebelum suatu bahan pelajarana matematika diberikan.tahap perkembangan anak menurut
Piaget :
1. Sensori motor ( 0-2 tahun )
2. Pra-operasional ( 2-7 tahun )
3. Operasional Konkret ( 7-11 tahun )
4. Operasional ( > 11 Tahun ).
Konservasi : Konservasi bilangan, konservasi panjang, konservasi isi.
4. Teori Vygotsky
Teori ini berusaha mengembangkan model konstruktivistik belajar mandiri piaget menjadi
belajar kelompok melalui teori ini peserta didik dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan
yang beranekaragam dengan guru sebagai fasilitator.
5. Teori Jerome Bruner
Berkaitan dengan perkembangan mental, yaitu kemampuan mental anak berkembang secara
bertahap mulai dari sederhana ke yang rumit, mulai dari yang mudah ke yang sulit, dan mulai
dari yang nyata ke yang abstrak.Bruner : “ 3 tingkatan yang perlu diperhatikan dalam
mengakomodasikan keadaan peserta didik, yaitu :
1. Enactive ( Manipulasi objek langsung )
2. Iconic ( Manipulasi objek tidak langsung )
3. Symbolic ( Manipulasi simbol )
6. Teori Pemecahan ( George Polya )
Menyebutkan teori heuristik ( bantuan untuk menemukan ), meliputi : 1.Understand the Problem;
2. devise the plan; 3.Carry out the yhe plan; 4.look back.Pemecahan masalah merupakan realisasi
dari keinginan meningkatkan pembelajaran matematika sehingga peserta didik mempunyai
pandangan atau wawasan yang luas dan mendalam ketika menghadapi suatu masalah.
Charles dan laster : mendefinisikan :Suatu masalah adalah suatu tugas yang mana :
1. Seseorang tertantang untuk menyelesaikan
2. Seseorang tidak mempunyai prosedur yang siap pakai untuk memperoleh penyelesaian;
3. Seseorang harus melakukan suatu usaha untuk memperoleh penyelesaian.
Bentuk pertanyaan yang memerlukan pemecahan masalah antara lain :
1. Soal cerita ( Verbal/Word problems )
2. Soal tidak rutin ( Non-routine mathematics problem )
3. Soal nyata ( Real/application problems )
Pendekatan pembelajaran matematika yang bersifat konstruktivistik dan bernuansa pemecahan
masalah :
1. Penemuan terbimbing ( Guided discovery )
2. Penyelidikan Matematika (Mathematical investigation )
3. Berakhir terbuka ( Open-ended )
4. Banyak selesaian ( Multiple solutions )
5. Banyak cara menyelesaikan ( multiple methods of solutions )
6. Tugas menulis matematika ( Writting in mathematics )
7.Teori Van Hiele ( Hierarkis Belajar Geometri )
Teori ini menyatakan bahwa eksistensi dari 5 tingkatan yang berbeda tentang Pemikiran
Geometrik, yaitu :
1. Level 0 ( Visualisasi )
2. Level 1 ( Analisis )
3. Level 2 ( Deduksi informal )
4. Level 3 ( Deduksi )
5. Level 4 ( Rigor )
8.RME ( Realistic Mathematics Education )
Teori ini dimaksudkan untuk memulai pembelajaran matematika dengan cara mengaitkannya
dengan situasi dengan dunia nyata di sekitar siswa.
Freudenthal dan Treffers adalah tokoh yang mengembangkan RME.
9.Peta Konsep
Peta konsep adalah implementasi pembelajaran bermakna dari Ausubel, yaitu kebermaknaan
yang ditunjukan dengan bagan atau peta sehingga hubungan antarkonsep menjadi jelas, dan
keseluruhan konsep teridentifikasi.
Komponen Standar Guru Matematika yang Profesional :
1. Penguasaan dalam pembelajaran matematika
2. Penguasaan dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran matematika
3. Penguasaan dalam pengembangan profesional guru Matematika
4. Penguasaan tentang posisi penopang dan pengembang guru matematika dan pembelajaran
matematika.
Kemampuan Matematikal antara lain : kemampuan untuk
1. Mengkaji,menduga dan memberi alasan secara logis
2. Menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin.
3. Mengkomunikasikan tentang dan melalui matematika
4. Mengaitkan ide-ide di dalam matematika dan ide-ide antara matematika dan kegiatan
intelektual lain.
Hal-hal yang dapat menumbuhkan kesadaran tentang Matematikal adalah
1. Ketekunan/Keuletan/Kekerasan hati,
2. Minat ( Interest )
3. Keingintahuan ( curiosity )
4. Daya temu atau daya cipta ( Inventiness )
KEGIATAN BELAJAR 2
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
YANG KONSTRUKTIVISTIK
Dasar Pengembangan pendidikan bermutu tinggi adalah Prinsip Belajar sepanjang hayat dan 4
Pilar(tiang) belajar yang dikemukakan UNESCO :
1. Learning to Know
2. Learning to do
3. Learning to be
4. Learning to Live Together
Peserta didik yang Kompeten artinya peserta didik yang cerdas, cakap, mampu memahami
dengan baik bahan yang diajarkan, mampu bersikap, bernalar, dan bertindak sesuai prosedur
yang benar, dan mengembangkan integritas kebersamaan dalam perbedaan.
Agar Guru dapat melaksanakan proses yang baik, Guru perlu mempertimbangkan kedudukan
keluaran :
1. Kompetensi Individual, kelompok, dan klasikal.
2. Keberagaman hasil ( Keluaran )
3. Kesesuaian penilaian, evaluasi atau assesmen
4. Pemberdayaan berbagai sumber belajar
5. Strategi pembelajaran untuk mencapai sasaran.
Ciri/Prinsip dalam Proses Pembelajaran agar berkompetensi :
1. Berorientasi pada siswa
2. Mengembangkan strategi Pembelajaran yang tepat dan beragam
3. Memperhatikan Teori pendidikan dan teori belajar
4. Mengusahakan suasana yang demokratis,partisipatif dan Kooperatif.
5. Mengembangkan penilaian (evaluasi ) yang menyeluruh dan beragam
6. Memperhatikan ciri pokok keilmuan dari bidang studi atau materi yang sedang dipelaja

Anda mungkin juga menyukai