Blotting adalah suatu teknik memindahkan atau mentransfer DNA, RNA, atau protein ke lembaran tipis atau matriks membran sehingga DNA, RNA, atau protein tersebut dapat dipisahkan. Teknik ini berupa lanjutan dari penggunaan elektroforesis gel. Matriks yang biasa dipakai dapat berupa nitroselulosa (NC). Namun NC juga memiliki kekurangan, yaitu beberapa komponen yang memiliki afinitas lemah dapat hilang selama pemrosesan. Matriks lain yang dapat digunakan untuk menutupi kekurangannya yaitu kertas diazobenzyloxymethyl (DBM). Ada pula kertas lain, yaitu diazophenylthioeter (DPT). Keuntungan teknik blot: - Akses yang lebih besar kepada molekul yang telah terikat ke permukaan lembaran dibandingkan kepada molekul yang masih berada didalam gel atau matriks. - Reagen yang dibutuhkan lebih sedikit. - Pola yang terbentuk dapat dikeringkan dan disimpan berbulan-bulan sebelum dianalisis - Dapat dibuat banyak replika pola tersebut untuk memungkinkan banyak metode analisis yang dipakai
2.2 Macam-Macam Teknik Blotting dan Penjelasannya
2.2.1 Southern Blot Southern blot pertama kali dikemukakan oleh Southern (1975). Teknik ini mentransfer DNA ke kertas NC dengan menggunakan prosedur aliran pelarut. Caranya yaitu dengan menempatkan gel elektroforesis ke kertas matriks yang direndam buffer dan berada diatas sesuatu seperti spons yang telah dibasahi dengan buffer. Membran tersebut diletakkan diatas gel dan ditumpuk pula beberapa kertas peresap diatasnya. Buffer kemudian akan mengalir pelan-pelan ke membran, sementara gelnya diserap oleh kertas peresap. Fragmen DNA yang spesifik dideteksi dengan menggunakan pelacak. Pelacak biasanya merupakan DNA yang dimurnikan dan bisa ditandai dengan aktifitas spesifik radionukletida. Lokasi sinyal yang terlihat setelah autradiografi membuat kita dapat menentukan ukuran dari fragmen DNA tersebut. 2.2.2 Northern Blot Nothern Blot merupakan teknik yang sama dengan Southern Blot, namun menggunakan kertas DBM dan biasanya mendeteksi RNA. Dalam proses ini RNA dipisahkan berdasarkan ukuran dan kemudian ditransfer ke membran yang kemudian diperiksa dengan pelengkap berlabel urutan kepentingan. Hasilnya dapat digambarkan melalui berbagai cara tergantung pada label yang digunakan, namun hasil yang paling dalam pernyataan band yang mewakili ukuran RNA terdeteksi dalam sampel. Intensitas band-band ini berkaitan dengan jumlah RNA target dalam sampel yang dianalisis. Prosedur ini umumnya digunakan untuk mempelajari kapan dan berapa banyak bahwa RNA hadir dalam sampel yang berbeda. Ini adalah salah satu alat yang paling dasar untuk menentukan pada waktu apa, dan dalam kondisi apa, gen-gen tertentu dinyatakan dalam jaringan hidup. 2.2.3 Eastern Blot Eastern Blot merupakan teknik yang ditemukan oleh Reinhard dan Malamud (1982), adalah proses transfer bidirectional dengan menggunakan aliran pelarut protein dari gel ke NC berdasarkan titik isoelektrik. Teknik eastern blotting adalah untuk mendeteksi modifikasi pasca-translasi protein. Protein dihapuskan ke PVDF atau membran nitroselulosa yang diperiksa untuk modifikasi menggunakan substrat tertentu.
2.2.4 Western Blot
Teknik ini pertama kali dibuat oleh W. Neal Burnette dan dinamai Western Blot untuk mengikuti teknik Southern Blot yang pertama kali ditemukan. Western blot adalah proses pemindahan protein dari gel hasil elektroforesis ke membran. Membran ini dapat diperlakukan lebih fleksibel daripada gel sehingga protein yang terblot pada membran dapat dideteksi dengan cara visual maupun fluoresensi. Deteksi ekspresi protein pada organisme dilakukan dengan prinsip imunologi menggunakan antibodi primer dan antibodi sekunder. Setelah pemberian antibodi sekunder, deteksi dilakukan secara visual dengan pemberian kromogen atau secara fluoresensi. Pada deteksi secara fluoresensi, reaksi antara antibodi primer dengan antibodi sekunder akan memberikan hasil fluoresens yang selanjutnya akan membakar film X-ray, deteksi ini dilakukan di ruang gelap.
2.3 Perbedaan Teknik Blotting Berdasarkan DNA, RNA, dan Protein
2.3.1 Blotting berbasis DNA Teknik blotting berbasis DNA menggunakan teknik Southern Blot. Keuntungan teknik ini adalah selain dapat menunjukkan integrasi gen juga dapat mengetahui jumlah salinan DNA yang terintegrasi. Analisa Southern Blot dapat digunakan untuk mengetahui sejumlah salinan gen dan kejadian transformasi yang berbeda serta membedakan integrasi ekstra kromosomal dan kromosomal. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan DNA dalam jumlah banyak dengan kemurnian tinggi serta waktu yang lama.
2.3.2 Blotting berbasis RNA
Hibridisasi Nothern merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk identifikasi dan trakskrip RNA. RNA tidak dapat berikatan secara efisien pada membran, sehingga pada analisis nothern digunakan suatu membran spesifik dimana RNA dapat berikatan secara kovalen. Dalam analisis nothern, sekuen RNA spesifik dideteksi menggunakan teknik blotting yaitu RNA ditransfer dari agarose ke membran. Hasil blotting dianalisis melalui proses hibridisasi dengan probe RNA. RNA mempunyai bentuk utas tunggal, sehingga dapat membentuk struktur sekunder melalui pasangan basa intramolekul, sehingga harus dielektroforesis dibawah kondisi denaturasi. Denaturasi dilakukan dengan penambahan formaldehid ke gel maupun loading buffer, atau perlakuan glyoxal dan dimethyl sulfoxide (DMSO) pada loading buffer.
2.3.3 Blotting berbasis protein
Dalam blotting berbasis protein teknik analisis yang digunakan adalah Western Blot yang merupakan metode untuk mendeteksi DNA-binding protein. Dalam metode ini, protein dipisahkan dengan elektroforesis dan ditransfer ke suatu membran sehingga protein akan terikat secara kovalen. Prinsip dasar western blot adalah identifikasi pemisahan protein tidak berlabel dengan SDS gel elektroforesis polycrylamide (PAGE) yang didasarkan pada immunoradioaktivitasnya dengan menggunakan antibodi monoklonal. Kemudian protein ditransfer ke membran dan diberi perlakuan awal untuk mereduksi ikatan non spesifik dari antiserum ke membran. Inkubasi membran dilakukan dengan antiserum spesifik, kemudian diinkubasi dengan antibodi yang berkonjugasi dengan reagen pendeteksi dan berikatan pada antiserum primer. Setelah itu diikuti deteksi dari immunoreaksi diantara antiserum primer dan target protein spesifik. Ringkasan Prosedur Blotting DAFTAR PUSTAKA
Brown, T. A. (1993). Recombination in Genetics Molecular Approach. London: Chapman & Hall.
Listonsiburian. (2012). Southern Blotting dan Western Blotting.
https://listonsiburian.wordpress.com/2012/03/28/southern-blotting-dan-northernblotting/ . diakses pada 28 Februari 2019.