Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DI PUSKESMAS

GANTRUNG KECAMATAN KEBONSARI KABUPATEN MADIUN

Dewanti Septianingrum
12040674015 (S1 Ilmu Administrasi Negara, FISH, UNESA) email: dedewseptia@gmail.com

Tauran, S.Sos., M.Soc., Sc.


0013047602 (S1 Ilmu Administrasi Negara, FISH, UNESA) email: tauran_unesa@yahoo.com

Abstrak
Salah satu alternatif dalam menanggulangi angka gizi buruk yang masih tinggi di
Indonesia, pemerintah menerapkan Program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi) adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang,
mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi setiap anggota keluarganya, dan mampu
mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai oleh setiap anggota
keluarganya. Sasaran dari Program Kadarzi ini adalah keluarga yang mempunyai balita, keluarga
mempunyai ibu hamil dan ibu rumah tangga. Puskesmas Gantrung merupakan salah satu
Puskesmas yang telah menerapkan Program Kadarzi, dikarenakan permasalahan yang sangat
kompleks, perlu dilakukan kajian implemetasi akan menggambarkan implementasi Program
Kadarzi di Puskesmas Gantrung dilihat dari ketercapaian tujuan, ketepatan sasaran serta
pelaksana program.
Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan
menggunakan teknik pengumpulan observasi, wawancara, dan dokumentasi dari subjek
penelitian yang ditentukan menggunakan teknik purposive sampling.
Berdasarkan hasil penelitian, implementasi Program Kadarzi di Puskesmas Gantrung
masih belum cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari minimnya sosialisasi dan jumlah tenaga medis
serta kurangnya fasilitas yang mendukung. Selain itu juga kurangnya pemahaman kader terkait
Program Kadarzi dan insentif yang kurang sepadan. Dengan demikian maka perlu adanya
sosialisasi yang merata dan penyediaan fasilitas yang menunjang. Serta penambahan tenaga
medis baru yang tentunya sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan. Selain itu ada
penambahan biaya insentif mengingat banyaknya jenis pekerjaan yang harus dikerjakan.
Kata kunci :Implementasi, Program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Abstract
One of the alternatives in tackling malnutrition figures are still high in Indonesia, the
Government implemented a Programme called Conscious Family Nutrition Program. Conscious
Family Nutrition is a family of all members of the family do a balanced nutritional behavior, able
to recognize the problems of health and nutrition for every member of his family, and was able
to take steps resolve nutritional problems encountered by each member of the family. The targets
of this programme is a family who had a toddler, the family had a pregnant mother and
housewife. Gantrung clinic is one of the Clinics that have implemented the Conscious Family
Nutrition Program, because of the complex problem needs a study to descripe the
implementation of Program Conscious Family Nutrition on Gantrung clinic seen from the
success of the objectives, the appropriateness of the targets and implementing the program.
This research method is descriptive qualitative. Data were collected using the techniques
of collecting observations, interviews, and documentation of the study subjects were determined
using purposive sampling techniques.

1
Based on the results of this research, Implementation of Conscious Family Nutrition
Program clinicis still not good enough. It can be seen from the lack of socialization and numbers
of worker also lack of medical facilities support. Beside lack of worker understanding about
Conscious Family Nutrition Program and less insentitives for worker Thus it is necessary the
presence of socialization which evenly and the provision of facilities that support. As well as the
addition of a new medical power which of course complies with the required disciplines. In
addition there is the addition of a cost incentive given the large number of this type of work to be
done.
Keywords:Implementation, Conscious Family Nutrition Program

PENDAHULUAN masalah gizi yang dijumpai oleh setiap anggota


Isu tentang gizi merupakan bagian keluarganya. Keluarga disebut KADARZI
penting yang mendapat perhatian serius dari apabila telah berperilaku gizi yang baikyang
pemerintah.Tingkat keadaan gizi optimal akan dicirikan minimal dengan menimbang berat
tercapai apabila kebutuhan gizi itu terpenuhi, badan secara teratur, memberikan Air Susu Ibu
mulai dari pemberian asupan pada usia balita. (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6
Masalah gizi terjadi di setiap siklus bulan (ASI eksklusif), makan beraneka ragam,
kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan menggunakan garam beryodium, minum
(janin), bayi, anak, dewasa, dan usia lanjut. suplemen gizi (TTD, kapsul Vitamin A dosis
Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan tinggi) sesuai anjuran (Depkes RI, 2007:5).
masa kritis, karena pada masa ini terjadi Pelaksanaan Kadarzi akan sangat
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat tergantung pada kerjasama lintas sektor
pesat. diberbagai tingkat administrasi. Pada tingkat
Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Nasional Kadarzi dikoordinasi oleh Departemen
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2014) secara Kesehatandan pada tingkat Provinsi,
nasional yang mengalami gizi buruk pada balita Kabupaten/Kota dikoordinasi oleh Dinas
tahun 2010 sebanyak 43,62%, mengalami Kesehatan yang dalam pelaksanaannya dilakukan
penurunan jumlah balita gizi buruk pada tahun bersama dengan kelembagaan yang ada dan
2011 sebesar 40,41%, 2012 sebesar 17,09%, terkait seperti Pokja Posyandu, Dewan
2013 sebesar 19,6% atau 4.646.933 balita dan Ketahanan Pangan, Tim Pangan dan Gizi,
2014 mencapai 18,5%. Instansi Pemberdayaan Masyarakat, Tim
Melihat tingginya angka gizi buruk di Penggerak PKK, dll.
Indonesia pemerintah membutuhkan alternatif Kadarzi untuk tingkat kecamatan
kebijakan guna menanggulangi masalah dilaksanakan pada puskesmas. Puskesmas
tingginya angka gizi buruk. Salah satu langkah didalam melaksanakan program Kadarzi dibantu
strategi yang dilakukan pemerintah untuk oleh Bidan Desa maupun Kader Posyandu.
menanggulangi masalah angka gizi buruk adalah Untuk selanjutnya disosialisasikan kepada
dengan menerapkan Program Keluarga Sadar masyarakat atau kelompok sasaran. Peneliti ingin
Gizi (Kadarzi) dalam upaya menuntaskan angka meneliti kebijakan Kadarzi di Puskesmas
gizi buruk. Untuk itu Kementerian Kesehatan Gantrung.
telah menerapkan Pedoman Operasional Puskesmas Gantrung merupakan salah
Keluarga Sadar Gizi Di Desa Siaga yang telah satu implementor Kadarzi. Puskesmas Gantrung
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri terletak di Desa Mojorejo Kecamatan Kebonsari
Kesehatan Republik Indonesia Kabupaten Madiun. Puskesmas yang mempunyai
Nomor:747/Menkes/SK/VI/2007. pelayana rawat inap 24 jam atau UGD.
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) adalah Puskesmas Gantrung adalah puskesmas yang
keluarga yang seluruh anggota keluarganya pernah mengikuti lomba pelayanan publik
melakukan perilaku gizi seimbang, mampu tingkat Provinsi satu-satunya di Kabupaten
mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi Madiun, Puskesmas Gantrung berturut-turut
setiap anggota keluarganya, dan mampu meraih predikat Unit Pelayanan Masyarakat
mengambil langkah-langkah untuk mengatasi Percontohan/UPMC tahun 2011-2014, dari setiap

2
desa yang di naungi Puskesmas Gantrung sudah Sidorejo
terdapat pos gizi yaitu pemberian makanan Desa 3KK 6KK 11KK
tambahan. Palur
Puskesmas Gantrung Pelaksana (Kadarzi) Desa 4KK 6KK 11KK
dilaksanakan pada tahun 2011 yang melibatkan Tanjung
berbagai aktor. Dari tingakat Kabupaten/Kota Rejo
dikoordinasi langsung oleh Dinas Kesehatan Jumlah 35 KK 49 KK 56 KK
yang dilakukan oleh tenaga Staf Kesehatan di Sumber: Data Puskesmas Gatrung
Bidang Gizi. Ditingkat Puskesmas Gantrung Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
secara sepesifik tidak memiliki struktur khusus bahwa dari tujuh desa, masing-masing diambil
untuk Kadarzi melainkan menggunakan struktur sampel 20 KK (berdasarkan survei tahunan
organisasi Puskesmas Gantrung itu sendiri, Puskesmas Gantrung) dengan total 140 KK, yang
dengan dibawahi oleh kepala Puskesmas menerapkan 3 dari 5 indikator kadarzi berjumlah
Gantrung yang dikoordinasi oleh petugas gizi 35 KK, menerapkan 4 dari lima indikator kadarzi
Puskesmas dibantu oleh bidan desa dan kader- berjumlah 49 KK dan menerapkan semua
kader posyandu yang telah ditunjuk dari petugas indikator kadarzi berjumlah 56 KK. Dari seluruh
kesehatan oleh masing-masing wilayah. sampel yang diambil diketahui bahwa jumlah
Adapun target group dalam pelaksanaan KK yang telah menerapkan semua indikator
Kadarzi di Puskesmas Gantrung adalah ibu. kadarzi memperoleh jumlah yang paling banyak.
Wilayah kerja Puskesmas Gantrung yaitu Desa Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran
Rejosari, Desa Tambakmas, Desa Kebonsari, gizi masyarakat baik.
Desa Mojorejo, Desa Sidorejo, Desa Palur, Desa Meskipun kesadaran gizi di tingkat
Tanjungrejo. Puskesmas sudah baik akan tetapi masih terdapat
Pelaksanaan Kadarzi terdapat beberapa beberapa kendala dalam pelaksanaaannya.
kriteria Kadarzi, yaitu apabila dari lima indikator Permasalahan yang terdapat di Puskesmas
Kadarzi terlaksana semua maka disebut Gantrung diantaranya adalah kurangnya tenaga
kesadaran gizi baik. apabila kelurga mampu kesehatan dan insentif yang minim.
melaksanakan 1-2 indikator maka keluarga itu Berdasarkan masalah implementasi maka
bisa disebut kurang sadar gizi, sedangkan apabila penelitian ini sesuai dengan model implementasi
indikator yang dilaksanakan 3-4 indikator maka kebijakan yang dikemukakan oleh George C.
bisa disebut sedang, dan apabila 5 indikator Edward III (Agustino, 2012:151) ada empat
tersebut terpenuhi maka bisa dikatakan baik variabel yang paling krusial dalam implementasi
kesadaran gizinya. kebijakan publik, komunikasi, sumber daya,
Tabel 1.1 Pencapaian Indikator Kadarzi di disposisi, struktur birokrasi.
Puskesmas Gantrung Tahun 2015 Berdasarkan latar belakang di atas,
Nama Pencapaian Indikator Kadarzi peneliti memiliki ketertarikan untuk mengetahui
Desa 3 4 5 dan mendalami serta menganalisis Implementasi
Indikato Indikao Indikat Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) di Puskesmas
r r or Gantrung, dengan judul “Implementasi
Desa 5 KK 10KK 5KK Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) di Puskesmas
Rejosari Gantrung Kecamatan Kebonsari Kabupaten
Desa 9 KK 6KK 5KK Madiun”.
Tambak
Mas RUMUSAN MASALAH
Desa 4 KK 6KK 10KK Berdasarkan latar belakang yang telah
Kebonsar dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dalam
i penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi
Desa 5KK 10KK 5KK Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) di Puskesmas
Mojorejo Gantrung Kecamatan Kebonsari Kabupaten
Desa 5KK 6KK 9KK Madiun?”

3
TUJUAN PENELITIAN “Suatu tidakan yang mengarah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, pada tujuan yang diusulkan oleh
maka penelitian ini bertujuan untuk seseorang, kelompok atau
pemerintah dalam lingkungan
mendeskripsikan Implementasi Keluarga Sadar
tertentu sehubungan dengan
Gizi (Kadarzi) di Puskesmas Gantrung adanya hambatan-hambatan
Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun. tertentu seraya mencari peluang-
peluang untuk mencapai tujuan
MANFAAT atau mewujudkan sasaran yang
Dalam penelitian ini, diharapkan dapat diinginkan.”
memberikan manfaat antara lain: Sedangkan James Arderson (Agustino,
1. Manfaat Teoritis 2012: 7) kebijakan publik adalah serangkaian
Dalam penelitian ini diharapka dapat kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan
memperkaya kajian bidang studi Ilmu tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh
Administrasi Negara yang berkaitan dengan seorang aktor atau sekelompok aktor yang
implementasi kebijakan publik. berhubungan dengan suatu permasalahan atau
2. Manfaat Praktis suatu hal yang diperhatikan.
a. Bagi Peneliti Berdasarkan beberapa pengertian
1) Penelitian ini diharapkan dapat diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan
menambah pengetahuan peneliti adalah keputusan pemerintah untuk
tentang implementasi kebijakan melakukan atau tidak melakukan sesuatu
publik sehingga dapat menambah guna menyelasaikan suatu masalah atau
ketrampilan profesional sebagai pencapaian suatu tujuan. Maksud dan tujuan
bekal untuk terjun ke masyarakat. dari kebijakan publik diantaranya adalah
2) Penelitian ini diharapkan dapat untuk memecahkan masalah publik yang
menambah pengalaman dan tumbuh kembang di masyarakat. Perhatian
ketrampilan dalam melaksanakan dalam kebijakan negara adalah apa yang
suatu penelitian. dilakukan oleh pemerintah dan bukan sekedar
b. Bagi Universitas Negeri Surabaya apa yang ingin dilakukan.
Dalam penelitian ini diharapkan dapat 2. Bentuk Kebijakan Publik
dijadikan sebagai salah satu acuan Bentuk kebijakan publik menurut
penelitian selanjutnya khususnya yang Nugroho (2011:104) mengelompokkan
sejenis dan tambahan refrensi guna kebijakan publik menjadi tiga jenis, yaitu:
menambah serta melengkapi kajian a) Kebijakan publik yang bersifat makro
tentang implementasi pelaksanaan (umum) adalah kebijakan publik yang
suatu program pemerintah. mendasar dari peraturan UU,
c. Bagi Pelaksana Kebijakan Peraturan Pemerintah, Peraturan
Penelitian ini diharapkan mampu Presiden dan Peraturan Daerah.
memberikan konstribusi berupa poin- b) Kebijakan publik yang bersifat messo
poin implementasi yang mungkin (menengah) adalah kebijakan publik
perlu adanya langkah perbaikan untuk yang mendasar dari Peraturan Mentri,
Implementasi dari Keluarga Sadar Surat Edaran Mentri, Peraturan
Gizi (Kadarzi) di Puskesmas Gantrung Gubernur, Peraturan Bupati, dan
Kecamatan Kebonsari Kabupaten Peraturan Walikota.
Madiun. c) Kebijakan publik yang bersifat mikro
adalah suatu kebijaka yang mengatur
KAJIAN PUSTAKA kebijakan diatasnya, sehingga bentuk
A. Definisi Kebijakan Publik kebijakannya berupa peraturan yang
1. Kebijakan Publik dikeluarkan oleh aparat pemerintah
Menurut Friedrich dalam (Widodo, dibawah mentri, gubernur, bupati, dan
2009:13) kebijakan adalah walikota.

4
3. Model-Model Implementasi Kebijakan
A. Implementasi Kebijakan Publik Teori George C. Edward III (Agustino,
1. Definisi Implementasi Kebijakan Publik 2012: 151-154), tedapat empat variabel yang
Faktor penentu keberhasilan dalam sangat menentukan keberhasilan
implementasi kebijakan, akan dapat implementasi suatu kebijakan, yaitu
ditentukan melalui proses pelaksanaan komunikasi, sumberdaya, disposisi dan
kebijakan tersebut dan pencapaian tujuan struktur birokrasi.
akhir (output). Hal ini juga diungkap oleh
Merrile Grindle dalam Agustino (2012:138) Model pendekatan Direct and Indirect Impact
mendefinisikan sebagai berikut: on Implentation (George C. Edward III)
“Pengukurankeberhasilan KOMUNIKASI
implementasi dapat dilihat dari
prosesnya dengan
mempertanyakan bentuk SUMBERDAYA

pelaksanaan program sesuai IMPLEMENT


dengan yang telah ditentukan yaitu ASI

melihat pada actionprogram dari


individual projectsdan yang kedua DISPOSISI
apakah tujuan program tersebut
tercapai”.
2. Unsur-Unsur Implementasi Kebijakan STRUKTUR
Publik BIROKRASI

Unsur-unsur penting tersebut menurut


Sumber: George C. Edward III
Abdullah dan Smith (Tachjan, 2006:26) yaitu
unsur pelaksana (implementor), adanya
program yang akan dilaksanakan dan target METODE PENELITIAN
group. Penelitian ini menggunakan jenis
a. Pelaksana (Implemetor) penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik
Pihak yang mempunyai kewajiban pengumpulan data melalui wawancara,
untuk melaksanakan kebijakan observasi, dna dokumentasi. Penelitian ini
publik adalah unit-unit dilaksanakan di Puskesmas Gantrung Kecamatan
administratif atau unit-unit
Kebonsari Kabupaten Madiun dengan fokus
birokratik pada setiap tingkat
pemerintahan. komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur
b. Program birokrasi. Penelitian ini menggunakan teknik
Program yang bersifat operasional purposive sampling, dimana subyek yang dipilih
adalah program yang isinya merupakan pihak yang paling mengetahui dan
mudah, dipahami dan dilaksanakan memahami tentang Program Keluarga Sadar Gizi
oleh pelaksana.Pada hakikatnya,
(Kadarzi). Adapun subyek dalam penelitian ini,
implementasi kebijakan adalah
implementasi program. Program yaitu Dinkes Kab. Madiun, Staf Gizi Puskesmas
yang akan dijalankan sebaiknya Gantrung, Bidan Desa, Kader Posyandu, dan
mudah dipahami isi, tujuan atau kelompok sasaran yaitu ibu.
sasaran sumberdaya yang
diperlukan agar para pelaksana HASIL DAN PEMBAHASAN
program dapat menjalankan A. Hasil
tugasnya dengan baik.
1. Letak Geografis dan Wilayah Kerja
c. Kelompok Sasaran (Target Group)
Target group merupakan Secara geografis letak Puskesmas
kelompok sasaran dimana terdiri Gantrung berada di daerah dataran rendah
dari sekelompok orang atau yaitu di Desa Mojorejo. Wilayah kerja
organisasi dalam masyarakat yang Puskesmas gantrung mencakup 7 desa
akan menerima barang dan jasa dengan luas wilayah 26,52 km2. Jumlah
atau yang akan dipengaruhi penduduk wilayah Puskesmas Gantrung
perilakunya oleh kebijakan.
adalah 26.879 Jiwa yang kehidupannya
mayoritas dari hasil pertanian sektor swasta

5
(TKI/TKW). Batas wilayah kerja Puskesmas B. Pembahasan
Gantrung adalah sebelah utara beratasan Fokus dalam penelitian ini adalah
dengan Desa Kedondong Kecamatan empat variable yang menentukan
Kebonsari, sebelah timur berbatasan denan keberhasilan implementasi kebijakan yang
Desa Pucang Anom Kecamatan Kebonsari, dikemukakan oleh George C. Edward III,
sebelah selatan bebatasan dengan Desa oleh karena itu keempat variabel tersebut
Babadan Kabupaten Ponorogo dan sebelah akan diulas satu pet satu untuk menjabarkan
barat berbatasan dengan Desa Takeran implementasi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Kabupaten Magetan. Jumlah penduduk paling di Puskesmas Gantrung Kecamatan
banyak adalah desa Kebonsari sedangkan Kebonsari Kabupaten Madiun. Adapun
jumlah penduduk paling sedikit adalah desa ulasannya adalah sebagai berikut :
Mojorejo. a) Komunikasi
2. Deskripsi Program Keluarga Sadar Gizi Implementasi kebijakan tidak akan
(Kadarzi) bisa berjalan tanpa adanya suatu
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) adalah komunikasi. Komunikasi dibutuhkan
keluarga yang seluruh anggota keluarganya untuk melakukan koordinasi dengan
melakukan perilaku gizi seimbang, mampu pelaksana kebijakan dari level paling atas
meneganali masalah kesehatan dan gizi bagi hingga level paling bawah. Komunikasi
tiap anggota keluarganya, dan mampu juga digunakan untuk memaparkan
mengambil langkah-langkah untuk mengatasi informasi mengenai kebijakan kepada
masalah gizi yang dijumpai oleh tiap anggota kelompok sasaran. Variabel komunikasi
keluarganya. Indikator Kadarzi: yang disampaikan Edward III ini
a. Menimbang berat badan secara teratur. mempunyai beberapa sub variabel yaitu
b. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja transmisi, konsistensi dan kejelasan.
kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 1. Transmisi
bulan (ASI Eksklusif). Transmisi dapat diartikan
c. Makan Beraneka Ragam. sebagai penyampaian informasi dari
d. Menggunakan Garam Beryodium. satu pihak ke pihak lain berkenaan
e. Minum Suplemen Gizi. dengan hal tersebut penyaluran
3. Sasaran Pemerintah Dalam Pelaksanaan komunikasi yang baik akan dapat
Kadarzi menghasilkan suatu implementasi
1) 80% balita ditimbang setiap bulan. yang baik pula.
2) 80% bayi 0-6 bulan diberi ASI saja (ASI Pelaksana dalam implementasi
eksklusif). kebijakan Kadarzi paling atas adalah
3) 90% keluarga menggunakan garam Departemen Kesehatan pada tingkat
beryodium. provinsi tetapi untuk lingkup
4) 80% keluarga makan beraneka ragam Puskesmas Gantrung Kecamatan
sesuai kebutuhan. Kebonsari Kabupaten Madiun
5) Semua balita gizi buruk dirawat sesuai pelaksananya dari level atas hingga
standar tata laksana gizi buruk. level bawah meliputi Dinas Kesehatan
6) Semua anak 6-24 bulan GAKIN khususnya bidang gizi, sedangkan
mendapatkan MP-ASI. untuk puskesmas langsung di
7) 80% balita (6-59 bulan) dan ibu nifas koordinasi oleh bidang gizi puskesmas
mendapat kapsul vitamin A sesuai dengan dibantu oleh Kadar dan Bidan
anjuran. Desa.
8) 80% ibu hamil mendapatkan TTD Kadarzi mulai dilaksanakan di
minimal 90 tablet selama kehamilannya Puskesmas Gantrung pada tahun
(Depkes RI, 2009:33). 2011.Penyaluran komunikasi
implementasi keluarga sadar gizi
(Kadarzi) di Puskesmas Gantrung

6
Kecamatan Kebonsari Kabupaten menyebabkan kebingungan kepada
Madiun, masih kurangnya pemahaman masyarakat.
masyarakat terhadap Kadarzi kerena Pemberian sosialisasi untuk
minimnya sosialisasi yang dilakukan kelompok sasaran sudah konsisten.
oleh pelaksana Kadarzi di Puskesmas Materi yang diberikan sudah berulang-
Gantrung. Sebagai buktinya adalah ulang diberikan dalam sosialisasi.
masih ada masyarakat yang tidak tahu Pengulangan materi ini diharapkan
terhadap program Kadarzi. Karena dapat meningkatkan pemahaman pada
masih minimnya sosialisasi yang masyarakat agar mereka tidak lupa
dilakukan khususnya untuk ibu rumah dan lebih paham terhadap materi.
tangga dan ibu hamil. Untuk tahapan pemberian materi
2. Kejelasan mereka tidak berpedoman pada
Kejelasan yang dimaksud disini tahapan penyampaian materi. Karena
merupakan kejelasan dalam pelaksana Puskesmas Gantrung
menyampaikan informasi mengenai beranggapan bahwa mereka
Kadarzi, entah itu berasal dari memberikan sosialisasi tanpa
pelaksana ke pelaksana lain atau berpedoman pada tahapan
antara pelaksana ke masyarakat penyampaian akan dapat memudahkan
sebagai kelompok sasaran Kadarzi. kelompok sasaran untuk memahami
Kejelasan yang diterima haruslah jelas materi yang disampaikan.
dan tidak membingungkan (tidak Pengulangan materi ini merupakan
ambigu/mendua) sering kali salah satu cara yang efektif untuk
ketidakjelasan dari pesan kebijakan memberikan penjelasan pada
dapat menghalangi implementasi. masyarakat.
Kejelasan komunikasi yang b) Sumber Daya
dilakukan oleh Puskesmas Gantrung Faktor lain yang mempengaruhi
untuk kelompok sasaran sudah baik. keberhasilan implementasi suatu
Sebelum terjun kelapangan untuk kebijakan atau program adalah sumber
pelaksana maupun pendamping daya. Implementasi suatu kebijakan perlu
dibekali dengan pelatihan dan didukung oleh sumber daya, baik sumber
bimbingan teknis. Pelatihan dan daya manusia maupun sumber daya lain.
bimbingan teknis ini diharapkan dapat Keberhasilan proses implementasi suatu
memeberikan kejelasan untuk para kebijakan atau program juga dipengaruhi
pelaksana. oleh kemampuan dalam mengolah dan
3. Konsistensi memanfaatkan sumber daya yang tersedia
Konsistensi dapat diartikan secara optimal. Ketersediaan dan
sebagai keseragaman informasi yang kemampuan staf adalah indikator sumber
disampaikan. Keseragaman artinya daya yang peling penting dalam
informasi yang disampaikan adalah menentukan keberhasilan proses
sama sehingga tidak menimbulkan implementasi. Selain ketersediaan
penafsiran yang berbeda-beda. kemampuan staf, ada pula beberapa
Memaknai konsistensi dalam suatu sumber daya lain yang perlu diperhatikan
implementasi kebijakan juga sangat dalam proses implementasi suatu
penting. Karena tanpa adanya kebijakan atau program yaitu berkenaan
kekonsistensi dalam dengan informasi, wewenang, dan
mengimplementasian maka akan fasilitas yang ada.
menghambat pemahaman masyarakat 1. Staf
dikarenakan informasi yang Keberhasilan proses
disampaikan tidak sama dan implementasi suatu kebijakan atau
program dipengaruhi oleh kemampuan

7
dalam mengelola dan memanfaatkan daya informasi maka sebuah
sumber daya yang tersedia secara implementasi kebijakan tidak akan
optimal. Sumber daya staf merupakan terlaksana dengan baik. Dengan
sumber daya yang sangat penting memanfaatkan sumber daya informasi
diantara sumber daya yang lain, yang cukup maka pelaksana maupun
dikarenakan sumber daya staf kelompok sasaran akan memahami
merupakan sumber daya motorik atau kebijakan secara utuh. Informasi yang
penggerak yang mengorganisasikan didapatkan di Puskesmas Gantrung
semua sumber daya lain yang ada. untuk kelompok sasaran sudah baik.
Ketersediaan dan kemampuan staf Tetapi perlu untuk lebih merata lagi
adalah indikator sumber daya yang dalam pemberian informasi sehingga
paling penting dalam menentukan target group kebijakan Kadarzi semua
keberhasilan proses implementasi. paham.
Kegagalan yang sering terjadi dalam 3. Kewenangan
implementasi suatu kebijakan atau Pada umumnya kewenangan
program salah satunya disebabkan harus bersifat formal agar perintah
karena staf yang tidak mencukupi, dapat dilaksanakan. Kewenangan
memadai ataupun tidak kompeten merupakan suatu legitimasi atau
dibidangnya. sebuah otoritas yang dapat
Ketersediaan dan kemampuan dimanfaatkan untuk membuat
staf di Puskesmas Gantrung untuk saat masyarakat mematuhi suatu peraturan
ini masih belum cukup. Karena atau kebijakan tertentu. Umumnya
Puskesmas Gantrung saat ini sudah kewenangan sangat dibutuhkan dalam
menjadi rawat inap dengan implementasi kebijakan untuk
membutuhkan tenaga kesehatan yang melancarkan mencapai tujuan
cukup, seperti halnya untuk staf gizi kebijakan tertentu. Kewenangan selalu
yang hanya terdapat satu staf saja. dimiliki oleh pelaksana.
Dengan jumlah tenaga di Puskesmas Implementasi keluarga sadar
Gantrung sebanyak 39 tenaga gizi (Kadarzi) di Puskesmas Gantrung
kesehatan termasuk non kesehatan. Kecamatan Kebonsari Kabupaten
Untuk menunjang pelayanan maupun Madiun wewenang dalam pelaksanaan
ketersediaan tenaga dalam Kadarzi berada pada staf gizi
melaksanakan kebijakan Kadarzi perlu puskesmas dengan tetap berada pada
untuk ditambah lagi. Sehingga apabila pengawasan Kepala Puskesmas.
staf bidang gizi turun kelapangan Wewenang yang diberikan antara lain
maka masih ada staf gizi lain yang adalah pemberian wewewnag untuk
tetap ada di puskesmas. Apabila mensosialisasikan secara menyeluh,
terdapat masyarakat yang ingin mendampingi pelaksanaan Kadarzi,
berkonsultasi atau yang lainnya membina kader-kader. Wewenang
berkaitan tentang gizi masih ada yang diberikan sudah pada porsinya
pegawai yang di puskesmas sehingga masing-masing baik untuk pelaksana
masyarakat tidak harus kembali pendamping kader dan bidan desa.
keesokan harinya untuk menemui lagi 4. Fasilitas
bidang gizi. Demi menunjang keberhasilan
2. Informasi suatu program dibutuhkan juga
Sumber daya informasi juga fasilitas pendukung yang berbentuk
penting dalam memberikan fisik seperti peralatan hingga anggaran
pemahaman kepada masyarakat. dana. Fasilitas merupakan faktor yang
Tanpa adanya materi yang akan penting dalam indikator keberhasilan
disampaikan atau kekurangan sumber implementasi suatu kebijakan atau

8
program. Apabila suatu kebijakan atau medis maupun yang lainnya
program tidak didukung dengan merupakan orang-orang yang
fasilitas yang memadai maka akan kompeten dimasing-masing bidang
dapat mengahambat pelaksanaannya. disiplin ilmunya. Untuk pelaksanaan
Fasilitas yang tersedia di Kadarzi di Puskesmas Gantrung
Puskesmas Gantrung sudah cukup dipegang oleh bidang gizi yang
untuk penunjang pelayanan kesehatan, dianggap lebih kompeten dibidangnya.
baik alat-alat kesehatan maupun Tetapi dalam pelaksanaannya masih
gedung dan sekarang juga sudah terdapat kendala yaitu karena
terdapat rawat inap. Dengan kurangnya tenaga kesehata dibidang
ketersediaan tenaga kesehatan yang gizi. Sehingga perlu untuk ditambah
kompeten dibidangnya, serta lagi pada bagian bidang gizi untuk
pelayanan yang ramah tamah. Untuk penunjang berjalannya pelaksanaan
Puskesmas Pembantu maupun Kadarzi.Untuk pendamping kader
Polindes di masing-masing desa juga tidak ada rekrutmen khusus.
sudah tersedia bidan desa beserta 2. Insentif
perawatnya. Tetapi yang masih kurang Insentif sangat penting guna
dalam penunjang pelaksanaan Kadarzi untuk memotivasi pelaksana dalam
disini adalah masih kurangnya stiker menjalankan tugasnya. Seperti halnya
dan mainan anak-anak. Dari Dinkes pada Kadarzi khususnya pendamping
stiker yang diberikan belum bisa sebagai pelaksana yang mempunyai
merata, hanya untuk bisa beberapa tanggung jawab yang lebih
rumah saja. Bisa dibilang stiker ini dibandingkan dengan pelaksana lain.
mempunyai banyak fungsi diantaranya Insentif yang diterima oleh
untuk mengetahui bagaiamana bidang gizi Puskesmas Gantrung
pelaksanaan kebijakan tersebut dalam menjalankan kebijakan Kadarzi
berjalan dan nantinya bisa untuk yaitu dari gaji perbulan yang mereka
ditambah lagi sehingga semuanya bisa dapatkan tidak ada insentif untuk
terpasang stiker.Mainan anak-anak ini tambahan pelaksana Kadarzi. Hanya
sebagai fasilitas penunjang untuk anak diberikan sebagai pengganti biaya
bisa betah dalam kegiatan Posyandu transport untuk turun kelapangan,
maupun Pos gizi. yang diberikan per desa hanya dua
c) Disposisi puluh ribu untuk satu tahun. Insentif
Disposisi dapat diartikan sebagai yang diterima pelaksana Kadarzi tidak
sikap dan kemauan maupun komitmen begitu besar dan insentif tersebut tidak
pelaksana dalam melaksanakan kebijakan sepadan dengan kegiatan yang ada.
ini hingga mampu mencapai kebijakan Untuk kegiatan Kadarzi anggaran
ini. Karena bukan hanya kemampuan saja yang disediakan masih minim yaitu
yang harus dimiliki oleh pelaksana namun setiap tahunnya hanya turun seratus
juga harus ada komitmen yang kuat guna ribu untuk tambahan dana pos gizidan
mencapai tujuan kebijakan. untuk kegiatran refreshing kader
1. Pengangkatan Birokrat hanya keluar seratus ribu yang diambil
Untuk menyaring staf-staf yang dari dana BOK.Insentif pendamping
dipercaya mempunyai kemampuan kader juga perlu untuk ditambah
untuk menjalankan tugasnya dalam dengan banyaknya kegiatan yang ada.
melaksanakan kebijakan Kadarzi perlu d) Struktur Birokrasi
adanya suatu sistem pengangkatan Struktur birokrasi menjadi penting
birokrat yang tidak asal-asalan. adanya karena suatu kebijakan yang
Secara umum semua pegawai sangat komplek dengan segala
Pusksesmas Gantrung, baik tenaga kemampuan dan kemauan para staf dalam

9
mengimplementasikannya akan sia-sia KESIMPULAN
tanpa adanya suatu bentuk kolaborasi atau Implementasi Program Kadarzi di
kerja sama antara beberapa staf yang Puskesmas Gantrung masih belum cukup baik.
tersusun dalam suatu struktur birokrasi. Hal ini dapat dilihat dari minimnya sosialisasi.
Ketika struktur birokrasi tidak kondusif Dari segi sumber daya, jumlah tenaga medis
pada kebijakan atau program, maka hal yang dibutuhkan masih belum memadai dan
ini akan menyebabkan sumber daya- fasilitas yang masih kurang mendukung untuk
sumber daya menjadi tidak efektif dan penunjang pelaksanaan program Kadarzi. Pada
menghambat jalannya kebijakan. pihak pelaksana, kurangnya pemahaman kader
1. Standard Operasional Procedures dalam Program kadarzi hal ini disebabkan
(SOPs) rekruitmen yang dilakukana kurang sesuai
SOPs dapat diartikan kegiatan dengan disiplin ilmunya dan insentif yang
rutin staf untuk melaksanakan diberikan kurang sepadan dengan kegiatan yang
kegiatannya sesuai prosedur yang ada. Dengan demikian maka perlu adanya
telah ditetapkan. Suatu kegiatan rutin sosialisasi yang merata dan penyediaan fasilitas
yang memungkinkan para pegawai yang menunjang. Serta penambahan tenaga
atau pelaksana kebijakan untuk medis baru yang tentunya sesuai dengan disiplin
melaksanakan kegiatan-kegiatannya ilmu yang dibutuhkan. Selain itu ada
sesuai dengan standar yang telah penambahan biaya insentif mengingat banyaknya
ditetapkan atau standar minimum yang jenis pekerjaan yang harus dikerjakan.
dibutuhkan.
Pelaksanaan Kadarzi di SARAN
Puskesmas Gantrung sudah sesuai Dari hasil pemaparan mengenai
dengan SOP yang telah disepakati. implementasi keluarga sadar gizi (Kadarzi) di
SOP dari masing-masing puskesmas Puskesmas Gantrung Kecamatan Kebonsari
berbeda-beda karena kebutuhan dari Kabupaten Madiun, maka saran yang
setiap puskesmas juga berbeda-beda. disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Setiap pelaksana sudah melakukan 1. Sosialisasi mengenai Kadarzi perlu untuk
tugasnya sesuai bidangnya yang telah ditingkatkan lagi dan lebih merata karena
ditetapkan. masih banyak yang belum paham
2. Fragmentasi terhadap program atau kebijakan yang
Fragemntasi adalah upaya berjalan ini karena minimnya sosialisasi.
tanggung jawab kegiatan-kegiatan 2. Pada staf Puskesmas Gantrung baik
atau aktivitas-aktivitas pegawai tenaga kesehatan maupun staf gizi perlu
diantara beberapa unit kerja. Proses untuk ditambah untuk menunjang
implementasi ini merupakan sebuah pelayanan kesehatan maupun pelaksanaan
performansi suatu implementasi Kadarzi.
kebijakan yang pada dasarnya secara 3. Fasilitas yang tersedia di Puskesmas
sengaja dilakukan untuk meraih Gantrung sudah cukup alangkah baiknya
kinerja implementasi kebijakan. untuk menambah jumlah stiker dan
Pembagian tugas dan fasilitas bermain anak-anak penunjang
penyebaran taggung jawab kegiatan- pelaksanaan Kadarzi sehingga
kegiatan atau aktivitas-aktivitas para memudahkan proses survei dan
pelaksana kebijakan Kadarzi sudah meningkatkan keinginan anak untuk
sesuai bidangnya dan datang ke Posyandu dan Pos gizi.
penyebarannyapun sudah merata. 4. Perlu adanya rekrutmen kader
Selama ini pelaksana mampu pendamping sesuai dengan disiplin ilmu.
mengatasi kendala-kendala yang ada 5. Insentif untuk Kadarzi perlu ditambah
pada pengimplementasian Kadarzi. lagi, dengan penambahan insentif maka
diharapkan dapat menambah rasa

10
tanggung jawab terhadap tugas yang
diperintahkan.

DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan
Publik. Alfabeta:Bandung.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman
Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI). Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat.
Nugroho. 2011. Kebijakan Publik: Formulasi,
Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Tachjan, 2006, Implementasi Kebijakan Publik,
Bandung: Penerbit AIPI Bandung-Puslit
KP2W lemlit UNPAD.
Widodo, Djoko. 2009. Analisis Kebijakan
Publik. Malang: Bayumedia Publishing.

11

Anda mungkin juga menyukai