Disusun Oleh : SANDY ISKANDAR JUANDA 17/19686/THP-STPK
SARJANA TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DAN TURUNANNYA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN STIPER YOGYAKARTA 2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim adalah sebuah biomolekul yang berupa protein dan berbentuk bulat. Enzim terdiri dari satu atau lebih rantai polipeptida. Enzim ini akan mengubah senyawa dan mempercepat proses reaksi dengan mengubah molekul awal yang dikenali dan diikat secara spesifik oleh enzim (substrat) menjadi molekul lain (produk). Kemampuan enzim untuk mengaktifkan senyawa lain dengan cara spesifik disebut dengan biokatalisator. Ikatan enzim dengan substrat adalah sebuah ikatan yang spesifik, jadi hanya enzim-enzim tertentu yang dapat mengikat substrat tertentu. Setelah itu barulah substrat tersebut aktif dan barulah terbentuk perubahan kimiawi. Ikatan enzim dengan substrat adalah sebuah ikatan yang spesifik, jadi hanya enzim-enzim tertentu yang dapat mengikat substrat tertentu. Setelah itu barulah substrat tersebut aktif dan barulah terbentuk perubahan kimiawi. Enzim memiliki peran yang besar dalam menentukan reaksi mana yang akan dipacu sehingga nantinya semua proses yang ada bisa berjalan dengan baik dan tidak menghasilkan racun atau efek buruk bagi tubuh. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum biokimia acara enzim yaitu: 1. Untuk mengetahui aktivitas 𝛽-Amilase dalam bahan nabati 2. Untuk mengetahui aktivitas enzim diastase pada pH yang berbeda, dan untuk mengetahui suhu optimum bagi aktivitas enzim diastase. 1.3 Manfaat Adapun manfaat dari praktikum biokimia acara enzim yaitu : 1. Dapat mengetahui aktivitas 𝛽-Amilase dalam bahan nabati 2. Dapat mengetahui aktivitas enzim diastase pada pH yang berbeda, dan untuk mengetahui suhu optimum bagi aktivitas enzim diastase. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Enzim Enzim sebuah biomolekul yang berupa protein dan berbentuk bulat. Enzim terdiri dari satu atau lebih rantai polipeptida. Enzim ini akan mengubah senyawa dan mempercepat proses reaksi dengan mengubah molekul awal yang dikenali dan diikat secara spesifik oleh enzim (substrat) menjadi molekul lain (produk). Kemampuan enzim untuk mengaktifkan senyawa lain dengan cara spesifik disebut dengan biokatalisator. Ikatan enzim dengan substrat adalah sebuah ikatan yang spesifik, jadi hanya enzim-enzim tertentu yang dapat mengikat substrat tertentu. Setelah itu barulah substrat tersebut aktif dan barulah terbentuk perubahan kimiawi. Fungsi Enzim adalah sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya laju sebuah reaksi. Didalam tubuh manusia, enzim berfungsi untuk memperlancar proses pencernaan. Enzim disebut juga dengan Holoenzim, yang terbagi menjadi dua, yaitu apoenzim dan kofaktor. Apoenzim merupakan penyusun utama enzim, yaitu bagian enzim aktif yang terdiri atas protein yang bersifat tidak stabil dan mudah berubah. Sehingga dibutuhkan kofaktor untuk menjaga fungsi enzim tetap normal. Kofaktor merupakan sebuah komponen berupa molekul yang bersifat nonprotein. Kofaktor bisa mempunyai ikatan yang kuat maupun lemah terhadap protein enzim. Jika kofaktor mempunyai ikatan yang kuat dengan protein enzim, maka disebut dengan prostetik. Jika kofaktor terdiri atas molekul organik nonprotein yang terikat secara tidak kuat/renggang terhadap protein enzim, maka disebut dengan koenzim. Kofaktor terbagi menjadi dua lagi, yaitu molekul organik dan non-organik. Molekul organik (koenzim) contohnya adalah terdapat pada Vitamin. Sedangkan molekul non-organik (ion logam) contohnya adalah Fe+2, Mn+2. Akan tetapi, penting untuk diketahui, bahwa tidak semua enzim memiliki struktur yang lengkap (memiliki apoenzim dan kofaktornya). Contohnya saja seperti enzim ribonuklease pankreas yang hanya terdiri atas polipeptida saja, dan tidak mengandung gugus kimiawi lain (Hisham, 2010). 2.2 Enzim β- amilase
Beta-amilase merupakan enzim golongan hidrolase kelas 14 yang
digunakan dalam proses sakarifikasi pati (sejenis karbohidrat). Sakarifikasi banyak berperan dalam permecahan makromolekul karbohidrat. Pemecahan makromolekul karbohidrat ini akan menghasilkan molekul karbohidrat rantai pendek (sederhana). Beta-amilase akan memotong ikatan glikosidik pada gugus amilosa, amilopektin, dan glikogen. Amilosa merupakan struktur rantai lurus dari pati, sedangkan amilopektin merupakan struktur percabangan dari pati. Hasil pemotongan oleh enzim ini akan didominasi oleh molekul maltosa dan beta-limit dekstrin. Dalam industri pangan, pembentukan senyawa beta- limit dektrin seringkali dihindari karena membentuk viskositas atau kekentalan yang terlalu pekat. enzim beta-amilase banyak ditemukan pada tanaman tingkat tinggi, seperti gandum, ubi, dan kacang kedelai. Di samping itu, beta- amilase juga dapat ditemui pada beberapa mikroorganisme, antara lain Pseudomonas, Bacillus, Streptococcus, dan Clostridium thermo sulfurigenes. Enzim yang berasal dari C. thermosulfurigenes umumnya lebih disukai karena memiliki toleransi suhu dan pH yang lebih tinggi (Ali, 2018). 2.3 Enzim Diastase Enzim diastase adalah suatu enzim yang berfungsi mengubah zat tepung menjadi dekstrin dan maltosa. Enzim ini akan rusak jika berada dalam suhu 60-80 derajat Celcius. Cara kerja dari enzim diastase adalah mengubah karbohidrat kompleks atau polisakarida menjadi karbohidrat dengan rantai karbon yang sederhana atau monosakarida. Enzim ini berperan dalam proses fermentasi madu serta menghidrolisis pati (karbohirat), protein, dan glikosida. Glikosida merupakan turunan dari monosakarida, contohnya glukosa dan fruktosa. Aktivitas enzim diastase dari rentang penelitian pH efektif diastase 4-9 dengan optimum pada 6-7) dan diamati bahwa suhu tampaknya tidak mempengaruhi nilai pH optimum Diastase adalah nama umum untuk enzim α- amilase. Fungsi enzim ini adalah pencernaan pati. Penggunaan jumlah diastase pada madu digunakan sebagai ukuran kualitas madu, tetapi dalam kondisi yang tidak adanya overheating. Hal ini logis, karena sebagai enzim, diastase akan melemah atau dihancurkan oleh kondisi panas (Putri Siska, 2009). BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Tanggal dan Tempat Praktikum Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 11 Mei 2018 di Laboratorium Teknologi Pertanian, Institut Pertanian STIPER Jogjakarta. 3.2 Alat dan Bahan. Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, pipet ukur, thermometer, cawan porselin, penagas air, kompor, dan stopwatch. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, ekstrak kecambah besar, ekstrak kecambah kecil, larutan amilum 1 %, larutan buffer pH 2, larutan buffer pH 4, larutan buffer pH 6, larutan iodin 0,01 N, larutan benedict, aquades, larutan enzim, larutan dekstrin, larutan glukosa, dan larutan diastase. 3.3 Cara Kerja 3.3.1 Teoritis 1. Aktivitas Enzim (β- Amilase) 1. Menyiapkan alat dan bahan dalam keadaan kering dan barsih. 2. Mengambil masing-masing 2 mL larutan amilum 1 % dan memasukan kedalam 4 tabung reaksi. 3. Menambahkan masing-masing dengan 2 tetes larutan buffer pH 6. 4. Mengambil 2 mL ekstrak kecambah besar dan memasukkan dalam tabung reaksi 1 dan 2. 5. Mengambil 2 mL ekstrak kecambah kecil dan memasukkan kealam tabung reaksi 3 dan 4. 6. Mengikubasi tabung reaksi dalam penangas air pada suhu 40 o C. 7. Pada menit ke 5 suhu 40 0C mengambil masing-masing 1 tabung reaksi yang berisi ekstrak kecambah besar dan ekstrak kecambah kecil. 8. Pada menit ke 15 suhu 40 oC mengambil masing-masing 1 tabung reaksi yang berisi ekstrak kecambah besar dan ekstrak kecambah kecil. 9. Mengambil beberapa tetes masing-masing larutan tersebut dan meletakkan dalam cawan porselin. 10. Menambahkan 1 tetes larutan iodin 0,01 N. 11. Menambahkan 2 tetes larutan benedict. 12. Mengamati peribahan yang terjadi. 2. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim 1. Menyiapkan alat dan bahan dalam keadaan kering dan bersih. 2. Mengisi tabung reaksi seperti dibawah ini No tabung Larutan buffer substrat 1 6 mL larutan buffer 3 mL larutan pH 2 amilum 1 % 2 6 mL larutan buffer 3 mL larutan pH 4 amilum 1 % 3 6 mL larutan buffer 3 mL larutan pH 6 amilum 1 % 3. Menambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi 1 mL larutan enzim. 4. Mengikubasi dalam penangas air pada suhu 40 oC selama 3 menit. 5. Mengambil masing-masing larutan sebanyak 3 tetes dan menempatkan dalam cawan porselin. 6. Menambahkan 1 tetes larutan iodin 0,01 N. 7. Mencatat perubahan yang terjadi. 8. Memandingkan perubahan warna tersebut dengan meneteskan larutan tersebut dibawah ini pada cawan porselin. 3 tetes larutan amilum 1 tetes iodin 3 tetes larutan dekstrin 1 tetes iodin 3 tetes larutan glukosa 1 tetes iodin 9. Menguji larutan yang tersisa pada tabung reaksi dengan larutan benedict. 10. Mengamati perubahan yang terjadi. 3. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim 1. Menyiapkan alat dan bahan dalam keadaan kering dan bersih. 2. Mengisi masing-masing tabung reaksi dengan 2 mL larutan amilum. 3. Menambahkan 2 mL laarutan diastase pada tabung reaksi 1 dan 2 kemudian membiarkan pada suhu kamar dan mengamati perubahan setiap 3 menit sekali sebanyak 4 kali. 4. Menambahkan 2 mL larutan diastase pada tabung reaksi 3 dan 4 kemudian diingkubasi pada suhu 40 oC dangan mengamati perubahan setiap 3 menit sekali sebanyak 4 kali. 5. Menambahkan 2 mL larutan diastase pada tabung reaksi 5 dan 6 kemudian diingkubasi pada suhu 100 oC dangan mengamati perubahan setiap 3 menit sekali sebanyak 4 kali. 6. Mengambil beberapa tetes masing-masing larutan tersebut menempatkan pada cawaan porselin. 7. Menambahkan 2 tetes larutan iodin 0,01 N. 8. Mengamati perubahan warna yang terjadi. 9. Menguji hasil akhir tabung reaksi 1 sampai 6 dengan larutan benedict. 3.3.2 Diagram alir 1. Aktivitas enzim
Menyiapkan alat dan bahan dalam keadaan kering dan barsih.
Mengambil masing-masing 2 mL larutan amilum 1 % dan
memasukan kedalam 4 tabung reaksi.
Menambahkan masing-masing dengan 2 tetes larutan buffer pH 6.
Mengambil 2 mL ekstrak kecambah besar dan memasukkan dalam
tabung reaksi 1 dan 2.
Mengambil 2 mL ekstrak kecambah kecil dan memasukkan
kealam tabung reaksi 3 dan 4.
Mengikubasi tabung reaksi dalam penangas air pada suhu 40 oC.
Pada menit ke 5 suhu 40 0C mengambil masing-masing 1 tabung
reaksi yang berisi ekstrak kecambah besar dan ekstrak kecambah kecil.
Pada menit ke 15 suhu 40 oC mengambil masing-masing 1 tabung
reaksi yang berisi ekstrak kecambah besar dan ekstrak kecambah kecil.
Mengambil beberapa tetes masing-masing larutan tersebut dan
meletakkan dalam cawan porselin. Menambahkan 1 tetes larutan iodin 0,01 N
Menambahkan 2 tetes larutan benedict
Mengamati peribahan yang terjadi
Diagram alir 1. Aktivitas enzim
2. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
Menyiapkan alat dan bahan dalam keadaan kering dan bersih.
Mengisi tabung reaksi 1 dengan 6 mL larutan buffer pH 2 dan 3
mL larutan amilum 1 %
Mengisi tabung reaksi 2 dengan 6 mL larutan buffer pH 4 dabn 3
mL larutan amilum 1 %
Mengisi tabung reaksi 3 dengan 6 mL larutan buffer pH 6 dan 3
mL larutan amilum 1 %
Menambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi 1 mL
larutan enzim.
Mengikubasi dalam penangas air pada suhu 40 oC selama 3 menit
Mengambil masing-masing larutan sebanyak 3 tetes dan
menempatkan dalam cawan porselin Menambahkan 1 tetes larutan iodine 0,01 N
Mencatat perubahan yang terjadi
Memandingkan perubahan warna tersebut dengan meneteskan
larutan dengan 3 tetes larutan amilum dan 1 tetes larutan iodin
Memandingkan perubahan warna tersebut dengan meneteskan
larutan dengan 3 tetes larutan dekstrin dan 1 tetes larutan iodin
Memandingkan perubahan warna tersebut dengan meneteskan
larutan dengan 3 tetes larutan glukosa dan 1 tetes larutan iodin
Menguji larutan yang tersisa pada tabung reaksi dengan larutan
benedict
Mengamati perubahan yang terjadi
Diagram alir 2. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
3. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim Menyiapkan alat dan bahan dalam keadaan kering dan bersih
Mengisi masing-masing tabung reaksi dengan 2 mL larutan
amilum
Menambahkan 2 mL laarutan diastase pada tabung reaksi 1 dan 2
kemudian membiarkan pada suhu kamar dan mengamati perubahan setiap 3 menit sekali sebanyak 4 kali. Menambahkan 2 mL larutan diastase pada tabung reaksi 3 dan 4 kemudian diingkubasi pada suhu 40 oC dangan mengamati perubahan setiap 3 menit sekali sebanyak 4 kali.
Menambahkan 2 mL larutan diastase pada tabung reaksi 5 dan 6
kemudian diingkubasi pada suhu 100 oC dangan mengamati perubahan setiap 3 menit sekali sebanyak 4 kali.
Mengambil beberapa tetes masing-masing larutan tersebut
menempatkan pada cawaan porselin
Menambahkan 2 tetes larutan iodin 0,01 N
Mengamati perubahan warna yang terjadi
Menguji hasil akhir tabung reaksi 1 sampai 6 dengan larutan
benedict
Diagram alir 3. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Adapun hasil pengamatan yang didapat dari praktikum Enzim yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Enzim No Bahan Warna awal Uji iodine Uji Benedict 5 15 5 15 5 15 1 Ekstrak Keruh keruh Kuning Kuning Hijau Biru kecambah keruh pekat muda besar 2 Ekstrak Keruh Keruh Kuning Kuning Hijau Hijau kecambah keruh pekat muda biru kecil Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Bahan Perubahan warna Awal Akhir + substrat + iodin + Benedict + substrat + iodin + Benedict pH 2 Putih Bening Coklat Coklat Coklat Ungu bening pH 4 Putih Putih Kuning Kuning Kuning Biru bening pH 6 Putih Putih Putih Putih Putih Biru Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji pengaruh terhadap aktivitas enzim diastase Perlakuan Perubahan warna setelah diberi iodin Endapan Awal Akhir Suhu kamar Tetap Tetap − 40 oC Bening Kuning keruh + 100 oC Bening Hitam ++ Keterangan: − = Tidak ada endapan + = Sedikit endapan ++ = Banyak endapan 4.2 Pembahasan Percobaan praktikum kali ini mengenai aktivitas enzim yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas β Amilase dalam bahan nabati, untuk mengetahui aktivitas enzim diastase pada pH yang berbeda dan untuk mengetahui suhu optimum bagi aktivitas enzim diastase. Percobaan yang dilakukan pada praktikum acara enzim ini ada 3 percobaan yaitu, yang pertama melakukan percobaan aktivitas β-amilase yang mempunyai tujuan untuk mengetahui dalam bahan nabati. Percobaan kedua yaitu uji pengaruh pH terhadap aktivitas enzim diastase yang mempunyai tujuan untuk mengetahui aktivitas enzim diastase pada pH yang berbeda. Kemudian percobaan ketiga yaitu uji pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim diastase yang mempunyai tujuan untuk mengetahui suhu optimum bagi aktivitas enzim diastase. Setelah melakukan percobaan, didapatkan hasil data pengamatan yaitu pada tabel pertama, masing-masing dilakukan pemanasan selama 5 menit dan 15 menit. Pada bahan kecambah warna awal untuk waktu 5 menit berwarna putih keruh, untuk waktu 10 menit berwarna putih keruh. Kemudian pada bahan kacang hijau, warna awal pada waktu 5 menit berwarna kuning keruh, untuk waktu 10 menit berwarna putih keruh. Untuk bahan kecambah, pada uji iodine, warna akhir untuk waktu 5 menit berwarna coklat, untuk waktu 10 menit berwarna coklat. Untuk bahan kacang hijau, pada uji iodine, warna akhir untuk waktu 5 menit berwarna hitam, untuk waktu 10 menit berwarna coklat. Pada uji benedict pada bahan kecambah, warna akhir untuk waktu 5 menit berwarna putih kecoklatan, untuk waktu 15 menit berwarna ungu. Pada uji benedict bahan kacang hijau, warna akhir untuk waktu 5 menit berwarna putih kehitaman, untuk waktu 10 menit berwarna hitam. Sedangkan pada uji yang kedua, bahan yang digunakan adalah aquadest pH7 dan buffer pH4. Waktu yang digunakan adalah 0 menit, 3 menit, 6 menit, dan 9 menit. Untuk bahan aquadest pH7, terjadi perubahan warna iodine pada menit 0 berwarna bening, pada 3 menit berwarna kuning keruh, saat 6 menit berwarna coklat, dan saat 9 menit berwarna coklat tua. Pada perubahan warna benedict menit 0 berwarna bening, menit ke 3 berwarna biru bening, menit ke 6 biru bening, dan pada menit ke 9 berwarna biru bening. Untuk bahan Buffer pH4, perubahan warna iodine menit ke 0 berwarna bening, menit ke 3 berwarna coklat, menit ke 6 berwarna coklat, dan menit 9 berwarna coklat keruh. Perubahan warna benedict menit pertama yang ke 0 berwarna bening, menit kedua 3 menit berwarna coklat, menit ke 6 berwarna coklat keruh, dan menit terakhir 9 menit berwarna hitam. Tabel ketiga pemanasan dilakukan pada suhu 30°C, 60°C, 80°C dengan waktu 3 menit, 6 menit, 9 menit. Untuk suhu 40°C, warna awal berwarna putih keruh, perubahan warna iodine, 3 menit berwarna coklat bening, 6 menit berwarna coklat bening, 9 menit berwarna coklat bening. Perubahan warna benedict, 3 menit berwarna putih kebiruan, 6 menit berwarna putih kebiruan, 9 menit berwarna putih kebiruan. Untuk suhu 60°C, warna awal berwarna coklat, perubahan warna iodine, 3 menit berwarna coklat, 6 menit berwarna coklat, 9 menit berwarna coklat. Perubahan warna benedict, 3 menit berwarna ungu, 6 menit berwarna ungu, 9 menit berwarna ungu. Untuk suhu 80°C, warna awal berwarna putih bening, perubahan warna iodine, 3 menit berwarna coklat, 6 menit berwarna coklat, 9 menit berwarna coklat. Perubahan warna benedict, 3 menit berwarna ungu pekat, 6 menit berwarna ungu pekat, 9 menit berwarna ungu pekat. Dari hasil percobaan dapat dikatakan sesuai dengan teori dimana suhu optimum enzim yaitu pada suhu 40oC. Enzim sering memperlihatkan kerapuhan akibat suhu jika dipanaskan hingga suhu diatas 60°C kebanyakan tidak semua enzim terdenaturasi. Denaturasi akibat suhu tinggi biasanya irreversible karena gaya-gaya ikatan lemah, rusak akibat meningkatnya getaran termal komponen atom-atomnya, suatu fenomena yang merusak komponen tiga- dimensi. Penurunan aktivitas enzim terlihat secara tajam dalam kisaran yang sangat kecil setelah melewati titik muai denaturasi. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Adapaun kesimpulan yang di dapatkan dari praktikum biokimia acara enzim sebagai berikut : 1. Enzim yang berarti dalam (“een”) khamir (“zyme”) disebut juga sebagai ferment, adalah protein yang disintesis oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi yang berlangsung di dalam atau di luar sel. 2. Enzim mempunyai dua fungsi pokok yaitu, mempercepat atau memperlambat reaksi kimia dan mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama. 3. Pada bahan kecambah warna awal untuk waktu 5 menit berwarna putih keruh, untuk waktu 10 menit berwarna putih keruh. Kemudian pada bahan kacang hijau, warna awal pada waktu 5 menit berwarna kuning keruh, untuk waktu 10 menit berwarna putih keruh. Untuk bahan kecambah, pada uji iodine, warna akhir untuk waktu 5 menit berwarna coklat, untuk waktu 10 menit berwarna coklat. 4. Bahan kecambah, pada uji iodine, warna akhir untuk waktu 5 menit berwarna coklat, untuk waktu 10 menit berwarna coklat. Untuk bahan kacang hijau, pada uji iodine, warna akhir untuk waktu 5 menit berwarna hitam, untuk waktu 10 menit berwarna coklat. 5. Pada uji benedict pada bahan kecambah, warna akhir untuk waktu 5 menit berwarna putih kecoklatan, untuk waktu 15 menit berwarna ungu. Pada uji benedict bahan kacang hijau, warna akhir untuk waktu 5 menit berwarna putih kehitaman, untuk waktu 10 menit berwarna hitam. 5.2 Saran Dalam Praktikum acara enzim banyak kekurangan praktikan dalam melakukan praktikum ini. Untuk praktikan saran dari saya untuk lebih fokus lagi saat praktikum karena enzim ini sangat sensitif sekali. Hati-hati saat melakukan penuangan enzimnya agar tidak tumpah. DAFTAR PUSTAKA
pada hari Selasa 15 Mei 2018 pukul 08.20 WIB. Hisham, 2010. “Pengertian dan Fungsi Enzim”. http://www.softilmu.com /2015/12/Pengertian-Fungsi-Struktur-Sifat-Macam-Macam-Jenis-ENZIM- Adalah.html. Diakses pada hari Selasa 15 Mei 2018 pukul 08.15 WIB. Putri Siska, 2009. Enzim Dalam Pembentukan Tubuh. Bogor: IPB