Anda di halaman 1dari 15

PEMCAMPURAN BAHAN DALAM

PEMBUATAN BIOBRIKET
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Disusun oleh
ERICK SIHOMBING
2017/19661/THP-STPK

SARJANA TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DAN TURUNANNYA
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGJAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencampuran bahan dalam pembuatan biobriket yaitu berfungsi
sebagai indikator yang akan menghomogenkan dari macam-macam bahan
yang digunakan seperti tempurung kelapa dan tepung kanji dan bahan yang
berbeda akan di jadikan suatu contoh penambahan KMnO4 pada proses
pembuatan briket.
Briket arang adalah arang yang diubah bentuk, ukuran, dan
kerapatannya dengan cara mengepres campuran serbuk arang dengan bahan
perekat. Penggunaan bahan perekat dimaksudkan agar ikatan antar partikel
akan semakin kuat. Kriteria untuk menilai ketepatan komposisi bahan
pengikat dalam briket adalah meratanya campuran, campuran dapat
digumpalkan, air tidak merembes keluar pada saat pencetakan, dan
peregangan kembali briket tidak terlalu besar setelah proses pengeringan.
Peregangan yang terlalu besar mengindikasikan perekat tidak bekerja
dengan baik. Penggunaan perekat juga dapat meningkatkan nilai kalor
briket dan briket tidak mudah pecah.
Briket merupakan bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari
sisa-sisa bahan organik. Briket memungkinkan untuk dikembangkan dalam
waktu yang relatif singkat, mengingat teknologi dan peralatan yang
digunakan relatif sederhana. Pembuatan biobriket umumnya menggunakan
limbah biomassa seperti tempurung, sekam padi, serbuk gergaji kayu jati,
ampas tebu dan lain-lain.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan alternatif
energi lain untuk mengurangi ketergantungan energi dari minyak bumi
adalah memanfaatkan limbah dari cangkang kelapa sawit/ kelapa dan lain
sebagainya untuk pembuatan briket dengan menggunakan perekat dari
bahan kimia seperti H3PO4 KOH.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari acara pencampuran bahan dalam pembuatan
biobriket adalah:
1. Mengenal beberapa jenis alat pencampur.
2. Memplajari komponen, mekanisme serta cara oprasi alat pencampur
bahan.
3. Menentukan standar depiasi hasil pencampuran bahan dengan waktu
yang tepat.
4. Menentukan indek pencampuran dengan lama pencampuran yang
berbeda, untuk menentukan waktu pencampuran yang tepat
5. Mengetahui potensi pencampuran lrmbah perkebunan, khususnya
limbah sawit sebagai bahan biokriket
6. Melakukan pembuatan biokriket dengan langkah-langkah yang sudah
di tetapkan.
7. Menentukan daya bakar dari biokriket.
1.3 Manfaat
Adapun Manfaat dari acara pencampuran bahan dalam pembuatan
biobriket adalah:
1. Praktikan dapat mengetahui proses pembuat biobroket yang berasal
dari limbah khususnya kelapa swit.
2. Praktikan dapat mengetahui bahan yang-bahan yang di gunakan dalam
pembuatan biobriket.
3. Praktikkan dapat mengetahui bahwasanya limbah juga dapat
digunakan sebagai bahan alternatif bahan bakar yang bisa di gunakan
untuk menggantikan minyak bumi apa bila seaktu-waktu pasokan posil
sudah habis.

BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Tanggal dan Tempat Praktikum
Tanggal praktikum pencampuran bahan dalam pembuatan biobriket ini di
lakukan pada 22 Februari 2019.
Sedangankan tempat praktikum pencampuran bahan dalam pembuatan
biobriket ini di laksanakan di laboratorium pilot plant.
2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang di gunakan pada praktikum pencampuran bahan dalam
pembuatan biobriket adalah timbangan, mixser, pencatat waktu, wadah
pencampur, pencetak, pengepres, dan kompor.
Sedangkan bahan yang di gunakan yaitu arang cangkang sawit (10-40
mesh), Tepung kanji, oksidator kalium permanganat (KMnO4).
2.3 Cara Kerja
3.3.1 Teoritis
a. Menimbang mutiara sebanyak 200 gram untuk tiap waktu
pencampuran.
b. Menambahkan tepung kanji yang sudah diayak lolos 60 mesh
sebanyak 5% (10 g) dari berat serbuk arang.
c. Melakukan pencampuran dengan metode shaking (gunakan toples
plastik).
d. Melakukan pencampuran (shaking) dengan variasi lama
pencampuran 5, 10 dan 15 menit dengan kecepatan shaking sama
untuk setiap lama pencampuran.
e. Melakukan pengambilan sampel seberat 10 gram sebanyak 5 kali
secara acak dari beberapa bagian campuran yang diperoleh dalam
setiap waktu pencampuran.
f. Memisahkan tepung kanji dari campuran dengan melakukan
pengayakan pada ukuran ayakan 40 mesh, tepung kanji akan lolos
dari ayakan, kemudian timbang berat tepung kanji tersebut.
g. Membuat tabel hubungan antara waktu pencampuran dengan
berat tepung kanji dalam sampel.
h. Menghitung indeks pencampuran (M) untuk setiap percobaan,
sebagaimana persamaan 2.1. (Dasar teori), dengan:
P = berat tepung kanji dibagi dengan berat total campuran
xi = berat tepung kanji dalam sampel (pada setiap pengambilan
sampel) dibagi dengan berat sampel
n = jumlah pengambilan sampel (dalam percobaan n=5)
i. Memisahkan tepung kanji yang sudah tercampur dari arang,
kemudian dibuat larutan kanji dengan menambahkan air panas
dan dimasak hingga terbentuk pasta yang berfungsi sebagai
perekat arang.
j. Mencampur serbuk arang (200 gram) kemudian ditambahkan
pasta kanji sebanyak 5% (10 gram) dan ditambah air secukupnya,
selanjutnya dicampur merata.
k. Membuat campuran sebagaimana percobaan No. 10, dan
tambahkan oksidator KMNO4 sebanyak 1% (2 gram).
l. Memasukkan masing-masing biobriket (No. 10 dan No. 11)
tersebut dalam cetakan kemudian dilakukan
pengepresan/pembriketan/pengempaan.
m. Menjemur biobriket yang sudah terbentuk sampai kering atau
dikeringkan pada suhu 750 C kurang dari 24 jam.
n. Mengamati biobriket yang dihasilkan dan coba lakukan
pembakaran, amati kemudahan terbakarnya antara kedua jenis
briket tersebut dengan melihat waktu yang digunakan untuk
mulai terbakarnya biobriket.

3.3.1 Skematis
Ditimbang mutiara sebanyak 200 gram untuk tiap waktu
pencampuran
Ditambahkan tepung kanji yang sudah diayak lolos 60 mesh
sebanyak 5% (10 g) dari berat serbuk arang

Dilakukan pencampuran dengan metode shaking (gunakan


toples plastik)

Dilakukan pencampuran (shaking) dengan variasi lama


pencampuran 5, 10 dan 15 menit dengan kecepatan shaking
sama untuk setiap lama pencampuran

Dilakukan pengambilan sampel seberat 10 gram sebanyak 5


kali secara acak dari beberapa bagian campuran yang diperoleh
dalam setiap waktu pencampuran

Dipisahkan tepung kanji dari campuran dengan melakukan


pengayakan pada ukuran ayakan 40 mesh, tepung kanji akan
lolos dari ayakan, kemudian timbang berat tepung kanji tersebut

Dibuat tabel hubungan antara waktu pencampuran dengan berat


tepung kanji dalam sampel

Dihitung indeks pencampuran (M) untuk setiap percobaan,


sebagaimana persamaan 2.1. (Dasar teori)

Dipisahkan tepung kanji yang sudah tercampur dari arang,


kemudian dibuat larutan kanji dengan menambahkan air panas
dan dimasak hingga terbentuk pasta yang berfungsi sebagai
perekat arang
Dicampur serbuk arang (200 gram) kemudian ditambahkan
pasta kanji sebanyak 5% (10 gram) dan ditambah air
secukupnya, selanjutnya dicampur merata

Dibuat campuran sebagaimana percobaan No. 10, dan


tambahkan oksidator KMNO4 sebanyak 1% (2 gram)

Dimasukkan masing-masing biobriket (No. 10 dan No. 11)


tersebut dalam cetakan kemudian dilakukan
pengepresan/pembriketan/pengempaan

Dicampur biobriket yang sudah terbentuk sampai kering atau


dikeringkan pada suhu 750 C kurang dari 24 jam

Diamati biobriket yang dihasilkan dan coba lakukan


pembakaran, amati kemudahan terbakarnya antara kedua jenis
briket tersebut dengan melihat waktu yang digunakan untuk
mulai terbakarnya biobriket

Gambar 1. Diagram Alir Pencampuran Bahan Dalam Pembuatan


Biobriket

BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari Praktikum Pencampuran bahan dalam
pembuatan biobriket adalah:
1. Hasil Pengamatan berat tepung kanji (gram) dalam sampel
Menit X1 (g) X2 (g) X3(g) X4 (g) X5 (g)
Pencampura
n
5 35 32 30 28 26
10 29 24 21 19 17
15 39 37 35 33 31
2. Hasil Pengamatan Komposisi Fraksi ( gram tepung kanji dalam 10 g
sampel)
Menit X1 (g) X2 (g) X3(g) X4 (g) X5 (g)
Pencampura
n
5 0,182 0,213 0,284 0,237 0,114
10 0,946 0,680 0,354 0,927 0,361
15 0,377 0,409 0,337 0,344 0,550
3. Perhitungan Indeks Pencampuran
Menit S02 Sr2 S2 M
Pencampura
n
5 0,16 0 0,095 0,406
10 0,16 0 0,395 -1,468
15 0,16 0 0,134 0,162
Perhitungan :
Berat tepung kanji
Berat Kanji (p) =
berat tepung kanji+berat mutiara
50
=
250
=2

a. 5 menit
S02 =p(1–p)
= 0,2 (1 – 0,2)
= 0,16
( S 0)2
Sr2 =
N
0,16
=
0
=0
1
S2 = – [ Σ ( x12 + x22 + x32 + x42 + x52 ] – ( x )2
n
1
= – [Σ ( 0,03 + 0,04 + 0,08 + 0,05 + 0,01 )] – (0,042)
5
= 0,168
( S 0 ) 2−( S ) 2
M =
( So ) 2−( Sr ) 2
0,16−(0,168)
=
0,16−0

= -0,05
b. 10 menit

S02 =p(1–p)
= 0,2 (1 – 0,2)
= 0,16
( S 0)2
Sr2 =
N
0,16
=
0
=0
1 x
S2 = – [ Σ ( x12 + x22 + x32 + x42 + x52 ] – ( )2
n
1
= – [Σ ( 0,89 + 0,46 + 0,12 + 0,85 + 0,13 )] – (0,636)
5
= 1,814
( S 0 ) 2−( S ) 2
M =
( So ) 2−( Sr ) 2
0,16−(1,814)
=
0,16−0
= -1.654
c. 15 menit
S02 =p(1–p)
= 0,2 (1 – 0,2)
= 0,16
( S 0)2
Sr2 =
N
0,16
=
0
=0
1 x
S2 = – [ Σ ( x12 + x22 + x32 + x42 + x52 ] – ( )2
n
1
= – [Σ (0,14 + 0,16 + 0,11 + 0,11 + 0,30)] – (0,026)
5
= 0,794
( S 0 ) 2−( S ) 2
M =
( So ) 2−( Sr ) 2
0,16−(0,794)
=
0,16−0
= -3, 9625
4. Pengamatan Biobriket
Jenis Biobriket Waktu mulai terbakarnya biobriket (menit)
Tanpa Oksidator gagal
Dengan Oksidator 02.38

3.1 Pembahasan
Indeks pencampuran yang dihasilkan dari percobaan waktu 5 menit
adalah -0,05. Pada waktu 10 menit adalah -1,654. Pada waktu 15 menit
adalah -3,9625. Sedangkan pada pengamatan biobriket tanpa oksidator
haasilnya gagal. Lalu pada biobriket dengan oksidator waktu mulai
terbakarnya yaitu 02.38.
Bioriket dengan kualitas yang baik diantaranya memiliki sifat seperti
tekstur yang halus, tidak mudah pecah, keras, aman bagi manusia dan
lingkungan serta memiliki sifat-sifat penyalaan yang baik. Sifat penyalaan ini
diantaranya adalah mudah menyala, waktu nyala cukup lama, tidak
menimbulkan jelaga, asap sedikit dan cepat hilang serta nilai kalor yang
cukup tinggi. Lama tidaknya menyala akan mempengaruhi kualitas dan
efisiensi pembakaran, semakin lama menyala dengan nyala api konstan akan
semakin baik (Sutanto, 1990).
Salah satu cara untuk mengurangi konsumsi minyak tanah adalah
pemanfaatan dan penggunaan limbah hasil pengolahan kelapa sawit (PKS)
menjadi briket bioarang, dimana bahan-bahan penyusunnya berasal dari
tandan kosong dan cangkang kelapa sawit. Bahan penyusun yang disebutkan
adalah limbah yang berasal dari pabrik pengolahan kelapa sawit (Suryani,
2008).
Batu bara memiliki kandungan karbon dan nilai kalor tinggi, kadar abu
sedang serta kandungan senyawa volatil rendah. Sementara, biomasa
memiliki kandungan bahan volatil tinggi namun kadar karbon rendah. Kadar
abu biomasa tergantung dari jenis bahannya, sementara nilai kalornya
tergolong sedang. Tingginya kandungan senyawa volatil dalam biomassa
menyebabkan pembakaran dapat dimulai pada suhu rendah. Proses
devolatisasi pada suhu rendah ini mengindikasikan bahwa biomassa mudah
dinyalakan dan terbakar. Namun, pembakaran yang terjadi berlangsung
sangat cepat dan bahkan sulit dikontrol (Kurnia, 2008).
Pembuatan biobriket gagal karena pada saat penjemuran tidak
menyeluruh karena mendung. jadi kurangnya sinar matahari menyebabkan
pembuatan biobriket tanpa oksidator gagal dan tanpa adanaya bahan perekat.
Sinar matahari sangat berpengaruh pada pembuatan biobriket tanpa oksidator
karena untuk dapat merekatnya hanya melalui sinar matahari langsung.
Standar nasioanal Indonesia biobriket adalah Tidak berasap dan tidak
berbau. Dimana asap ini dapat dikurangi dengan melakukan karbonisasi atau
menggunakan perekat yang tidak berasap dan mampu menyerap bau.
Mempunyai kekuatan tekan lebih dari 6 kg/cm2 sehingga tidak mudah pecah
saat dipindah atau diangkat. Mempunyai suhu pembakaran tetap (350 °C)
dalam waktu yang lama (8-10 jam). Lama pembakaran dalam suhu tetap (350
°C) dapat diusahakan dengan mengatur pemasukan udara dalam batas
tertentu akan memperlama waktu pembakaran tanpa menurunkan suhu. Gas
hasil dari proses pembakaran tidak mengandung CO yang tinggi. Tidak
mengotori tangan, tidak cepat terbakar, dapat menyala terus tanpa dikipas dan
tidak memercik.
Pencampuran bahan dalam pembuatan biobriket yaitu berfungsi sebagai
indikator yang akan menghomogenkan dari macam-macam bahan yang
digunakan seperti tempurung kelapa dan tepung kanji dan bahan yang
berbeda akan di jadikan suatu contoh penambahan KMnO 4 pada proses
pembuatan briket.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di hasilkan dari praktikum acara Pencampuran
bahan dalam pembuatan biobriket adalah:

1. Proses pengaktifan secara kimia dilakukan dengan menambahkan


senyawa kimia tertentu pada arang. Senyawa kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan pengaktif antara lain KCl, NaCl, ZnCl2,
CaCl2, MgCl2, H3PO4, Na2CO3 dan garam mineral lainnya.
2. Penambahan jumlah perekat secara umum dapat meningkatkan nilai
kalor briket, karena adanya penambahan unsur karbon yang ada pada
perekat.
3. Briket dengan kualitas yang baik diantaranya memiliki sifat seperti
tekstur yang halus, tidak mudah pecah, keras, aman bagi manusia dan
lingkungan serta memiliki sifat-sifat penyalaan yang baik.
4. Proses pembakaran yang di lakukan hanya terjadi pada briket yang
menggunakan oksidator dan waktu yang di dapat selama pembakaran
selama 2,38 (s), sedangkan yang tidak menggunakan oksidator tidak di
bakar karena pembuatanya briket tersebut gagal.

5. Indeks pencampuran yang dihasilkan dari percobaan waktu 5 menit


adalah -0,05. Pada waktu 10 menit adalah -1,654. Pada waktu 15 menit
adalah -3,9625. Sedangkan pada pengamatan biobriket tanpa oksidator
haasilnya gagal. Lalu pada biobriket dengan oksidator waktu mulai
terbakarnya yaitu 02.38.
4.2 Saran
Saran saya sebagai praktikan pada praktikum kali ini yaitu harapan saya
supaya alat yang di gunakan pada praktikum bisa di perbaiki sehingga
praktikan bisa mengetahui secara rinci dan jelas proses mekanisme dari alat
tersebut bekerja.
DAFTARFUSTAKA

Kurnia, 2008. Analisis Biomassa dan Batu Bara. Pekan Baru : Kaltek Pertamina.

Sutanto, 1990. Analisis Biobriket. Bogor : IPB.

Suryani 2008. Pemanfaatan dan Penggunaan Limbah Hasil Pengolahan Kelapa


Sawit. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Yogyakarta, 28 Februari 2019

Mengetahui,

Co.Ass Praktikan
(Alfi Rizki) (Erick Sihombing)

Anda mungkin juga menyukai