Anda di halaman 1dari 10

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL

VOLUME 2 NOMOR 1, APRIL 2018

OPTIMALISASI PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING


TERSTRUKTUR DAN TERINTEGRASI
Petrus Kanisius Siga Tage, Enie Novieastari , Ade Suhendri
a
Staf Pengajar Prodi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Citra Husada Mandiri Kupang Jl. Manafe No.17
Kelurahan Kayu Putih, Kupang, Nusa Tenggara Timur-85111
b
Staf Pengajar Departemen Keperawatan Dasar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia FIK UI,
Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat-16424
c
Kepala Seksi Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok Jalan Raya Muchtar No.99, Sawangan,
Sawangan Lama, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat 16511
a
E-mail: rusnirockabilly@gmail.com

ABSTRAK
Implementasi mengenai discharge planning merupakan kebijakan yang utuh, terintegrasi, dan berkelanjutan
sejak pasien masuk rumah sakit, dirawat, serta sampai pasien berada dirumah dan benar-benar tidak
membutuhkan perawatan. Tujuan dari penulisan adalah untuk melakukan analisis implementasi discharge
planning di Rumah Sakit Umum X Kota Depok. Metodologi yang digunakan adalah pendekatan pilot study
yang dilaksanakan dari analisis situasi, pembuatan plan of action, implementasi, evaluasi dan analisis gap
dengan menggunakan literature review. Analisis masalah dilakukan melalui diagram fish bone dan analisis
prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan analisis CARL. Masalah utama adalah belum optimalnya
pelaksanaan discharge planning yang terstruktur dan terintegrasi.Implementasi dilaksanakan dengan
pendekatan pilot study. Implementasi yang dilakukan adalah pembuatan panduan dan format discharge
planning, sosiliasi, uji coba panduan dan format discharge planning, serta evaluasi. Hasil uji coba
didapatkan bahwa perawat telah melakukan discharge planning terstruktur dan terintegrasi dengan capaian
sebesar 92% berdasarkan pengisian format yang ada.Diperlukan rencana tindak lanjut dari pihak manajemen
Rumah Sakit UmumX di Kota Depok untuk menerapkan pelaksanaan discharge planning terstruktur dan
terintegrasi.

Kata kunci: discharge planning, keperawatan

ABSTRACT
Implementation of discharge planning is a complete, integrated, and sustainable policy since the patient is
admitted to hospital, treated, and until the patient is at home and really does not need treatment. The
purpose of writing is to conduct analysis of discharge planning implementation at the Regional General
Hospital X in Depok City. The methodology used is pilot study approach which is carried out from situation
analysis, plan of action plan, implementation, evaluation and gap analysis by using literature review.
Problem analysis was done through fish bone diagram and problem priority analysis was done by using
CARL analysis. The main problem is the not yet optimal implementation of structured and integrated
discharge planning. Implementation is done by pilot study approach. Implementation is the making of
guidance and format of discharge planning, sociation, pilot study and format of discharge planning, and
evaluation. The result of the experiment shows that the nurse has done structural and integrated discharge
planning with achievement 92% based on the filling of the existing format. A follow-up plan from the
management of X General Hospital in Depok City is required to implement a structured and integrated
discharge planning.

Keywords: discharge planning, nursing

1
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 2 NOMOR 1, APRIL 2018

PENDAHULUAN komunikasi yang efektif antar profesi


Tuntutan akan pelayanan kesehatan yang keperawatan maupun antar profesi tim
berkualitas semakin hari semakin tinggi. kesehatan lainnya yang terlibat dalam
Pelayanan kesehatan saat ini tidak lagi perawatan [10].
dilakukan hanya saat pasien sedang berada
dalam ruang perawatan di rumah sakit tetapi Alasan mengenai pentingnya discharge
terus dilakukan hingga saat pasien kembali ke planning terstruktur dan terintegrasi perlu
rumah dan tidak membutuhkan perawatan untuk dilakukan karena dapat meningkatkan
[1,2,3,4].Proses menyiapkan pasien saat keluar self efficacy dan self management atas
dari rumah sakit dan berada di rumah adalah penyakit yang dialami pasien [11]. Sebuah
bagian yang penting dalam pelayanan studi mengungkapkan bahwa untuk
kesehatan. menumbuhkan kemampuan self efficacy dan
self managementpada pasien terhadap penyakit
Proses menyiapkan pasien untuk kembali ke yang dialami tidak cukup hanya dengan
rumah dikenal dengan discharge memberikan pengetahuan tetapi juga harus
planning.Discharge planning adalah suatu dilakukan evaluasi terstruktur dan
proses yang kompleks dan bertujuan untuk terintegrasi[12]
menyiapkan pasien dalam masa transisi di
rumah sakit sampai pasien tersebut kembali ke Implementasi discharge planning
rumahnya [5,6]. Discharge planningyang baik terstrukturdan terintegrasi ternyata masih
harus mengandung unsur (1) penilaian pasien, belum dilakukan di Rumah Sakit Umum X di
(2) pengembangan rencana yang disesuaikan Kota Depok. Pelaksanaan discharge planning
dengan kebutuhan pasien, (3) penyediaan hanya difokuskan saat pasien pulang. Selain
layanan, termasuk pendidikan keluarga dan itu, belum tersedianya format dan panduan
layanan rujukan, serta (4) tindak lanjut berupa discharge planning yang dilakukan secara
evaluasi atau follow up [7]. terstruktur dan terintegrasi. Berdasarkan latar
belakang di atas, penulis tertarik untuk
Kebijakan discharge planning selama ini yang melakukan perubahan untuk mengoptimalkan
dijalankan di rumah sakit terlihat masih fungsi discharge planning secara terstruktur
terpisah-pisah, berdiri sendiri, dan tidak dan terintegrasi di Rumah Sakit Umum Xdi
terintegrasi sampai pasien kembali rumah atau Kota Depok
sebatas dilakukan hanya saat pasien pulang.
Konsep discharge planning, perawatan METODE
transisi, koordinasi perawatan, dan kontinuitas Metodologi yang digunakan dalam kegiatan
perawatan harus menjadi kebijakan yang agen pembaharu terkait implementasi
dijalankan secara utuh tanpa terpisah [8,9]. discharge planning adalah menggunakan
Alasan diatas sudah seharusnya menuntun kita pendekatan pilot study[13,14]. Metode ini
untuk membentuk sistim yang mendukung dimulai dari analisis situasi, pembuatan
discharge planning terstruktur dan terintegrasi. planning of action, implementasi, evaluasi,
dan analisis gap menggunakan literature
Salah satu cara untuk mendukung sistim review.Pengambilan sampel menggunakan
discharge planning terstruktur dan terintegrasi teknik random sampling untuk pemilihan
bisa dilakukan dengan menciptakan sistim ruangan dilanjutkan dengan tenik purposive
yang relevan dan mudah untuk sampling untuk menentukan jumlah sampel
diimplementasikan. Sebagai langkah awal responden.Instrumen pengambilan data
harus dibuatkan sebuah panduan dan format menggunakan wawancara, observasi, studi
sebagai dasar tindakan. Hal ini sejalan dengan dokumen dan kuesioner. Wawancara,
laporan yang mengungkapkan bahwa observasi dan pembagian kuisoner dilakukan
discharge planning membutuhkan format kepada Kepala Bidang Keperawatan, Kepala
sebagai bukti dokumentasi dan media Seksi Keperawatan, Kepala Ruangan, Ketua
2
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 2 NOMOR 1, APRIL 2018

Tim, dan Perawat Ruangan. Studi dokumen discharge planning terstruktur dan terintegrasi.
dilakukan pada format dokumentasi discharge Panduan discharge planning yang ada
planning pasien. merupakan hasil adaptasi dari panduan yang
sudah ada di rumah sakit dan dibuat beberapa
Pengambilan data awal diambil di tiga ruangan penambahan agar format yang ada menjadi
dari tanggal 16 sampai 23 Oktober 2017, terstruktur dan terintegrasi.
adapun ketiga ruangan itu adalah Instalasi
Gawat Darurat (IGD), Ruangan Rawat Inap, Setelah panduan discharge planning dibuat
dan Ruangan Perina. Alasan pengambilan langkah selanjutnya adalah melakukan
ruangan tersebut karena ketiga ruangan ini sosialisasi kepada kepala ruangan dan ketua
menjadi perwakilan dari setiap unit terkait dan tim, serta dilanjutkan dengan uji coba panduan
menjadi tempat dilakukannya discharge discharge planning terstruktur dan
planning.Jumlah sampel yang terlibat dalam terintegrasidi masing-masing ruangan. Proses
pengambilan data adalah 26 responden. evaluasi dari implementasi dilihat dari
Instrumen wawancara dan kuisoner sebanyak pengisian format discharge planning
3 instrumen yakni instrumen pengkajian berkelanjutan dan terintegrasi untuk
manajerial keperawatan umum POSAC, mengetahui keberhasilan atau hambatan dalam
instrumen pengetahuan discharge planning, proses pelaksanaan. Hasil evaluasi dilakukan
dan instrumen pelaksanaan discharge planning analisis deskriptif untuk melihat gap yang
IDEAL (Include Discuss Assess Listen) terjadi pada saat pelaksanaan dengan
membandingkan kajian pada literatur.
Analisis masalah dilakukan dalam bentuk
diagram fish bone dengan menganalisis HASIL
penyebab masalah yang meliputi man, method, Hasil pengkajian berupa wawancara dengan
machine, material, dan money [15]. Priotitas Kepala Ruangan Instalasi Gawat Darurat
alternatif pemecahan masalah diseleksi dengan (IGD) diungkapkan bahwa saat pasien pertama
menggunakan pembobotan berdasarkan kali masuk tidak dilakukan discharge planning
metode CARL, meliputi aspek-aspek: 1) di ruangan IGD. Hasil observasi ditemukan
Capability (C) adalah kemampuan kedua belah bahwa promosi kesehatan tidak dilakukan
pihak antara mahasiswa residensi dan rumah sejak pasien masuk di IGD dan format
sakit untuk melaksanakan alternatif, 2) discharge planning yang ada tidak diisi dalam
Accesability (A) adalah kemudahan dalam 48 jam pertama saat pasien masuk di IGD, dan
melaksanakan alternatif, 3) Readiness (R) tidak ditemukan panduan discharge planning
adalah kesiapan untuk melaksanakan alternatif di ruangan IGD, hasil kuisoner menunjukan
dan Leverage (L) adalah daya ungkit alternatif bahwa 100% perawat di ruangan IGD belum
dalam menyelesaikan masalah. Masing-masing mendapatkan pelatihan discharge planning.
aspek diberikan penilaian dengan rentang 1
sampai dengan 4 dengan pemaknaan : nilai 1 = Hasil wawancara dengan dua Ketua Tim
tidak mampu, Nilai 2 = cukup mampu, Nilai 3 Rawat Inap dan Kepala Ruangan Perina
= mampu dan Nilai 4 = sangat mampu. diungkapkan bahwa pelaksanaan discharge
planning seperti memberikan informasi
Implementasi untuk penyelesaian masalah tentang penyakit dan pengobatan kepada
diselesaikan dengan menggunakan proses pasien dilakukan secara insidental dan bukan
PDCA (plan do check action)yang dimulai merupakan kelanjutan dari IGD atau Poli
dari penetapan rencana, implementasi, sebagai tempat pertama pasien masuk. Hasil
evaluasi, dan rencana tindak lanjut [16]. wawancara juga mengungkapkan bahwa
Perencanaan ditetapkan untuk promosi dan pendidikan kesehatan sebagai
mengoptimalkan discharge planning bagian dari discharge planning diberikan
terstruktur dan terintegrasi. Implementasi hanya pada saat pasien pulang, dan tidak
dimulai dengan membuat panduan dan format
3
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 2 NOMOR 1, APRIL 2018

didokumentasikan secara jelas dalam format kesehatan rumah sakit. Hasil observasi juga
terstruktur dan terintegrasi. ditemukan bahwa kendala dari belum
optimalnya pelaksanaan discharge planning
Hasil observasi tidak ditemukan checklist juga dipengaruhi oleh lemahnya supervisi
panduan discharge planning, penanggung yang dilakukan oleh manajer keperawatan,
jawab terhadap tugas promosi kesehatan karena supervisi yang dilakukan masih
sebagai bagian dari discharge planning juga dilakukan secara insidental tanpa ada panduan
tidak ada. Ketua Tim Rawat Inap dan Kepala yang jelas.
Ruangan Perina menyatakan bahwa di Ruang Table 1. CARL analisis prioritas masalah
Rawat Inap dan Perina telah dilakukan Alternatif
promosi kesehatan kepada pasien/keluarga, No Pemecahan C A R L Skor
pada saat pasien masuk dan pada saat Masalah
pemberian obat namun tidak 1 Bersama Kasie
didokumentasikan dengan jelas, dilakukan keperawatan dan
secara terjadwal, dan saat pulang pasien tidak komite
dibagiakan leafleat sebagai sumber informasi. keparawatan
merumuskan
Hasil kuisoner menyatakan bahwa sebanyak bentuk discharge
4 4 4 4 256
(71,4%) perawat memberikan informasi planning yang
(pendidikan kesehatan/promosi kesehatan) mendukung
secara langsung dalam bentuk konseling kontiunitas
meliputi jadwal kontrol dan cara perawatan di pelayanan secara
rumah pada pasien dan keluarga yang berobat terstruktur dan
dan tanpa didokumentasikan secara tertulis. terintegrasi
Hasil kuisoner menunjukan bahwa 53% 2 Melakukan
perawat pemberi promosi/pendidikan sosialisasi
kesehatan yang melibatkan keluarga umumnya formatdischarge
4 3 4 4 192
dilakukan kadang-kadang, diskusi soal planning
pencegahan masalah dirumah bersama terstruktur
keluarga juga dilakukan kadang-kadang danterintegrasi
sebanyak 54%. Hasil kuisoner menunjukan 3 Melakukan uji
100% perawat mengatakan bahwa discharge coba pelaksanaan
planning adalah kegiatan yang dilakukan discharge
hanya saat pasien pulang. planning di
Ruangan Rawat 4 4 3 3 144
Hasil kuisoner menunjukan bahwa 100% Inap, Ruangan
perawat tidak pernah mendapat pelatihan Perina, dan
mengenai discharge planning di ruangan Ruangan Gawat
Rawat Inap dan Perina. Hasil wawancara Darurat
Kabid Keperawatan, Kepala Seksi 4 Melakukan
Keperawatan, Kepala Ruangan, dan Ketua penilaian dan
Tim Perawatan, menyatakan bahwa follow up evaluasi
pasien paska kunjungan belum dilakukan. pelaksanaan
Hasil kuesioner, sebanyak 0% perawat discharge
manajer menyatakan tidak melakukan follow planning di 4 3 3 3 108
up pasien untuk mengevaluasi dan Ruangan Rawat
mengingatkan jadwal kontrol pada Inap, Ruangan
pasien.Hasil observasi tidak ditemukan format Perina, dan
dokumentasi follow up yang terintegrasi Ruangan Gawat
sebagai bentuk kontiunitas pelayanan Darurat
4
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 2 NOMOR 1, APRIL 2018

masing-masing bagian format yaitu fase pasien


Tabel 1 menunjukan analisis prioritas masalah masuk, fase stabilisasi dan kontiunitas, fase
ada 4.Priortitas penyelesaian masalah dimulai diagnostik, dan fase keberlanjutan
dari skor angka yang paling besar yakni 256 pemulangan. Jumlah format yang di uji coba
dan berakhir pada angka yang paling rendah ada 12 format dengan pembagian 4 format di
yakini 108. Alasan pemilihan 4 prioritas diatas ruangan IGD, 4 format di ruangan Rawat Inap,
karena (1) bidang keperawatan mempunyai dan 4 format di ruangan Perina. Presentasi
kewenangan dalam mengusulkan aturan dan pengisian dari masing-masing ruangan sebagai
pemberlakuan format discharge planning, berikut di IGD pengisian mencapai 100%, di
sedangkan komite keperawatan merupakan Ranap pengisian mencapai 75%, dan di Perina
wadah profesi keperawatan yang secara formal mencapai 100%.
bertanggung jawab kepada Kasi Keperawatan
dan mempunyai kewenangan PEMBAHASAN
mengorganisasikan, mengatur dan menyusun Discharge Planning adalah suatu proses
prosedur dan standar keperawatan. Hasil dari persiapan bagi pasien. Implementasi discharge
kajian Kasi Keperawatan dan Komite planningdilaksanakan dalam suatu proses yang
Keperawatan dilaporkan kepada Kepala kompleks yang bertujuan untuk menyiapkan
Bidang Keperawatan, (2) tanpa uji coba, pasien dalam masa transisi di rumah sakit
pelaksanaan discharge planning dapat sampai pasien tersebut kembali ke rumahnya
mengalami hambatan dalam pelaksanaannya [5,17] Melalui discharge planning tenaga
karena tidak adanya tanggung jawab kerja kesehatan membantu pasien dan keluarga
yang spesifik, (3) pengetahuan perawat yang dalam menetapkan kebutuhan,
memadai mengenai discharge planning akan mengembangkan dan mengimplementasikan,
mendukung implementasi discharge planning serta mengkoordinasikan rencana perawatan
di lapangan, (4) pelaksanaan discharge yang mungkin dilakukan setelah pasien pulang
planning dapat dievaluasi melalui dokumentasi dari rumah sakit sebagai upaya meningkatkan
yang ada. atau mempertahankan derajat kesehatannya.

Berdasarkan analisis masalah fishbone terlihat Implementasi discharge planning yang baik
bahwa belum optimalnya pelaksanaan harus dilakukan sejak pasien masuk rumah
discharge planning dipengaruhi oleh banyak sakit baik melalui poli maupun IGD. Hasil
faktor. Hampir semua faktor baik dari metode, menunjukan bahwa di IGD selama ini belum
SDM, material, lingkungan, dan keuangan dilakukan discharge planning saat pasien
mempengaruhi masalah belum optimalnya masuk dan belum memiliki panduan yang jelas
discharge planning terstruktur dan terintegrasi soal discharge planning. Sebuah studi
mengungkapan bahwa discharge planning
Kegiatan dari agen perubahan dilakukan yangdilakukan sejak di emergency unit
melalui sosilisasi kepada kepala ruangan dan membantu meningkatkan self efficacy pasien
ketua tim mengenai materi discharge terhadap penyakit yang diderita serta dapat
planning, panduan discharge planning, dan meningkatkan kepuasan pasien
format discharge planning terstruktur dan [18,19,20,21].Sebuah studi lanjutan
terintegrasi. Sosialisasi bertujuan untuk menunjukan bahwa pasien dengan penyakit
meningkatkan pemahaman kepala ruangan jantung yang dilakukan discharge planning
tentang pentingnya discharge planning sejak admission awal di rumah sakit lebih siap
terstruktur dan terintegrasi. Proses uji coba dengan pengobatan lanjutan selama di rumah
pelaksanaan discharge planning terstruktur sakit [22,33]. Hal ini menunjukan bahwa
dan terintegrasi juga dilakukan evaluasi. betapa pentingnya discharge planning yang
dilakukan sejak pertama kali pasien masuk.
Hasil evaluasi didapatkan rata-rata pengisian
format discharge planning sebesar 92% dari
5
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 2 NOMOR 1, APRIL 2018

Pelaksanaan discharge planningterlihat belum perawat. Format yang dibuat dengan baik
di dokumentasikan secara terintegrasi antara dapat juga digunakan sebagai sumber data
tenaga kesehatan dan tidak didokumentasikan untuk melakukan penelitian, sebagai catatan
secara jelas dalam satu format. Sebuah studi tetap untuk dokumentasi yang sah dan untuk
baru-baru ini mengungkapkan bahwa tujuan finansial, tindakan hukum, dan
efektivitas pelaksanaan discharge planning menjamin kelanjutan perawatan di masa
sangat berkaitan erat dengan kemampuan mendatang sehingga klien mendapatkan
interaksi pemberi layanan, pasien, dan pelayanan yang tepat [24]
hubungan antara pemberi layanan dan pasien
[23]. Salah satu hal yang penting dalam Pengkajian yang dilakukan juga menemukan
mendukung interaksi ini adalah tersedianya bahwa proses discharge planning yang
format discharge planning. Format sebagai dilakukan di Rumah Sakit Umum X di Kota
bukti dokumentasi dan berperan sebagai media Depok masih ada sekitar 53% perawat yang
komunikasi yang efektif antar profesi kadang-kadang melibatkan keluarga dan
keperawatan maupun antar profesi tim sebanyak 54% perawat belum mendiskusikan
kesehatan lainnya[10] soal pencegahan masalah dirumah bersama
keluarga. Pelibatan keluarga menjadi faktor
Format discharge planning yang dibuat harus penting dalam discharge planning [25]dengan
disusun secara terstruktur dan terintegrasi melibatkan keluarga akan mempercepat
karena format yang terstruktur dan terintegrasi penyembuhan pasien dan mengurangi angka
akan mendukung bentuk kontiunitas pelayanan readmission karena keluarga akan
kesehatan [2,3,4]. Discharge planning dibuat menjadisupport system yang utama dalam
untuk mengatur tindak lanjut pemulangan periode sakit pasien. Laporan lain menunjukan
pasien ke praktisi kesehatan atau organisasi bahwa discharge planning yang dilaksanakan
lain yang dapat memenuhi kebutuhan tanpa pelibatan keluarga dapat mengganggu
kesinambungan asuhan pasien. Proses proses perawatan dan dapat meningkatkan
perencanaan pemulangan pasien risiko yang merugikan pasien [26]
(dischargeplanning) dilakukan secara
terintegrasi melibatkan semua profesional Hasil pengkajian juga ditemukan bahwa follow
pemberi asuhan (PPA) terkait, serta difasilitasi up lanjutan kepada pasien paska pengobatan
oleh manajer pelayanan pasien (MPP) memuat belum dilakukan ini dibuktikan dengan
bentuk bantuan pelayanan yang dibutuhkan ketiadaan format discharge planning yang
dan ketersediaan bantuan yang dimaksud [3] memuat unsur follow up yang terintegrasi,
sebagai bentuk kontiunitas pelayanan
Format dischargeplanning yang dibuat secara kesehatan di rumah sakit [34]. Sebuah studi
terstruktur dan terintegrasi bertujuan mengungkapkanbahwa melalui proses follow
untukmengkomunikasikan data klien ke semua up yang konsisten selam 14 hari kepada 65085
anggota tim kesehatan sehingga tidak terjadi pasien yang mendapat discharge planning
data yang tumpang tindih, berulang, dan berhasil menurunakan angka readmissions
meminimalisir kesenjangan dalam hingga 19% [27]. Sementara itu penelitian
memberikan pelayanan kepada pasien, serta yang dilakukan kepada 4927 pasien paska
sebagai bukti evaluasi hasil implementasi bedah menemukan bahwa ada 35,0% tanpa
asuhan keperawatan. Selain itu, melalui format follow up yang mengalami readmissions dan
dischargeplanning yang terstruktur dan hanya 20,4% pasien dengan follow-up yang
terintegrasi dapat membantu administrator mengalami readmissions [28]
mengevaluasi presetasi kerja karyawan,
akreditasi institusi, memberi jaminan kepada Peran manajer dalam pelaksanaan discharge
masyarakat tentang lingkup dan mutu planning sangatlah penting. Belum adanya
pelayanan dan membuktikan pekerjaan panduan supervisi yang jelas dan belum
perawatan serta meningkatkan tanggung gugat terdokumentasinya sistim supervisi dapat
6
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 2 NOMOR 1, APRIL 2018

menyebabkan pelaksanan discharge planning internal maupun eksternal. Kebiasaan akan


tidak berjalan optimal. Seorang manajer menjadi kokoh bila perilaku segera dan sering
bertugas untuk memberikan motivasi, mendapat penguatan dan sering [32].
pemikiran, pengaturan untuk mencapai tujuan Pelaksanaan discharge planning masih
organisasi [29].Keberhasilan dalam membutuhkan motivasi terus menerus baik
pelaksanaan inovasi dan program tidak dari atasan langsung (kepala ruang) maupun
terlepas dari peran manajer keperawatan dari dari bidang keperawatan melalui supervisi,
bidang keperawatan sampai dengan Kepala sehingga diharapkan semakin lama semakin
Ruangan dan Ketua Tim. Peran manajer tetap menumbuhkan tanggung jawab dandischarge
penting dalam mengimplementasikan planning dapat dilakukan secara konsisten.
discharge planning terstruktur dan terintegrasi
walaupun panduan dan SOP sudah tersedia. Hasil uji coba juga ditemukan bahwa di
Para manajer keperawatan harus selalu ruangan Rawat Inap proses uji coba hanya
melaksanakan fungsi supervisi untuk mencapai 75% saat pengisian dokumen meski
memandu organisasi dalam mencapai tujuan mereka hanya melanjutkan proses discharge
yang yang diinginkan [30]. planning yang telah dilakukan dari IGD.
Pengisian yang tidak maksimal ini
Berdasarkan uji coba telah dilakukan dikarenakan adanya beberapa hambatan seperti
discharge planning selama 4 hari uji coba (14- ketiadaan waktu karena perawat terlalu banyak
16 dilanjutkan 23 November 2017), rata-rata menulis dokumentasi, jumlah kunjungan
dari keseluruhan pendokumentasian tindakan pasien tinggi tidak sebanding dengan jumlah
discharge planning sebesar 92%. Pengisian tenaga perawat yang ada, serta belum merata
format yang mencapai 92% belum bisa jumlah tenaga sesuai kompetensi di ruangan.
dikatakan bahwa uji coba ini berhasil, hal ini
dikarenakan dalam proses pengisian masih Hasil evaluasi setelah pelaksanaan uji coba
didampingi dan dilakukan follow up oleh selama 4 (empat) hari secara keseluruhan
peneliti dan Kepala Seksi Keperawatan, menunjukan belum bisa dikatakan optimal
jumlah format discharge planning yang di uji dilaksanakan meski hampir semua format
cobakan masih dalam jumlah yang kecil yakni terisi. Beberapa faktor berdasarkan hasil
sebanyak 12 format, dan waktu uji coba yang observasi dan wawancara selama
relativ singkat yakni hanya 4 hari. pendampingan ditemukan masalah antara lain
(1) waktu pelayanan pasien yang sedikit
Keberhasilan uji coba ini justru dilihat ketika sedangkan jumlah kunjungan cukup banyak
perawat dan petugas kesehatan lainnya dan jika dibandingkan jumlah perawat yang
melakukan discharge planning secara mandiri tidak seimbang dengan pekerjaan yang harus
tanpa pendampingan. Discharge planning diselesaikan (2) tingkat pemahaman perawat
akan berhasil jika petugas kesehatan tentang discharge planning terstruktur dan
memahami bahwa kegiatan discharge terintegrasi yang kurang karena belum ada
planning adalah bagian dari tanggung jawab pelatihan sama sekali selama ini (3) perawat
pekerjaan. Kurangnya tanggung jawab bisa menghabiskan banyak waktu untuk mengisi
jadi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, banyak dokumen perawatan pasien yang ada
diantaranya adalah motivasi yang kurang. sehingga format discharge planning sering
Motivasi merupakan faktor yang mengarahkan kali tidak diisi secara lengkap.
dan mendorong perilaku suatu keinginan
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan KESIMPULAN
yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang Berdasarkan hasil pengkajian di Rumah Sakit
keras [31] Umum X di Kota Depok, teridentifikasi belum
optimalnya pelaksanaan discharge planning.
Teori Drive-reinforcement menjelaskan Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan
perilaku dari sudut kebiasaan dengan dorongan dan disepakati meliputi penyusunan panduan
7
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 2 NOMOR 1, APRIL 2018

dan format discharge planning terstruktur dan 1. Langhorne, P., Jepsen, B. G., & Larsen, T.
terintegrasi, sosialisasi tentang format dan (2014). Early home-supported discharge
panduan discharge planning terstruktur dan after stroke: a brief report on the practical
terintegrasi, melakukan uji coba pelaksanaan implementation. International Journal of
discharge planning terstruktur dan terintegrasi, Rehabilitation Research, 37(2), 192-194.
melakukan evaluasi/penilaian terhadap 2. Joint Commission International. (2017).
pelaksanaan discharge planning. Accreditation Standards For Hospitals, 6th
Edition. Diunduh dari
SARAN https://www.jointcommissioninternational
Peran manajer sangat penting dalam .org/assets/3/7/JCI_Standards_Only_6th_
pengaturan dan pembuatan jadwal discharge Ed_Hospital.pdf
planning terstruktur dan terintegrasi. Manajer 3. .Persi. (2017). Standar Nasional
keperawatan dalam menjalankan discharge Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1. Diunduh
planning terstruktur dan terintegrasi dari:
mengupayakan pemerataaan jumlah tenaga http://www.pdpersi.co.id/kanalpersi/manaj
sesuai dengan jumlah pasien dan pemerataan emen_mutu/data/snars_edisi1.pdf
kualifikasi perawat (PK) di setiap ruangan. 4. Persi. (2012). Instrumen Akreditasi
Peran kepala bidang (top manajer) sangat Rumah Sakit Standar Akreditasi Versi
membantu pelaksanaan discharge planning 2012
terstruktur dan terintegrasi jika kebijakan yang 5. Nordmark, S., Zingmark, K., & Lindberg,
dibuat tepat, efektif dan sejalan dengan misi I. (2016). Process evaluation of discharge
pelayanan keperawatan untuk memberikan planning implementation in healthcare
pelayanan berkualitas dan aman kepada using normalization process theory. BMC
pasien. medical informatics and decision making,
16(1), 1.
Hasil uji coba yang belum optimal dan belum 6. Alper, E., O’Malley, T. A., Greenwald, J.,
mencapai 100% pengisian format tidak Aronson, M. D., & Park, L. (2015).
dijadikan sebuah permasalahan yang Hospital discharge and readmission.
selanjutnya bisa menghambat dalam penerapan UpToDate website: Available at:
discharge planning. Upaya indak lanjut untuk http://www. uptodate.
meningkatkan penerapan discharge planning com/contents/hospital-discharge-and-
terstruktur dan terintegrasi sangatlah readmission. Accessed August, 14.
diperlukan. Penulis menyarankan untuk 7. Yam, C. H., Wong, E. L., Cheung, A. W.,
melakukan beberapa hal sebagai berikut (1) Chan, F. W., Wong, F. Y., & Yeoh, E. K.
pembuatan kebijakan pemberlakuan format (2012). Framework and components for
discharge planning terstruktur dan terintegrasi, effective discharge planning system: a
(2) memberikan sosialisasi dan motivasi delphi methodology. BMC health services
kepada perawat yang belum melakukan research, 12(1), 396.
discharge planning terstruktur dan terintegrasi, 8. Meyers, L. (2017). The Effectiveness of
(3) optimalisasi pendampingan dan Discharge Planning in Mental Health: An
penambahan pengetahuan tentang pelaksanaan Integrative Review of Literature.
discharge planning terstruktur dan terintegrasi 9. Hunter, T., & Birmingham, J. (2013).
sehingga dapat menjadi budaya dalam Preventing readmissions through
organisasi, (4) pembentukan tim mutu asuhan comprehensive discharge planning.
keperawatan, dan (5) Pelaksanaan supervisi Professional case management, 18(2), 56-
discharge planning terstruktur dan terintegrasi 63.
terjadwal oleh manajerial Rumah Sakit. 10. Wickramasinghe, N., Kent, B., Moghimi,
F. H., Stien, M., Nguyen, L., Redley, B.,
DAFTAR PUSTAKA ...& Botti, M. (2014). Using technology
solutions to streamline healthcare
8
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 2 NOMOR 1, APRIL 2018

processes for nursing: the case of an 20. Cajanding, R. J. (2017). Effects of a


Intelligent Operational Planning Support structured discharge planning program on
Tool (IOPST) solution. In Lean Thinking perceived functional status, cardiac self-
for Healthcare (pp. 405-430). Springer efficacy, patient satisfaction, and
New York. unexpected hospital revisits among
11. Horwitz, L. I. (2017). Self-care after filipino cardiac patients: a randomized
hospital discharge: knowledge is not controlled study. Journal of
enough. Cardiovascular Nursing, 32(1), 67-77.
12. Lancaster, G. A., Dodd, S., & Williamson, 21. Majothi, S., Jolly, K., Heneghan, N. R.,
P. R. (2004). Design and analysis of pilot Price, M. J., Riley, R. D., Turner, A. M.,
studies: recommendations for good ... & Fitzmaurice, D. A. (2015). Supported
practice. Journal of evaluation in clinical self-management for patients with COPD
practice, 10(2), 307-312. who have recently been discharged from
13. Thabane, L., Ma, J., Chu, R., Cheng, J., hospital: a systematic review and meta-
Ismaila, A., Rios, L. P., ...& Goldsmith, C. analysis. International journal of chronic
H. (2010). A tutorial on pilot studies: the obstructive pulmonary disease, 10, 853.
what, why and how. BMC medical 22. Collins, S. P., Pang, P. S., Fonarow, G. C.,
research methodology, 10(1), 1.g Yancy, C. W., Bonow, R. O., &
14. Anne Lacey, E. (1994). Research Gheorghiade, M. (2013). Is hospital
utilization in nursing practice—a pilot admission for heart failure really
study. Journal of advanced nursing, 19(5), necessary?: the role of the emergency
987-995. department and observation unit in
15. Bose, T. K. (2012). Application of preventing hospitalization and
fishbone analysis for evaluating supply rehospitalization. Journal of the American
chain and business process-a case study College of Cardiology, 61(2), 121-126.
on the St James Hospital. International 23. Hesselink, G., Zegers, M., Vernooij-
Journal of Managing Value and Supply Dassen, M., Barach, P., Kalkman, C.,
Chains (IJMVSC), 3(2), 17-24. Flink, M., ...& Suñol, R. (2014).
16. Arian, M., Mortazavi, H., Improving patient discharge and reducing
TabatabaiChehr, M., Navipour, H., & hospital readmissions by using
Vanaki, Z. (2016). Institutionalizing the Intervention Mapping. BMC health
educational role of nurses by Deming services research, 14, 389-389.
cycle (PDCA). Quarterly Journal of 24. Bailey, S., Wilson, G., & Yoong, W.
Nursing Management, 4(4), 45-57. (2015). What factors affect documentation
17. Zurlo, A., & Zuliani, G. (2018). by midwives? A prospective study
Management of care transition and assessing relationship between length of
hospital discharge. Aging clinical and shift, workload and quality of note
experimental research, 1-8. keeping. Midwifery, 31(8), 787-792.
18. Lowthian, J. A., McGinnes, R. A., Brand, 25. Wong, E. L., Yam, C. H., Cheung, A. W.,
C. A., Barker, A. L., & Cameron, P. A. Leung, M. C., Chan, F. W., Wong, F. Y.,
(2015). Discharging older patients from & Yeoh, E. K. (2011). Barriers to
the emergency department effectively: a effective discharge planning: a qualitative
systematic review and meta-analysis. Age study investigating the perspectives of
and ageing, 44(5), 761-770. frontline healthcare professionals. BMC
19. Arendts, G., MacKenzie, J., & Lee, J. K. health services research, 11(1), 24
(2006). Discharge planning and patient 26. Gonçalves‐Bradley, D. C., Lannin, N. A.,
satisfaction in an emergency short‐stay Clemson, L. M., Cameron, I. D., &
unit. Emergency Medicine Australasia, Shepperd, S. (2016). Discharge planning
18(1), 7-14. from hospital. The Cochrane Library.

9
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 2 NOMOR 1, APRIL 2018

27. Jackson, C., Shahsahebi, M., Wedlake, T., Leader Functions. Nurse Leader, 10(3),
& DuBard, C. A. (2015). Timeliness of 57–61.
outpatient follow-up: an evidence-based http://doi.org/10.1016/j.mnl.2011.10.003
approach for planning after hospital 31. Hariandja MTE (2002). Manajemen
discharge. The Annals of Family Sumber Daya Manusia. PT. Gramedia
Medicine, 13(2), 115-122. Widiasarana Indonesia. Jakarta.
28. Brooke, B. S., Stone, D. H., Cronenwett, 32. Wexley, K. N., & Yukl, G. A. (1984).
J. L., Nolan, B., DeMartino, R. R., Organizational behavior and personnel
MacKenzie, T. A., ...& Goodney, P. P. psychology. Richard D. Irwin.
(2014). Early primary care provider 33. Phillips, C. O., Wright, S. M., Kern, D. E.,
follow-up and readmission after high-risk Singa, R. M., Shepperd, S., & Rubin, H.
surgery. JAMA surgery, 149(8), 821-828. R. (2004). Comprehensive discharge
29. Miyata, C., Arai, H., & Suga, S. (2015). planning with postdischarge support for
Characteristics of the nurse manager’s older patients with congestive heart
recognition behavior and its relation to failure: a meta-analysis. Jama, 291(11),
sense of coherence of staff nurses in 1358-1367
Japan. Collegian, 22(1), 9–17. 34. Hager, J. S. (2010). Effects of a Discharge
http://doi.org/10.1016/j.colegn.2013.10.00 Planning Intervention on Perceived
4 Readiness for Discharge.
30. MacLeod, L. (2012). A Broader View of
Nursing Leadership: Rethinking Manager-

10

Anda mungkin juga menyukai