Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


“Pendekatan Pemecahan Masalah Matematika“

Oleh :

Kelompok 7

AFNITA SANDINI (16029054)

AULIA RASDANA (16029003)

DINA ISLAMIYAH (16029069)

OKDRI PUTRI SUHARDI (16029025)

MAWADDAH RAMADHANI MISWAR (16029065)

Dosen Pembimbing :

Dra. Hj. Fitrani Dwina,M.Ed

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematik
penting seperti penerapan aturan pada maslah tidak rutin, penemuan pola,
penggeneralisasian, komonikasi matematik, dan lain-lain dapat dikembangkan
secara lebih baik. Namun demikian, pada kenyataan menunjukkan kegiatan
pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematik belum dijadikan
kegiatan utama.
Disadari atau tidak, setiap hari kita harus menyelesaikan berbagai masalah.
Dalam penyelesaian suatu masalah, kita seringkali dihadapkan pada suatu hal yang
pelik dan kadang-kadang pemecahannya tidak dapat diperoleh dengan segera.
Tidak bisa dipungkiri bahwa masalah yang biasa dihadapi sehari-hari itu tidak
selamanya bersifat matematis. Dengan demikian, tugas utama guru adalah untuk
menyelesaikan bebagai masalah dengan spektrum yang luas yakni membantu
mereka untuk dapat memahami makna kata-kata atau istilah yang muncul dalam
suatu masalah sehingga kemampuannya dalam memahami konteks masalah bisa
terus berkembang, menggunakan keterampilan inkuiri dalam sains, menganalisa
alasan mengapa suatu masalah itu muncul dalam studi sosial dan lain-lain. Dalam
matematika, hal seperti itu biasanya berupa pemecahan masalah matematika yang
di dalamnya termasuk soal cerita. Untuk mengembangkan kemampuan menyangkut
berbagai teknik dan strategi pemecahan masalah. Pengetahuan keterampilan, dan
pemahaman merupakan elemen-elemen penting dalam belajar matematika. Dan
dalam pecahan masalah, siswa dituntut memiliki kemampuan untuk mensintesis
elemen-elemen tersebur sehingga akhirnya dapat menyelesaiakan masalah yang
dihadapi dengan baik.

2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Masalah dan Pemecahan Masalah
2. Cara Mengajarkan Pemecahan Masalah
3. Strategi Pemecahan Masalah
4. Pentingnya Pemeriksaan Kembali Hasil (Looking Back)
5. Meta Kognisi
6. Contoh Pembelajaran Pemecahan Masalah

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu Mengenali Masalah dan Pemecahan Masalah
2. Mengetahui Cara Mengajarkan Pemecahan Masalah
3. Mampu Menggunakan Strategi dalam Pemecahan Masalah
4. Mengetahui Manfaat dari Pentingnya Pemeriksaan Kembali Hasil (Looking
Back)
5. Mengetahui dan Memahami Metakognisi
6. Mampu Memahami Contoh Pembelajaran dalam Pemecahan Masalah

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Masalah dan Pemecahan Masalah


a. Pengertian Masalah
Masalah merupakan sesuatu keadaan yang tidak dapat
terpisahkan dalam kehidupan manusia. Setiap saat kita senantiasa di hadapkan
dengan masalah-masalah nyata dalam proses pemenuhan kebutuhan dan
tuntutan kehidupan. Namun demikian, suatu kondisi merupakan masalah bagi
seseorang pada suatu saat tertentu dan bukan lagi menjadi masalah pada saat
yang lain. Demikian juga, suatu masalah merupakan masalah bagi seseorang
tetapi bukan menjadi masalah bagi orang lain. Ketika seseorang mampu
memenuhi tuntutan atau kebutuhan pada suatu waktu, maka tuntutan atau
kebutuhan itu bukan menjadi masalahnya, begitu sebaliknya. Ketika seseorang
mampu memenuhi tuntutan atau persyaratan tertentu, maka bukanlah masalah
baginya, tetapi sebaliknya orang lain menjadikannya masalah ketika tidak
mampu atau kesulitan untuk memenuhinya. Berarti masalah bagi seseorang
pada suatu waktu adalah suatu kondisi yang harus dipenuhi, diselesaikan, atau
diatasi tetapi proses pemenuhan atau penyelesaiannya membutuhkan tindakan
yang tidak mudah.
Upaya mendapatkan pemecahan atau jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan soal matematika, berbeda antara peserta didk yang satu dengan
lainnya. Sebagian peserta didik memandang sulit untuk dipecahkan,
sementara peserta didik lain merasa mudah. Seorang peserta didik yang belum
pernah berhasil memecahkan soal matematika akan merasa kesulitan dalam
proses pemecahannya, tetapi pada kesempatan lain tidak lagi menjadikannya
masalah karena sedikit atau banyak memiliki pengalaman dalam tugas yang
sama atau identik. Ketika dihadapkan dengan suatu soal yang sama sekali baru,
maka proses pemecahan atau menjawabnya membutuhkan waktu yang tidak
sedikit untuk mengumpulkan segala pengalaman dan pengetahuan yang
dimilikinya, kemudian mengorganisirnya dalam suatu proses pemecahan,

4
hingga diperoleh jawabannya atau bahkan gagal tidak mendapatkannya. Inilah
masalah matematika.
Fakta di atas seperti dikemukakan oleh Cooney (1975:242)
danWidyantini (2008:11) bahwa suatu soal akan menjadi masalah hanya jika
pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak
dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui si pelaku.
Hudojo (2005:123) mengungkapkan juga bahwa suatu pertanyaan akan
merupakan suatu masalah bagi seseorang hanya jika seseorang tidak
mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk
menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Identik pendapat-pendapat tersebut,
Suherman dkk. (2001:86) memberikan pengantar bahwa suatu masalah
biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus
dikerjakan untuk menyelesaikannya.
Pendapat dari ketiga sumber tersebut memberikan pemahaman kepada
kita bahwa masalah matematika adalah soal-soal matematika yang didalamnya
terdapat tantangan untuk dipecahkan atau dijawab dan pemecahannya tidak
bisa dilakukan dengan secara langsung menggunakan aturan, prosedur rutin
yang biasa digunakan. Sesuai pengertian itu, Hudojo (2005:124) menguraikan
syarat suatu soal matematika dipandang sebagai masalah bagi spesrta didik
apabila: (1) pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa haruslah dapat
dimengerti oleh siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan
tantangan baginya untuk menjawabnya, (2) pertanyaan tersebut tidak dapat
dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui siswa.
Pada intinya, masalah matematika adalah persoalan matematis yang
menyajikan fakta dan pertanyaan, yang pemecahannya tidak dapat segera
ditemukan melalui prosedur sederhana (tunggal), melainkan melibatkan
beberapa konsep dan prosedur, dan perlu ditempuh dengan strategi tertentu.
Masalah matematika memuat tingkat keluasan dan kedalaman konsep tertentu,
sehingga pemecahannya memerlukan analisis yang cermat, strategis, dan lintas
konsep.
b. Pengertian Pemecahan Masalah

5
Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah, seseorang
harus memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang diberi banyak latihan
pemecahan masalah memiliki nilai lebih tinggi dalam tes pemecahan masalah
dibandingkan anak yang latihannya lebih sedikit. Dan adanya rasa tertarik untuk
menghadapi tantangan dan tum buhnya kemauan untuk menyelesaikan
tantangan tersebut, merupakan modal utama dalam pemecahan masalah.
Pemecahan masalah matematika adalah upaya yang ditempuh untuk
mendapatkan jawaban atas masalah matematika, yang dilakukan dengan
melibatkan keterpaduan konsep matematis hingga diperoleh jawaban atau
pemecahan masalah tersebut.

2. Cara Mengajarkan Pemecahan Masalah


Karena pemecahan masalah merupakan kegiatan matematika yang sangat sulit
baik mengajarkan maupun mempelajarinya, maka sejumlah besar penelitian telah
difokuskan pada pemecahan masalah matematika. Pemecahan masalah
(matematika) merupakan tipe belajar Gagne yang paling tinggi. Posisi pemecahan
masalah yang strategis dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai tujuan
pembelajaran dan objek pembelajaran, menuntut pembelajaran dengan
pendekatan pemecahan masalah dan strategi pemecahan masalah. Semua itu
diarahkan pada pencapaian pengalaman belajar peserta didik memecahkan
masalah hingga diperoleh kemampuan memecahkan masalah. Untuk itu perlu
dipikirkan alternative upaya pembelajarannya bagi siswa.
Branca (1980, Roebyanto dan Yanti,menegaskan tiga interpretasi umum
pemecahan masalah, yaitu (1) pemecahan masalah sebagai sebagai tujuan (goal)
yang menekankan aspek mengapa matematika diajarkan, dan sasarannya
bagaimana memecahkan suatu masalah matematika, (2) pemecahan masalah
sebagai proses yang diartikan sebagai kegiatan aktif, yang penekanannya terletak
pada metode, strategi atau prosedur yang digunakan siswa dalam menyelesaikan
masalah hingga menemukan jawabannya, (3) pemecahan masalah sebagai
ketrampilan dasar (basic skill), yang menyangkut dua hal, yaitu (a) ketrampilan

6
umum siswa untuk kepentingan evaluasi, (b) ketrampilan minimum yang
diperlukan untuk dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara metodologis, pemecahan masalah bisa sebagai pendekatan, bisa
sebagai strategi atau metode pemecahan masalah. Sebagai metode belajar,
merupakan cara atau perlakuan terhadap materi (masalah) sehingga terbangun
interaksi peserta didik dengan masalah yang dipecahkan hingga diperoleh
pemecahan. Jika demikian, konsep metode belajar atau pembelajaran
pemecahan masalah membutuhkan cara-cara spesifik agar pemecahan masalah
sebagai proses dan ketrampilan dasar dapat diikuti dan dilakukan peserta didik
hingga mencapai tujuan pemecahan masalah. Untuk ini Hudojo (2005:131)
mengajukan metode penemuan dengan bimbingan pendidik. Namun jika
ditinjau dari pendidik sebagai pengajar pemecahan masalah, maka beberapa
cara yang dapat ditempuh antara lain ekspository, tanya jawab, diskusi
kelompok, atau metode lainnya.
Secara proses aktual, metode pemecahan masalah ditempuh dengan
menerapkan strategi dan pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan
pemecahan masalah berarti guru menyajikan pemecahan masalah sebagai
proses yang dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu, yang menurut pada ahli
dengan tahapan pokok sebagaimana tahapan pemecahan masalah dari Polya,
yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan, melaksanakan
pemecahan, dan melihat kembali hasil pemecahan. Pendekatan diperlukan agar
peserta didik mampu melakukan adaptasi dengan materi pelajaran. Masalah-
masalah matematika dan proses pemecahannya itulah dipandang sebagai materi
pelajaran. Tentunya pendekatan yang dimaksud bersifat metodologis atau
penyajian materi. Implementasi pendekatan tersebut adalah dengan
mengarahkan siswa untuk memanfaatkan strategi pemecahan masalah dalam
memecahkan masalah (soal) matematika.
Reys at.al. (1989, Ladinillah, 2008) memaparkan rangkuman hasil
penelitiannya tentang pembelajaran pemecahan masalah, yaitu:
1. Strategi pemecahan masalah secara khusus harus diajarkan sampai peserta
didik dapat memecahkan masalah dengan benar.

7
2. Tidak ada strategi yang optimal untuk memecahkan seluruh masalah (soal).
Beberapa strategi sering digunakan dari pada lainnya dalam setiap tahapan
pemecahan masalah.
3. Pendidik harus mengajarkan berbagai strategi kepada peserta didik untuk
dapat menyelesaikan berbagai bentuk masalah. Peserta didik harus dilatih
menggunakan suatu strategi untuk berbagai soal, atau menggunakan
beberapa strategi untuk suatu soal.
4. Peserta didik perlu dihadapkan pada masalah dengan cara pemecahan yang
belum dikuasainya (tidak biasa), dan mereka harus didorong untuk mencoba
berbagai alternative pendekatan pemecahan.
5. Prestasi atau kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah
berhubungan dengan tahap perkembangan peserta didik. Oleh karena itu,
tingkat kesukaran masalah yang diberikan harus sesuai dengan peserta didik.
Untuk merencanakan pembelajaran pemecahan masalah bagi siswa, Hudojo
(2005:130) menguraikan secara garis besar, yaitu: (1) merumuskan tujuan
pembelajaran, (2) menyiapkan pengetahuan prasyarat, dan (3) mengajarkan
pemecahan masalah. Rumusan tujuan pembelajaran adalah memecahkan masalah
matematika menggunakan konsep tertentu. Pengetahuan prasyarat termasuk di
dalamnya adalah pemahaman dan ketrampilan pada pengetahuan yang menjadi
syarat bagi proses pemecahan masalah yang disajikan. Untuk ini, Hudojo
(2005:130) menyarankan pendidik melakukan identifikasi apa-apa yang sudah
dipelajari peserta didik untuk suatu masalah yang akan diberikan. Masalah-masalah
yang cocok yang disajikan kepada peserta didik. Mengajarkan pemecahan masalah
merupakan inti pembelajaran pemecahan masalah.
Beberapa gagasan penting tentang pembelajaran pemecahan masalah,
dikemukakan Hudojo (2005:130) antara lain:
1. Untuk menyelesaikan masalah peserta didik perlu mendapatkan pendekatan
pedagogis, yakni dengan menyiapkan masalah yang bervariasi dan bermakna
bagi siswa dan membuat peserta didik tertarik memecahkannya.
2. Perlunya pemberian penghargaan berupa nilai atau penghargaan khusus, atau
pujian kepada peserta didik agar tertarik memecahkan masalah.

8
3. Masalah-masalah diberikan atau dipilih sendiri oleh peserta didik, untuk
kemudian dikerjakan secara individual dan dibicarakan dalam kelompok untuk
kemudian disajikan di kelas.
4. Menggunakan metode penemuan terbimbing, dengan penuntun secukupnya
sebagai bantuan untuk menyelesaikan masalah.
5. Beberapa penuntun yang perlu diberikan pendidik antara lain : memilih notasi
yang cocok, melukiskan dalam gambar, mengungkapkan pengalaman belajar
masa lampau, mengarahkan untuk menebak dan mengecek, mengarahkan
penyederhanaan masalah, mengerjakan dengan cara mundur, dan penggunaan
strategi lainnya.
Berdasarkan pada ide-ide pembelajaran pemecahan masalah di atas, dapat
disarikan bahwa pemecahan masalah sebagai materi pelajaran, tujuan pelajaran,
proses belajar, dan ketrampilan dasar, diajarkan bagi peserta didik dengan
berprinsip pada beberapa konsep, yaitu:
1. Pengajaran diawali dengan analisis tujuan yang relevan dengan tujuan
pemecahan masalah.
2. Pengajaran dengan menyiapkan dan memanfaatkan pemahaman, ketrampilan,
dan pengetahuan prasyarat sesuai konteks masalah yang dipecahkan.
3. Inti pembelajaran pemecahan masalah adalah melakukan aktivitas pemecahan
masalah yang tidak biasa dan bermakna bagi peserta didik, menggunakan
pendekatan pemecahan masalah dari Polya.
4. Menggunakan pendekatan pedagogic dan personal untuk mendorong dan
menarik peserta didik senang melaksanakan tugas pemecahan masalah.
5. Memberikan dan melatih penggunaan berbagai strategi untuk memecahkan
masalah yang bervariasi.
6. Menggunakan metode penemuan dan variasi metode lainnya dengan bantuan
atau tuntuan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan strategi pemecahan
masalah yang diberikan.
7. Melakukan penilaian kemampuan pemecahan masalah yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Untuk dapat mengajarkan pemecahan-masalah dengan baik, ada beberapa hal yang
harus dipertimbangkan antara lain : waktu yang digunakan untuk pemecahan

9
masalah, perencanaan, sumber yang diperlukan, peran teknologi dan manajemen
kelas.

Waktu
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah sangatlah relative. Jika
seseorang dihadapkan pada suatu masalah dengan waktu yang diberikan untuk
menyeesaikannya tidak dibatasi, maka kecendrungan orang tersebut tidak akan
mengkonsentrasikan pikirannya secara penuh pada proses penyelesaian masalah
yang diberikan.

Perencanaan
Aktivitas pembelajaran dan waktu yang diperlukan, harus direncanakan serta
dikoordinasikan sehingga peserta didik memiliki kesempatan yang cukup untuk
menyeesaikan berbagai masalah, belajar berbagai strategi pemecahan masalah dan
menganalisis serta mendiskusikan pendekatan yang mereka pilih.
Untuk menyediakan variasi permasalahan bagi peserta didk, soal-soal yang dibuat
dapat memuat hal- hal berikut :
a. Informasi berlebihan atau kurang
Contoh :
1. Sebuah dus memuat 2 lusin kue Rp. 200,00. Anna membeli 3 dus.
Berapakah kue yang dibeli Anna? (Informasi berlebih)
2. Deni bermaksud menambah bukunya agar banyak sama dengan banyak
buku yang dimiliki Ani yang berjumlah 15 buah. Berapa Deni harus
menambahkan bukunya ? (Informasi kurang )
b. Membuat estimasi
Contoh :
Nia memiliki uang sebesar Rp. 10.000,00. Cukupkah uang Nia untuk
membeli selusin buku yang harganya Rp. 750,00 perbuah dan selusin potlot
dengan harga Rp. 600,00 perbuah ?
c. Menuntut peserta didik untuk membuat pilihan tentang derajat akurasi yang
diperlukan.
d. Memuat aplikasi matematika bersifat praktis

10
e. Menuntut peserta didik untuk mengkonseptualkan bilangan-bilangan yang
terlalu besar ataupun kecil
f. Didasrkan atas minat peserta didik atau kejadian-kejadian di lingkungan
mereka
g. Memuat logic, penalaran, pengujian konjektur dan informasi yang masuk
akal
h. Menuntut penggunaan lebih dari satu strategi untuk mencapai solusi yang
benar
i. Menuntut adanya pengambilan keputusan

Sumber
Dalam pennyelesaian masalah soal-soal matematika maka pendidik dan peserta
didik harus memiliki buku-buku matematika agar dapat mengembangkan koleksi
terhadap pemecahan soal-soal matematika dalam pembelajaran.

Teknologi
Hal ini dibutuhkan untuk mempercepat proses pegerjaan soal matematika terutama
dalam perhitungan. Serta dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
menggunakan strategi pemecahan masalah.

Manajemen kelas
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam mengajarkan pemecahan masalah,
sehingga pelu untuk menset kelas seperti mengelompokkan peserta didik dalam
kelompok kecil atau dalam kelompok besar. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
dapat mengembangkan strategi pemecahan masalah baru dan mencoba untuk
menggunakannya pada permaslahan yang sama.

3. Strategi Pemecahan Masalah


Memenuhi tahapan pendekatan pemecahan masalah, utamanya tahap kedua
merencanakan pemecahan masalah, maka perlu memilih ide kreatif yang sesuai
dengan karakteristik masalah sebagai strategi pemecahan masalah. Bebicara
pemecahan masalah tidak lepas dari tokoh Polya(1993), menurutnya dalam

11
pemecahan masalah terdapat empat langkah yang dilakukan yaitu: (1) memahami
masalah, (2) merencanakan pemecahannya ,(3) menyeledaikan masalh sesuai
rencana langkah kedua, dan (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking
back).
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang strategi pemecahan
masalah yang mungkin diperkenalkan pada anak sekolah dasar dapat dilakukan
strategi sebagai berikut:
a. Strategi Act It Out
Strategi ini dapat membantu siswa dalam proses visualisasi masalah yang
tercakup dalam yang dihadapi. Dalam pelasksanaannya, strategi ini dilakukan
dengan menggunakan gerakan-gerakan fisik atau dengan gerakan benda-benda
kongrit. Gerakan fisik ini dapat membantu atau mempermudah peserta didik
dalam menemukan hubungan antara komponen-komponen yang tercakup dalam
suatu masalah.
b. Membuat Gambar atau Diagram
Strategi ini dapat membantu peserta didik untuk mengungkapkan informasi
yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antara komponen dalam
masalah tersebut dapat terlihat dengan terlihat dengan jelas. Pada saat pendidik
mencoba mengajarkan strategi ini, penekan perlu dilakukan bahwa gambar atau
diagram yang dibuat tidak perlu sempurna, terlalu bagus atau terlalu detail. Hal
yang perlu digambar atau dibuat diagramnya bagian-bagian terpenting yang
diperkirakan mampu memperjelas permasalahan yang dihadapi.
c. Menemukan Pola
Kegiatan matematika yang berkaitan dengan proses menemukan
suatu pola dari sejumlah data yng diberikan, dapat dimulai dilakukan melalui
sekumpulan gambar bilangan. Kegiatan yang dilakukan antara lain dengan
mengobservasi sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh kumpulan gambar atau
bilangan yang tersedia. Sebagai suatu strategi untuk pemecahan masalah
pencarian pola yang pada awalnya hanya dilakukan secara pasif melalui klu yang
diberikan pendidik, padasuatu saat keterampilan itu akan terbentuk dengan
sendirinya sehingga pada saat menghadapi permasalahan tertentu, salah satu
pertanyaan yang mungkin muncul pada benak seseorang antara lain adalah:

12
“Adakah pola atau keteraturan tertentu yang mengaitkan tiap data yang
diberikan?”. Tanpa melalui latiahn, sangat sulit bagi seseorang untukmenyadari
bahwa dalam permasalahn yang dihadapi terdapat pola yang bisa diungkap.
d. Membuat Tabel
Mengorganisasi data sebuah tabel dapat membantu kita dalam
mengungkapakan suatu pola tertentu serta dalam mengidentifikasi informasi
yang tidak lengkap.
e. Memperhatiakan Semua Kemungkinan Secara Sistematik
Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi mencari pola dan
menggambar tabel. Dalam menggunakan strategi ini, kita mungkin tidak perlu
memperhatikan keseluruhan kemungkinan yang bisa terjadi. Yang kita
perhatiakn adalah semua kemungkinan yang diperoleh dengan cara yang
sistematik. Yang dimaksud sistematik disini misalnya dengan
mengorganisisikan data bedasarkan kategori tertentu. Namun demikian, untuk
msalah-maslah tertentu, mungkin kita harus memperhatiakan semua
kemungkinan yang bisa terjadi.
f. Tebak dan Periksa (Guees and check)
Strategi menebak yang dimaksudkan disini adalah menebak yang
didasarkan pada alsan tertentu serta kehati-hatian. Selain itu, untuk dapat
melakukan tebakan dengan baik seseorang perlu memiliki pengalaman cukup
yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.
g. Strategi Keja Mundur
Suatu masalah kadang-kadang disajiakan dalam suatu cara sehingga yang
diketahui itu sebenarnya merupakan hasil dari proses tertentu, sedangakan
komponen yang ditanyakan merupakan komponen yang seharusnya muncul
lebih awal. Penyelesaian masalah seperti ini biasanya dapat dilakukan dengan
menggukan stategi mundur.
Contoh masalahnya adalah sebagai berikut.
Jika jumlah dua bilangan bulat adalah 12, sedangakan hasil kalianya 45,
tentukan kedua bilangan tersebut.

13
h. Menentukan yang diketahui, yang Dinyatakan dan Informasi yang terkenal
diperlukan.Strategi ini merupakan cara penyelesaian yang sangat terkenal
sehingga seringkali muncul dalam buku-buku matematika sekolah.
i. Menggunakan Kalimat Terbuka.
Strategi ini juga termasuk sering diberikan dalam buku-buku
matematika sekolah dasar. Walaupun strategi ini termasuk sering digunakan,
akan tetapi pada langkah awal seringkali mendapatkan kesulitan untuk
menentukan kalimat terbuka yang sesuai.Untuk sampai pada kalimat yang dicari,
seringkali harus melalui penggunaan strategi lain, dengan maksud agar
hubungan antar unsur yang terkandung di dalam masalah dapat dilihat secara
jelas. Setelah itu baru di buat kalimat terbukanya.
Berikut adalah contoh masalah yang dapt diselesaikan dengan menggunakan
strategi kalimat terbuka.
Dua pertiga dari suatu bilangan adalah 24 dan setengah dari bilangan
tersebut adalah 18. Berapakah bilangan tersebut?
j. Menyelesaikan Masalah yang Mirip atau Masalah yang Lebih Mudah.
Sebuah soal adakalanya sangat sulit untuk diselesiakan karena di dalamnya
terkandung permasalahan yang cukup kompleks misalnya menyangkut bilangan
yang sangat besar, bilangan sangat kecil, atau berkaitan dengan pola yang cukup
kompleks. Untuk menyelesaikan masalah seperti ini, dapat dilakukan dengan
menggunakan analogi penyelesaian masalah yang mirip atau masalah yang lebih
mudah.
k. Mengubah Sudut Pandang
Strategi ini seringkali digukan setelah kita gagal untuk menyelesaiakan
masalah dengan menggunakan strategi lainnya. Waktu itu mencoba
menyelesaikan masalah, sebenarnya kita mulai dengan sudut pandang tertentu
atau mencoba menggunakn asumsi-asumsi tertentu.Setelah kita mencoba
menggunakan suatu strategi dan ternyata gagal, kecendrungannya adalah
kembali memperhatikan soal dengan menggunakan sudut pandang yang sama.
Jika setelah menggunakan strategi lain ternyata masih tetap gagal, cobalah untuk
mengubah sudut pandang dengan memperbaiki asumsi atau memeriksa logika
berfikir yang digunakan sebelumnya.

14
4. Pentingnya Pemeriksaan Hasil Kembali (Looking Back)
Salah satu cara terbaik untuk mempelajari pemecahan masalah dapat
dilakukan setelah penyelesaian masalah selesai dilakukan. Memikirkan atau
menelaah kembali langkah-langkah yang telah dilakukan dsalam pemecahan
masalah merupakan kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan kemapuan
anak dalam pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diskusi dan
mempertimbangkan kembali proses penyelesaian yang telah dibuat merupakan
faktor penting yang bisa dikembangkan dalam langkah terakhir dari strategi Polya
dalam pemecahan masalah tersebut adalah : mencari kemungkinan adanya
generalisasi, melakukan pengecekan terhadap hasil yang diperoleh mencari cara
lain untuk menyelesaikan masalah yang sama, mencari kemungkinan adanya
penyelesaian lain, dan menelaah kembali proses penyelesaian masalah yang
telah dibuat.

5. Metakognisi
Metakognisi adalah suatu kata yang berkaitan dengan apa yang dia ketahui
tentang dirinya sebagai individu yang belajar bagaimana dia mengontrol serta
menyesuaikan perilakunya. Anak perlu menyadari akan kelebihan dan kekurangan
yang dimilikinya. Metakognisi merupakan kemampuan untuk melihat pada diri
sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Dengan
kemampuan ini seseorang dimungkinkan memiliki kemampuan tinggi dalam
pemecahan masalah, karena dalam setiap langkah yang ia kerjakan senantiasa
muncul pertanyaan “Apa yang saya kerjakan?”, “Mengapa saya mengerjakan ini?”,
“Hal apa yang bisa nembantu saya dalam memecahkan masalah ini?”.
Perkembangan metakognisi dapat diupayakan dengan cara dimana anak
dituntut untuk mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui dan mereka
kerjakan, dan untuk merefleksi tentang apa yang dia observasi. Beberapa hal yang
bisa dilakukan guru untuk menolong anak mengembangkan metakognisinya antara
lain dengan melakukan kegiatan-kegiatan berikut:
a) Ajukan pertanyaan yang berfokus pada apa dan mengapa.

15
b) Kembangkan berbagai aspek pemecahan masalah yang dapat meningkatkan
prestasi anak.
c) Dalam proses pemecahan suatu masalah, anak harus secara nyata
melakukannya secara mandiri atau berkelompok sehingga mereka merasakan
langsung liku-liku proses untuk menuju suatu penyelesaian.

6. Contoh Pembelajaran dalam Pemecahan Masalah


Pembelajaran matematika di sekolah pada umumnya lebih bersifat klasikal
yaitu guru berdiri di depan kelas, sedangkan peserta didik duduk rapi di tempat
duduk masing-masing. Pada system pembelajaran seperti ini, system komunikasi
yang terjadi cenderung satu arah yaitu guru aktif menerangkan, memberi contoh,
menyajikan soal, atau bertanya, sedangkan peserta didik duduk mendengarkan,
menjawab pertanyaan, atau mencatat materi yang disajikan pendidik. Untuk
memungkinkan terjadinya komunikasi yang lebih bersifat multi-arah, dengan
“small group discussion”.
Setelah peserta didik diberikan kesempatan beberapa saat untuk
mendiskusikan permasalahan yang disajikan, selanjutnya pendidik berkeliling
untuk memeriksa apakah ada kelompok yang telah siap menjelaskan hasil
diskusinya atau belum. Jika ternyata ada kelompok yang sudah siap dengan
jawabannya, guru mencoba mengajukan beberapa pertanyaan pada kelompok
tersebut.
Pada awalnya peserta didik terlihat agak kaku dalam mengikuti proses belajar
dengan setting kelompok kecil yang terdiri atas empat ayau lima orang. Namun
dalam proses selanjutnya mereka mulai bisa mengikuti dan melakukan diskusi
dengan baik dalam kelompok masing-masing karena mereka dihadapkan pada
tantangan yang menurut sebagian peserta didik cukup menyenangkan. Hal ini
terbukti antara lain pada saat suatu kelompok telah mampu menyelesaikan soal,
mereka memperlihatkan kecenderungan untuk mencoba masalah lainnya yang
tersedia.
Contoh pendekatan masalah yang dikemukakan oleh Polya:
Ada berapa cara yang bisa dilakukan untuk memperoleh jumlah uang sebesar
Rp. 25.000,00 dengan pecahan puluhan ribu, dan ribuan?

16
Penyelesaiannya :
a. Mencari masalah
Terdapat banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperoleh jumlah uang
sebesar Rp. 25.000,00. disini misalkan:
Puluhan ribu (P)
Lima ribuan (L)
Ribuan (R)
Tidak perlu digunakan semuanya sekaligus untuk mendapat jumlah yang
diinginkan. Dengan demikian 25 lembar uang ribuan adalah salah satu contohnya.
b. Merencanakan Pemecahan Masalah
Untuk menyelesaikan masalah ini dapat dilakukan melalui pemanfaatan
tabel.
c. Menyelesaikan Masalah
Dengan memperhatikan kombinasi tiga jenis pecahan yang diperoleh,
maka di dapat tabel :
P 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2
L 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 0 1
R 25 20 15 10 5 0 15 10 5 0 5 0
Dari tabel diatas terlihat bahwa terdapat 12 kemunginan pasangan uang
pecahan hingga di peroleh jumlah Rp. 25.000,00.
d. Melakukan Pemeriksaan Kembali
Periksa kembali jumlah untuk tiap kolom serta kemungkinan pasangan lain
yang belum termuat.

17
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan yang digunakan dalam
mempelajari suatu ilmu pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang
aktual menjadi suatu keadaan, seperti yang kita kehendaki dengan memperhatikan
prosedur pemecahan yang sistematis. Seperti yang dikemukakan oleh Polya,
prosedur pemecahan masalah ada empat langkah yaitu Memahami masalah,
Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah, Melaksanakan rencana yang
dibuat pada langkah kedua, Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh.
Dengan mengembangkan pembelajaran pemecahan masalah, peserta didik
dapat mengembangkan sikap kritis dan ilmiah.
Kekurangan pada pendekatan pemecahan masalah ini adalah membutuhkan
waktu lama, tidak semua masalah yang dapat diselesaikan dengan metode ini, guru
sulit mencari masalah yang tidak rutin.

2. Saran
Dengan adanya makalah ini tentang pemecahan masalah matematika, penulis
mengharapkan pembaca untuk dapat menggunakan dan mengaplikasikanya dalam
kehidupan sehari-hari, khusus pembelajaran matematika.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritikan dan masukan yang
membangun.

18
KEPUSTAKAAN

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. (2001).


Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer . Bandung : Penerbit JICA –
Universitas Pendidikan Indonesia

http://aanchoto.com/2010/10/2-pendekatan-pemecahan-masalah-matematika/

http://planetmatematika.blogspot.com/2011/01/pendekatan-pemecahan-masalah.html

Suherman,dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (common textbook edisi


revisi) . Bandung : Penerbit JICA – Universitas Pendidikan Indonesia

19

Anda mungkin juga menyukai