Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh

darah yang di dorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik atau

arteri darah adalah tekanan darah dalam system arteri tubuh yang juga

indikator yang baik tentang kesehatan kardiovaskular. Aliran darah mengalir

pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan. Darah mengalir dari daerah

yang tekanannya tinggi ke daerah yang tekanannya tinggi ke daerah yang

tekanannya rendah (Muttaqin, 2010:62)

Ada dua jenis ukuran tekanan darah yaitu tekanan sistolik dan tekanan

diastoik. Tekanan sistolik merupakan tekanan darah yang di hasilkan oleh

kontraksi ventrikel, yaitu tekanan pada puncak gelombang darah sedangkan

tekanan diastolik merupakan tekanan ventrikel pada saat istirahat

(Kozier,2010)

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.

Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis

di dalam tubuh. Tekanan darah merupakan kekuatan yang di hasilkan dinding

arteri dengan memompa darah dari jantung darah mengalir karena adanya

perubahan tekanan, dimanan terjadi perpindahan dari area bertekanan tinggi

ke area bertekanan rendah. Tekanan darah sistemik atau arterial merupaan


indikator yang paling baik untuk kesehatan kardovaskuler. Kekuatan kontraki

jantung mendorong darah dalam aorta (Potter &perry 2009)

Hipertensi yaitu tekanan darah yang terus menerus berada di atas nilai

normal diagnosis hipertensi di tetapkan ketika rata rata pengukuran dua

tekanan diastolik atau lebih dalam dua kali pengkajian setelah pengkjian awal

menunjukan niali 90 mmHg atau lebih atau ketika rerata pengukuran beberapa

tekanan sistolik lebih dari 140mmHg (Kozier,2010)

Tekanan darah yang abnormal apabila tekanan darah tidak terkontrol

akan mengakibatkan stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati, dan

kejang (Corwin, 2009) Dalam Retno 2012.

Hipotensi terjadi jika sistolik bernilai 90 mmHg atau kurang.Hipotensi

terjadi karena pelebaran arteri,hilangnya volume darah dalam jumlah banyak

(contoh : hemoragi), atau kegagalan otot jantung untuk memompa dengan

adekuat (contoh infark miokard) hipotensi yang berhubungan dengan kulit

yang pucat, lembab, peningkatan frekuensi jantung. Atau penurunan jumlah

urine bersifat mengancam jiwa harus di laporkan kepada penyedia pelayanan

kesehatan dengan segera (Potter & Perry,2009)

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah antara lain usia,

olahraga, stress, ras, obesitas, jenis kelamin, medikasi, variasi diurnal dan

proses penyakit (Kozier, 2010). Andria (2013) menyebutkan stres dapat

meningkatkan aktivitas saraf simpatis, sehingga dapat menaikkan tekanan

darah secara tidak menentu.


Stres adalah tanggapan atau reaksi terhadap berbagai tuntutan atau

beban atasnya yang bersifat non spesifik namun, disamping itu stres dapat

juga merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat dari suatu

gangguan atau penyakit. Faktorfaktor psikososisal cukup mempunyai arti bagi

terjadinya stres pada diri seseorang. Stres dalam kehidupan adalah suatu hal

yang tidak dapat dihindari (Yosep dan Sutini, 2014).

Menurut penelitian (Anggara 2015) ada hubungan antara pekerjaan

dengan tekanan darah pada penelitian ini ada hubungan yang bermakna,

dengan jumlah responden yang tidak bekerja dan menderita hipertensi 62,5% ,

sedangkan responden yang bekerja dan menderita hipertensi sebesar 15,7%.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahajeng (2009) yang menyatakan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan hipertensi.

Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Purniawaty (2010) yang menyatakan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan hipertens

Penelitain Ayada (2015) menunjukkan gangguan keseimbangan dalam tubuh

jika terjadi stres, menyebabkan risiko terkena hipertensi dan penyakit

kardiovaskular meningkat.

Kondisi stress pada seseorang secara terus menerus akan cenderung

meningkatkan rangsangan saraf simpatis. Peningkatan rangsangan saraf

simpatis yang terjadi secara terus menerus mengakibatkan peningkatan kerja

jantung dan tahanan vaskular perifer. Efek stimulasi saraf simpatis yang

berlangsung secara terus menerus akan meningkatkan tekanan darah

(Hadibroto et all, 2006) dalam Noer 2016.


Seseorang yang mengalami stres berdampak pada sistem pembuluh

darah, mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengakibatkan

gangguan aliran darah. Gangguan aliran darah diotak (perdarahan otak dan

penyumbatan pembuluh darah) yang berat dapat berakibat stroke dengan

risiko kelumpuhan dan bahkan kematian.Keausan arteriosklerosis dari arteri-

arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan.

Mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu

kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding yang kini tidak elastis, tidak dapat

lagi mengubah darah yang keluar dari jantung menjadi aliran yang lancar.

Hasilnya adalah gelombang denyut yang tidak terputus dengan puncak yang

tinggi (sistolik) dan lembah yang dalam (diastolik) (Wolff , 2008).

Stress pekerjaan adalah bagian dari stress kehidupan,stress yang begitu

hebat yang melampaui batas-batas toleransi akan berkaitan langsung dengan

psikis dan ketidakmampuan fisik.(Anoraga 2014) Stres kerja dapat berdampak

buruk pada kondisi kejiwaan apabila tidak dilakukan penanggulangan.

Efektivitas kerja dapat pula menjadi terganggu,karena pada umumnya apabila

seseorang mengalami stres, maka akan terjadi gangguan baik itu pada

psikologisnya maupun keadaan fisiologis(Kasmarani, 2012)

Manusia pada umumnya memiliki beberapa tingkat tantangan dan

kesulitan kerja di setiap pekerjaanya.Kesulitan kerja itu sendiri sebenarnya

tidak menimbulkan ketidakpastian,frustasi,berkurangnya motivasi dan

akhirnya menimbulkan kejenuhan.Kejenuhan yang timbul dari beban kerja

yang berlebihan ini akan menimbukan ketegangan yang biasa di sebut stress

kerja (Rini 2002)dalam wildani 2012.


Tekanan yang di rasakan oleh pekerja dapat berasal dari faktor faktor

intrinsik dalam pekerjaan yang menimbulkan kebosanan karena pekerjaan

yang berulang ulang dan tempat yang bising, konflik peran, adanya karir yang

tidak berkembang hubungan yang buruk dengan rekan sekerja maupun dengan

atasan, di tambah lagi adanya struktur organisasi yang jelek aturan main yang

terlalu kaku,sedikitnya keterlibatan atasan, serta ciri individu dalam

menghadapi situasi yang di hadapi (wildani 2012)

Menurut European Foundation for the Improvement of Living and

Working Conditions dalam yunus (2011) stress kerja merupakan kasus nomor

dua terbesar di eropa yang berkaitan dengan pekerjaan, masalah kesehatan

diantaranya yaitu, mengalami penyakit jantung, sakit punggung, hipertensi,

stroke dan gangguan musculoskeletal. Gangguan - gangguan fisiologis dan

psikologis yang disebabkan oleh stress ini turut berkontribusi terhadap angka

kesakitan, kecacatan, dan kematian. Stress mengakibatkan 11% dari

kecelakaan industrial dan 75 -90% kunjungan pada dokter perusahaan adalah

akibat stress. Di Inggris, 500,000 pekerja ditemukan menderita stress yang

berhubungan dengan kerja, hal ini diperkirakan meningkat 30% dari tahun

1990( Smith 2000, dalam yunus, 2011).

Menurut WHO tahun 2014 di banyak Negara sekitar 8% penyakit yang

di timbulkan kerja adalah depresi.Hasil penelitian Labor Source Survey pada

tahun 2014 menemukan adanya 440.000 kasus stress akibat kerja di inggris

dengan angka kejadian sebanyak 1380 kasus per 100.000 pekerja yang

mengalami stress akibat kerja.Sebesar 35% stress akibat kerja berakibat fatal
dan diperkirakan hari kerja yang hilang sebesar 43%. Berdasarkan survei

statistik kesehatan Autralia Barat dinyatakan bahwa pekerja laki-laki

kehilangan kira-kira 50,8 hari kerja dan pekerja wanita kehilangan kira-kira

58,5 hari kerja.Survei yang dilakukan oleh Regus Asia (2012) menyatakan

bahwa 64% pekerja di Indonesia mengalami peningkatan stress dibandingkan

tahun 2011.(Rriskerdas 2013)

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengelola stress salah satunya

dengan melakukan upaya kekebalan stress dengan mengatur pola hidup sehari

hari seperti makan dan pergaulan.selain itu terapi farmakologis dan non

farmakologis juga sangat berperan untuk dapat mengelola stress dengan

baik.Terapi non farmakologis dilakukan dengan konseling kepada petugas

medis yang berkompeten. Sedangkan terapi non farmakologis dilakukan bila

perlu dengan mengkonsumsi obat yang telah di adviskan oleh dokter. (Hawari

2008)dalam Prasetyorini 2008.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 22 Oktober

2017 yang dilakukan di Desa klepu kecamatan pringapus. Melalui wawancara

dan pemeriksaan tekanan darah pada 6 responden, terdapat 1 orang responden

mempunyai riwayat hipertensi mengalami stress sedang,3 diantaranya

menunjukkan gejala stress ringan ditandai dengan mudah merasa tersinggung,

mudah merasa kesal, mudah marah mengalami pree hipertensi, dan terdapat 2

orang responden dengan tingkat stress sedang dan bila sedang stress merasa

pusing dan tekanan darah meningkat.


Melihat fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengetahui hal yang

paling berpengaruh stress dengan tekanan darah, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Stress Terhadap Tekanan Darah

pada dewasa muda pekerja garment di Desa Klepu Kecamatan Pringapus.

B. Rumusan Masalah

Seseorang yang mengalami stres berdampak pada sistem pembuluh

darah, mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengakibatkan

gangguan aliran darah. Jika stres terjadi secara terus menerus akan cenderung

meningkatkan rangsangan saraf simpatis. Peningkatan rangsangan saraf

simpatis yang terjadi secara terus menerus mengakibatkan peningkatan kerja

jantung dan tahanan vaskular perifer. Efek stimulasi saraf simpatis yang

berlangsung secara terus menerus akan meningkatkan tekanan darah.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti dapat merumuskan

pertanyaan penelitian yaitu, adakah hubungan antara tingkat stress dengan

tekanan darah pada dewasa muda pekerja garment di desa klepu kecamatan

pringapus

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat stress terhadap tekanan darah pada pekerja

garment di desa klepu kecamatan pringapus


2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran tingkat stress pada pekerja garment di desa

klepu kecamatan pringapus

b. Mengetahui gambaran tekanan darah pada pekerja garment di desa

klepu kecamatan pringapus

c. Menganalisis hubungan tingkat stress terhadap tekanan darah pada

pekerja garment di desa klepu kecamatan pringapus

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi pekerja garment di desa klepu kecamatan pringapus

Sebagai informasi faktor yang berhubungan dengan tekanan darah

agar masyarakat dapat mengetahui faktor yang berhubungan dengan

penyakit ini sehingga dapat melaksanakan pencegahan dan

pengendaliannya.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Merupakan bahan masukan untuk melakukan identifikasi hubungan

stress dengan tekanan darah pada pekerja.Bahkan dapat dipakai sebagai

bahan masukan untuk kegiatan penelitian sejenis di kemudian hari.

3. Bagi Fakultas ilmu keperawatan Universias Ngudi Waluyo

Merupakan bahan masukan dan informasi untuk kepentingan

pendidikan dan tambahan kepustakaan dalam penelitian mengenai

hubungan stress dengan tekanan darah


4. Bagi Peneliti

a. Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan

ilmu yang di dapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan

pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.

b. Menambah pengetahuan peneliti mengenai hubungan stress dengan

tekanan darah pada dewasa muda pekerja garment

Anda mungkin juga menyukai