Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
“ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI “

Disusun Oleh :

ATINA
NPM: 1726010070.P

Preseptor Co. Preseptor

(Ns. Ade Herman Surya Direja, S.Kep, MAN) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA) : ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI


II. Definisi
A. Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain
tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 1998).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diriakan menghindari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi
pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).

B. Tanda dan Gejala


Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan (data objektif) :
1. Apatis, ekspresi, afek tumpul.
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri dari orang
lain.
3. Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain atau perawat.
4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah – klien kurang mobilitasnya.
6. Menolak hubungan dengan orang lain – klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah
tangga sehari-hari tidak dilakukan.
8. Posisi janin pada saat tidur.
Data subjektif sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi, beberapa data
subjektif adalah menjawab dengan singkat kata-kata “tidak”, “ya”, “tidak tahu”
(Khaidir Muhaj, 2009).
C. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Respon Adpatif : respon individu dlm menyelesaikan masalah yang masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang umum berlaku (masih dalam batas
normal), Menyendiri : respon seseorang untuk merenungkan apa yang telahmeliputi :
dilakukan di lingkungan sosial dan juga suatu cara mengevaluasi diri. Otonomi
:Kemampuan individuuntuk menentukan langkah berikutnya. menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, Kebersamaan : individu
mampu saling mendukung (bee_robby, 2011).
Respon mal adaptif : respon individu dlm penyelesaian masalah menyimpang dari
norma-norma. Manipulasi : orang lain dan budaya lingkungannya, meliputi : diperlakukan
sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, Impulsif : individu impulsif tidak
mampu, bukan pada orang lain merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat Narkisisme : hargadiandalkan diri yang rapuh, secara terus
menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris, pencemburu,
marah jika orang lain tidak mendukung

D. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang
lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari
orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan (Khaidir Muhaj,
2009).
Sedangkan sumber lain menyebutkan faktor predisposisi terjadi karena beberapa
faktor :
a. Faktor tumbang : Faktor tugas perkembangan pada fase tumbang tidak terselesaikan
komunikasi dalam keluarga : komunikasi yang tidak jelas (suatu keadaan dimana
seorang anggota keluarga menerimapesan yang saling bertentangan dalam waktu yang
bersamaan), ekpresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
b. Faktor sosial budaya : isolasi sosial/ mengasingkan diri dari lingkungan sosial.
Disebabkan norma-norma yang salah dianut keluarga, seperti : anggota keluarga tidak
produktif (lansia, berpenyakit kronis).
c. Faktor biologis : penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya gangguan
dalam otak, seperti pada skizofrenia terdapat struktur otak yang abnormal (atropi otak,
perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah kortikal) {bee_robby,
2011}.
E. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga
dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang
terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga
sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan
(Stuart and Sundeen, 1995).
Sedangkan sumber lain menyebutkan faktor predisposisi terjadi karena beberapa
faktor :
a. Faktor eksternal : Faktor presipitasi stressor social budaya : stres yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya ( keluarga).
b. Faktor Internal : stresor psikologik : stres terjadi akibat ansietas berkepanjangan disertai
keterbatasan kemampuan mengatasinya{bee_robby, 2011}.

F. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).

III. A. Pohon masalah


Risit mencederai diri ,orang lain,dan lingkungan

GPS:Halusinasi

Isolasi sosial

Harga diri rendah

Koping keluarga tidak efektif

B. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah
sebagai berikut :
 Isolasi sosial : menarik diri
 Gangguan konsep diri : harga diri rendah
 Resiko perubahan sensori persepsi
 Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain.
 Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
 Intoleransi aktifitas.
 Kekerasan resiko tinggi. (Khaidir Muhaj, 2009)
C. Data Yang Perlu Dikaji
Data objektif dan data subjektif yang mungkin muncul pada klien penderita Menarik diri
adalah:
Data Subjektif Data Objektif
 Pasien merasa lemah  Gangguan pola makan : tidak nafsu
 Pasien mengatakan malas untuk makan atau makan berlebihan.
beraktivitas  Berat badan menurun atau meningkat
 Pasien merasa tidak berdaya. secara drastis.
 Kemunduran secara fisik.
 Tidur berlebihan.
 Tinggal di tempat tidur dalam waktu
yang lama.
 Banyak tidur siang.
 Kurang bergairah.
 Tidak memperdulikan lingkungan.
 Kegiatan menurun.
 Immobilisasai.
 Mondar-mandir (sikap mematung,
melakukan gerakan berulang).
 Keinginan seksual menurun.

IV. Daftar Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul, yaitu :
1. Isolasi sosial : menarik diri.
2. Gangguan konsepdiri : harga diri rendah.
3. Resiko perubahan sensori persepsi.
4. Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain.
5. Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
6. Intoleransi aktifitas.
7. Perilaku Kekerasan.
V.RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa : Isolasi social : menarik diri
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Pasien mampu: Setelah.....x pertemuan, pasien mampu : SP 1

 Menyadari penyebab isolasi  Membina hubungan saling percaya  Identifikasi penyebab


sosial.  Menyadari penyebab isolasi sosial, o Siapa yang satu rumah dengan pasien
 Berinteraksi dengan orang keuntungan dan kerugian berinteraksi o Siapa yang dekat dengan pasien
lain. dengan orang lain. o Siapa yang tidak dekat dengan pasien
 Melakukan interaksi dengan orang lain o Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
secara bertahap. o Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain.
o Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain
o Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka.
o Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
o Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien
 Latih berkenalan
o Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
o Berikan contoh cara berinteraksi dengan orang lain
o Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan dihadapan perawat.
o Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman / anggota
keluarga.
o Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan 2,3,4 orang dan seterusnya.
o Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilkukan oleh
pasien
o Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain, mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya, beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
 Masukkan jadwal kegiatan pasien.
SP 2

 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)


 Latih berhubungan sosial secara bertahap
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3

 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)


 Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu merawat pasien Setelah.....x pertemuan, keluarga mampu SP 1
dengan isolasi sosial di rumah menjelaskan tentang :
 Identifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien
 Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada  Penjelasan isolasi sosial
pasien.  Cara merawat pasien isolasi sosial
 Penyebab isolasi sosial  Latih (simulasi)
 Sikap keluarga untuk membantu pasien  RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien.
mengatasi isolasi sosialnya. SP 2
 Pengobatan yang berkelanjutan dan
mencegah putus obat  Evaluasi kemampuan SP 1
 Tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang  Latih (langsung ke pasien)
tersedia bagi pasien.  RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien.
SP 3

 Evaluasi kemampuan SP 1
 Latih (langsung ke pasien)
 RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien.
SP 4

 Evaluasi kemampuan keluarga


 Evaluasi kemampuan pasien
 Rencana tindak lanjut keluarga
 Follow Up
 rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Bee_robby.2011. Askep Isolasi sosial.http://www.scribd.com
Depkes.2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Khaidir Muhaj, 2009. Askep menarik diri.http://khaidirmuhaj.blogspot.com.
Anna Budi Keliat, SKp. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3.Jakarta : EGC. 1998
Townsend. (1998). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan
Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Stuart, Sudden, 1998.Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai