Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Aspek kessehatan
Kesehatan merupakan salah satu hal yang menunjang bagi kehidupan seorang pekerja
bangunan. Baik kesehatan bagi dirinya sendiri maupun keluarganya. Kesehatan juga
sangat mempengaruhi kinerja dari seorang pekerja bangunan. Jika kondisi kesehatannya
sedang menurun maka konsentrasi dan efektifitasnya bekerja menurun selain itu juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat menimbulkan
kerugian. Oleh karena itu, kesehatan bagi para pekerja bangunan merupakan hal penting
yang perlu diperhatikan.
Untuk menjamin kesehatan pekerja bangunan biasanya pihak perusahaan atau
pengembang menyediakan jaminan kesehatan bagi pekerja bangunan. Namun, ada juga
beberapa pekerja yang memang sudah memiliki jaminan kesehatan sendiri. Saat ini, di
Indonesia sendiri sudah dikembangkan sistem jaminan kesehatan nasional (JKN). Dimana
sistem tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat Indonesia yang sakit agar
segera mendapatkan pengobatan. Peserta jaminan kesehatan nasional tersebut harus
membayar iuran yang dicicil setiap bulan dan berdasarkan kelas yang dipilih.
Sebelumnya pemerintah memiliki program yaitu jaminan sosial dan ketenagakerjaan
(JAMSOSTEK). Program ini diberikan bagi karyawan dan pekerja yang bekerja di suatu
perusahaan. Jaminan tersebut juga termasuk jaminan kesehatan bagi karyawan dan
pekerja. Saat ini, jaminan kesehatan dari JAMSOSTEK telah melebur ke dalam sistem
jaminan kesehatan nasional dan untuk bidang sosial dan ketenagakerjaan dibuat badan
sendiri yaitu BPJS Ketenagakerjaan. Namun, belum semua perusahaan dan pengembang
berpartisipasi dalam program tersebut.
Berikut ini adalah hasil wawancara pada 6 orang pekerja bangunan tentang jaminan
kesehatan yang mereka miliki.

Jaminan Kesehatan pada Pekerja


Bangunan
5
4
3
2
Jumlah Kuli Bangunan
1
0
Ya Tidak
Jaminan Kesehatan
Wawancara dilakukan pada 6 orang pekerja bangunan. Berdasarkan hasil wawancara
didapatkan 4 orang yang memiliki jaminan kesehatan dari perusahaan atau pengembang
proyek sedangkan 2 orang pekerja tidak memiliki jaminan kesehatan. 4 orang pekerja yang
memiliki jaminan kesehatan merupakan pekerja yang membangun proyek MRT. Jaminan
kesehatan diberikan oleh pihak pengembang proyek. Fasilitas kesehatan yang diberikan
sesuai dengan derajat penyakit pasien. Pekerja mengaku tidak memiliki rumah sakit rujukan
dan tidak memiliki kartu peserta jaminan kesehatan dari perusahaan atau pengembang
proyek. Namun, secara individual 4 orang pekerja tersebut tidak memiliki jaminan kesehatan
individual maupun jaminan kesehatan untuk keluarga. Sedangkan, 2 orang pekerja bangunan
yang tidak memiliki jaminan kesehatan merupakan pekerja bangunan di gedung Pasca
Sarjana UIN Jakarta. Kedua pekerja tersebut merupakan pekerja bangunan lepas dan tidak
terikat dengan pengembang proyek yang besar. Seorang pekerja mengaku lebih suka berobat
ke puskesmas karena lebih murah dan terjangkau. Pekerja lain mengaku lebih suka berobat ke
klinik swasta karena lebih cepat.
Secara individu, kedua pekerja tersebut tidak memiliki jaminan kesehatan. Namun,
ada salah satu pekerja yang memiliki jaminan kesehatan untuk istrinya yang sedang sakit.
Pekerja tersebut ikut serta dalam program BPJS kelas 2. Setiap bulan ia membayar uang iuran
untuk jaminan kesehatan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan
masih minimnya kesadaran dan pengetahuan pekerja mengenai kesehatan baik untuk individu
maupun keluarganya selain itu jaminan kesehatan yang diberikan kepada pekerja saat ini juga
kurang maksimal.
Perlu dilakukan suatu pengembangan di dalam komunitas pekerja bangunan tersebut
untuk meningkatan derajat kesehatan bagi pekerja bangunan. Usaha pengembangan
komunitas pekerja bangunan yang dapat dilakukan, antara lain :
1. Penyuluhan mengenai kesehatan, keselamatan kerja dan jaminan kesehatan
untuk keluarga pekerja
- Pemaparan Kegiatan
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan gambaran kurangnya kesadaran dari
pekerja bangunan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Pekerja bangunan
tersebut tidak memiliki jaminan kesehatan secara individu. Oleh karena itu
kegiatan penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pekerja
bangunan terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja bangunan serta
meningkatkan kesadaran pekerja untuk memiliki jaminan kesehatan baik bagi
dirinya maupun untuk keluarganya.
- Bentuk Kegiatan
Penyuluhan mengenai kesehatan, keselamatan kerja dan jaminan kesehatan untuk
pekerja bangunan.
Materi yang diberikan :
1. Pentingnya penggunaan alat perlindungan diri
2. Mencegah Musculoskeletal Disorder pada Pekerja Bangunan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain :
 Exercise  latihan peregangan untuk melenturkan otot, meningkatkan
elastisitas, dan memperoleh kenyamanan pada otot  untuk relaksasi otot
dan mengurangi rasa nyeri
 Postur tubuh yang baik
 Diet yang bergizi
3. Pentingnya jaminan kesehatan untuk diri sendiri dan keluarga

- Sasaran Kegiatan
Seluruh pekerja bangunan

- Waktu dan Tempat Kegiatan


Waktu : Pukul 08.00 – 10.00 WIB, tanggal 1 Desember 2015
Tempat : Aula Kantor Penyelenggara Proyek

- Rencana Anggaran
No. Jenis Pengeluaran Total Pengeluaran
1. Iuran pembicara Rp. 300.000,-
2. Konsumsi untuk pekerja Rp. 250.000,-
50 x @ 5000
Total Pengeluaran Rp. 550.000,-

- Indikator Keberhasilan
1. Jumlah kehadiran pekerja bangunan dalam kegiatan penyuluhan minimal 60%
2. Menurunkan angka kecelakaan kerja
3. Menurunnya angka pekerja yang mengalami musculoskeletal disorder
4. Meningkatnya angka pekerja yang ikut serta dalam jaminan kesehatan
nasional (minimal 50%)

- Evaluasi Kegiatan
1. Kegiatan penyuluhan dilakukan sebelum pekerja memulai kerja
2. Penyuluhan dapat dilakukan setiap 3 – 6 bulan

3. Sharing with Developer

- Pemaparan kegiatan
Kegiatan ini berupa diskusi antara fasilitator dan pekerja bangunan serta
penyelenggara proyek mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja
bangunan. Diskusi tersebut bertujuan agar pihak penyelenggara proyek lebih
memperhatikan kondisi pekerja terutama kesehatannya. Pekerja bangunan yang
hadir dalam diskusi merupakan perwakilan yang ditunjuk oleh pekerja bangunan
yang sedang bekerja di proyek tersebut.

- Bentuk kegiatan
Diskusi antara pekerja bangunan, fasilitator dan pihak penyelenggara proyek
Materi diskusi :
1. Pemaparan mengenai kondisi kesehatan pekerja bangunan saat ini
2. Masalah kesehatan pada pekerja bangunan (contoh : jumlah pekerja yang
mengalami musculoskeletal disorder)
3. Pemberian saran  memberikan kartu jaminan kesehatan bagi pekerja
bangunan dan melakukan screening kesehatan bagi pekerja secara berkala

- Sasaran kegiatan
Pekerja bangunan (maksimal 5 orang), pihak penyelenggara proyek (humas/HRD)

- Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu : Pukul 08.00 – 10.00 WIB, 8 Desember 2015
Tempat : Kantor Penyelenggara Proyek

- Rencana Anggaran : tidak ada


- Indikator keberhasilan :
1. Setiap pekerja memiliki kartu jaminan kesehatan
2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala setiap 3 bulan sekali bagi para pekerja
bangunan
3. Sharing rutin dilaksanakan setiap 6 bulan sekali  disesuaikan dengan
lamanya proyek

Anda mungkin juga menyukai