Anda di halaman 1dari 48

PRESENTASI KASUS

STATUS ASMATIKUS

Pembimbing: dr. Ririek Andri Christianto, MARS, Sp. EM


Oleh : dr. Syifa Qurrotu Aini

Program Internship Periode September 2017-2018


RSUD dr. DRAJAD PRAWIRANEGARA SERANG
Identitas Pasien
• Nama : Tn. S
• Jenis Kelamin : Laki – Laki
• Usia : 31 tahun
• Agama : Islam
• Alamat : Karang Asem, Taktakan
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Pendidikan terakhir : Tamat SMP
• Suku : Sunda

Pasien datang ke IGD pada tanggal 25 Juni 2018. Anamnesis


dilakukan secara langsung ke pasien dan alloanamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : sesak nafas yang semakin memberat sejak 8 jam smrs

Sehari sebelumnya pasien sempat


mengalami sesak nafas, lalu dibawa ke Sesak semakin memberat
klinik dan diuap. Setelah diuap sesak setelah pasien kehujanan,
sedikit berkurang. Namun, sejak pukul 2 batuk, pilek dan demam
pagi sesak tidak berkurang walaupun disangkal oleh pasien, sakit
sudah diuap, saat sesak pasien hanya kepala +
mampu mengucapkan satu kata

Dalam satu bulan terakhir pasien mengalami sesak


sebanyak lebih dari 2 kali/minggu, sesak nafas sangat
mengganggu aktifitas pasien, dalam satu bulan terakhir
sering terbangun pada malam hari (>2 kali/bulan) karena
sesak
Riwayat Penyakit Dahulu
 Sejak kecil pasien sudah pernah mengalami gejala yang
sama
 Sesak biasanya muncul karena udara dingin dan hilang
dengan penggunaan inhaler “berotec” atau diuap
 Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan TBC disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

 Ibu pasien juga menderita penyakit asma sejak kecil


hingga saat ini masih sering kambuh
Riwayat Lingkungan & Kebiasaan

 Pasien adalah seorang pekerja lapangan dan jarang


menggunakan masker  sering terapar debu
 Merokok lebih dari 10 tahun sebanyak setengah bungkus
perhari, saat tidak merokok sejak 2 tahun
Pemeriksaan Fisik

 Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 140/80 mmHg
 Nadi : 97x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
 Napas : 35x/menit, reguler
 Suhu : 36,4C (diukur pada aksilla dextra)
 SaO2 : 80%  O2 10 lpm NRBM  92%
Pemeriksaan Fisik (2)

 Kepala : normochepal
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
 Wajah : dbn
 THT : dbn
 Leher : pembesaran KGB -/-, JVP tidak meningkat
 Thorax : simetris +/+, retraksi sela iga +
 Cor : bunyi jantung I & II normal reguler, gallop (-), murmur
(-)
 Pulmo : suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing ekspirasi
(+/+), ekspirasi memanjang +/+
Pemeriksaan Fisik (3)

 Abdomen : tegang, BU + N, tidak teraba pembesaran hepar dan lien


 Ekstremitas : akral hangat +/+, CRT < 3 detik
 Kulit : sianosis (-), ikterik (-), ptekie (-)
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,3 12 – 15,3
Leukosit 12.670 4400 – 11.300
Hematokrit 40,6 35 - 47
Trombosit 361.000 140.000 –
440.000
KIMIA DARAH
Natrium 132,5 135 – 148
Kalium 3,87 3,3 – 5,3
Klorida 98 96 – 111
Ureum 15 6 – 46
Kreatinin 0,9 0,57 – 1,25
GDS 124 Normal < 100

Kesan : leukositosis dan hiponatremia


Pemeriksaan Rontgen Thorax PA
Resume
Pasien atas nama Tn. S datang dengan keluhan sesak nafas sejak 8 jam smrs. Sesak
nafas sudah dirasakan pasien sejak 1 hari yang lalu, kemudian semakin lama
semakin memberat sejak 8 jam smrs. Sesak semakin berat setelah pasien
kehujanan. Pasien sudah dinebulasi di klinik namun belum ada perubahan.

Keluhan batuk dan demam disangkal oleh pasien. Dalam satu bulan terakhir , sesak
dialami pasien sebanyak lebih dari 2 kali/minggu. Sesak sangat mengagnggu
aktifitas pasien. Pasien sering terbangun pada malam hari karena sesak >2
kali/bulan. Pasien memiliki riwayat asma sejak kecil dan muncul jika suhu udara
dingin

Pasien juga sering menggunakan obat berotec untuk meredekan gejala asamanya
jika kambuh. Ibu pasien juga menderita asma. Pasien dulu merupakan seorang
perokok aktif selama lebih dari 10 tahun (setengah bungkus per hari), saat ini
sudah 2 tahun tidak merokok.
Resume

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien TSB, kesadaran compos
mentis, TD 140/80, frekeunsi nadi 97 x/menit, RR 35 kali/menit, saturasi oksigen 80%.
Pada pemeriksaan thoraks didapatkan adanya retraksi di sela iga, pada pemeriksaan
paru didapatkan adanya wheezing ekspirasi di kedua lapang paru dan adanya ekspirasi
memanjang. Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan adanya
leukositosis dan hiponatremia. Hasil pemeriksaan rontgen dalam batas normal.
Diagnosis

 Diagnosis kerja :
Status asmatikus
 Diagnosis banding :
1. PPOK
2. Bronkitis Kronik
Terapi di IGD

 IVFD NS 20 tpm
 02 10 lpm NRBM
 Nebulasi salbutamol 5 mg/Ipatropium 0,5 mg setiap 30 menit
 Metilprednisolone 125 mg IV
 MgSo4 1 gr/500cc habis dalam 1 jam
 Ranitidin 2x1 amp
Prognosis

Ad vitam : ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam


TINJAUAN PUSTAKA
ASMA
Definisi Asma

Kelainan berupa inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan


hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang dapat
menimbulkan gejala mengi, batuk, sesak napas dan dada terasa berat
terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversible
baik dengan atau tanpa pengobatan

Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespon
terhadap terapi konvensional, dan serangan dapat berlangsung lebih dari 24
jam
Epidemiologi Asma (1)
Epidemiologi Asma(2)
Di Indonesia, berdasarkan RISKESDAS tahun 2013 Prevalensi asma pada semua
umur 4,5%.

Pada tahun 2007 ada 18 provinsi


yang mempunyai prevalensi
penyakit asma melebihi angka
nasional yaitu Gorontalo, Sulawesi
Tengah, Papua Barat, Kalimantan
Selatan, Aceh, Nusa Tenggara
Timur, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi Tenggara, Jawa Barat,
Belitung, Kaimantan Tengah, Sulsel,
Sulbar, Kalbar, Sumbar, Papua dan
DI Yogyakarta
Epidemiologi Asma (3)
Epidemilogi Asma (4)

Prevalensi status asmatikus


pasien rawat inap berdasarkan
umur tertinggi pada umur 25 –
44 tahun yaitu sebesar 31,56%
dan prevalensi terendah usai 7
– 28 hari sebesar 0,05%.
Sementara prevalensi status
asmatikus rawat jalan
berdasarkan umur tertinggi pada
umur 25 – 44 tahun yaitu
29,95% dan prevalensi
terendah usia 7 – 28 hari
sebesar 0,43%
Etiologi
Sensitisasi, yaitu individu dengan risiko genetik (alergik/atopi, hipereaktivitas bronkus, jenis kelamin dan ras) dan
lingkungan (alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status
sosioekonomi dan besarnya keluarga) apabila terpajan dengan pemicu (inducer/sensitisizer) maka akan menimbulkan
sensitisasi pada dirinya. Faktor pemicu tersebut adalah alergen dalam ruangan: tungau, debu rumah, binatang berbulu
(anjing, kucing, tikus), jamur, ragi dan pajanan asap rokok.

Inflamasi, yaitu individu yang telah mengalami sensitisasi, belum tentu menjadi asma. Apabila telah terpajan dengan
pemacu (enhancer) akan terjadi proses inflamasi pada saluran napas. Proses inflamasi yang berlangsung lama atau proses
inflamasinya berat secara klinis berhubungan dengan hipereaktivitas. Faktor pemicu tersebut adalah salah satunya
rinovirus

Serangan asma, yaitu setelah mengalami inflamasi maka bila individu terpajan oleh pencetus (trigger) maka
akan terjadi serangan asma.
Faktor Lingkungan Faktor Lingkungan Mencetuskan

Etiologi Mempengaruhi berkembangnya


asma pada Individu dengan
Eksaserbasi dan atau
Menyebabkan gejala – gejala
predisposisi asma asma menetap
1. Alergen di dalam rumah : mite 1. Alergen di dalam dan di luar
domestik, alergen binatang, ruangan
alergen kecoa, jamur 2. Polusi udara di dalam dan di luar
 Beberapa kromosom telah diidentifikasi 2. Alergen di luar ruangan : tepung ruangan
berpotensi menimbulkan asma, antara
sari bunga, jamur 3. Infeksi pernapasan
lain CD28, IGPB5, CCR4, CD22, IL9R, NOS
1, reseptor agonis beta 2, GSTP1, dan gen 3. Bahan di lingkungan kerja : 4. Perubahan cuaca
– gen yang terlibat dalam menimbulkan perokok pasif dan perokok aktif 5. Sulfur dioksida
asma dan atopi yaitu IRF2, IL – 3, IL- 4, IL- 4. Polusi Udara : polusi udara di 6. Makanan, aditif, obat – obatan
5, IL-13, IL- 9, CSF 2 GRL 1, ADRB2, CD14, dalam rungan dan di luar 7. Asap rokok
HLAD, TNFA, TCRG, IL-6, TCRB, YMOD ruangan 8. Iritan
5. Infeksi saluran nafas : hipoestesi
higiens
6. Infeksi parasit
7. Status sosioekonmi
8. Diet dan Obat
9. Obesitas
Klasifikasi Asma
Klasifikasi Asma
Patofisiologi
Patofisiologi Asma
Inflamasi Akut Inflamasi Kronik Airway Remodelling
Efek remodelling airway
Diagnosis
- Riwayat penyakit / gejala :
a. Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
b. Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
c. Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
d. Respons terhadap pemberian bronkodilator
- Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :
a. Riwayat keluarga (atopi)
b. Riwayat alergi / atopi
c. Penyakit lain yang memberatkan
d. Perkembangan penyakit dan pengobatan
Diagnosis
 Pemeriksaan Fisik : wheezing ekspirasi, ekspirasi memanjang
 Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometri (pengukuran kapasitas paru)  untuk mengetahui adanya
obstruksi jalan nafas. Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi
paksa melalui prosedur yang standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung
kepada kemampuan penderita sehingga dibutuhkan instruksi operator
yang jelas dan kooperasi penderita. Untuk mendapatkan nilai yang akurat,
diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang reproducible dan acceptable.
Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP/ KVP < 75% atau VEP
< 80% nilai prediksi.
Diagnosis
 Pemeriksaan Penunjang
 Tes kulit : untuk menunjukkan adanya antibodi IgE yang spesifik dalam
tubuh
 Pemeriksaan kadar IgE total dengan IgE spesifik dalam serum
 Pemeriksaan radiologi (rontgen thorax)  pemeriksaan ini terutama
dilakukan untuk melihat hal – hal yang ikut memperburuk atau komplikasi
asma akut yang perlu juga mendapat penanganan seperti atelektatsi,
pneumonia dan pneumothoraks. Pada serangan asma berat gambaran
radiologis thoraks memperlihatkan suatu hiperlusensi, pelebaran ruangn
interkostal dan diafragma yang menurun. Semua gambaran ini akan
hilang seiring dengan hilangnya serangan asma tersebut.
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan analisa gas darah dilakukan pada asma berat  biasanya


didapatkan alkalosis respiratorik  risiko gagal nafas
 Arus puncak ekspirasi APE  mudah diperiksa dengan alat yang
sederhana, flowmeter dan merupakan data yang objektif dalam
menentukan derajat beratnya penyakit. Dinyatakan dlama presentase dari
nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai. Apabila kedua nilai
itu tidak diketahui dilihat nilai mutlak saat pemeriksaan.
Tata Laksana Asma
Berdasarkan GINA 2018, tujuan utama manajemen asma adalah untuk mengontrol
gejala dan mengurangi risiko. Selain itu tujuan yang lain adalah untuk mengurangi
beban pasien, mengurangi risiko eksaserbasi pada pasien, kerusakan jalan nafas,
dan efek samping obat.
- Step 1 : as needed SABA + no controller 
diberikan pada pasien dengan gejala asma
jarang, tidak ada keluhan terbangun di malam
ahri karena asma, tidak ada eksaserbasi dalam
1 tahun terakhir, FEV1 normal.
- Step 2 : reguler low dose ICS + SABA as
needed  LTRA kurang efektif dibandingakn
ICS; ICS/LABA memberikan perkembangan
yang cepat bagi pasien dan FEV1. Biasanya
diberikan juga padi pasien asma aleegi
seasonal
- Step 3 : low dose ICS/LABA + as needed
SABA atau ICS/formoterol maintenence and
reliever  untuk pasien yang mengalami
lebih dari 2 kali dalam 1 tahun
- Step 4: Low dose ICS/formoterol
maintenence and reliever therapy + medium
dose ICS/LABA as maintenence plus as
needed SABA.
- Step 5 : rujuk ke yang ahli untuk pengobatan
lebih lanjut
Manajemen Eksaserbasi Asma
Analisa Kasus
No. Teori Pasien
1. Anamnesis Anamnesis
- Sesak nafas yang semakin menberat sejak 8 jam
- Sesak nafas bersifat episodik, seringkali reversible
smrs
dengan atau tanpa pengobatan - Awalnya sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, sudah
- Batuk, rasa berat di dada diuap namun sesak tidak berkurang
- Sesak nafas semakin memberat setelah pasien
- Gejala memberat pada malam hari
kehujanan
- Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu - 1 bulan terakhir sering sesak lebih dari 2 kali/
- Respons terhadap pemberian bronkodilator minggu, sesak sangat mengganggu aktifitas
- Riwayat keluarga (atopi) - Sering terbangun karena sesak
- Pasien mantan perokok aktif selama > 20 tahun
- Riwayat alergi (atopi) - Riwayat asma sejak kecil +
- Penyakit lain yang memberatkan - Ibu pasien menderita asma
- Perkembangan penyakit dan pengobatan - Pasien bekerja di lapangan dan seirng terpapar
debu

2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik


- RR : 35x/menit
- Pulmo : wheezing ekspirasi, ekspirasi memanjang,
- SaO2 : 80%  NRBM 10 lpm  92%
retraksi dinding dada - Toraks : retraksi sela iga +
- Takikardi - Pulmo : vesikuler +/+, wheezing ekspirasi +/+,
ekspirasi memanjang +/+, rh -/-
- Hiperinflasi
3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang
- Rontgen : hiperlusensi, sela iga melebar, diafragma - Cor dan pulmo dalam batas normal
datar - Leu : 12.670
- Na : 132,25
No. Differences Asthma COPD
1. Pathophysiology - Inflammation is mainly caused by - Inflammation is mainly caused by
eosinophils neutrophils
- Airway obstruction caused by : - Smooth muscle not usually
constriction of bronchial smooth constricted, obstruction mainly
muscle, airway hyperreactivity to caused by : mucus hypersecretion,
allergens, inflammation mucosal infiltration by inflammatory
accompanied by increased cells  cellular damage, loss
eosinophils and activated T cells alveolar structure

2. Clinical presentation Young patient with recurrent, Rare ini children and adults under 40
intermittent episode of wheezing, yo, older current or ex-smoker with
coughing, chest tightening or progressively worsening shortness of
shortness of breath, cough at night, breath, cough and mucus production
onset during childhood, family accompanied by decreasing activity,
history of atopy, symptom increase long history of smoking
with exposure to allergens
3. Lung function - Airway obstruction reversible - Airway obstruction irreversible
measurement - Symptom s occure in near- - Symptoms occure when FEV1 has
normal lung function fallen about 50% of the predicted

Murphy,Anna. Knowing the differences between COPD and Asthma is vital tp


good practice. The Pharmaceutical Journal. 1 sep 2011.
Murphy,Anna. Knowing the differences between COPD and Asthma is vital tp
good practice. The Pharmaceutical Journal. 1 sep 2011.
TERIMA KASIH
Daftar Pustaka
 Global Initiative for Asthma 2018. A Pocket Guide for Health Professionals.
 Centers for Disease Control anPrevention. Asthma [internet]. USA: CDC2013 [disitasi
tanggal 11 Mei 2015 Tersedia dari http://www.cdc.gov/asthma/asthmadata. htm.
 Kementerian Kesehatan Republik indonesia. Riset kesehatan dasar 2013.Jakarta:
Kemenkes RI; 2013
 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman Pengendalian Penyakit Asma.
2009
 Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman nasional asma anak. Jakarta: IDAI; 2004.
 Bernstein JA. Asthma in handbook of allergic disorders. Philadelphia: Lipincott
Williams & Wilkins; 2003.
 Pusat Data dan Informasi Kemnekes RI. Infodatin : Asma. 2014
 Song WJ, et all. Epidemiology of Adult Astma in Asia : Toward a better understanding.
Asia Pacific Allergy. Current Review. http://dx.doi.org/10.5415/.2014.4.2.75
 PDPI. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia. 2003

Anda mungkin juga menyukai