Anda di halaman 1dari 7

HASIL ANALISIS KASUS :

Menurut Udang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang perkoperasian

Permasalahan korupsi yang terjadi dikoperasi kebanyakan disebabkan oleh tindakan


kepengurusan yang kurang professional, serta kurannya keterbukaan dan kerja sama antar anggota
yang terdapat dalam koperasi. Untuk mengatasi permasalhan tersebut maka diperlukan penindakan
yang tegas terhadap kepengurusan koperasi dengan cara mengadakan pengawasan secara
berkalaterhadap pengurus dan anggota koperasi. Selain itu diperlukan juga kepengurusan yang
professional. Kepungurusan professional adalah pengurus yang memiliki keahlian yang nyata serta
jiwa yang aktif, kreatif, dan bertanggung jawab. Meninjau dari permasalahan yang terjadi maka
solusi yang tepat dalam menangani kasus ini yaitu :

1. Membentuk badan pengawas yang mengawasi segala aktifitas dan keuangan yang
berkaitan dengan kegiatan kepengurusan dan anggota.
2. Menyeleksi setiap anggota dan pengurus yang akan bergabung dalam koperasi.
3. Memberikan pelatihan secara moral dan nyata tentang profesionalitas pengurus koperasi.

Memberi dan selalu menerapkan akan pentingnya kejujuran dan kedisiplinan dalam suatu
koperasi. Koperasi yang sehat juga harus melakukan rapat anggota tahunan (RAT) secara rutin.
Seluruh kegiatan koperasi itu akan diawasi oleh Lembaga Pengawas Koperasi (LPK). Seorang
terdakwa jika akan dipidana harus ternyata bahwa tindakan yang dilakukan itu ternyata melawan
hukum dan terdakwa mampu bertanggung jawab. Menurut Roeslan saleh, untuk adanya kesalahan
yang mengakibatkan pidananya terdakwa (dipertangung jawabkan), maka terdakwa harus:

1. Melakukan perbuatan pidana


2. Mampu bertanggung jawab
3. Dengan sengaja atau alpa
4. Tidak ada alasan pemaaf

Dalam tindak penggelapan dana yang dapat dipertanggungjawabkan ialah setiap orang
yaitu orang perseorangan atau korporasi. Dalam tindakan penggelapan dana seseorang/koperasi
telah dapat dipidana apabila telah terbukti melakukan perbuatan tindakan penggelapan dana yang
sesuai dengan rumusan tindak pidana dalam UU TPPU, tanpa harus membuktikan unsur mampu
bertanggungjawab dalam diri pelaku sebab dalam tindak pidana penggelapan dana setiap orang
dianggap mampu bertanggungjawab, dengan alasan bahwa tindak penggelapan dana sudah
merupakan salah satu tindak pidana yang modern. Dimana para pelaku dalam tindak pidana
tersebut adalah orang biasanya mempunyai intelektual tinggi, simpatik dan terpelajar. Pemikian
juga mengenai kemampuan plaku untuk menyadari perbuatan berikut tindakannya tidak perlu lagi
dipertanyakan. Apakah dia mampu menyadari atau tidak sebab sudah barang tentu pelaku
pencucian uang menyadari hakekat tindakan yaitu untuk menyembunyikan/menyamarkan asal-
usul kekayaan yang diperoelhnya dan tindak pidana dana berharap agar para penegak hukum atau
masyarakat sulit untuk membuktikan dan melacak bahwa harta tindak penggelapan dana yang
memenuhi unsur-unsur delik yang terdapat dalam UU tindak penggelapan dana dapat dikatakan
mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya yang tentu dapat diminta pertanggungjawaban
atas perbuatannya tanpa perlu lagi dibuktikan.

Menurut kami kasus seperti yang dijelaskan pada kasus di atas, sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat Indonesia dan selalu muncul pihak-pihak yang baru dari tahun ke tahun. Hal ini di
karenakan minimnya informasi bagi masyarakat Indonesia dan sifat keserakahan yang terdapat
pada diri manusia itu sendiri. Minimnya informasi masyarakat mengenai cara dan metode yang
digunakan pelaku, menjadi sebab utama mengapa masyarakat Indonesia mudah tergoda oleh
keuntungan yang berlipat-lipat. Jika digunakan perhitungan secara matematis, sungguh mustahil
dengan investasi yang kecil, akan mendapatkan keuntungan yang besar dalam waktu yang singkat.
Selain itu pula adanya sifat Keserakahan dari diri manusia itu sendiri. Selama masih ada sifat
keserakahan yang berlebihan, maka kepintaran dan akal sehat manusia akan pun melemah
fungsinya.

Penyelesaian dari kasus tersebut adalah dengan berfikir kritis. Sebelum bergabung menjadi
anggota tersebut, haruslah memikirkan segala sesuatunya dari berbagai aspek. Mulai dari
bagaimana pelaku mendapatkan dana, mengelolahnya, hingga bisa mendapatkan profit bagi setiap
anggotanya. Lalu para aparat penegak hukum dalam ini pemerintah dan kepolisian yang
menangani kasus tersebut harus lah mencari solusi yang tepat bagi nasabah yang merasa dirugikan
dari aktivitas koperasi. Dan agar kasus tersebut tidak terulang lagi di masa depan, dalam hal ini
pemerintah harus membuat sebuah peraturan mengenai kasus seperti tersebut, sehingga
masyarakat yang dirugikan mendapat perlindungan hukum dari pemerintah.

Lampiran :

Lampiran :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 1992
TENTANG
PERKOPERASIAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Presiden Republik Indonesia,
Menimbang:
a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan
serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi;
b. bahwa Koperasi perlu lebih membangun dirinya dan dibangun menjadi kuat dan mandiri
berdasarkan prinsip Koperasi sehingga mampu berperan sebagai sokoguru perekonomian
nasional;
c. bahwa pembangunan Koperasi merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah dan seluruh
rakyat;
d. bahwa untuk mewujudkan hal-hal tersebut dan menyelaraskan dengan perkembangan
keadaan, perlu mengatur kembali ketentuan tentang perkoperasian dalam suatu Undang-undang
sebagai pengganti Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian;
Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG PERKOPERASIAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
2.Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan Koperasi.
3.Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang.
4.Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi.
5.Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan perkoperasian yang
bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama Koperasi.

BAB II
LANDASAN, ASAS, DAN TUJUAN
Bagian Pertama
Landasan dan Asas
Pasal 2
Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas
kekeluargaan.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.

BAB III
FUNGSI, PERAN, DAN PRINSIP KOPERASI
Bagian Pertama
Fungsi dan Peran
Pasal 4
Fungsi dan peran Koperasi adalah:
a.membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
b.berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat;
c.memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya;
d.berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Bagian Kedua
Prinsip Koperasi
Pasal 5
(1)Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut:
a.keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b.pengelolaan dilakukan secara demokratis;
c.pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota;
d.pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
e.kemandirian.
(2)Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula prinsip Koperasi
sebagai berikut:
a.pendidikan perkoperasian;
b.kerja sama antarkoperasi.

BAB IV
PEMBENTUKAN
Bagian Pertama
Syarat Pembentukan
Pasal 6
(1) Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (duapuluh) orang.
(2) Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) Koperasi.
Pasal 7
(1) Pembentukan Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan dengan akta
pendirian yang memuat Anggaran Dasar.
(2) Koperasi mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Pasal 8
Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) memuat sekurang-kurangnya:
a.daftar nama pendiri;
b.nama dan tempat kedudukan;
c.maksud dan tujuan serta bidang usaha;
d.ketentuan mengenai keanggotaan;
e.ketentuan mengenai Rapat Anggota;
f.ketentuan mengenai pengelolaan;
g.ketentuan mengenai permodalan;
h.ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;
i.ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha;
j.ketentuan mengenai sanksi.

Bagian Kedua
Status Badan Hukum
Pasal 9
Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Pemerintah.
Pasal 10
(1) Untuk mendapatkan pengesahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, para pendiri
mengajukan permintaan tertulis disertai akta pendirian Koperasi.
(2) Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah
diterimanya permintaan pengesahan.
(3) Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai