PENDAHULUAN
seluruh dunia. Salah satunya adalah industri pelayanan jasa di bidang kesehatan, yaitu
rumah sakit. Apabila pihak manajemen rumah sakit tidak mampu meningkatkan
kualitas pelayananya maka ancaman kehilangan konsumen dapat dialami rumah sakit.
Namun sebaliknya apabila pihak rumah sakit mampu memberikan kualitas pelayanan
yang tinggi dan memberikan kapabilitas menarik melebihi harapan konsumen, rumah
yang berkualitas menjadi sorotan utama masyarakat sebagai pengguna jasa layanan
kesehatan.
Kualitas pelayanan yang berkualitas hanya dapat dihasilkan oleh sumber daya
manusia yang memiliki integritas yang tinggi, sarana dan prasarana yang mendukung,
serta system manajerial dan kepemimpin yang efektif. Sumber daya manusia yang
paling berperan di suatu rumah sakit adalah perawat. Tenaga kerja keperawatan adalah
komponen utama dalam sistem pelayanan kesehatan, karena perawatlah yang paling
sering bertemu dengan pasien dan berkomunikasi langsung dengan para pasien selama
ketidakpuasan dikalangan masyarakat, sebagai pengguna jasa layanan rumah sakit. Hal
tersebut ditandai dengan banyaknya keluhan yang diterima oleh kepala Departemen
Keluhan umum yang biasa diadukan masyarakat antara lain, kurang maksimalnya
pelayanan yang diberikan dan masalah administrasi kepesertaan, dan masih banyak lagi
keluhan-keluhan lainya.
Masalah lain yang sering dikeluhkan oleh pengguna jasa rumah sakit
ditingkatkan. Adanya komplain dari masyarakat selaku pengguna jasa layanan rumah
sakit, menjadi suatu keharusan bagi pihak manajemen untuk terus memperbaiki
kinerja.
Perawat yang memiliki kinerja yang baik dan mempunyai kemampuan dalam
menyikapi segala kondisi yang dihadapi rumah sakit sehingga dapat memberikan yang
terbaik untuk rumah sakit dan mampu membuat rumah sakit mempertahankan
eksistensinya. Baik buruknya kinerja perawat tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja
yang sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai dan mengelola diri sendiri serta
dipengaruhi oleh faktor lain termasuk di dalamnya adalah kecerdasan emosional (EQ)
dan kecerdasan spiritual (SQ).. Dari berbagai hasil penelitian telah banyak terbukti
Namun dewasa ini, kemampuan intelektual saja dirasakan tidak cukup untuk
mengindikasikan tingkat kecerdasan seseorang. Yang tak kalah penting dari sebuah
untuk mengenali dirinya sendiri, sehingga dari kesadaran akan identitas dan
kepercayaan tersebut akan muncul suatu dorongan/motivasi yang kuat bagi dirinya
untuk membangun sebuah keadaan emosional yang stabil, yang mana stabilitas tersebut
tentu saja dapat memudahkan seseorang untuk terus belajar dan mengembangkan
kemampuannya
Penelitian ini mengambil tempat di Rumah Sakit Ibu Anak Kartini Padalarang,
instansi tersebut. Hal ini bisa dilihat dari hasil rata-rata dari Daftar Penilaian
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan dari tahun 2016 hingga tahun 2017 terus
kesehatan RS.Ibu dan Anak Kartini, terutama unsur prestasi kerja, Tanggung jawab
dan . Dimana nilai unsur prestasi kerja dari tahun 2016 sebesar 65 dan terjadi penurun
pada tahun 2017 sebesar 55, hal ini terjadi karena ada beberapa pegawai yang tidak
menyelesaikan tugas yang diberikan tepat waktu. dan hasil pekerjaan pegawai yang
kurang maksimal. Pada Unsur Tanggung Jawab tahun 2016 sebesar 68 dan tahun 2017
sebesar 60. Pada nilai unsur kejujuran tahun 2016 sebesar 73 dan terjadi penurunan
ditinjau dari indicator ketidaksesuaian jam kerja terlihat dari pegawai yang sering
datang terlambat yang mengakibatkan prestasi kerja menurun dan tidak adanya kerja
dengan ikhlas. Menurut Sinamo (2011) etos kerja merupakan seperangkat perilaku
kerja positif yang berakar pada kerjasama yang kental, keyakinan yang fundamental,
disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral. Etos kerja merupakan
sikap yang mendasar terhadap diri yang membentuk perilaku kerja positif yang berakar
pada kesadaran mental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total
pada paradigm kerja yang integral. Apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan
manusia yang sedang membangun, maka etos kerja yang tinggi akan dijadikan sebagai
persyaratan yang mutlak, yang ditumbuhkan dalam kehidupan. Karena hal itu akan
membuka pandangan dan sikap kepada manusianya untuk menilai tinggi terhadap kerja
keras dan sungguh-sungguh, sehingga dapat mengikis sikap kerja yang asal-asalan.
kuesioner pra peneliatian untuk mengetahui gambaran etos kerja di RS Ibu dan anak
kurang baiknya etos kerja terhadap pekerjaan yang dilakukan, diantara yang kurang
baik kerja cerdas, kerja keras dan kerja Ikhlas. Disamping itu penulis pun melakukan
wawancara dengan beberapa karyawan terkait dengan hasil kuesioner pra penelitian
yang penulis sebarkan. Dapat disimpulkan bahwa kurang baiknya etos kerja tenaga
baik,
dimiliki oleh individu (kelompok) dalam memberikan penilaian terhadap kerja. Sinamo
(2011:51) menyatakan etos kerja yang baik dalam perusahaan dapat membantu
karyawan untuk memahami bagaimana cara mereka bekerja menjalankan tugasnya dan
tersebut.
Menurut Sinamo (2011:51) Untuk mencapai etos kerja terdapatlah dua factor
yang bisa mempengaruhi, yaitu internal dan eksternal, internal merupakan suatu
pandangan dan sikap yang didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang. Etos kerja
dimiliki setiap individu untuk meningkatkan sumber daya manusia. Dan eksternal
Budaya yang tertanam sejak lama dalam masyarakat mampu mempengaruhi etos kerja
yang akan dimunculkan individu. Budaya tersebut meliputi, disiplin, sikap mental
diyakini oleh masyarakat setempat. Masyarakat yang memiliki sistem orientasi maju
akan memiliki etos kerja yang tinggi. Sedangkan, masyarakat yang memiliki sistem
masyarakat konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah. Etos kerja akan
dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang mampu meningkatkan kinerja individu. Yang
mana lingkungan kerja dipengaruhi oleh fasilitas kerja, gaji atau tunjangan,dan
hubungan kerja. Hubungan kerja antara individu satu dengan yang lainnya dapat
dan juga ketenangan psikologis yang ditimbulkan dari hubungan kerja tersebut.
Tabel 1.2
Kuesioner Pra Penelitian Mengenai Kecerdasan Intelektual
Jawaban
Sangat
No Dimensi Sangat Kurang Tidak
Baik Tidak
Baik Kurang Baik
Baik
1 Kemampuan Figur
30% 15% 40% 15% 0
2 Kemampuan Verbal 0
30% 20% 25% 25%
3 Pemahaman dalam angka- 0
angka 25% 15% 40% 20%
anak Kartini belum sepenuhnya baik, hal ini terlihat dari kemampuan figurnya kurang
Hal ini kurangnya memberikan keahlian dan kurangnya perhatian dari rumah
sakitnya sehingga para karyawan sehingga membuat karyawan seringkali kinerja nya
menurun. Hal ini mengakibatkan pencapaian target pelayanan terhadap pasien kurang
memuaskan dan banyaknya pekerjaan yang tertunda karena kurang keahlian dalm
melaksanakan tugasnya.
Masalah lain yang ditemui di RS Ibu dan anak Kartini adalah Berkatitan dengan
Tabel 1.3
Penelitian Pendahuluan Mengenai Kecerdasan Emosional
Jawaban
Sangat
No Dimensi Sangat Kurang Tidak
Baik Tidak
Baik Kurang Baik
Baik
1 Kesadaran Diri 20% 15% 50% 15% 0
2 Pengaturan Diri 25% 25% 45% 5% 0
3 Motivasi 15% 35% 30% 20% 0
4 Empaty 10% 35% 50% 5% 0
5 Keterampilan Sosial 20% 20% 35% 25% 0
Rata – Rata 44% 56%
Sumber: Diolah dari hasil angket pra penelitian (2018)
Kesehatan di RS Kartini belum sepenuhnya baik, hal ini terlihat dari Kesadaran diri,
kecerdasan emosional, ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental.
Pembelajaran ini biasanya ditujukan dalam suatu aktivitas seseorang diluar dirinya
Pada Rumah Sakit Ibu dan Anak Kartini, pada karyawan yang berprofesi
sebagai tenaga kesehatan sebagian besar masih banyak tenaga kesehatan yang kurang
bisa mengelola emosi mereka, yang berdampak pada pelayanan pasien tersebut dan
selalu adanya komplain dari pasien setiap minggunya. Semuanya tertulis pada buku
kritik dan saran yang dimiliki Rumah Sakit Ibu dan Anak Kartini, berupa komplain
yang harus ditindak lanjuti secara lebih intensif dan komplain yang bisa diatasi dengan
hubungan baik dengan orang lain, karena dengan adanya hubungan baik dengan orang
lain, maka dapat memotivasi diri untuk bekerja lebih baik lagi.
Jika dikelola dengan baik Kecerdasan Intelektul dan Kecerdasan Emosional
memelihara dan menjaga karyawan dengan optimal. Tanpa kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional yang cukup, tenaga kesehatan yang ada akan memberikan
pelayanan yang kurang baik terhadap pasien. Terkait dengan penjelasan yang telah
disampaikan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh hubungan
antara 4 variabel yaitu Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Etos Kerja dan
Kinerja.
peneliti meyakini bahwa perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang “Pengaruh
dampaknya Terhadap Kinerja Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Kartini”.
Setelah diuraikan fenomena pada latar belakang penelitian, maka atas dasar
pemikiran deduktif, disusunlah identifikasi masalah yang merupakan intisari dari latar
belakang penelitia.
2. Hasil Pra survei etos kerja dimensi kerja cerdas dan kerja keras masih rendah.
3. Hasil pra survei kecerdasan intelektual dimensi kemampuan figure dan
kemampuan verbal.
keterampilan social.
6. Presentasi tingkat penilaian kerja menurun dalam unsur prestasi kerja, tanggung
anak Kartini.
7. Seberapa besar pengaruh Etos Kerja terhadap Kinerja Karyawan di RS Ibu dan
Anak KArtini
menganalisis:
7. Seberapa besar pengaruh Etos Kerja terhadap Kinerja Karyawan di RS Ibu dan
Anak Kartini.
Intelektual, Kecerdasan Emosional, Etos Kerja dan Kinerja Karyawan dan diharapkan
kecerdasan Intelektual dan kecerdasan Emosional terhadap Etos Kerja, dan kenerja
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi bagi internal di RS Ibu
dan Anak Kartini dalam rangka meningkatkan Etos Kerja, dan memberikan