Anda di halaman 1dari 15

Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENGURANGI GANGGUAN


PENYESUAIAN PADA REMAJA

Oleh : Esty Aryani Safithry *

Abstrak
Remaja perlu melakukan penyesuaian diri dalam menghadapi masa peralihan dirinya. Salah
satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah keterampilan sosial untuk dapat
menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.
Subyek penelitian adalah mahasiswa UM Palangkaraya. Jenis penelitian adalah studi kasus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa restrukturisasi kognitif ini dapat menurunkan gangguan
kecemasan yang dialami, ia dapat mengenali pikiran negatif dan motif yang mendorongnya dan
menyadari bahwa pikiran-pikiran negatif tersebut sangat menganggu kehidupanya dan dapat dapat
membuat daftar-daftar mengenai pemecahan masalah yang sedang ia hadapi

Kata Kunci : Gangguan Penyesuaian, Restrukturisasi Kognitif

PENDAHULUAN stressor tertentu yang nampak dari


Istilah stress menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dalam fungsi
tekanan atau kekuatan pada tubuh yang sosial, pekerjaan, ataupun akademis
dialami individu agar ia mampu beradaptasi individu (Chaplin, 2006). Dalam hal ini
atau menyesuaikan dirinya. Dalam batas individu mengalami stress diatas batas
tertentu stress sehat untuk diri kita, dan ambang normal. Bila ini berlangsung dalam
stress memantu kita untuk membantu kita minimal 6 bulan setelah stressor terjadi,
agar tetap waspada dan aktif. Ada 2 jenis maka individu diagnosa mengalami
stress yaitu eustress (stress positif yang gangguan tersebut. Stressor gangguan ini
berguna bagi individu) dan distress (stress bisa berupa putus cinta, sehingga individu
negatif yang cenderung mengacu pada mengalami hendaya fungsi psikisnya yang
tekanan fisik atau psikis). Stress bersumber terwujudkan dalam penurunan kinerja
dari stressor yang beragam macamnya, bisa fungsinya.
fisik maupun psikis. Adakalanya stress Stres merupakan suatu keadaan
yang berlebihan dapat merusak kemampuan tertekan baik secara fisik maupun secara
coping masalah seseorang. psikologis. Diketahui bahwa stres dapat
Stres berimplikasi secara luas pada mempengaruhi kita secara mental dan
masalah-masalah fisik maupun psikologis. emosional. Hal ini dapat membuat kita
Pada bab ini akan membahas efek-efek dari merasa cemas dan kewalahan. Dapat
stress dengan membahas suatu kategori membuat emosi kita pendek dan
gangguan psikologis yang disebut menyebabkan kita merasa tertekan.
gangguan penyesuaian yang menyangkut Ketika merasa stres, hormon stres
reaksi maladaptif terhadap stress, setelah itu tertentu, seperti adrenalin dan kortisol,
akan dibahastentang peranan stress dan dilepaskan ke system tubuh. Ini bagus
factor-faktor psikologis dan sosiokultural dalam dosis kecil. Bahkan dapat
pada gangguan-gangguan fisik bermanfaat. Tapi jika stres berkepanjangan
Gangguan penyesuaian bercirikan dan hormon-hormon ini terus dipompa ke
reaksi maladaptif individu terhadap suatu dalam sistem, mereka benar-benar dapat

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 40


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

menyebabkan kerusakan pada tubuh dan yang mau berteman denganya, salah satunya
kesehatan. Ini pengetahuan umum bahwa karena ia merasa murid yang kurang
terlalu banyak stres dapat berdampak populer. Ia merasa tidak ada lagi orang yang
negatif pada tekanan darah. Tetapi hal itu menyanginya, yang siap membantunya jika
dapat mempengaruhi kesehatan dalam cara ia mandapakan kesulitan. Bahkan ia takut
negatif lainnya juga. karena tidak ada teman ia akan kesulitan
Timbulnya suatu penyakit, khususnya dalam mengerjakan tugas, ujian dll. Hal
yang disebabkan oleh suasana fikiran tersebut membuat subjek malas untuk pergi
banyak memberikan dampak negatif, ke sekolah, ia bahkan pernah bolos beberapa
seperti gangguan-gangguan penyakit fisik hari, perilaku subjek tersebut sudah
dan mental. Gangguan-gangguan pada berlangsung lebih dari 3 bulan, bahkan
orang zaman sekarang ini, disebabkan perilaku subjek bertambah parah seperti
karena kacaunya fikiran dari berbagai nilai ujian yang sangat kurang, lebih banyak
macam problema kehidupan yang tidur, sering berdiam diri, sering melamun.
multidimensi, dan akhirnya seseorang Klie merasa enggan untuk berangkat
menghadapi kegalauan dalam hidupnya. sekolah kadang ia harus dipaksa dahulu oleh
Istilah kebingungan atau kegelisahan orang ayahnya baru kemudian ia mau berangkat ke
sekarang banyak mengenalnya dengan sekolah. Bahkan subjek terlihat lebih kurus
istilah Stres. karena makanya tidak teratur. Ia juga pernah
Hubungan antara pikiran (mind) dan terlihat sedang menagis di kamarnya.
tubuh (body) telah menjadi topik Teknik restrukturisasi kognitif
perdebatan sejak dahulu kala. Sumber- bertujuan untuk mengubah pemikiran
sumber psikologis dari stres menurut irasional subjek seperti fikiran subjek bahwa
Jeffey, Spencer A. Rathus, dan Beverly ia tidak akan mendapatkan teman yang baru
(2005), tidak hanya menurunkan di sekolahnya yang baru menjadi pemikiran
kemampuan kita untuk menyesuaikan diri, yang lebih rasional yang akhirnya dapat
tetapi secara tajam juga mempengaruhi disadari subjek bahwa kecemasanya
kesehatan kita. Bahkan hampir semua sangatlah tidak beralasan. Restukturisasi
penyakit fisik yang dialami orang yang kognitif didasarkan pada asumsi bahwa
datang memeriksakan diri ke dokter atau perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh
disfungsional organ pada keluhan penyakit pemikiran, perasaan, proses fisiologis, serta
orang sekarang sering berhubungan dengan konsekuensinya pada perilaku. Jadi bila
stres. Stres meningkatkan risiko terkena ingin mengubah perilaku yang maladaptif
berbagai jenis penyakit fisik, dari mulai dari subjek, maka tidak hanya sekedar
gangguan pencernaan sampai penyakit mengubah perilakunya saja, tetapi juga
jantung, bahkan dari kelelahan berfikir menyangkut aspek kognitifnya (Nevid,
galau atau stres pada seseorang dapat 2005).
menggangu organ lainnya pula seperti liver,
pankreas,dll. METODE PENELITIAN
Permasalahan yang dihadapi subjek Subyek Penelitian
adalah ia tidak betah disekolah yang baru Subyek penelitian berjumlah 1 orang
karena ia merasa orang-orang tidak suka yang merupakan mahasiswa Universitas
dengannya karena ia adalah orang aneh Muhammadiyah Palangkaraya Alasan
yang selalu dijauhi. Ia merasa tidak ada dipilihnya mahasiswa UMP sebagai subyek

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 41


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

penelitian adalah karena berdasarkan terapi atau intervensi yang kemudian


Survey dari Bimbingan dan Konseling dilanjutkan dengan fase tindak lanjut A
UMP tahun 2015 di lingkungan (Kazdin, 2009).
mahasiswanya, persoalan penyesuaian diri
yang meliputi Fikiran irasional berupa tidak Metode Pengumpulan Data
ada yang mau berteman dengan subjek Asesmen dalam psikologi klinis ialah
karena ia bukan orang yang baik dan tidak pengumpulan informasi untuk digunakan
ada keyakinan diri bahwa ia dapat sebagai dasar bagi keputusan-keputusan
menyelesaikan masalahnya tersebut dengan yang akan disampaikan oleh penilai
baik Lingkungan menuntut untuk (Markam, 2008).
melakukan sesuatu yang subjek tidak Menurut Bernstein dan Nietzel (dalam
mampu melakukanya, memandang masa Markam, 2008) ada empat komponen
depan sebagai tidak ada harapan dan dalam proses asesmen psikologi klinis yaitu
menyakini bahwa dirinya tidak punya : 1) Perencanaan dalam prosedur
kekuatan untuk mengubah hal-hal menjadi pengumpulan data ; 2) Pengumpulan data
lebih baik. Selain itu juga karena untuk asesmen ; 3) Pengolahan data dan
pertimbangan praktis bahwa Universitas pembentukan hipotesis dan 4)
Muhammadiyah Palangkaraya adalah Mengkomunikasikan data asesmen baik
tempat peneliti bekerja selama ini. Jumlah dalam bentul laporan maupun dalam bentuk
subyek dalam penelitian ini 1 orang. Jumlah lisan.
subyek dalam penelitian ini yang berjumlah 1. Perencanaan dalam prosedur
lebih dari satu bertujuan untuk mencapai pengumpulan data
validitas eksternal seperti yang ditulis oleh Sebelum dilakukan prosedur asesmen,
Kazdin (2009) bahwa validitas eksternal terlebih dahulu pemeriksa harus
dari single case research bergantung pada bertanya pada diri sendiri apa yang
replikasi sistematis mengenai efek terapi ingin diketahui dan bagaimana caranya.
dari banyak subjek. Untuk itu diperlukan guide interview
meliputi apa yang perlu diketahui dan
Rancangan Penelitian bagaimana cara memperoleh jawabanya
Penelitian ini dapat digolongkan 2. Pegumpulan data untuk asesmen
dalam penelitian Single-case designs Sesuai dengan pertanyaan pada tahap
(Kazdin, 2009) atau Small N- designs perencanaan maka ditentukan
(Barker, Pistrang ,& Elliot, 2006). Single bagaimana wawancara ditentukan untuk
case designs terdiri dari: (1) manipulasi informasi apa yang diutamakan.
eksperimental suatu treatmen yang lazim Demikian juga untuk observasi, perlu
disebut single-case experimental designs ditentukan metode dan fokus observasi.
dan (2) yang bersifat non-eksperimental Wawancara dilakukan kepada subjek
dari suatu treatmen yang lazim disebut case dan orangtuanya. Tujuan dari
study, meskipun garis yang tegas diantara wawancara ini adalah untuk mengetahui
kedua pendekatan itu tidaklah selalu jelas keadaan subjek sekarang ini antara lain
(Barker, Psitrang, & Elliot, 2006). seberapa besar intensitas gangguan
Elemen desain yang digunakan dalam subjek dan seberapa besar gangguan
penelitian ini adalah ABA design; di mana tersebut mempengaruhi kehidupan
A adalah fase sebelum terapi, B adalah fase

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 42


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

sehari-hari serta apa dampak bagi nonverbal selama asesmen berlangsung,


keluarga. saat berlangsung dan sesudah asesmen
Observasi dilakukan Mengamati pola- Adapun kegiatan asessmen yang
pola interaksi dengan orang sekitarnya, dilakukan dapat dijelaskan lebih lanjut
deskripsi tentang penampilan fisik dalam tabel berikut :
subjek, deskripsi perilaku verbal dan

Tabel. 1
Kegiatan Asesmen

Tanggal Metode Tujuan


1 Juni 2015 Observasi Mengamati penampilan, aktifitas psikomotor,
pembicaraan dan sikap terhadap pemeriksa.
3 Juni 2015 Wawancara Mengetahui keluhan-keluhan subjek saat ini dan
dengan subjek dahulu
Mengetahui perasaan-perasaan subjek saat ini dan
dahulu
Mengetahui bagaimana hubungan subjek dengan
keluarganya
Wawancara Mengetahui bagaimana keadaan keluarga subjek
dengan orang tua Mengetahui bagaimana pola asuh keluarga
subjek Mengetahui riwayat penyakit subjek dari kecil hingga
dewasa
Mengetahui perkembangan subjek dari bayi hingga
dewasa
8 Juni 2015 Tes Grafis Mengetahui konsep diri subjek
Mengetahui sikap subjek kepada keluarga dan
lingkungan
Mengetahui keadaan emosi subjek
Tes wartegg Mengetahui aspek kepribadian subjek berupa
bagaimana proses berfikir subjek, dan penyelesaian
masalah subjek

Prosedur Intervensi Restukturisasi kognitif didasarkan pada


1. Restrukturisasi Kognitif asumsi bahwa perilaku manusia dapat
CBT dengan teknik restrukturisasi dipengaruhi oleh pemikiran, perasaan,
kognitif bertujuan untuk mengubah proses fisiologis, serta konsekuensinya
pemikiran irasional subjek seperti pada perilaku. Jadi bila ingin mengubah
fikiran subjek bahwa ia tidak akan perilaku yang maladaptif dari subjek,
mendapatkan teman yang baru di maka tidak hanya sekedar mengubah
sekolahnya yang baru menjadi perilakunya saja, tetapi juga
pemikiran yang lebih rasional yang menyangkut aspek kognitifnya (Nevid,
akhirnya dapat disadari subjek bahwa 1991).
kecemasanya sangatlah tidak beralasan.

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 43


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

Penerapan restrukturisasi kognitif untuk personal/interpersonal (Nevid, 2005).


mengatasi kecemasan pada subjek meliputi: Beberapa langkah yang dapat dilakukan
1. Menemukan/mengidentifikasi pada metode ini antara lain.
pemikiran negatif/irasional yang Lima langkah melakukan problem
menimbulkan kecemasan yaitu solving :
kecemasan berlebihan mengenai a. Orientasi umum
fikiran subjek bahwa ia tidak akan b. Subjek didorong untuk mengenali
bisa mendaptkan teman-teman yang problem dan menyadari bahwa
baik seperti teman-temanya di problemnya dapat diselesaikan
sekolah yang dulu. secara sistematis
2. Mengajari subjek hubungan antara c. Definisi problem
pemikiran–emosi-tingkah laku, d. Subjek dibantu untuk menyatakan
pemikiran negatif yang muncul problemnya secara konkrit dan jelas.
dapat mempengaruhi emosi dan e. Memunculkan alternatif-alternatif
akhirnya dapat memunculkan pemecahan masalah
tingkah laku negatif. Jika subjek f. subjek diajak untuk melakukan
berfikiran bahwa ia tidak akan bisa brainstrorming untuk menghasilkan
mendapatkan teman maka subjek alternatif-alternatif pemecahan
akan merasakan khawatir dan masalah sebanyak mungkin, tanpa
gelisah kemudian akan mengganggu memikirkan benar-salahnya.
konsentrasi subjek di sekolah. g. Pengambilan keputusan
3. Mengajari subjek untuk mencari h. Menganalisis alternatif-alternatif
alternatif-alternatif pemikiran yang pemecahan masalah yang dihasilkan
lebih positif atau rasional. Pemikiran di atas secara cermat; membuang
positif berupa subjek mempunyai yang tidak mungkin untuk
kemampuan seperti menyanyi maka dijalankan.
ia bisa ikut ekstrakulikuler grup i. Verifikasi
vokal atau paduan suara maka ia j. Setelah rencana dibuat, subjek
akan mendapatkan teman-teman didorong untuk memantau
baru. perkembangannya untuk melihat
apakah rencana yang dibuatnya
2. Metode Problem Solving dapat mengatasi masalahnya.
Jika subjek sudah mengetahui
bahwa pemikiran negatifnya dapat HASIL PENELITIAN
mempengaruhi tingkahlaku, maka 1. Permasalahan Subjek
subjek juga dapat mengatahui apa
permasalah yang sebanarnya yang ada Bulan yang Maret lalu subjek
pada dirinya. Metode problem solving bersama keluarganya pindah ke
fokusnya pada mengajari subjek Palangkaraya, karena ayahnya dipindah
bagaimana memecahkan/mengolah tugaskan,subjek merasa keberatan atas
masalah lewat pemikiran yang logis, kepindahan tersebut dengan alasan tidak
beralasan untuk menghasilkan solusi mau pisah dengan teman-temanya dan
yang memuaskan. Metode ini efektif tidak suka dengan kota Surabaya yang
untuk problem-problem panas, namun ia terpaksa mengikuti

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 44


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

orangtuanya. Subjek mengatakan ia agak lama agar subjek mau bercerita,


tidak betah disekolah yang baru karena beberapa kali ia mengatakan bahwa ia
ia merasa orang-orang tidak suka malu. Beberapa kali ia merapikan
dengannya karena ia adalah orang aneh rambutnya dan merapikan kerah
yang selalu dijauhi. Ia merasa tidak ada bajunya.
yang mau berteman denganya, salah
satunya karena ia merasa murid yang 3. Hasil wawancara
kurang populer. Ia merasa tidak ada lagi a. Wawancara dengan subjek
orang yang menyanginya, yang siap Subjek berusia 17 tahun, bersekolah
membantunya jika ia mandapakan di SMP kelas 2. Disekolahnya yang
kesulitan. Bahkan ia takut karena tidak dulu subjek mempunyai 5 orang
ada teman ia akan kesulitan dalam sahabat perempuan. Mereka sangat
mengerjakan tugas, ujian dll. Hal akrab dan selalu pergi bersama-
tersebut membuat subjek malas untuk sama bahkan mereka mempunyai
pergi ke sekolah, ia bahkan pernah hobi yang sama yaitu menyanyi,
bolos beberapa hari, perilaku subjek mereka bersama-sama mengikuti
tersebut sudah berlangsung lebih dari 3 ekstrakulikuler band di sekolahnya.
bulan, bahkan perilaku subjek Subjek merasa sangat nyaman bila
bertambah parah seperti nilai ujian yang berada di rumah, ayah dan ibunya
sangat kurang, lebih banyak tidur, sangat menyayanginya. Segala yang
sering berdiam diri, sering melamun. ia minta pasti dituruti seperti saat ia
Klie merasa enggan untuk berangkat ingin membeli laptop, ayahnya
sekolah kadang ia harus dipaksa dahulu langsung memberikanya.
oleh ayahnya baru kemudian ia mau Kemudian subjek pindah sekolah. Ia
berangkat ke sekolah. Bahkan subjek tidak menyukai sekolah barunya
terlihat lebih kurus karena makanya karena ia merasa mendapatkan
tidak teratur. Ia juga pernah terlihat kesulitan dalam mencari teman. Ia
sedang menagis di kamarnya. sangat mengharapkan mendapatkan
teman seperti disekolahnya dulu,
2. Hasil observasi dimana mereka selalu membantu
Subjek berpakaian rapi. Badan subjek jika ia sedang mendapatkan
tinggi sekitar 170 cm. Kulitnya putih kesulitan, setia kawan dan
bersih. Ia berbicara sangat pelan, lebih menyayangi subjek. Pada
banyak menunduk dan tersenyum. Saat kenyataanya ia merasa teman-teman
pengerjaan tes grafis, kien mengerjakan sekelasnya tidak menyukainya.
dengan waktu yang agak lama sekitar Menurut subjek mereka tidak
30 menit, beberapa kali ia menyukainya karena teman-
menggunakan penghapus dan temanya menganggap ia banci dan
mengganti gambarnya, ia menggambar aneh. Ia merasa teman sekelasnya
dengan sangat hati-hati dan pelan, itu memandangnya dengan aneh
tatapan matanya lurus tertuju pada tes kemudian menjauhinya. Ia
tersebut. kemudian merasa seperti orang
Subjek cukup kooperatif bodoh yang tidak berguna yang
walaupun membutuhkan raport yang tidak pantas mendapatkan teman. Ia

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 45


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

merasa tidak mampu menyelesaikan dengan laki-laki baik itu di sekolah


masalhnya ini bahkan kedua orang atau di lngkungan rumahnya, ia
tuanya. Ia sangat mengaharapkan ia lebih memilih untuk bermain
bsia segera mendapatkan teman bersama dengan kakaknya di dalam
yang cocok. rumah. Subjek belum pernah
b. Wawancara dengan ibu subjek melakukan perbuatan yang menuju
Subjek anak ke 4 dari 4 bersaudara. ke arah kekerasan atau berkelahi,
Ketiga kakaknya adalah tapi ketika ia tidak menemukan
perempuan. Saat dalam kandungan ibunya berada di dekatnya dia akan
ibu subjek sering sakit-sakitan dan mudah menangis dan berperilaku
sering mengkonsumsi obat yang seperti berguling-guling dan
sebenarnya dilarang oleh dokter. memukul-mukul.
Subjek lahir prematur dengan jalan Umur 6 tahun ia masuk SD, subjek
operasi, kemudian ia dirawat di tidak mau berangkat sendiri dan
inkubator beberapa hari. harus diantar oleh ayah atau ibunya
Perkembangan subjek seperti walaupun jarak sekolahanya dekat
tumbuh gigi, berjalan dan mulai dengan rumahnya. Di sekolah ia
berbicara berjalan lancar sesuai cenderung lebih memilih teman
umurnya. Subjek pernah sakit parah perempuan dari pada laki-laki hal
sewaktu berumur sekitar 1 tahun, ia ini membuat subjek menjadi bahan
mengalami panas tinggi sampai olokan teman-temanya yang lain.
mengakibatkan kejang-kejang dan Prestasi subjek disekolah cukup
dirawat beberapa hari di rumah bagus ia selalu masuk 3 besar di
sakit. kelasnya.
Umur 4 tahun subjek sekolah di TK, Umur 8 tahun ia mengalami
ia menunjukan perilaku rewel, kecelakaan saat sedang bepergian
subjek tidak mau sekolah jika bukan bersama kakaknya, ia mengalami
ibunya yang mengantar dan jika luka yang cukup parah, dokter
ibunya tidak menungguinya. Hal mengatakan bahwa ia mengalami
tersebut berlangsung sekitar 1 tahun geger otak. Karena kejadian itu,
sampai ia memasuki kelas nol besar. menurut ibunya membuat mereka
Ia termasuk murid yang lebih sering menjadi lebih protektif kepada
menangis dibandingkan teman- subjek karena mereka mengalami
temanya yang lain, biasanya saat ketakutan jika sesuatu hal yang
ibunya telat menjemputnya. Selain buruk terjadi pada subjek.
itu ia juga sangat pemalu, ia tidak Umur 12 tahun subjek masuk SMP.
mau jika disuruh memimpin doa dan Teman-temanya sebagian besar
bernyanyi di depan kelas. perempuan, ia mengatakan bahwa
Subjek lebih sering terlihat sendiri, dengan teman-teman perempuan
baik dalam melakukan aktivitas di lebih mengerti dirinya sedangkan
sekolah maupun di rumah. Ia teman laki-laki lebih sering
memang lebih sering terlihat mengejeknya dengan mengatakan
berteman dengan teman-teman bahwa ia banci. Ia tidak mempunyai
perempuanya dari pada berteman pacar namun mempunyai beberapa

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 46


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

sahabat perempuan, mereka sering malas sekolah, prestasinya menurun.


kerja kelompok bersama dan jalan- Kemudian menjadi sering sakit-
jalan bersama dan di kelompok itu sakitan serta lebih sering melamun.
hanya subjek yang laki-laki. Subjek
mempunyai hobi menyanyi. Dia 4. Hasil Tes Grafis
bersama teman-teman perempuanya Subjek tergolong seseorang yang secara
mengikuti ekstrakulikuler paduam emosi tidak stabil dan kekanak-kanakan
suara. Ia tidak menyukai olah raga bahkan mengalami hambatan dalam
karena menurutnya hal tersebut perkembangannya. Subjek cenderung
melelahkan. pasif dan ada kesan inferior serta
Umur 15 tahun saat subjek SMA, ia kurang mampu mengungkapkan
bersama keluarganya pindah ke perasaan emosinya. Dengan kondisi
Surabaya karena pekerjaan ayahnya tersebut mengakibatkan subyek selalu
yang mengharuskan mereka pindah. merasa tertekan dan adanya
Oleh karena itu subjek terpaksa ketidakpuasan terhadap dirinya.
pindah sekolah dan ia merasa sangat Perasaan tertekan tersebut membuat
sedih karena ia akan berpisah copingnya terhadap masalah menjadi
dengan teman-temanya dan ia tidak kurang efektif, yang membuat ia
menyukai tempat baru. Akhirnya menjadi gampang stres.
mereka pindah dan subjek juga Dalam bersosialisasi, subyek termasuk
harus pindah sekolah. individu yang tertutup, kurang dapat
Subjek mengalami kesulitan di menyesuaikan diri dengan baik. Subyek
sekolah yang baru, ia kesulitan terlihat penurut karena kitidak
untuk mendapatkan teman karena ia mampuanya dalam menunjukan dirinya
sering diejek oleh teman-teman akibat dari peran orang tuan yang
sekolahnya akibanya ia menjadi overprotektif.

Tabel 2
Kriteria berdasarkan DSM IV untuk gangguan penyasuaian

No Kriteria DSM IV Memenuhi Perilaku yang muncul


1 Suatu reaksi maladaftif Ya Stresor yang dikenali berupa
terhadap suatu stresor yang perubahan lingkungan sosial dan
dikenali dan berkembang 3 lingkungan sekolah, reaksi
bulan sejak munculnya stresor maladatif sudah muncul sejak 3
bulan yang lalu
2 Reaksi maladaptif ini terlihat Ya Hendaya dalam fungsi sosial
dari adanya hendaya yang berupa menarik diri, murung,
bermakna dalam fungsi sosial, aktifitas menurun
pekerjaan, akademis atau Hendaya dalam fungsi akademis
adanya kondisi distres berupa penurunan konsentrasi dan
emosional yang melebihi batas penurunan prestasi
3 Diagnosis gangguan penyesuian Ya Reaksi berupa hendaya fungsi
ini bisa ditegakan bila reaksi sosial dan fungsi akademis tidak

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 47


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

terhadap stres tidak memenuhi memenuhi kriteria gangguan mood


kriteria diagnostik sidrom klinis dan gangguan kecemasan
yang lain seperti gangguan
mood dan gangguan kecemasan
4 Reaksi maladaptif dalam bentuk Ya Bila stresor berupa perubahan
gangguan penyesuaian ini lingkungan sosial dapat mungkin
mungkin teratasi bila stresor diatasi jika subjek belajar coping
dipindahkan atau individu yang baik terhadap stresor tersebut
belajar mengatasi stresor
5 Bila reaksi maladaptif ini masih Ya Reaksi maladaptif telah
berlangsung lebih dari 6 bulan berlangsung selama 3 bulan
setelah stresor (atau
konsekuensinya) dialihkan,
diagnosis gangguan
penyesuaian perlu diubah

Tabel 3
Subtipe gangguan penyesuaian

No Subtipe gangguan penyesuaian Perilaku yang muncul


1 Gejala kecemasan Gelisah, gugup, perasaan khawatir

2 Mood depresi Menangis, sulit tidur, murung dan


menarik diri

Diagnosis multiaxial dari DSM IV e. Axis V : 61-70


a. Axis I : 309.28 Gangguan Beberapa gejala ringan
penyesuaian dengan gejala atau sedikit kesulitan
campuran antara dalam fungsi sosial.
kecemasan dan mood
depresi PROGNOSIS
b. Axis II : - Prognosis baik berdasarkan hal-hal berikut :
Ciri kepribadian dependen 1. Subjek termasuk individu yang terbuka
c. Axis III : - terhadap permasalahan
d. Axis IV : stresor psikososial : 2. Subjek dan keluarga yang kooperaif
perubahan lingkungan 3. Dukungan penuh dari keluarga untuk
rumah dan sekolah subjek

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 48


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

Tabel 4
Rangkuman Hasil Intervensi

Sesi Kegiatan Tujuan Hasil

Sesi 1 :
• Mengajukan Membangun relasi Subjek menyetujui
pertanyaan yang dengan subjek kegiatan terapi yang
Asesmen mendorong subjek Mencapai kesepakatan akan diberikan
Pra bercerita agar dapat melanjutkan kepadanya, Subjek
terapi • mengungkapkan jenis proses konseling. mengetahui langkah-
intervensi yang Efektifnya proses langkah apa saja yang
kemungkinan pemahaman akan akan ditempuh pada sesi-
dibutuhkan subjek. subjek dan respon sesi selanjutnya, subjek
mereka terhadap mempunyai gambaran
pertanyaan atau mengenai tugas-tugas
pernyataan yang yang akan diberikan pada
dilontarkan konselor. sesi.

Sesi 2 : mengajak subjek untuk Sesi ini bertujuan Subjek mengetahui


Memban mengidentifikasi dan mendorong subjek kelebihan dan kelemahan
gun mengenali kekuatan untuk mempunyai dirinya dan teryata
Motivasi dan kelemahan dari motivasi kuat untuk kelebihan yang dimiliki
Perubaha kepribadian subjek mengubah perilaku subjek dapat
n dengan membuat membantunya dalam
Perilaku daftar keduanya. menyelesaikan masalah
Diri yang dihadapi

Sesi 3: mengubah pikiran pengenalan pemikiran terlatih untuk mengenali


Mengelo negatif menjadi pikiran yang salah terhadap pikiran negatif dan motif
la yang lebih positif, persoalan yang yang mendorongnya dan
Pikiran obyektif dan rasional seringkali memicu menyadari bahwa
Dan membuat subjek kecemasan subjek pikiran-pikiran negatif
Emosi merasa lebih nyaman. tersebut sangat
Negatif menganggu kehidupanya

Sesi 4 Meminta ia Perubahan/pengoreksia Mampu mengubah


memikirkan beberapa n pola pikir yang perilakunya dengan
Menguba alternatif cara irasional menjadi melalui perubahan pada
h penyelesaian masalah pemikiran yang positif, pola pikirnya terhadap
pemikira dan menuliskan obyektif dan masalah. Subjek
n negatif berbagai cara konstruktif, sehingga menyadari bahwa
menjadi penyelesaian masalah. mampu mengontrol pikiran-pikiran negatif
pemikira Meminta subjek perilaku kekerasan; dapat mempengaruhi
n positif menentukan pilihan perilaku, dan dengan
berfikir positif maka

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 49


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

yang terbaik dan perilaku juga positif


termungkin dari
berbagai alternatif tadi.
Mengajak subjek
untuk membuat daftar
langkah yang akan
ditempuh untu
melaksanakan
alternatif solusi yang
dipilih.
Mendorong subjek
untuk merencanakan
untuk melaksanakan
daftar langkah
tersebut.
Sesi 5: Mengajak subjek Mengelola konflik Subjek sudah dapat
Mengelo untuk mengubah cara dimulai dengan membuat daftar-daftar
la mengelola konflik membangkitkan niat mengenai pemecahan
Konflik mengarah pada solusi individu untuk masalah yang sedang ia
(Problem masalah menyelesaikan konflik hadapi
solving) Meminta subjek secara sehat
menyusun rencana dan
tahapan dalam
menghadapi konflik.
Diskusikan secara
bersama berbagai
solusi alternatif
terhadap permasalahan
yang seringkali
menimbulkan konflik.
Sesi 6 mengajak subjek untuk Memperkuat Subjek mampu
merefleksikan kepercayaan diri untuk melakukan setiap
Penutup perubahan apa yang meninggalkan perilaku langkah penyelesaian
telah terjadi dalam diri yang bermasalah dan masalah yang sudah ia
subjek baik berupa mempersiapkan diri buat .
pemahaman baru, dalam menghadapi
pengalaman emosional kehidupannya ke depan
ataupun keterampilan
yang didapatkannya

PEMBAHASAN sakitan mengandung subjek dan subjek


Subjek mengalami komplikasi saat lahir prematur dan dirawat di ingkubator
dilahirkan, dimana ibunya yang sakit- beberapa hari. Komplikasi saat melahirkan

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 50


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

dapat mempengaruhi anak secara fisik dan perempuan daripada dengan laki-laki yang
psikologis (Nolen, 2004). Saat subjek cenderung keras.
berumur 1 tahun, subjek pernah mengalami Menurut Adler (Alwisol, 2007) Anak
panas tinggi sampai Kekang-kejang. Ia juga yang dimanja tidak mendapatkan cinta yang
pernah jatuh dan mengalami geger otak. lebih, tetapi justru kurang dicintai. Mereka
Keadaan subjek tersebut membuat terlalu dilindungi, dijaga, ditutupi dan
orangtuanya cenderung memanjakan dipisahkan dari tanggung jawab. Orang tua
subjek. Anak yang dimanja akan menunjukan rasa cinta dengan mengerjakan
mengembangkan sikap dependen terhadap terlalu banyak untuk mereka dan
orang tuanya (Alwisol, 2007). Saat masih memperlakukan mereka layaknya mereka
TK subjek selalu minta diantar dan tidak mampu menyelesaikan masalah
ditunggui saat sekolah oleh ibunya. Ia akan sendiri.
menjadi sangat rewel jika ia jauh dari Perlakuan yang bertolak belakang
orangtuanya. Ia termasuk murid yang lebih diterima subjek yaitu ayahnya sering
sering menangis dibandingkan teman- seringkali memperlakukan subjek dengan
temanya yang lain, biasanya saat ibunya keras seperti sering kali menghukumnya
telat menjemputnya. Selain itu ia juga walaupun ia melakukan keselahan yang
sangat pemalu, ia tidak mau jika disuruh sepele dan peran ayah yang kurang
memimpin doa dan bernyanyi di depan dominan membuat subjek cenderung lebih
kelas. dekat kepada ibunya dan subjek secara
Anak yang dependen akan tidak sadar meniru perilaku ibunya
mengembangkan sikap tidak aman jika akibatnya perilaku subjek juga mengarah ke
berada jauh dari orangtua (Nolen, 2004). perilaku perempuan seperti cara berjalan
Pada subjek, ia lebih sering terlihat sendiri, dan berbicara. Menurut Adler
baik dalam melakukan aktivitas di sekolah (Alwisol,2007), ayah yang mengabaikan
maupun di rumah. Walaupun mau berteman anaknya membuat perkembangan interes
ia lebih sering terlihat berteman dengan sosial anak menjadi kacau, anak merasa
teman-teman perempuanya dari pada diabaikan dan timbul kasih sayang yang
berteman dengan laki-laki baik itu di nurotik kepada ibu.
sekolah atau di lingkungan rumahnya, ia Subjek yang tidak terampil dalam
lebih memilih untuk bermain bersama menyelesaikan masalahnya sendiri
dengan kakaknya di dalam rumah. mendapatkan masalah di sekolah yaitu
Anak yang merasa tidak aman labeling dari teman-temanya yang
dilingkunganya membuat aktifitasnya mengatakan ia seperti banci, membuatnya
bersosialisasinya terhambat akibatnya ia merasa tidak nyaman untuk berteman
tidak akan belajar bagaimana cara dengan teman laki-lakinya maka ia lebih
bersosialisasi dengan baik (Hall, 2000). memilih berteman dengan perempuan.
Pada hasil tes grafis dan wartegg Akibatnya anak tidak pernah belajar
menunjukan subjek mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan mereka
dalam mengembangkan suatu hubungan, ia sendiri seperti pada subjek dimana ia sudah
lebih terpaku pada hubungan yang tidak merasa aman dalam menjalin hubungan
akan meyakiti dirinya dalam hal ini subjek tiba-tiba keadaan harus berubah, subjek
lebih merasa nyaman jika ia bergaul dengan harus pindah rumah dan pindah sekolah,
karena ia selalu menuntut bahwa

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 51


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

lingkunganya harus selalu aman sedangkan emosional seperti mudah kecewa, cepat
dilingkungan baru ia harus menjalin suatu tersinggung, gelisah dan diliputi
hubungan dari awal lagi. Pada tes grafis kecemasan. Gangguan fisik berupa subjek
menunjukan subjek tidak pernah belajar yag sering mengeluhkan sakit seperti sakit
bagaimana menghadapi situasi tersebut kepala dan tidak bisa tidur, gangguan sosial
karena ia telah terbiasa hidup di lingkungan dimana subjek mengalami kesulitan dalam
yang aman, ia sangat dijaga, dan bergaul, lebih suka menyendiri dan
dipisahkan dari tanggung jawab oleh mengindar.
orangtuanya. Gejala-gejala diatas mengarah kepada
Subjek tidak pernah belajar gangguan penyesuaian dimana subjek
bagaimana cara menyelesaikan masalah memunculkan reaksi maladaftif terhadap
dengan baik membuat ia kesulitan dalam suatu stresor yang dikenali yang
beradaptasi. Individu yang tidak mampu berlangsung kurang dari 6 bulan. Reaksi
beradaptasi menjadi rentan terhadap stres. maladaftif ini terlihat dari hendaya yang
Stres terjadi jika seseorang dihadapkan signifikan dalam fungsi sosial, pekerjaan
dengan peristiwa yang mereka rasakan atau akademis (Nevid, 2007).
dapat mengancam psikologisnya. Kadar Gangguan penyesaian memiliki
stres dalam suatu peristiwa sangat beberapa sub tipe salah satunya gejala
tergantung bagaimana individu berpersepsi campuran antara kecemasan dan mood
terhadap stresor yang muncul (Hurlock, depresi. Gejala-gejala kecemasan tersebut
2005). Subjek memandang stesor tersebut berupa adanya pola pikir irasional seperti “
sangat berat. teman-teman sekolah saya tidak mau
Jika seseorang mengalami mengalami berteman dengan saya karena saya adalah
stres maka ia akan melakukan coping untuk orang yang aneh, mungkin saya adalah
meredakan stresnya, coping terhadap stres orang yang tidak baik dan tidak pantas
ada dua macam yaitu coping yang berfokus untuk mendapatkan teman”. Maka perilaku
pada emosi dan coping pada masalah yang muncul berupa terus-terusan merasa
(Nevid, 2007). Subjek lebih menggunakan khawatir, gelisah dan murung.
coping yang berfokus pada emosi dimana Mood depresi berupa tidak ada
coping ini tidak menghilangkan stresor keyakinan diri bahwa ia dapat
dalah hal ini masalah adaptasi subjek, menyelesaikan masalahnya tersebut dengan
membuatnya tidak dapat mengembangkan baik, ia merasa tidak ada lagi teman-teman
cara yang lebih baik untuk mengatir stresor. yang dapat membantunya seperti dulu, saat
Bentuk coping ini sesuai dengan hasil ada permasalahan seperti ini ia merasa
observasi dan wawancara adalah melamun sendiri, tidak ada yang dapat menolongnya
dan berkhayal. Melamun dan barkhayal bahkan dirinya sendiri. Disertai dengan
merupakan bentuk plarian secara imanjiner, pandangan negatif terhadap lingkungan dan
bukan benruk tindakan untuk masa depan (Nevid, 2007). Berdasarkan tes
menyelesaikan masalah. grafis dan wartegg, subjek merasa
Akibat dari coping yang tidak efektif lingkungan mengancam dirinya,
ini akan memunculkan masalah baru yaitu menuntutnya untuk melakukan sesuatu
frustrasi dan menggiring pada gangguan yang tidak dapat ia lakukan dan
psikologis, fisik serta sosial. Gangguan memberikan hambatan yang tidak dapat ia
psikologis berupa munculnya sesitifitas atasi. Akibatnya ia memandang masa depan

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 52


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

sebagai tidak ada harapan dan menyakini membantunya dalam menyelesaikan


bahwa dirinya tidak punya kekuatan untuk masalah yang dihadapi
mengubah hal-hal menjadi lebih baik. 2. Terlatih untuk mengenali pikiran
Akhirnya membuat ia merasa tidak punya negatif dan motif yang mendorongnya
harapan, diliputi kesedihan. Manisfestasi dan menyadari bahwa pikiran-pikiran
dari reaksi stres subjek berupa tidak nafsu negatif tersebut sangat menganggu
makan, sulit tidur, aktifitas dan prestasi kehidupanya
menurun serta kurangya konsentrasi. 3. Mampu mengubah perilakunya dengan
melalui perubahan pada pola pikirnya
SIMPULAN terhadap masalah. Subjek menyadari
Berdasarkan hasil penelitian dapat bahwa pikiran-pikiran negatif dapat
diketahui bahawa penerapan restrukturisasi mempengaruhi perilaku, dan dengan
kognitif yang selama 6 sesi terapi dapat berfikir positif maka perilaku juga
menurunkan gangguan kecemasan. Adapun positif
perubahan-perubahan yang dialami subjek 4. Subjek sudah dapat membuat daftar-
setelah mengikuti proses terapi adalah daftar mengenai pemecahan masalah
sebagai berikut : yang sedang ia hadapi
1. Subjek mengetahui kelebihan dan 5. Subjek mampu melakukan setiap
kelemahan dirinya dan teryata langkah penyelesaian masalah yang
kelebihan yang dimiliki subjek dapat sudah ia buat

DAFTAR PUSTAKA
ChaplinJ.P.2006.Kamus Lengkap Psikologi. penerjemah Kartini Kartono.Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada
Cottone, R.R. (2010). Theories and Paradigms of Counseling and Psychoterapy. Boston:
Allyn & Bacon.
Craighead, L.W., Craighead, W.E., Kazdin, A.E., & Mahoney, M.J. (2004). Cognitive And
Behavioral Interventions. Boston: Allyn and Bacon.
Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders. Fourth Edition (2000).
Washington, DC: American Psychiatric Association.
Goldfried, M.R., & Davison, G.C. (2006). Clinical Behavior Therapy. New York: Holt,
Rinehart and Winston.
Holmes, D. S. (2007). Abnormal Psychology. Third Edition. New York: Addison – Wesley
Educational Publisher Inc.
Kazdin, A.E. (2009). Methodological Issues & Strategies in Clinical Research.
Washington DC : American Psychological Association.
Liu. Xianchen et al. 2000. Sleep Loss and Day Time Sleepiness in the General Adult
Population of Japan Psychiatric research 93 1-11
Martin, G., & Pear, J. (2003). Behavior Modification What It Is And How To Do It. Seventh
Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Green, E.B. (2005). Abnormal Psychology In Changing World.
New Jersey: Prentice Hall.

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 53


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2015, Volume 10 Nomor 2, ( 40 – 54 )

Poerwandari, K. (2001). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta:


Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3)
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Prawitasari, J.E. (2009). Behavior Therapy In Indonesia. Dalam Oei, T.P.S., Behavior
Therapy and Cognitive Behavior Therapy in Asia (hlm 81 – 96). Brisbane: Edumedia
Pty Ltd.
Sarason, I.G., & Sarason, B.R. (2009). Abnormal Psychology. The Problem of Maladaptive
Behavior. Ninth Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc

* Esty Aryani Safithry, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 54

Anda mungkin juga menyukai