Jiwa
Jiwa
Abstrak
Remaja perlu melakukan penyesuaian diri dalam menghadapi masa peralihan dirinya. Salah
satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah keterampilan sosial untuk dapat
menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.
Subyek penelitian adalah mahasiswa UM Palangkaraya. Jenis penelitian adalah studi kasus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa restrukturisasi kognitif ini dapat menurunkan gangguan
kecemasan yang dialami, ia dapat mengenali pikiran negatif dan motif yang mendorongnya dan
menyadari bahwa pikiran-pikiran negatif tersebut sangat menganggu kehidupanya dan dapat dapat
membuat daftar-daftar mengenai pemecahan masalah yang sedang ia hadapi
menyebabkan kerusakan pada tubuh dan yang mau berteman denganya, salah satunya
kesehatan. Ini pengetahuan umum bahwa karena ia merasa murid yang kurang
terlalu banyak stres dapat berdampak populer. Ia merasa tidak ada lagi orang yang
negatif pada tekanan darah. Tetapi hal itu menyanginya, yang siap membantunya jika
dapat mempengaruhi kesehatan dalam cara ia mandapakan kesulitan. Bahkan ia takut
negatif lainnya juga. karena tidak ada teman ia akan kesulitan
Timbulnya suatu penyakit, khususnya dalam mengerjakan tugas, ujian dll. Hal
yang disebabkan oleh suasana fikiran tersebut membuat subjek malas untuk pergi
banyak memberikan dampak negatif, ke sekolah, ia bahkan pernah bolos beberapa
seperti gangguan-gangguan penyakit fisik hari, perilaku subjek tersebut sudah
dan mental. Gangguan-gangguan pada berlangsung lebih dari 3 bulan, bahkan
orang zaman sekarang ini, disebabkan perilaku subjek bertambah parah seperti
karena kacaunya fikiran dari berbagai nilai ujian yang sangat kurang, lebih banyak
macam problema kehidupan yang tidur, sering berdiam diri, sering melamun.
multidimensi, dan akhirnya seseorang Klie merasa enggan untuk berangkat
menghadapi kegalauan dalam hidupnya. sekolah kadang ia harus dipaksa dahulu oleh
Istilah kebingungan atau kegelisahan orang ayahnya baru kemudian ia mau berangkat ke
sekarang banyak mengenalnya dengan sekolah. Bahkan subjek terlihat lebih kurus
istilah Stres. karena makanya tidak teratur. Ia juga pernah
Hubungan antara pikiran (mind) dan terlihat sedang menagis di kamarnya.
tubuh (body) telah menjadi topik Teknik restrukturisasi kognitif
perdebatan sejak dahulu kala. Sumber- bertujuan untuk mengubah pemikiran
sumber psikologis dari stres menurut irasional subjek seperti fikiran subjek bahwa
Jeffey, Spencer A. Rathus, dan Beverly ia tidak akan mendapatkan teman yang baru
(2005), tidak hanya menurunkan di sekolahnya yang baru menjadi pemikiran
kemampuan kita untuk menyesuaikan diri, yang lebih rasional yang akhirnya dapat
tetapi secara tajam juga mempengaruhi disadari subjek bahwa kecemasanya
kesehatan kita. Bahkan hampir semua sangatlah tidak beralasan. Restukturisasi
penyakit fisik yang dialami orang yang kognitif didasarkan pada asumsi bahwa
datang memeriksakan diri ke dokter atau perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh
disfungsional organ pada keluhan penyakit pemikiran, perasaan, proses fisiologis, serta
orang sekarang sering berhubungan dengan konsekuensinya pada perilaku. Jadi bila
stres. Stres meningkatkan risiko terkena ingin mengubah perilaku yang maladaptif
berbagai jenis penyakit fisik, dari mulai dari subjek, maka tidak hanya sekedar
gangguan pencernaan sampai penyakit mengubah perilakunya saja, tetapi juga
jantung, bahkan dari kelelahan berfikir menyangkut aspek kognitifnya (Nevid,
galau atau stres pada seseorang dapat 2005).
menggangu organ lainnya pula seperti liver,
pankreas,dll. METODE PENELITIAN
Permasalahan yang dihadapi subjek Subyek Penelitian
adalah ia tidak betah disekolah yang baru Subyek penelitian berjumlah 1 orang
karena ia merasa orang-orang tidak suka yang merupakan mahasiswa Universitas
dengannya karena ia adalah orang aneh Muhammadiyah Palangkaraya Alasan
yang selalu dijauhi. Ia merasa tidak ada dipilihnya mahasiswa UMP sebagai subyek
Tabel. 1
Kegiatan Asesmen
Tabel 2
Kriteria berdasarkan DSM IV untuk gangguan penyasuaian
Tabel 3
Subtipe gangguan penyesuaian
Tabel 4
Rangkuman Hasil Intervensi
Sesi 1 :
• Mengajukan Membangun relasi Subjek menyetujui
pertanyaan yang dengan subjek kegiatan terapi yang
Asesmen mendorong subjek Mencapai kesepakatan akan diberikan
Pra bercerita agar dapat melanjutkan kepadanya, Subjek
terapi • mengungkapkan jenis proses konseling. mengetahui langkah-
intervensi yang Efektifnya proses langkah apa saja yang
kemungkinan pemahaman akan akan ditempuh pada sesi-
dibutuhkan subjek. subjek dan respon sesi selanjutnya, subjek
mereka terhadap mempunyai gambaran
pertanyaan atau mengenai tugas-tugas
pernyataan yang yang akan diberikan pada
dilontarkan konselor. sesi.
dapat mempengaruhi anak secara fisik dan perempuan daripada dengan laki-laki yang
psikologis (Nolen, 2004). Saat subjek cenderung keras.
berumur 1 tahun, subjek pernah mengalami Menurut Adler (Alwisol, 2007) Anak
panas tinggi sampai Kekang-kejang. Ia juga yang dimanja tidak mendapatkan cinta yang
pernah jatuh dan mengalami geger otak. lebih, tetapi justru kurang dicintai. Mereka
Keadaan subjek tersebut membuat terlalu dilindungi, dijaga, ditutupi dan
orangtuanya cenderung memanjakan dipisahkan dari tanggung jawab. Orang tua
subjek. Anak yang dimanja akan menunjukan rasa cinta dengan mengerjakan
mengembangkan sikap dependen terhadap terlalu banyak untuk mereka dan
orang tuanya (Alwisol, 2007). Saat masih memperlakukan mereka layaknya mereka
TK subjek selalu minta diantar dan tidak mampu menyelesaikan masalah
ditunggui saat sekolah oleh ibunya. Ia akan sendiri.
menjadi sangat rewel jika ia jauh dari Perlakuan yang bertolak belakang
orangtuanya. Ia termasuk murid yang lebih diterima subjek yaitu ayahnya sering
sering menangis dibandingkan teman- seringkali memperlakukan subjek dengan
temanya yang lain, biasanya saat ibunya keras seperti sering kali menghukumnya
telat menjemputnya. Selain itu ia juga walaupun ia melakukan keselahan yang
sangat pemalu, ia tidak mau jika disuruh sepele dan peran ayah yang kurang
memimpin doa dan bernyanyi di depan dominan membuat subjek cenderung lebih
kelas. dekat kepada ibunya dan subjek secara
Anak yang dependen akan tidak sadar meniru perilaku ibunya
mengembangkan sikap tidak aman jika akibatnya perilaku subjek juga mengarah ke
berada jauh dari orangtua (Nolen, 2004). perilaku perempuan seperti cara berjalan
Pada subjek, ia lebih sering terlihat sendiri, dan berbicara. Menurut Adler
baik dalam melakukan aktivitas di sekolah (Alwisol,2007), ayah yang mengabaikan
maupun di rumah. Walaupun mau berteman anaknya membuat perkembangan interes
ia lebih sering terlihat berteman dengan sosial anak menjadi kacau, anak merasa
teman-teman perempuanya dari pada diabaikan dan timbul kasih sayang yang
berteman dengan laki-laki baik itu di nurotik kepada ibu.
sekolah atau di lingkungan rumahnya, ia Subjek yang tidak terampil dalam
lebih memilih untuk bermain bersama menyelesaikan masalahnya sendiri
dengan kakaknya di dalam rumah. mendapatkan masalah di sekolah yaitu
Anak yang merasa tidak aman labeling dari teman-temanya yang
dilingkunganya membuat aktifitasnya mengatakan ia seperti banci, membuatnya
bersosialisasinya terhambat akibatnya ia merasa tidak nyaman untuk berteman
tidak akan belajar bagaimana cara dengan teman laki-lakinya maka ia lebih
bersosialisasi dengan baik (Hall, 2000). memilih berteman dengan perempuan.
Pada hasil tes grafis dan wartegg Akibatnya anak tidak pernah belajar
menunjukan subjek mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan mereka
dalam mengembangkan suatu hubungan, ia sendiri seperti pada subjek dimana ia sudah
lebih terpaku pada hubungan yang tidak merasa aman dalam menjalin hubungan
akan meyakiti dirinya dalam hal ini subjek tiba-tiba keadaan harus berubah, subjek
lebih merasa nyaman jika ia bergaul dengan harus pindah rumah dan pindah sekolah,
karena ia selalu menuntut bahwa
lingkunganya harus selalu aman sedangkan emosional seperti mudah kecewa, cepat
dilingkungan baru ia harus menjalin suatu tersinggung, gelisah dan diliputi
hubungan dari awal lagi. Pada tes grafis kecemasan. Gangguan fisik berupa subjek
menunjukan subjek tidak pernah belajar yag sering mengeluhkan sakit seperti sakit
bagaimana menghadapi situasi tersebut kepala dan tidak bisa tidur, gangguan sosial
karena ia telah terbiasa hidup di lingkungan dimana subjek mengalami kesulitan dalam
yang aman, ia sangat dijaga, dan bergaul, lebih suka menyendiri dan
dipisahkan dari tanggung jawab oleh mengindar.
orangtuanya. Gejala-gejala diatas mengarah kepada
Subjek tidak pernah belajar gangguan penyesuaian dimana subjek
bagaimana cara menyelesaikan masalah memunculkan reaksi maladaftif terhadap
dengan baik membuat ia kesulitan dalam suatu stresor yang dikenali yang
beradaptasi. Individu yang tidak mampu berlangsung kurang dari 6 bulan. Reaksi
beradaptasi menjadi rentan terhadap stres. maladaftif ini terlihat dari hendaya yang
Stres terjadi jika seseorang dihadapkan signifikan dalam fungsi sosial, pekerjaan
dengan peristiwa yang mereka rasakan atau akademis (Nevid, 2007).
dapat mengancam psikologisnya. Kadar Gangguan penyesaian memiliki
stres dalam suatu peristiwa sangat beberapa sub tipe salah satunya gejala
tergantung bagaimana individu berpersepsi campuran antara kecemasan dan mood
terhadap stresor yang muncul (Hurlock, depresi. Gejala-gejala kecemasan tersebut
2005). Subjek memandang stesor tersebut berupa adanya pola pikir irasional seperti “
sangat berat. teman-teman sekolah saya tidak mau
Jika seseorang mengalami mengalami berteman dengan saya karena saya adalah
stres maka ia akan melakukan coping untuk orang yang aneh, mungkin saya adalah
meredakan stresnya, coping terhadap stres orang yang tidak baik dan tidak pantas
ada dua macam yaitu coping yang berfokus untuk mendapatkan teman”. Maka perilaku
pada emosi dan coping pada masalah yang muncul berupa terus-terusan merasa
(Nevid, 2007). Subjek lebih menggunakan khawatir, gelisah dan murung.
coping yang berfokus pada emosi dimana Mood depresi berupa tidak ada
coping ini tidak menghilangkan stresor keyakinan diri bahwa ia dapat
dalah hal ini masalah adaptasi subjek, menyelesaikan masalahnya tersebut dengan
membuatnya tidak dapat mengembangkan baik, ia merasa tidak ada lagi teman-teman
cara yang lebih baik untuk mengatir stresor. yang dapat membantunya seperti dulu, saat
Bentuk coping ini sesuai dengan hasil ada permasalahan seperti ini ia merasa
observasi dan wawancara adalah melamun sendiri, tidak ada yang dapat menolongnya
dan berkhayal. Melamun dan barkhayal bahkan dirinya sendiri. Disertai dengan
merupakan bentuk plarian secara imanjiner, pandangan negatif terhadap lingkungan dan
bukan benruk tindakan untuk masa depan (Nevid, 2007). Berdasarkan tes
menyelesaikan masalah. grafis dan wartegg, subjek merasa
Akibat dari coping yang tidak efektif lingkungan mengancam dirinya,
ini akan memunculkan masalah baru yaitu menuntutnya untuk melakukan sesuatu
frustrasi dan menggiring pada gangguan yang tidak dapat ia lakukan dan
psikologis, fisik serta sosial. Gangguan memberikan hambatan yang tidak dapat ia
psikologis berupa munculnya sesitifitas atasi. Akibatnya ia memandang masa depan
DAFTAR PUSTAKA
ChaplinJ.P.2006.Kamus Lengkap Psikologi. penerjemah Kartini Kartono.Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada
Cottone, R.R. (2010). Theories and Paradigms of Counseling and Psychoterapy. Boston:
Allyn & Bacon.
Craighead, L.W., Craighead, W.E., Kazdin, A.E., & Mahoney, M.J. (2004). Cognitive And
Behavioral Interventions. Boston: Allyn and Bacon.
Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders. Fourth Edition (2000).
Washington, DC: American Psychiatric Association.
Goldfried, M.R., & Davison, G.C. (2006). Clinical Behavior Therapy. New York: Holt,
Rinehart and Winston.
Holmes, D. S. (2007). Abnormal Psychology. Third Edition. New York: Addison – Wesley
Educational Publisher Inc.
Kazdin, A.E. (2009). Methodological Issues & Strategies in Clinical Research.
Washington DC : American Psychological Association.
Liu. Xianchen et al. 2000. Sleep Loss and Day Time Sleepiness in the General Adult
Population of Japan Psychiatric research 93 1-11
Martin, G., & Pear, J. (2003). Behavior Modification What It Is And How To Do It. Seventh
Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Green, E.B. (2005). Abnormal Psychology In Changing World.
New Jersey: Prentice Hall.