MAKALAH
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA
1 Identitas Mahasiswa
2 Pembimbing
3 Judul Makalah
1
4 Persetujuan Pembimbing
Triyuwono, S.Ft
2
7 Pendahuluan
Frozen shoulder merupakan rasa nyeri yang mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak
sendi (LGS) pada bahu. Mungkin timbul karena adanya trauma, mungkin juga timbul secara
perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau riwayat trauma. Keluhan utama yang dialami adalah
nyeri dan penurunan kekuatan otot penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS terjadi baik
secara aktif atau pasif. Frozen shoulder secara pasti belum diketahui penyebabnya. Namun
kemungkinan terbesar penyebab dari frozen shoulder antara lain tendinitis, rupture rotator cuff,
capsulitis, post immobilisasi lama, trauma serta diabetes mellitus1.
Menurut Kisner frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu : 1) Pain (Freezing) :
ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak sendi bahu menjadi terbatas
selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir ampai 10- 36 minggu. 2) Stiffness (Frozen) :
ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan yang nyata dan
keterbatasan gerak dari glenohumeral yang di ikuti oleh keterbatasan gerak scapula. Fase ini
berakhir 4-12 bulan. 3) Recovery (Thawing) : pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri
dan tidak ada synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase
ini berakhir 6-24 bulan atau lebih5.
Frozen shoulder juga dapat disebabkan oleh trauma langsung pada bahu, immobilisasi
atau disuse dalam jangka waktu lama misalnya terjadi fraktur disekitar bahu yang pada fase
penyembuhannya tidak diikuti dengan gerak aktif yang dilakukan secara teratur pada bahunya,
disamping itu juga karena faktor immunologi serta hubungannya dengan penyakit lain
misalnya: Tuberkulosa paru, hemiparase, ischemic heart desease, bronchitis kronis dan
Diabetus Melitus. Diduga ini merupakan respon autoimun karena rusaknya jaringan lokal.
Respon autoimmunal terhadap rusaknya jaringan lokal yang diduga menyebabkan penyakit
tersebut. Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi
glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif1.
Diantara beberapa faktor yang menyebabkan frozen shoulder adalah capsulitis adhesiva.
Keadaan ini disebabkan karena suatu peradangan yang mengenai kapsul sendi dan dapat
menyebabkan perlengketan kapsul sendi dan tulang rawan, ditandai dengan nyeri bahu yang
timbul secara perlahan-lahan, nyeri yang semakin tajam, kekakuan dan keterbatasan gerak.
Pada pasien yang menderita capsulitis adhesiva menimbulkan keluhan yang sama seperti
pada penderita yang mengalami peradangan pada jaringan disekitar sendi yang disebut dengan
periarthritis, keadaan ini biasanya timbul gejala seperti tidak bisa menyisir karena nyeri
disekitar depan samping bahu. Nyeri tersebut terasa pula saat lengan diangkat untuk
3
mengambil sesuatu dari saku kemeja, ini berarti gerakan aktif dibatasi oleh nyeri. Tetapi bila
mana gerak pasif diperiksa ternyata gerakan itu terbatas karena adanya suatu yang menahan
yang disebabkan oleh perlengketan. Gangguan sendi bahu sebagian besar didahului oleh
adanya rasa nyeri, terutama rasa nyeri timbul sewaktu menggerakan bahu, penderita takut
menggerakan bahunya. Akibat immobilisasi yang lama maka otot akan berkurang
kekuatannya.
Fisioterapi sebagai salah satu komponen penyelenggaraan kesehatan dapat berperan aktif
dalam usaha mengembalikan kemampuan fungsional aktivitas pasien guna meningkatkan
kualitas hidup. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu
dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi
tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, perlatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi,
komunikasi. Sehingga peran dari fisioterapi dalam mengatasi permasalahan akibat capsulitis
adhesiva tersebut sangat dibutuhkan.
Aspek fisioterapi pada sindroma nyeri bahu pada kondisi frozen shoulder fisioterapis
berperan dalam mengurangi nyeri, meningkatkan luas gerak sendi (LGS) mencegah kekakuan
lebih lanjut dan mengembalikan kekuatan otot serta meningkatkan aktifitas fungsional pasien,
modalitas fisioterapi yang bisa digunakan untuk mengatasi frozen shoulder adalah Microwave
diatermy, Transcutaneous electro nerve stimulation (TENS), dan Ultrasound (US).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba mengkaji dan memberikan pelayanan
fisioterapi serta melaporkan hasil mengenai “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Frozen
Shoulder Sinistra Dengan Microwave Diatermy, TENS, dan Ultrasound Di Rumah Sakit Pusat
Pertamina Jakarta”.
4
8 Tinjauan Kasus
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM VOKASI
BIDANG STUDI RUMPUN KESEHATAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
5
B. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S)
KU : Nyeri gerak pundak kiri
RPS : Os. Merasakan sakit pada bahu sisi kiri saat digerakkan pada 2 minggu
yang lalu sehingga mengakibatkan kegiatan sehari - hari seperti mengepel
lantai terganggu. Kemudian Os berobat ke RSPP pada 25 maret 2019, OS
menjalani fisioterapi pertamanya di RSPP pada tanggal 27 Maret 2019
C. PEMERIKSAAN (O)
1. Pemeriksaan Umum
Cara datang : Berjalan mandiri
Kesadaran : Compos Mentis
Kooperatif /tidak kooperatif
Tensi : 115/60 mmHg
Nadi : 72 bpm
RR : 20x/menit
Status Gizi : Kesan Obesitas
Suhu : Afebris (36º)
6
2. Pemeriksaan Khusus
A. Inspeksi
1) Statis
Anterior
a) Head in midline
b) Shoulder : Simetris
c) Elbow : Netral
d) Trunk : Netral
e) Arm space : Simetris
f) SIAS : Simetris
g) Knee : Netral
h) Ankle : Netral
Lateral
a) Head in midline
b) Shoulder : Protraksi (Bilateral)
c) Trunk : Netral
d) Pelvic : Netral
e) Knee : Netral
Posterior
a) Head in midline
b) Shoulder : Simetris
c) Elbow : Netral
d) Aligment vertebra :normal
e) Pelvic : Netral
f) Knee : Netral
2) Dinamis
a) OS datang mandiri, normal gait.
b) Berdiri ke duduk : Mandiri
c) Duduk ke berdiri : Mandiri
7
B. Palpasi
1) Terdapat spasme pada m.upper trapezius sinistra dan m. deltoid anterior
2) Terdapat nyeri tekan pada m.upper trapezius sinistra dan m. deltoid anterior VAS
:4
3) Tidak terdapat perubahan suhu local pada shoulder
C. Move
Kesimpulan : - Terdapat keterbatasan lingkup gerak regio shoulder dan elbow sinistra pada saat
gerakan fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi shoulder, dan
fleksi elbow.
- Terdapat penurunan kekuatan otot shoulder sinistra dan elbow sinistra
- Terdapat nyeri gerak pada regio shoulder dan elbow sinistra pada saat gerakan
fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi shoulder, dan fleksi elbow.
D. Test spesifik
1. Joint play movement test
- Positif (Rasa nyeri paling terasa saat gerakan eksorotasi)
8
2. Drop arm test
- Negatif (pasien dapat menurunkan lengannya secara perlahan dari posisi
abduksi)
F. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Impairment :
1. Terdapat nyeri gerak pada regio shoulder dan elbow sinistra pada saat gerakan
fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi shoulder, dan fleksi elbow.
2. Terdapat nyeri tekan pada m.upper trapezius sinistra dan m. deltoid anterior VAS
: 4.
3. Terdapat spasme pada m.upper trapezius sinistra dan m. deltoid anterior sinistra.
4. Terdapat keterbatasan lingkup gerak regio shoulder dan elbow sinistra pada saat
gerakan fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi shoulder, dan
fleksi elbow.
5. Terdapat penurunan kekuatan otot shoulder sinistra dan elbow sinistra.
9
Funcional limitation :
Partisipation restriction :
2. Tujuan
10
1. Teknologi Fisioterapi
2. Uraian Tindakan
a. MWD
11
b. TENS
Tujuan : Mengurangi nyeri
Posisi pasien : duduk di kursi
Posisi fisioterapis : disamping pasien
Prosedur fisioterapis : - Persiapan Alat, cek kabel dan alat.
- Persiapan pasien, bersihkan area yang akan di terapi dari
pakaian dll.
- Tempelkan pad pada area yang akan di terapi.
- Hidupkan alat dan atur dosis waktu selama 15 menit.
- Naikan intensitas secara perlahan sesuai toleransi pasien (I:
30mA).
- Terapi dilakukan selama 15 menit
- Matikan alat.
c. Ultrasound
Tujuan : Mengurangi spasme
Posisi pasien : duduk di kursi
Posisi fisioterapis : disamping pasien
Prosedur fisioterapis : - Persiapan Alat, cek kabel dan alat.
- Persiapan pasien, bersihkan area yang akan di terapi dari
pakaian dll.
- Hidupkan alat.
- Berikan gel pada area yang akan di terapi
- Atur dosis (T: 8 menit, I: 1 W/cm2)
- Naikan intensitas, gerakan tranducer secara circuler.
- Terapi dilakukan selama 5 menit.
- Bersihkan gel.
- Matikan alat.
5. Home Program
a. Edukasi pasien untuk melakukan latihan penguatan otot bahu dengan tangan
menggenggam bola kemudian siku ditekuk dan gerakan bahu memutar, dan
mendorong ke depan.
12
H. EVALUASI
O : - Terdapat nyeri gerak pada regio shoulder dan elbow sinistra pada saat gerakan fleksi-
ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi shoulder, dan fleksi elbow. VAS : 4
- Terdapat nyeri tekan pada m.upper trapezius sinistra dan m. deltoid anterior VAS : 4.
- Terdapat spasme pada m.upper trapezius sinistra dan m. deltoid anterior sinistra.
- Terdapat keterbatasan lingkup gerak regio shoulder dan elbow sinistra pada saat
gerakan fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi shoulder, dan fleksi
elbow.
- Keterbatasan lingkup gerak sendi
Regio Gerakan AROM ROM MMT Nyeri
dx sin Normal gerak
VAS
Shoulder Fleksi 180 165 180 4 2
Ekstensi 50 40 50 4 2
Abduksi 180 160 180 4 4
Adduksi 50 42 50 4 2
Endorotasi 90 60 90 4 5
Eksorotasi 90 50 90 4 5
Elbow Fleksi 150 140 150 4 2
Ekstensi 0 0 0 5 0
Wrist Fleksi 90 90 90 5 0
Ekstensi 70 70 70 5 0
A : Ganguan fungsional gerak shoulder karena adanya nyeri, spasme, penurunan ROM,
penurunan kekuatan otot.
13
Program fisioterapi : - MWD
- TENS
- Ultrasound
- home program
O : - Terdapat nyeri gerak pada regio shoulder dan elbow sinistra pada saat gerakan fleksi-
ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi shoulder, VAS : 4
- Terdapat nyeri tekan pada m.upper trapezius sinistra dan m. deltoid anterior VAS : 4.
- Terdapat spasme pada m.upper trapezius sinistra dan m. deltoid anterior sinistra.
- Terdapat keterbatasan lingkup gerak regio shoulder dan elbow sinistra pada saat
gerakan fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi shoulder,.
- Keterbatasan lingkup gerak sendi
Regio Gerakan AROM ROM MMT Nyeri
dx sin Normal gerak
VAS
Shoulder Fleksi 180 165 180 4 2
Ekstensi 50 40 50 4 2
Abduksi 180 160 180 4 4
Adduksi 50 42 50 4 2
Endorotasi 90 60 90 4 5
Eksorotasi 90 50 90 4 5
Elbow Fleksi 150 150 150 4 0
Ekstensi 0 0 0 5 0
Wrist Fleksi 90 90 90 5 0
Ekstensi 70 70 70 5 0
A : Ganguan fungsional gerak shoulder karena adanya nyeri, spasme, penurunan ROM,
penurunan kekuatan otot.
14
P : Mengurangi nyeri, mengurangi spasme, meningkatkan ROM, dan meningkatkan
kekuatan otot.
Program fisioterapi : - MWD
- TENS
- Ultrasound
- home program
15
9 Pembahasan
Pada kasus yang penulis bahas dalam makalah ini mengenai kondisi seorang pasien
di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta yang berinisial Ny. A dengan diagnosis Frozen
shoulder Dari pemeriksaan penulis menemukan beberapa permasalahan fisioterapi
berdasarkan prioritas, yaitu Terdapat nyeri gerak pada regio shoulder dan elbow sinistra
pada saat gerakan fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi shoulder, dan
fleksi elbow, terdapat nyeri tekan pada m.upper trapezius sinistra dan m. deltoid anterior
VAS : 4, terdapat spasme pada m.upper trapezius sinistra dan m. deltoid anterior sinistra,
Terdapat keterbatasan lingkup gerak regio shoulder dan elbow sinistra pada saat gerakan
fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi shoulder, dan fleksi elbow, terdapat
penurunan kekuatan otot shoulder sinistra dan elbow sinistra, Oleh karena itu, penulis
menggunakan Microwave diatermy, Transcutaneous electro nerve stimulation (TENS),
Ultrasound (US), dan memberikan home program.
Tatalaksana program fisioterapi yang pertama adalah MWD, MWD dapat efektif jika
dalam penggunaan ditentukan oleh penentuan intensitas dan dosis. Intensitas ditentukan
oleh perasaan penderita terhadap panas yang diterimanya. Besar kecilnya intensitas bersifat
subjektif tergantung sensasi panas yang diterima pasien oleh karena itu antara orang satu
dengan lainnya mungkin bisa berbeda intensitas MWD yang diberikan. Menurut schliphake,
intensitas dibagi menjadi empat tingkat yaitu : (a) Intensitas submitis (penderita tidak
merasakan panas), (b) Intensitas mitis (penderita merasakan sedikit panas), (c) Intensitas
normalis (penderita merasakan hangat yang nyaman), (d) Intensitas fortis (Penderita
merasakan panas yang kuat, tapi masih bisa ditahan). Tujuan terapi panas yang dihasilkan
pada pemberian MWD ini adalah mengurangi nyeri, dan memberikan relaksasi otot- otot
yang spasme2.
Tatalaksana program fisioterapi yang kedua adalah Pemberian TENS modalitas ini
dapat berpengaruh terhadap pengurangan nyeri pada kasus Frozen shoulder dengan cara
meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan syaraf dan meningkatkan neurotransmitter
serta ambang rangsang saraf. Pada mild head dapat memblok nyeri pada kornu posterior
oleh serabut termosensor, sedangkan pada dosis tinggi dan waktu yang lama menyebabkan
penurunan nyeri yang diakibatkan stimulus C yang merangsang hipotalamus untuk
membentuk endorphin sehingga rasa nyeri akan berkurang 3).
Tatalaksana fisioterapi yang ketiga yaitu Ultrasound merupakan modalitas untuk
mengurangi nyeri. Mekanisme pengurangan nyeri oleh ultrasound pada kasus frozen shoulder
adalah adanya efek micromassage yang akan menimbulkan efek panas (thermal) dan efek
16
biologis berupa penurunan kecepatan konduksi saraf, peningkatan permeabilitas membran sel,
massage intra seluler, meningkatkan sirkulasi darah dan hiperemia kapiler. Dengan adanya
efek-efek tersebut nyeri pada kasus Frozen shoulder berkurang2,4.
Terapis juga memberikan edukasi latihan sebagai home program, program yang
dapat dilakukan pasien dirumah adalah latihan seperti memegang shoulder wheel, lengan
pasien posisikan siku-siku kemudian dilakukan gerakan memutar tujuannya adalah untuk
menambah lingkup gerak sendi dan meningkatkan nilai kekuatan otot. Gerakan yang
berulang ulang maka akan terjadi penambahan lingkup gerak sendi serta menjaga dan
menambah kekuatan otot jika diberi penambahan beban1,5.
Selain treatment yang disebutkan diatas fisioterapi juga bisa memberikan latihan,
berdasarkan jurnal “Physical therapy in the management of frozen shoulder” oleh Hui Bin
Yvonne Chan tahun 2017, pada fase pain (freezing) ada tiga latihan yang bisa dilakukan
yaitu pendulum exercise, pasien di instruksikan untuk berdiri dengan tangan rileks,
kemudian memutar lengan secara perlahan seperti gerakan seperti memutar pendulum,
yang kedua adalah latihan katrol, dengan cara pasien diintruksikan untuk tidur terlentang
dengan tangan memegang tongkat kemudian tangan diangkat ke atas (fleksi shoulder)
secara perlahan sesuai toleransi, yang ketiga adalah latihan eksternal rotasi secara aktif
assisted menggunakan tongkat, pasien diinstruksikan duduk dengan kedua tangan
memegang tongkat, kemudian melakukan gerakan eksternal rotasi shoulder pada sisi yang
sakit, dengan bantuan tongkat6.
Demikian isi dari makalah intervensi fisioterapi pada kasus frozen shoulder, semoga
bermanfaat.
17
10 Daftar Pustaka
1. Goldfried P Sianturi. Studi Komparasi Injeksi dan Oral Triamcinolone Acetonide Pada
Sindrome Frozen Shoulder di RSUP Dr. Kariadi Semarang, Tesis, Program Pendidikan
Dokter Spesialis Bidang Studi Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang. 2003.
2. Ngakan Nyoman Gde Sudarma. Penambahan Traksi Maximaly Lose Pack Position
Glenohumeral Pada Intervensi Micro Wave Diathermy Dan Ultrasound Mengurangi
Nyeri Frozen Shoulder, Jurnal fisioterapi, Program Studi Fisoterapi, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Denpasar. 2011.
3. Parjoto, S. Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri. Smarang: Ikatan Fisioterapi Cabang
Semarang. 2006.
4. Kumbhare, D. A., Elzibak, A. H., & Noseworthy, M. D. Assessment of Myofascial Trigger
Points Using Ultrasound. American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation. 2016.
95(1), 72–80.
5. Kisner, C dan Lynn, A.C. Therapeutic Exercise 5th Edition. Philadelphia: F.a. Davis
Company. 2007.
6. Hui, B., Pek Y. Physical therapy in the management of frozen shoulder. Singapore Med J.
2017; 58(12): 685-689.
18