Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengetahuan masyarakat yang meningkat menyebabkan semakin meningkatnya
tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan termasuk didalamnya
pelayanan keperawatan. Melihat fenomena tersebut mendorong perawat untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan
dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah
konkrit dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem
pemberian pelayanan keperawatan profesional (SP2KP) mulai dari ketenagaan/pasien,
penetapan MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan. Pemenuhan tingkat kepuasan
pasien ini dapat dimulai dengan upaya menggali kebutuhan pasien demi tercapainya
keberhasilan asuhan keperawatan. Metode yang dipilih untuk menggali secara mendalam
tentang kebutuhan pasien adalah dengan melaksanakan ronde keperawatan. Dengan
melaksanakan ronde keperawatan diharapkan dapat memecahkan masalah keperawatan
pasien melalui cara berpikir kritis berdasarkan konsep asuhan keperawatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk membahas masalah
keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan, konsultan
keperawatan, serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rehabilitasi medik). Selain
menyelesaikan masalah keperawatan pasien, ronde keperawatan juga merupakan suatu
proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan
terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori secara
langsung pada kasus nyata. Dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang
berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk
berpikir secara kritis dalam peningkatan perawatan secara professional. Dalam
pelaksanaan ronde juga akan terlihat kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja sama
dengan tim kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien
(Nursalam,2014).
Di Ruang Melati 3 RS Dr. Moewardi Surakarta, ronde keperawatan tidak rutin
dilaksanakan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pendorong untuk proses tindak lanjut
pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan Melati 3 secara berkesinambungan.
Berdasarkan hal tersebut maka kami mahasiswa Program Profesi Ners Poltekkes
Kemenkes Surakarta akan mengadakan kegiatan ronde keperawatan di Ruang Melati 3
selama Praktik Profesi Manajemen Keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis.
2. Tujuan khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu:
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
b. Meningkatkan kemampuan validasi data klien
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
d. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
e. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah klien.
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

C. Manfaat
1. Bagi Pasien
a. Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
b. Mendapat perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien
c. Memenuhi kebutuhan pasien
2. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat.
b. Meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan.
c. Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
3. Bagi rumah sakit
a. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
b. Menurunkan lama hari perawatan pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORI

KONSEP DASAR CA OVARIUM


A. Pengertian
Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung
telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium
bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan
melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat
sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak
kanker primer (NANDA 2015).
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel Indung telur (ovarium) telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan
tidak normal, cepat dan tidak terkendali. (Doengoes, 2014).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau kita
sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau
indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya
sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

B. Etiologi
Penyebab timbulnya kanker ovarium belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit kanker ovarium yaitu :
a) Riwayat kanker payudara
b) Riwayat kanker ovarium dalam keluarga (faktor genetik)
c) Berawal dari hiperplasia endometrium yang berkembang menjadi karsinoma.
d) Menarche dini
e) Diet tinggi lemak
f) Merokok
g) Alkohol
h) Penggunaan bedak talk perineal
i) Nulipara
j) Infertilitas
k) Tidak pernah melahirkan
l) Terapi penggantian hormon
m) Kontrasepsi oral
(Nurarif dan Kusuma, 2016)

C. Manifestasi Klinik / Tanda dan Gejala


Gejala umum bervariasi yang biasanya muncul pada kanker ovarium adalah :
a) Dispepsia
b) Menoragia
c) Menopause lebih dini
d) Rasa tidak nyaman pada abdomen.
e) Nyeri tekan pada pelvis
f) Lingkar abdomen yang terus meningkat
g) Sering berkemih
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar
gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi
tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.

Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of

Ginecologies and Obstetrician dalam Nurarif dan Kusuma, 2016 adalah:

a. Stadium 1 : pertumbuhan terbatas pada ovarium

1) Stadium 1a: pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak asietas yang berisi sel

ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.

2) Stadium 1b: pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel

ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.

3) Stadium 1c: tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor di permukaan luar

atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau

dengan bilasan peritoneum positif.

b. Stadium 2 : pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul.

1) Stadium 2a: perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba.\

2) Stadium 2b: perluasan jaringan pelvis lainnya.


3) Stadium 2c: tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu

atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas

dengan bilasan peritoneum positif.

c. Stadium 3 : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum

di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi

sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.

1) Stadium 3a: tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negative

tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya

pertumbuhan (seeding) di permukaan peritoneum abdominal.

2) Stadium 3b: tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di

permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm,

dan kelenjar getah bening negative.

3) Stadium 3c: implant di abdomen dengan diameter >2 cm dan atau kelenjar getah

bening retroperitoneal atau inguinal positif.

d. Stadium 4 : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.

Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis

ke permukaan liver.

Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan pemeriksaan lebih

lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti tindakan USG dengan

Doppler untuk menentukan arus darah dan bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang

diagnosis adalah pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG

dan alfafetoprotein. Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker

ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.

Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda dengan

kista ovarium biasa.


D. Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH
dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang stadium
folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak
memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan
pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi
berdegenerasi dan membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik.
(Mansjoer, 2010)
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan
abdomen dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan
pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan limfatik
muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal, seperti
rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa
perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat hiperplasia
endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan
testosteron dan menyebabkan virilisasi. (Price, 2012)
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista folikel dan
luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian
fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak ruptur
atau pada folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian
seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi
ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening,
tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4 hingga
5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini
dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan
yang dapat menyebabkan atropi sel tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah,
menimbulkan perdarahan intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Price, 2012)

E. Diagnosis
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang dilakukan
dengan :
a) Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan mengenai sakit
yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan dicatat dalam
rekam medik.
b) Pemeriksaan USG untuk dapat membedakalesi/tumor yang solid dan kristik.
c) Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di mana
kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau kanker yang
telah bermetastasis ke arah hati atau tulang
d) Penanda tumor (tumor marker)
Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium sering
ditemukan peningkatan kadar CA 12
e) X-ray
X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan
gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang diperiksa
tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan memberikan warna keabuan,
sedangkan udara memberikan warna hitam
f) Pencitraan lain
1. Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah
memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan menggunakan
metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang secara alamiah dihasilkan oleh
tubuh.
2. Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja dengan cara
memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel kanker (yang berkembang
lebih cepat daripada sel hidup) akan memecah glukosa lebih cepat/banyak
daripada sel-sel normal.
g) CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan untuk mencitrakan
bagian dalam tubuh.
h) Scanning radioaktif.
i) Ultrasound
Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan sonogram
ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk memperlihatkan abnormalitas pada
bagian pelvis atau daerah lain dengan merekam pola suara yang dipantulkan oleh
jaringan yang ditembakkan gelombang suara.
j) Endoskopi
Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh
menggunakan alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya abnormalitas
seperti bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.

F. Penatalaksanaan
1. Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan pengangkatan
ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya (saluran indung telur).
2. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan kedua
ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di sekitarnya.
3. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan kedua
ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di sekitarnya.
G. Pathway

Mutagen, makanan,
wanita mandul, Inkusi epitel stroma Kista
primipara tua > 45
tahun, genetik
Rangsangan hormone
estrogen meningkat

Proliferasi kista

Terapi radiasi Maligna Metastase jar sekitar

Efek samping Pembesaran massa Penurunan fungsi


organ

Kerusakan sel sekitar, Kompresi serabut


rambut rontok, penurunan saraf Ketidakefektifan
hemotopoetik, anemia, pola seksualitas
penurunan produksi
eritrosit Nyeri akut

Penurunan motilitas usus Status kesehatan menurun Ketidakefektifan perfusi


jaringan perifer
Risiko perdarahan
Peristaltic menurun

Konstipasi
Koping individu tidak Gangguan citra tubuh
efektif

Ansietas

Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2016


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CA OVARIUM
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,
bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama
1) Nyeri (Jenis, Intensitas, waktu, durasi, daerah yang menyebabkan nyeri
bertambah, atau berkurang), hubungan nyeri dengan menstruasi, seksualitas,
fungsi urinaria, dan gastrointestinal.
2) Perdarahan (pada saat kehamilan, setelah menopause, karakteristik, faktor
pencetus, jumlah, warna, konsistensi). Pengeluaran cairan/secret melalui vagina
(iritasi, gatal, nyeri, jumlah, warna, konsistensi).
3) Masa (pada mamae, karekterisrik, hubungannya dengan menstruasi, kekenyalan,
ukuran, nyeri dan pembesaran limfe)
b. Keluhan fungsi reproduksi
1) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah dialamai masa anak-anak, penyakit kronis pada masa
dewasa, riwayat infertilitas, penyakit gangguan metabolisme/nutrisi,
penggunaan obat-obatan radiasi yang lama, peradangan panggul, rupture
appendik peritonitis.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengembangan dari pengkajian PQRST
3) Riwayat penyakit keluarga
DM, kardiovaskuler, kehamilan kembar, kanker, gangguan genetik, kongenital.
4) Riwayat reproduksi
Siklus haid, durasi haid
5) Riwayat obstetric \
Kehamilan, persalinan, nifas, hamil
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Lemah, tekanan darah, nadi, pernapasan
b. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak.
c. Mata: ada tidaknya anemis anemis, ikterus, reflek cahaya.
d. Hidung: ada tidak ada pernafasan cuping.
e. Mulut: Kebersihan
f. Telinga: ada tidaknya serumen.
g. Leher: ada tidak nya pembesaran kelenjar.
h. Jantung: Denyut jantung
i. Ekstremitas: Adakah luka pada ekstremitas.
j. Integumen
k. Genetalia eksterna : inpeksi dan palpasi dengan posisi litotomi bertujuan mengkaji
kesesuaian umur dengan perkembangan sistem reproduksi, kondisi rambut pada
simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva, tanda-tanda peradangan,
bengkak dan pengeluaran cairan vagina.
l. Pemeriksan abdomen : adanya masa abdominopelvic
m. Pelvis : dengan mengunakan spekulum dilakukan inpeksi servik yaitu warna,
bentuk, dilatasi servik, erosi, nodul, masa, cairan pervaginam, perdarahan, lesi atau
luka. Setelah spekulum dilepas dapat dilakukan pemeriksaan bimanual yaitu :
memasukan dua jari kedalam vagina untuk pemeriksaan dinding posterior vagina
(adanya masa, ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas uterus, mobilitas ovarium,
adneksa).
n. Pemeriksaan rectum dan rekto vagina
4. Riwayat psikososial
a. Oksigenasi
b. Nutrisi dan cairan : kaji frekuensi makan, nafsu makan, jenis makanan rumah,
makanan yang tidak disukai.
c. Eliminasi : kaji pola BAK (frekuensi, warna, keluhan saat BAK), pola BAB
(frekuensi, warna, keluhan saat BAB).
d. Termoregulasi
e. Aktivitas dan latihan
f. Seksualitas
g. Psikososial (stress, koping, dan konsep diri)
h. Rasa aman dan nyaman
i. Spiritual
j. Hygiene : kaji oral hygiene, kebersihan rambut, kebersihan tubuh
k. Istirahat tidur : Kaji lama tidur, kebiasaan sebelum tidur, keluhan saat tidur.
l. Aktualisasi diri
m. Rekreasi
n. Kebutuhan belajar
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
a. Pemeriksan darah lengkap
b. Pemeriksaan kimia darah
c. Serum HCG
d. Alfa fetoprotein
e. Analisa air kemih
f. Pemeriksaan saluran pencernaan
g. Laparatomi
h. CT scan atau MRI perut.
i. Pemeriksaan panggul. Selama pemeriksaan panggul, dokter dengan hati-hati
memeriksa bagian luar alat kelamin terkena (vulva), dan kemudian memasukkan
dua jari dari satu tangan ke dalam vagina dan sekaligus menekan sisi lain di perut
untuk merasakan rahim dan ovarium. Pemeriksaan ini menggunakan sebuah alat
yang disebut spekulum yang dimasukkan ke dalam vagina. Spekulum vagina
terbuka sehingga dokter secara visual dapat memeriksa vagina dan leher rahim
untuk kelainan.
j. USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan gambar
dari bagian dalam tubuh. USG membantu dokter menyelidiki ukuran, bentuk dan
konfigurasi ovarium. Untuk membuat gambar dari ovarium, dokter mungkin
memasukkan penyelidikan USG ke dalam vagina Anda. Prosedur ini disebut USG
transvaginal. Pencitraan USG dapat membuat gambar dari struktur dekat ovarium,
seperti rahim anda.
k. Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian. Jika tes lain
menyarankan mungkin memiliki kanker ovarium, dokter dapat merekomendasikan
operasi untuk mengkonfirmasi diagnosis. Selama operasi, seorang ahli onkologi
ginekologi membuat sayatan di perut dan mengesplorasi rongga perut untuk
mendeteksi adanya kanker. Ahli bedah dapat mengumpulkan sampel cairan perut
dan menghapus ovarium untuk pemeriksaan oleh seorang ahli patologi. Jika kanker
ditemukan, ahli bedah segera mungkin mulai operasi untuk menghapus sebanyak
mungkin kanker. Dalam beberapa kasus, ahli bedah dapat membuat beberapa
sayatan kecil di perut Anda dan masukkan alat-alat bedah khusus dan sebuah
kamera kecil, sehingga prosedur tidak akan memerlukan sayatan yang lebih besar.
l. CA 125 tes darah. CA 125 adalah protein yang ditemukan pada permukaan sel
kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Banyak wanita dengan kanker
ovarium memiliki tingkat abnormal tinggi CA 125 dalam darah mereka. Namun,
sejumlah kondisi non-kanker juga menyebabkan peningkatan kadar CA 125, dan
banyak perempuan dengan stadium awal kanker ovarium yang normal memiliki
kadar CA 125. Untuk alasan ini, tes CA 125 tidak biasanya digunakan untuk
mendiagnosa atau ke layar untuk kanker ovarium, tetapi dapat digunakan untuk
memantau bagaimana perawatan Anda maju.

B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker
metastasis
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan produksi
darah (anemia)
3. Ansietas berhubungan dengan stres akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit
dan penatalaksanaannya
4. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan volume darah (anemia,
tromositopeni, kemoterapi)
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, terapi penyakit kanker
(terapi radiasi)
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal

C. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan - Comfort level Pain Management
dengan penekanan - Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
perut bagian bawah - Pain level secara komprehensif
akibat kanker Setelah dilakukan tindakan termasuk lokasi,
metastasis keperawatan selama …. karakteristik, durasi,
nyeri akut pasien frekuensi, kualitas dan faktor
berkurang dengan kriteria presipitasi
hasil: 2. Kontrol lingkungan yang
1. Tidak ada gangguan dapat mempengaruhi nyeri
tidur seperti suhu ruangan,
2. Tidak ada gangguan pencahayaan dan kebisingan
konsentrasi 3. Ajarkan tentang teknik non
3. Tidak ada gangguan farmakologi: napas dala,
hubungan relaksasi, distraksi, kompres
interpersonal hangat/ dingin
4. Tidak ada ekspresi 4. Berikan analgetik untuk
menahan nyeri dan mengurangi nyeri: ……...
ungkapan secara 5. Tingkatkan istirahat
verbal 6. Berikan informasi tentang
5. Tidak ada tegangan nyeri seperti penyebab nyeri,
otot berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
7. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
2. Ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi jaringan Circulation status Peripheral Sensation
perifer berhubungan Prefusion cerebral Management (Manajemen
dengan penurunan sensasi perifer)
produksi darah Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya daerah
(anemia) keperawatan selama …. tertentu yang hanya peka
Perfusi jaringan perifer terhadap
pasien efektif dengan panas/dingin/tajam/tumpul
kriteria hasil : 2. Monitor adanya paretese
1. Mendemonstrasikan 3. Instruksikan keluarga untuk
status sirkulasi yang mengobservasi kulit jika ada
ditandai dengan : lsi atau laserasi
a. Tekanan systole 4. Gunakan sarung tangan
dan diastole dalam untuk proteksi
rentang yang 5. Batasi gerakan pada kepala,
diharapkan leher dan punggung
b. Tidak ada 6. Monitor kemampuan BAB
ortostatik 7. Kolaborasi pemberian
hipertensi analgetik
c. Tidak ada tanda 8. Monitor adanya
tanda peningkatan tromboplebitis
tekanan 9. Diskusikan menganai
intrakranial (tidak penyebab perubahan sensasi
lebih dari 15
mmHg)
2. Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif
yang ditandai
dengan:
a. Berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
b. Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
c. Memproses
informasi
d. Membuat
keputusan dengan
benar
3. Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter
3. Ansietas NOC : NIC :
berhubungan Anxiety Control Anxiety Reduction
dengan stres akibat Setelah dilakukan asuhan (penurunan kecemasan)
kurangnya selama ……………klien 1. Berikan informasi faktual
pengetahuan tentang kecemasan teratasi dgn mengenai diagnosis,
penyakit dan kriteria hasil: tindakan prognosis
penatalaksanaannya 1. Klien mampu 2. Libatkan keluarga untuk
mengidentifikasi dan mendampingi klien
mengungkapkan gejala 3. Instruksikan pada pasien
cemas untuk menggunakan tehnik
2. Mengidentifikasi, relaksasi.
mengungkapkan dan 4. Dengarkan dengan penuh
menunjukkan tehnik perhatian.
untuk mengontol 5. Identifikasi tingkat
cemas kecemasan.
3. Vital sign dalam batas 6. Dorong pasien untuk
normal mengungkapkan perasaan,
4. Postur tubuh, ekspresi ketakutan, persepsi.
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

4. Risiko perdarahan NOC : NIC :


berhubungan - Blood lose severity Bleeding precautions
dengan penurunan - Blood koagulation 1. Monitor ketat tanda-tanda
volume darah Setelah dilakukan tindakan perdarahan
(anemia, keperawatan selama …. 2. Catat nilai Hb dan HT
tromositopeni, Tidak ada perdarahan pada sebelum dan sesudah
kemoterapi) pasien dengan kriteria terjadinya perdarahan
hasil: 3. Monitor nilai lab (koagulasi)
1. Tidak ada hematuria yang meliputi PT, PTT,
dan hemaremesis Trombosit
2. Tidak ada kehilangan 4. Monitor TTV ortostatik
darah yang terlihat 5. Kolaborasi dalam pemberian
3. Tekanan darah dalam produk darah
batas normal (sistol 6. Lindungi pasien dari trauma
dan diastole) yang dapat menyebabkan
4. Tidak ada perdarahan perdarahan
pervagina 7. Anjurkan pasien untuk
5. Tidak ada distensi meningkatkan intake
abdominal makanan yang banyak
6. Hemoglobin dan mengandung vitamin K
hematocrit dalam batas 8. Hindari terjadinya
normal konstipasi dengan
7. Plasma, PT, PTT menganjurkan untuk
dalam batas normal mempertahankan intake
cairan yang adekuat dan
pelembut feses
5. Gangguan citra NOC : NIC :
tubuh berhubungan - Body Image Body Image enchancement
dengan - Self esteem 1. Kaji secara verbal dan non
pembedahan, terapi Setelah dilakukan asuhan verbal respon klien terhadap
penyakit kanker keperawatan selama .......... tubuhnya
(terapi radiasi) diharapkan pasien tidak 2. Monitor frekuensi
mengalami gangguan citra mengkritik dirinya
tubuh dengan kriteria 3. Jelaskan tentang
hasil: pengobatan, perawatan,
1. Body image positif kemajuan dan prognosis
2. Mampu penyakit
mengidentifikasi 4. Dorong klien
kekuatan personal mengungkapkan
3. Mendeskripsikan perasaannya
secara faktual 5. Identifikasi arti
perubahan fungsi pengurangan melalui
tubuh pemakaian alat bantu
4. Mempertahankan 6. Fasilitasi kontak dengan
interaksi sosial individu lain dalam
kelompok kecil
6. Konstipasi NOC : NIC :
berhubungan - Bowel elimination Constipation/Impaction
dengan penurunan - Hydration Management
motilitas traktus Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala
gastrointestinal keperawatan selama …. konstipasi
Pasien tidak mengalami 2. Monitor bising usus
konstipasi dengan kriteria 3. Monitor feses, frekuensi,
hasil: konsistensi dan volume
1. Mempertahankan 4. Dukung intake cairan
bentuk feses lunak 5. Kolaborasi pemberian
setiap 1-3 hari laksatif
2. Bebas dari 6. Pantau tanda-tanda dan
ketidaknyamanan dan gejala konstipasi
konstipasi
3. Mengidentifikasi 7.
indicator untuk
mencegah konstipasi
4. Feses lunak dan
berbentuk
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn E (2014). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif.2012. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta; Media Aesculapius. FKUI

Mohtar Rustam. 2012. Sinopsis Obstetris, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi Edisi 2.

Jakarta; EGC.

Nurarif, dan Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis berdasarkan NANDA NIC NOC.

Yogyakarta: Mediaction

Price, dan Wilson. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai