Anda di halaman 1dari 26

UJIAN

STASE ILMU PENYAKIT DALAM

Oleh :

Putri Nurani

Pembimbing :

dr. Toni Prasetia, Sp.PD

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RS PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
2019
NAMA : Putri Nurani
NPM : 17360132
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pesawaran
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SLTA
Suku : Jawa
Status : Menikah
No. RM : 126534
Tanggal masuk : 29 April 2019 pukul 21.41 WIB

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 01 Mei 2019 pukul ± 11.00 WIB di
bangsal RPD RS Pertamina Bintang Amin secara autoanamnesis dan
alloanamnesis.
A. Keluhan Utama : Nyeri perut kanan atas

B. Keluhan Tambahan : Mual (+), muntah (-), demam (+), menggigil (-),

nyeri ulu hati (+), batuk (-), sesak napas (-), nyeri

dada (-), nafsu makan menurun, BAB (dbn), BAK

(dbn)

2
C. Riwayat Penyakit Sekarang

1 minggu yang lalu sebelum masuk RSPBA, Os mengatakan nyeri perut

mendadak di bagian kanan atas. Awalnya Os sedang bekerja di sawah

memanen hasil taninya. Sepulangnya Os ke rumah, Os tiba-tiba merasakan

nyeri yang hebat di perut kanan atasnya sampai merasa lemas menahan

sakitnya. Akhirnya Os berbaring dan beristirahat.

Namun setelah diistirahatkan keluhan itu tidak hilang, malah semakin

memberat. Os merasakan mual, demam dan nyeri pada ulu hatinya. Demam

dirasakan hilang timbul dan tidak disertai menggigil. Akhirnya Os pergi ke

mantri desa untuk berobat dan di lakukan perawat di rumah dengan diberikan

cairan infus dan obat minum yang Os tidak tahu jenis obatnya. Selama

seminggu Os mendapatkan perawatan di rumah dengan masih terpasang

cairan infus, namun keluhan tak kunjung membaik. Selama sakit Os

mengalami penurunan nafsu makan.

Pada hari Selasa tanggal 29 April 2019 sore hari, Os dibawa ke IGD

RSPBA oleh istri dan keluarganya dengan keluhan nyeri pada perut kanan

atas yang semakin hebat dan memberat sejak 3 jam sebelum masuk Rumah

Sakit. Os terlihat merintih kesakitan, dirasakan memberat bila Os bergerak

dan beraktivitas. Os saat ini tidak mengalami demam maupun menggigil

selama sakit. BAB dan BAK dalam batas normal. Nyeri dada dan sesak napas

tidak dirasakan. Juga tidak ada batuk maupun flu.

3
D. Riwayat Penyakit Dahulu
 Cacar 
Malaria  Batu ginjal/saluran kemih
 Cacar air 
Disentri  Burut (hernia)
 Difteri 
Hepatitis  Penyakit prostat
 Batuk rejan 
Tifus abdomen  Wasir
 Campak 
Hipotensi  Diabetes
 Influenza 
Sifilis  Alergi
 Tonsilitis 
Gonore  Tumor
 Kholera 
Hipertensi  Penyakit Jantung
Ulkus
 Demam rematik akut   Asma Bronkhial
ventrikulus
 Pneumonia  Ulkus duodeni  Gagal Ginjal Kronik
 Pleuritis  Gastritis  Sirosis Hepatis
 Tuberkulosis  Batu empedu  Riwayat sakit serupa
Riwayat
 Abortus  Gangguan  Dislipidemia
Kejiwaan
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Hubungan Diagnosa Keadaan Kesehatan Penyebab Meninggal
Kakek   
Nenek   
Ayah   
Ibu   
Saudara   
Anak-anak   

F. Riwayat Kebiasaan
 Riwayat merokok : diakui

 Riwayat konsumsi alkohol : disangkal

 Riwayat konsumsi kopi : diakui

 Riwayat konsumsi teh : diakui

 Riwayat konsumsi jamu : disangkal

 Riwayat konsumsi obat herbal : disangkal

4
G. Riwayat Makanan&Minuman

 Frekuensi/hari : 3x/hari

 Jumlah/hari : Satu porsi

 Variasi/hari : Bervariasi

 Nafsu makan : Menurun

H. Anamnesis Sistem
Kepala Nyeri kepala (), Pusing (), pusing berputar (), leher kaku ()
Konjungtiva anemis (+), Penglihatan kabur (), pandangan
Mata ganda (),pandangan berputar (), berkunang-kunang (), ,
sklera ikterik ()
Hidung Pilek (), mimisan (), tersumbat ()
Telinga Pendengaran berkurang (), keluar cairan (), darah ().
Sariawan (), luka pada sudut bibir (), bibir pecah- pecah (),
Mulut
gusi berdarah (), mulut kering ().
Leher Pembesaran kelenjar limfe ()
Tenggorokan Nyeri tenggorokan (), suara serak (), gatal ().
Sistem respirasi Sesak nafas (), batuk (), mengii ()
Sistem Sesak nafas saat beraktivitas (), nyeri dada (), berdebar-debar
kardiovaskuler (), keringat dingin ()
Rasa kembung (), nyeri ulu hati (+), BAB cair (), mual (+),
Sistem
muntah (), berwarna merah kehitaman (), BAB darah
gastrointestinal
kehitaman (), nafsu makan menurun (+)
Sistem Badan lemes (+), Nyeri otot (), nyeri sendi (), kaku otot ()
musculoskeletal
Urine berwarna seperti teh (), kencing darah (), sering kencing
Sistem
(), nyeri saat kencing (), kencing nanah (),sulit memulai
genitourinaria
kencing (), anyang-anyangan ).
Luka (), kesemutan (), kaku digerakan (), bengkak (), sakit
Ekstremitas atas
sendi (), panas ()
Ekstremitas Luka (), kesemutan (), kaku digerakan (), bengkak (), sakit
bawah sendi (), panas ()

5
Sistem Kejang (), gelisah (), kesemutan () mengigau (), emosi
neuropsikiatri tidak stabil ()
Sistem Pucat (), kulit kuning (), gatal ()
Integumentum

III. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 01 Mei 2019 pukul ± 11 WIB

di bangsal RPD RS Pertamina Bintang Amin.

A. Pemeriksaan Umum

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

 Kesadaran : Compos mentis

 Berat badan rata-rata (kg) : 50 kg

 Tinggi badan (cm) : 168 cm

 IMT : BB/TB2= 50/2,8 = 17,8 (berat

badan kurang)

 Aspek Kejiwaan

Tingkah laku : Wajar/gelisah/tenang/hipoaktif/hiperaktif

Alam perasaan : Biasa/sedih/gembira/cemas/takut/marah

Proses pikir : Wajar/cepat/gangguan waham/fobia/obsesi

6
B. Tanda vital

 TD : 120/80 mmHg

 Nadi : 105 x/menit

 RR : 22 x/menit

 Suhu : 37,4 (per axilla)

C. Status Generalis

KULIT

Warna : Sawo matang Efloresensi : Tidak ada

Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Tidak ada

Pertumbuhan rambut : Normal Pembuluh darah : Normal

Suhu raba : Hangat Lembab/kering : Lembab

Keringat, umum : Normal Turgor : Normal

KELENJAR GETAH BENING

Submandibula : Tidak teraba Leher : Tidak teraba

Supraklavikula : Tidak teraba Ketiak : Tidak teraba

Lipat paha : Tidak teraba

KEPALA

Ekspresi wajah : Normal Simetris muka : Simetris

Rambut : Normal

MATA

Eksolftalmus : Tidak ada Endoftalmus : Tidak ada

Kelopak : Normal Lensa : Normal


7
Konjungtiva : Anemis Visus : Normal

Sklera : Normal Gerakan mata : Normal

Lap.penglihatan : Normal Tek. bola mata : Normal

Deviatio konjungtiva : Tidak ada Nistagmus : Tidak ada

TELINGA

Tuli : Tidak tuli Selaput pendengaran : Tidak

diperiksa

Lubang : Normal Penyumbatan : Tidak ada

Serumen : Tidak diperiksa Perdarahan : Tidak ada

MULUT

Bibir : Normal Tonsil : Normal

Langit-langit : Normal Bau nafas : Tidak berbau

Trismus : Normal Lidah : Normal

Faring : Normal

LEHER

Tekanan vena jugularis : JVP 5+ -2 cm H2O

Kelenjar tiroid : Normal, tidak ada pembesaran

Kelenjar limfe : Normal, tidak ada pembesaran

THORAK

Bentuk : Simetris kiri = kanan

Sela iga : Normal

8
PARU DEPAN BELAKANG

Inspeksi : Bentuk normal, dan simetris

Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris , massa (-),

krepitasi (-)

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Kanan : vesikuler

Kiri : vesikuler

JANTUNG

Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

Palpasi : Iktus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung atas : ICS III linea parasternalis

sinistra

Batas jantung kiri : ICS VII linea midclavicula

sinistra

Batas jantung kanan : ICS VI linea parasternalis

dextra

Auskultasi :Bunyi jantung S1 dan S2 normal; Murmur(-);

Gallop (-)

ABDOMEN

Inspeksi : Bentuk cembung, caput medusa (-), ikterik (-)

Palpasi : Nyeri tekan perut (+), Hepar teraba ± 3 jari di bawah

arcus costa, konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi

9
tumpul dan limpa tidak teraba, nyeri ketok CVA (-)

kanan/kiri.

Perkusi : Timpani (+).

Auskultasi : Bising usus (+), normal

EKSTREMITAS

 Ekstremitas superior dextra dan sinistra:

Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-),

eritem palmar (-), akral dingin (-), krepitasi (-)

 Ekstremitas inferior dextra dan sinistra:

Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-),

eritem palmar (-), akral dingin (-), krepitasi (-)

D. Pemeriksaan Penunjang

1. DARAH LENGKAP

HEMATOLOGI
Tanggal 30 April 2019
No. Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
1. Hemoglobin 11,6 LK 14–18 Wn 12–16 gr/dl
2. Leukosit 15.000 4.500–10.700 ul
3. Hit. Jenis Leukosit Basofil 0 0–1 %
4. Hit. Jenis Leukosit Eosinofil 0 0–3 %
5. Hit. Jenis Leukosit Batang 1 2–6 %
6. Hit. Jenis Leukosit Segmen 77 50–70 %
7. Hit. Jenis Leukosit Limfosit 19 20–40 %
8. Hit. Jenis Leukosit Monosit 3 2–8 %
9. Eritrosit 3,8 Lk 4,6–6,2 Wn 4,2–6,4 ul
10. Hematokrit 30 Lk 40–54 Wn 38–47 %
11. Trombosit 293.000 159.000–400.000 ul
12. MCV 81 80–96 fl
13. MCH 31 27–31 pg
14. MCHC 38 32–36 gr/dl

10
B. Pemeriksaan USG

Tanggal 2 Mei 2019

Kesan : Abses hepar

IV. RESUME
Seorang laki-laki, 44 tahun masuk Rumah Sakit dengan kehulan nyeri
perut kanan atas sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-
tusuk, bertambah berat saar bergerak dan beraktifitas. Pasien merasa lebih
nyaman atau enak dengan posisi membungkuk. Mual (+), muntah (-), nyeri
ulu hati (+), demam (+), menggigil (-), batuk (-), sesak nafas (-), nyeri dada
(-). Nafsu makan menurun sejak pasien sakit. BAB lancar, BAK lancar.
Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada. Os baru pertama kali mengalami
sakit seperti ini.
Dari pemeriksaan fisik didatkan gambaran umum, tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis. Tanda vital : TD 120/80 mmHg; nadi : 105
x/menit, pernafasan : 22 x/menit, suhu : 37,4 0C. Pada pemeriksaan kepala
ditemukan konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan
kesan perut datar, ikut gerak nafas, hepar teraba 3 jari di bawah arcus costa
(konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tumpul), dan peristaltik (+) kesan
normal.
11
Dari hasil pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah rutin
didapatkan kesan leukositosis dengan leukosit 15.000 ul. Dari pemeriksaan
USG Abdomen didapatkan hasil : ukuran hepar membesar.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan hasil laboratorium
serta pemeriksaan penunjang lainnya, maka pasien didiagnosis dengan abses
hepar.

V. DAFTAR MASALAH (ABNORMALITAS)


 Nyeri perut bagian kanan atas
 Mual
 Demam
 Nyeri ulu hati
 Nafsu makan menurun
 Badan lemas

VI. DIAGNOSA
Abdominal pain et causa Abses hepar lobus dextra

VII. DIAGNOSA BANDING


 Cholesititis
 Hepatoma

VIII. PENATALAKSANAAN KASUS (RENCANA PEMECAHAN MASALAH)


 Diet lunak
 IVFD RL xx tpm
 Ceftriaxone 2x1
 Ketorolac 2x1 amp
 Ranitidine 2x1 amp
 PCT 3x1 tab
 Metronidazole 3x1 tab

12
IX. RENCANA PEMERIKSAAN
 USG Abdomen
 Foto Thorax PA
 Darah rutin
 Urin rutin
 SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, gula darah sewaktu, bilirubin total,
bilirubin direk, albumin, alkali fosfatase, LED, PT, aPTT
 Analisa feses

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam

13
FOLLOW UP

29 April 2019
S Nyeri perut kanan atas
O Tanda-Tanda Vital
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 105 x/menit
Suhu : 37,4 o C
Pernapasan : 22 x/menit
Kepala:
Konjungtiva anemis (+) , sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher:
JVP 5+ -2 cm H2O
Paru:
I: Bentuk normal, pergerakan dada simetris
P: Vokal fremitus kanan dan kiri simetris
P: Sonor
A: Vesikuler (+/+)
Jantung:
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis tidak teraba
P: – Batas jantung atas ICS III linea parasternalissinistra
- Batas jantung kiri ICS VII linea midclaviculasinistra
- Batas jantung kanan ICS VI linea parasternalis dextra
A : bunyi jantung S1 dan S2 normal
Abdomen:
I: Dinding perut cembung, turgor kulit lambat
P : Hepar teraba 3 jari BAC, konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tumpul, nyeri tekan (+)
P: Timpani
A: Bising usus normal
Extremitas:
- Ekstremitas superior dextra dan sinistra:
Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-), eritem palmar (-), akral
dingin (-), krepitasi (-)
- Ekstremitas inferior dextra dan sinistra:
Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-), eritem palmar (-), akral
dingin (-), krepitasi (-)
A Obs. Colic Abdomen
P  Pronalges supp
 IVFD RL xx gtt/ menit
 Inj. Ketorolac (drip) / 12 jam
 Inj. Ranitidin amp/12 jam
 Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam

14
30 April 2019
S Mengeluh nyeri perut kanan atas
O Tanda-Tanda Vital
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,4 o C
Pernapasan : 20 x/menit
Kepala:
Konjungtiva anemis (+) , sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher:
JVP 5+ -2 cm H2O
Paru:
I: Bentuk normal, pergerakan dada simetris
P: Vokal fremitus kanan dan kiri simetris
P: Sonor
A: Vesikuler (+/+)
Jantung:
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis tidak teraba
P: – Batas jantung atas ICS III linea parasternalissinistra
- Batas jantung kiri ICS VII linea midclaviculasinistra
- Batas jantung kanan ICS VI linea parasternalis dextra
A : bunyi jantung S1 dan S2 normal
Abdomen:
I: Dinding perut cembung, turgor kulit lambat
P : Hepar teraba 3 jari BAC, konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tumpul, nyeri tekan (+)
P: Timpani
A: Bising usus normal
Extremitas:
- Ekstremitas superior dextra dan sinistra:
Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-), eritem palmar (-), akral
dingin (-), krepitasi (-)
- Ekstremitas inferior dextra dan sinistra:
Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-), eritem palmar (-), akral
dingin (-), krepitasi (-)
Susp. Abses hepar
A
Cholesistitis
P  Pronalges supp
 IVFD RL xx gtt/ menit
 Inj. Ketorolac 2x1 amp
 Inj. Ranitidin 2x1 amp
 Inj. Ceftriaxone 2x1 vial
 PCT 3x1 tab
 Metronidazole 3x1 tab
 USG Hepatobili (besok)

15
01 Mei 2019
S Nyeri perut kanan atas
O Tanda-Tanda Vital
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,2 o C
Pernapasan : 20 x/menit
Kepala:
Konjungtiva anemis (+) , sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher:
JVP 5+ -2 cm H2O
Paru:
I: Bentuk normal, pergerakan dada simetris
P: Vokal fremitus kanan dan kiri simetris
P: Sonor
A: Vesikuler (+/+)
Jantung:
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis tidak teraba
P: – Batas jantung atas ICS III linea parasternalissinistra
- Batas jantung kiri ICS VII linea midclaviculasinistra
- Batas jantung kanan ICS VI linea parasternalis dextra
A : bunyi jantung S1 dan S2 normal
Abdomen:
I: Dinding perut cembung, turgor kulit lambat
P : Hepar teraba 3 jari BAC, konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tumpul, nyeri tekan (+)
P: Timpani
A: Bising usus normal
Extremitas:
- Ekstremitas superior dextra dan sinistra:
Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-), eritem palmar (-), akral
dingin (-), krepitasi (-)
- Ekstremitas inferior dextra dan sinistra:
Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-), eritem palmar (-), akral
dingin (-), krepitasi (-)
A Abdominal pain ec. Susp. Abses hepar , Cholesistitis
P  Pronalges supp
 IVFD RL xx gtt/ menit
 Inj. Ketorolac 2x1 amp
 Inj. Ranitidin 2x1 amp
 Inj. Ceftriaxone 2x1 vial
 PCT 3x1 tab
 Metronidazole 3x1 tab
 USG Hepatobili (besok)

16
02 Mei 2019
S Nyeri perut kanan atas
O Tanda-Tanda Vital
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36,0 o C
Pernapasan : 22 x/menit
Kepala:
Konjungtiva anemis (+) , sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher:
JVP 5+ -2 cm H2O
Paru:
I: Bentuk normal, pergerakan dada simetris
P: Vokal fremitus kanan dan kiri simetris
P: Sonor
A: Vesikuler (+/+)
Jantung:
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis tidak teraba
P: – Batas jantung atas ICS III linea parasternalissinistra
- Batas jantung kiri ICS VII linea midclaviculasinistra
- Batas jantung kanan ICS VI linea parasternalis dextra
A : bunyi jantung S1 dan S2 normal
Abdomen:
I: Dinding perut cembung, turgor kulit lambat
P : Hepar teraba 3 jari BAC, konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tumpul, nyeri tekan (+)
P: Timpani
A: Bising usus normal
Extremitas:
- Ekstremitas superior dextra dan sinistra:
Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-), eritem palmar (-), akral
dingin (-), krepitasi (-)
- Ekstremitas inferior dextra dan sinistra:
Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-), eritem palmar (-), akral
dingin (-), krepitasi (-)
A Abses hepar
P  Pronalges supp
 IVFD RL xx gtt/ menit
 Inj. Ketorolac 2x1 amp
 Inj. Ranitidin 2x1 amp
 Inj. Ceftriaxone 2x1 vial
 PCT 3x1 tab
 Metronidazole 4x1 tab

17
ANALISA KASUS

1. DIAGNOSIS ABSES HEPAR

Teori dan Gejala Klinis

Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena

infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari

sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan

pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi

atau sel darah didalam parenkim hati .

Secara umum, abses hati terbagi 2, yaitu abses hati amebik (AHA) dan

abses hati piogenik (AHP). AHA merupakan salah satu komplikasi amebiasis

ekstraintestinal yang paling sering dijumpai di daerah tropik/subtropik,

termasuk Indonesia. AHP dikenal juga sebagai hepatic abscess, bacterial

liver abscess, bacterial abscess of the liver, bacterial hepatic abscess. AHP

ini merupakan kasus yang relatif jarang, pertama ditemukan oleh

Hippocrates.

Cara penularan Abses Hepar Amebik umumnya fecal-oral yaitu dengan

menelan kista, baik melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi atau

transmisi langsung pada orang dengan higiene yang buruk. Kasus yang jarang

terjadi adalah penularan melalui seks oral ataupun anal.

Sedangkan cara penularan pada Abses Hepar Piogenik yaitu abses hati

dapat berbentuk soliter maupun multipel. Hal ini dapat terjadi dari

penyebaran hematogen maupun secara langsung dari tempat terjadinya

18
infeksi di dalam rongga peritoneum. Hati menerima darah secara sistemik

maupun melalui sirkulasi vena portal, hal ini memungkinkan terinfeksinya

hati oleh karena paparan bakteri yang berulang, tetapi dengan adanya sel

Kuppfer yang membatasi sinusoid hati akan menghindari terinfeksinya hati

oleh bakteri tersebut. Bakteri piogenik dapat memperoleh akses ke hati

dengan ekstensi langsung dari organ-organ yang berdekatan atau melalui

vena portal atau arteri hepatika. Adanya penyakit sistem biliaris sehingga

terjadi obstruksi aliran empedu akan menyebabkan terjadinya proliferasi

bakteri. Adanya tekanan dan distensi kanalikuli akan melibatkan cabang-

cabang dari vena portal dan limfatik sehingga akan terbentuk formasi abses

fileflebitis. Mikroabses yang terbentuk akan menyebar secara hematogen

sehingga terjadi bakteremia sistemik. Penetrasi akibat trauma tusuk akan

menyebabkan inokulasi bakteri pada parenkim hati sehingga terjadi AHP.

Penetrasi akibat trauma tumpul menyebabkan nekrosis hati, perdarahan

intrahepatik dan terjadinya kebocoran saluran empedu sehingga terjadi

kerusakan dari kanalikuli. Kerusakan kanalikuli menyebabkan masuknya

bakteri ke hati dan terjadi pembentukan pus. Lobus kanan hati lebih sering

terjadi AHP dibanding lobus kiri, kal ini berdasarkan anatomi hati, yaitu lobus

kanan menerima darah dari arteri mesenterika superior dan vena portal

sedangkan lobus kiri menerima darah dari arteri mesenterika inferior dan

aliran limfatik.

19
Gejala Abses Hepar Amebik :

a. Demam internitten ( 38-40 oC)

b. Nyeri perut kanan atas, kadang nyeri epigastrium dan dapat menjalar

hingga bahu kanan dan daerah skapula

c. Anoreksia

d. Nausea

e. Vomitus

f. Keringat malam

g. Berat badan menurun

h. Batuk

i. Pembengkakan perut kanan atas

j. Ikterus

k. Buang air besar berdarah

l. Kadang ditemukan riwayat diare

m. Kadang terjadi cegukan (hiccup)

Kelainan fisis :

a. Ikterus

b. Temperatur naik

c. Malnutrisi

d. Hepatomegali yang nyeri spontan atau nyeri tekan atau disertai komplikasi

e. Nyeri perut kanan atas

f. Fluktuasi

20
Gejala Abses Hepar Piogenik :

Gambaran klinis abses hati piogenik menunjukkan manifestasi sistemik yang

lebih berat dari abses hati amuba.

Keluhan :

a. Demam yang sifatnya dapat remitten, intermitten atau kontinyu yang

disertai menggigil

b. Nyeri spontan perut kanan atas ditandai dengan jalan membungkuk ke

depan dan kedua tangan diletakkan di atasnya.

c. Mual dan muntah

d. Berkeringat malam

e. Malaise dan kelelahan

f. Berat badan menurun

g. Berkurangnya nafsu makan

h. Anoreksia

Pemeriksaan fisis :

a. Hepatomegali

b. Nyeri tekan perut kanan

c. Ikterus, namun jarang terjadi

d. Kelainan paru dengan gejala batuk, sesak nafas serta nyeri pleura

e. Buang air besar berwarna seperti kapur

f. Buang air kecil berwarna gelap

g. Splenomegali pada AHP yang telah menjadi kronik

21
Diagnosis Abses Hepar Amebik pasti ditegakkan melalui biopsi hati

untuk menemukan trofozoit amuba. Diagnosis abses hati amebik di daerah

endemik dapat dipertimbangkan jika terdapat demam, nyeri perut kanan atas,

hepatomegali yang juga ada nyeri tekan. Disamping itu bila didapatkan

leukositosis, fosfatase alkali meninggi disertai letak diafragma yang tinggi

dan perlu dipastikan dengan pemeriksaan USG juga dibantu oleh tes serologi.

Untuk diagnosis abses hati amebik juga dapat menggunakan kriteria Sherlock

(1969), kriteria Ramachandran (1973), atau kriteria Lamont dan Pooler.

Menegakkan diagnosis AHP berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis

dan laboratoris serta pemeriksaan penunjang. Diagnosis AHP kadang-kadang

sulit ditegakkan sebab gejala dan tanda klinis sering tidak spesifik. Diagnosis

dapat ditegakkan bukan hanya dengan CT-Scan saja, meskipun pada akhirnya

dengan CT-Scan mempunyai nilai prediksi yang tinggi untuk diagnosis AHP,

demikian juga dengan tes serologi yang dilakukan. Tes serologi yang negatif

menyingkirkan diagnosis AHA, meskipun terdapat pada sedikit kasus, tes ini

menjadi positif beberapa hari kemudian. Diagnosis berdasarkan penyebab

adalah dengan menemukan bakteri penyebab pada pemeriksaan kultur hasil

aspirasi, ini merupakan standar emas untuk diagnosis.

Kasus :

Pada kasus diadapatkan nyeri perut kanan atas seperti tertusuk-tusuk,

bertambah berat saat bergerak dan beraktivitas, merasa nyaman jika dengan

posisi membungkuk. Mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (+), demam (+),

22
menggigil (-), batuk (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-). Nafsu makan

menurun. BAB lancar, BAK lancar.

2. PENATALAKSANAAN KASUS

Medikamentosa

Abses hati amoeba tanpa komplikasi lain dapat menunjukkan

penyembuhan yang besar bila diterapi hanya dengan antiamoeba.

a. Metronidazole

Metronidazole merupakan derivat nitroimidazole, efektif untuk

amubiasis intestinal maupun ekstraintestinal., efek samping yang paling

sering adalah sakit kepala, mual, mulut kering, dan rasa kecap logam.

Dosis yang dianjurkan untuk kasus abses hati amoeba adalah 3 x 750

mg per hari selama 5 – 10 hari. Sedangkan untuk anak ialah 35-50

mg/kgBB/hari terbagi dalam tiga dosis. Derivat nitroimidazole lainnya

yang dapat digunakan adalah tinidazole dengan dosis 3 x 800 mg

perhari selama 5 hari, untuk anak diberikan 60 mg/kgBB/hari dalam

dosis tunggal selama 3-5 hari.

b. IVFD RL xx tpm

Ringer laktat adalah larutan steril yang digunakan sebagai penambah

cairan dan elektrolit tubuh untuk mengembalikan keseimbangannya.

Obat ini juga dapat bertindak sebagai alkalisator yang mengurangi

keasaman. Obat ini merupakan campuran dari sodium klorida, sodium

laktat, potassium klorida, kalsium klorida dan air.

23
Pemberian cairan infus RL bagi penderita pada dasarnya untuk

mencegah timbulnya keadaan gangguan elektrolit yang diakibatkan

oleh peningkatan gula darah tsb dan juga dehidrasi.

c. Ceftriaxone 2x1

Merupakan golongan Cephalosporin Generasi III yang umumnya

kurang aktif terhadap coccus gram postif dibandingkan dengan generasi

pertama, tapi jauh lebih aktif terhadap coccus gram negative.

Indikasinya untuk infeksi yang disebabkan oleh pathogen yang

sensitive terhadap ceftriaxone dalam kondisi sepsis, meningitis, infeksi

abdomen peritonitis, infeksi kandung empedu, dan saluran pencernaan,

dll. Dosis umum yang diberikan 1-2 gram/hari. Pada infeksi berat dosis

dapat ditingkatkan hingga 4 gram/hari. Ceftriaxone dapat diberikan

secra injeksi I.V dan I.M.

d. Ketorolac

Ketorolac adalah obat dengan fungsi mengatasi nyeri sedang hingga

nyeri berat untuk sementara. Biasanya obat ini digunakan sebelum atau

sesudah prosedur medis, atau setelah operasi. Ketorolac

adalah golongan obat nonsteroidal anti-inflammatory drug

(NSAID) yang bekerja dengan memblok produksi substansi alami

tubuh yang menyebabkan inflamasi. Efek ini membantu mengurangi

bengkak, nyeri, atau demam. Ketorolac biasanya diberikan pertama

dalam suntikan, dan lalu dalam bentuk obat oral (diminum). Injeksi

ketorolac diberikan melalui jarum suntik ke otot atau vena. Tablet

24
ketorolac harus diberikan dengan segelas air. Ketorolac normalnya

diberikan untuk ≤ 5 hari, termasuk bentuk injeksi dan oral dikombinasi.

Penggunaan ketorolac jangka panjang dapat merusak ginjal atau

menyebabkan perdarahan.

e. Ranitidine

Ranitidine atau ranitidin adalah obat untuk mengurangi jumlah asam

lambung dalam perut. Fungsinya untuk mengatasi dan mencegah rasa

panas perut (heartburn), maag, dan sakit perut yang disebabkan oleh

tukak lambung. Ranitidin juga digunakan untuk mengobati dan

mencegah berbagai penyakit perut dan kerongkongan yang disebabkan

oleh terlalu banyak asam lambung, misalnya erosive esophagitis

dan refluks asam lambung (gastroesophageal reflux disease, GERD).

Ranitidine termasuk ke dalam golongan obat H2 histamine blocker.

Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan dispepsia: 75 mg secara

oral sekali sehari (tanpa resep) 30-60 menit sebelum makan. Dosis

dapat ditingkatkan hingga 75 mg dua kali sehari. Durasi pengobatan

maksimum untuk pengobatan sendiri tanpa resep adalah 14 hari.

f. Paracetamol

Paracetamol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan

analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam). Obat ini

dipakai untuk meredakan rasa sakit ringan hingga menengah, serta

menurunkan demam. Untuk orang dewasa, dianjurkan untuk

mengonsumsi paracetamol 1-2 tablet sebanyak 500 miligram hingga 1

25
gram tiap 4-6 jam sekali dalam 24 jam. Paracetamol mengurangi rasa

sakit dengan cara menurunkan produksi zat dalam tubuh yang disebut

prostaglandin. Prostaglandin adalah unsur yang dilepaskan tubuh

sebagai reaksi terhadap kerusakan jaringan atau infeksi, yang memicu

terjadinya peradangan, demam, dan rasa nyeri. Paracetamol

menghalangi produksi prostaglandin, sehingga rasa sakit dan demam

berkurang.

26

Anda mungkin juga menyukai