Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga
kerja dan orang lainnya di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat,
serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien (Kepmenaker
Nomor 463/MEN/1993). Pengertian lain menurut OHSAS 18001:2007, keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) adalah kondisi dan faktor yang mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan kerja serta orang lain yang berada di tempat kerja.
Berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 pasal 87, bahwa setiap
perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
Berikut ini beberapa pengertian dan definisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dari
beberapa sumber buku:
Menurut Flippo (1995), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah pendekatan
yang menentukan standar yang menyeluruh dan bersifat (spesifik), penentuan kebijakan
pemerintah atas praktek-praktek perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan
melalui surat panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain.
Menurut Ardana (2012), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah upaya
perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau selalu
dalam keadaan selamat dan sehat sehingga setiap sumber produksi dapat digunakan
secara aman dan efisien.
URAIAN MATERI
1. Prosedur K3
Kecelakaan kerja mungkin saja bisa terjadi walaupun kita sudah bekerja dengan hati-hati.
Namun jika semua aspek K3 tidak terpenuhi bisa saja terjadi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja/K3 adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan
aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu
usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat
mengakibatkan kecelakaan.
Berikut adalah beberapa jenis kecelakaan kerja yang dapat terjadi disektor industri:
1) Elektronik a. Teriris, terpotong
(manufaktur) b. Terlindas, tertabrak
c. Berkontak dengan bahan kimia atau bahan
berbahaya lainnya
d. Kebocoran gas
e. Menurunnya daya pendengaran, daya penglihatan
2) Produksi metal a. Terjepit, terlindas
(manufaktur) b. Tertusuk, terpotong, tergores
c. Jatuh terpeleset
d. Terjadinya kontak antara kulit dengan cairan metal,
cairan non-metal
3) Petrokimia (minyak a. Terjepit, terlindas
dan produksi batu bara, b. Teriris, terpotong, tergores
produksi karet, produksi c. Jatuh terpeleset
karet, produksi plastik) d. Tertabrak
e. Terkena benturan keras
f. Terhirup atau terjadinya kontak antara kulit
dengan hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan
embun yang beracun
4) Konstruksi a. Kemungkinan jatuh dari ketinggian
b. Kejatuhan barang dari atas
c. Terinjak
d. Terkena barang yang runtuh, roboh
e. Berkontak dengan suhu panas, suhu dingin,
lingkungan yang beradiasi pengion dan non pengion,
bising
f. Terjatuh, terguling
g. Terjepit, terlindas
h. Tertabrak
i. Terkena benturan keras
5) Bengkel Otomotif a. Kejatuhan barang dari atas (bekerja dibawah
kendaraan; kendaraan sedang diangkat oleh dongkrak/car
lift)
b. Terjepit, terlindas
c. Tertabrak
d. Terpeleset
e. Cedera tulang dan sendi (keseleo, terkilir)
f. Terjatuh, terguling
g. Cedera punggung dan bahu
h. Terbakar
i. Terkena benturan keras
j. Berkontak dengan bahan kimia atau bahan
berbahaya lainnya, seperti hidrokarbon (gas sisa
pembakaran), minyak rem, elektrolit baterai, dll
k. Tersengat listrik
l. Teriris, sobek, terluka benda tajam
Prosedur berikut mungkin bisa mencegah terjadinya kecelakaan ditempat kerja yang perlu
dilakukan secara bersama-sama oleh tenaga kerja, perusahaan dan pemerintah, yakni:
1) Peraturan perundangan (UU No 1 tahun 70 tentang keselamatan dan kesehatan kerja,
UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan kerja dan UU no 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan)
2) Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resi atau tak resmi
mengenai prosedur kerja yang memenuhi syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja.
3) Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-
undangan yang diwajibkan.
4) Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya,
pengujian alat-alat perlindungan diri, dsb.
5) Riset medis.
6) Penelitian psikologis.
7) Penelitian secara statistik.
8) Pendidikan.
9) Latihan-latihan.
10) Penggairahan, penggunaan berbagai cara penyuluhan yang menimbulkan sikap untuk
selamat.
11) Asuransi. dan
12) Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.
Dengan mematuhi prosedur K3 dan mengetahui jenis kecelakaan kerja, diharapkan tenaga
kerja mampu melakukan tindakan preventif agar kecelakaan tersebut tidak terjadi, walaupun
terjadi tapi dengan resiko yang minim.
Berikut adalah prosedur K3 yang harus diketahui dan diterapkan di tempat kerja, terutama di
bengkel otomotif.
1) Mematuhi peraturan perundang-undangan (UU No 1 tahun 70 tentang keselamatan dan
kesehatan kerja, UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan kerja dan UU no 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan).
2) Mematuhi peraturan K3 yang diberlakukan diperusahaan.
3) Menganalisis kondisi lingkungan kerja.
4) Menganalisis kondisi peralatan dan perlengkapan kerja, termasuk penggunaannya
sesuai dengan fungsinya.
5) Menjaga lingkungan kerja tetap bersih dan rapih (5 S)
6) Bekerja sesuai prosedur (SOP).
7) Tersedianya alat keselamatan kerja dan terampil dalam penggunaannya.
2. Prosedur 5S
Bagi anda yang pernah berinteraksi dengan dunia industri tentunya tidak asing dengan istilah
5S. Industri yang menerapkan program 5S akan terlihat bersih dan teratur. Mereka berpikir
keadaan yang berantakan akan menyembunyikan masalah. Program 5S dipandang sebagai
usaha untuk memunculkan masalah yang selama ini tersembunyi dari para pemecah masalah
(problem solver).
5S adalah kunci utama dilingkungan kerja untuk membantu mewujudkan pekerjaan dapat
dilakukan dengan cepat, benar dan aman.
Saat ini, program 5S telah banyak diadopsi oleh berbagai industri di berbagai negara.
Popularitas 5S ini tak lepas dari kesuksesan industri Jepang yang selama ini
memusatkan perhatiannya terhadap pengurangan segala pemborosan (waste). 5S adalah
landasan untuk membentuk perilaku manusia agar memiliki kebiasaan (habit) mengurangi
pembororsan di tempat kerjanya.
Program 5S pertama kali diperkenalkan di Jepang sebagai suatu gerakan kebulatan tekad
untuk mengadakan pemilahan (seiri), penataan (seiton), pembersihan (seiso), penjagaan
kondisi yang mantap (seiketsu), dan penyadaran diri akan kebiasaan yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan dengan baik (shitsuke). Masing-masing S dalam 5S beserta
penjelasannya dijelaskan di bawah ini.
SEIRI
Seiri merupakan langkah awal implementasi 5S, yaitu: pemilahan barang
yang berguna dan tidak berguna:
Barang berguna => Disimpan
Barang tidak berguna => Dibuang
Dalam langkah awal ini dikenal istilah Red Tag Strategy, yaitu menandai
barang-barang yang sudah tidak berguna dengan label merah (red tag) agar
mudah dibedakan dengan barang-barang yang masih berguna. Barang-barang
dengan label merah kemudian disingkirkan dari tempat kerja. Semakin
ramping (lean) tempat kerja dari barang-barang yang tidak dibutuhkan, maka
akan semakin efisien tempat kerja tersebut.
SEITON
Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan barang yang
berguna agara mudah dicari,
dan aman, serta diberi indikasi.
Dalam langkah kedua ini dikenal istilah Signboard Strategy, yaitu
menempatkan barang-barang berguna secara rapih dan teratur kemudian
diberikan indikasi atau penjelasan tentang tempat, nama barang, dan berapa
banyak barang tersebut agar pada saat akan digunakan barang tersebut mudah
dan cepat diakses. Signboard strategy mengurangi pemborosan dalam bentuk
gerakan mondar-mandir mencari barang.
SEISO
Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu: pembersihan barang yang
telah ditata dengan rapih agar tidak kotor, termasuk tempat kerja dan
lingkungan serta mesin, baik mesin yang breakdown maupun dalam rangka
program preventive maintenance (PM).
Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti ruang pameran
agar lingkungan kerja sehat dan nyaman sehingga mencegah motivasi kerja
yang turun akibat tempat kerja yang kotor dan berantakan.
SEIKETSU
Seiketsu adalah langkah selanjutnya setelah seiri, seiton, dan seiso, yaitu:
penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi
dan bersih menjadi suatu
standar kerja. Keadaan yang telah dicapai dalam proses seiri, seiton,
dan seiso harus distandarisasi. Standar-standar ini harus mudah dipahami,
diimplementasikan ke seluruh anggota organisasi, dan diperiksa secara
teratur dan berkala.
SHITSUKE
Shitsuke adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika kerja:
Disiplin terhadap standar
Saling menghormati
Malu melakukan pelanggaran
Senang melakukan perbaikan
Padanan 5S dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah
ini.
Tabel 1
Padanan 5S dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
JEPANG INDONESIA INGGRIS
5S 5R 5S 5P 5K 5S
Alat pemadam kebakaran banyak jenisnya disesuaikan dengan kelas-kelas api dan media
pemadamannya, yakni:
3) Api Varnish
Kelas “C” Api Uap dan Gas (Gas & Steam Fire) Debu Kering
(Pasir),
1) Butana
Karbondioksida
2) Propane (CO2), dan
Varpourising
3) Oxy Acetyline Liquid
4) Gas (LPG)
Kelas “D” Api Logam (Metal Fire) Soda Ash, Pasir/
Debu Kering,
1) Potaosium
Mantel dan
2) Sodium Powder
3) Kalsium
4) Magnesium
Api Elektrik Debu Kering,
Karbondioksida
(CO2) dan
Vapourising
Liquid
b. Pakaian Kerja
Untuk mencegah kecelakaan, pilih pakaian kerja yang kuat dan dapat memudahkan pekerjaan.
Hindari pakaian kerja yang memperlihatkan sabuk, gesper, dan kancing yang dapat merusak
kendaraan saat bekerja.
Sebagai tindakan pengamanan terhadap kemungkinan cidera atau terbakar, jangan
memperlihatkan kulit secara terbuka.
c. Sepatu Kerja
Pastikan untuk selalu mengenakan sepatu kerja (safety shoes) saat bekerja, untuk
menghindari bahaya tergelincir, dan cidera kaki karena adanya benda yang terjatuh.
Saat mengangkat benda atau melepas pipa knalpot yang panas atau benda serupa, kenakanlah
sarung tangan. Namun untuk pekerjaan seperti menggunakan mesin bor, mesin gerinda,
jangan sekali-kali menggunakan sarung tangan, hal ini akan menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
e. Pelindung Kepala
Pelindung kepala (helm) digunakan untuk melindungi kepala agar tidak cidera akibat ada
benda yang jatuh atau kitanya yang jatuh.
f. Pelindung Mata
Pelindung mata (googles) digunakan untuk melindungi mata dari serpihan-serpihan kecil
pada saat bekerja, seperti mengebor, menggerinda, dll. Atau dari cahaya yang keluar pada
saat mengelas. Sehingga mata bisa terbebas dari cidera yang mengakibatkan kebutaan.
g. Pelindung Telinga
Pelindung telinga digunakan untuk melindungi telinga kita dari gangguan pendengaran yang
berdampak pada ketulian, yakni pada saat bekerja diarea yang tingkat kebisingannya melebihi
standar, seperti mengebor, menggerinda, dll.
h. Himbauan/ Rambu-rambu
Perhatikan himbauan/ rambu-rambu tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang terpasang
dibengkel (tempat kerja) dan lingkungan sekitarnya, dan juga harap perhatikan himbauan
lainnya. Himbauan/rambu-rambu tersebut dipasang didaerah tertentu, karena sudah melalui
hasil analisis mengenai K3.
Selama bekerja, pakailah selalu fender cover, seat cover, dan floor cover agar tidak merusak
atau mengotori kendaraan.
Jagalah selalu kebersihan fender cover dan seat cover.
Oli atau gemuk yang ada pada tangan atau alat-alat anda dapat mengotori kendaraan. Karena
itu tangan dan alat-alat harus dijaga agar tetap bersih.
Jangan sekali-kali memasukkan benda yang tajam seperti obeng ke dalam kantong baju
karena dapat merusak kendaraan dan melukai anda sendiri misalnya anda terjatuh.
Bersihkan selalu minyak dan oli yang tertumpah sehingga kendaraan tidak dalam keadaan
kotor. Jika oli yang tertumpah dibiarkan begitu saja, langganan akan mengira terdapat
kebocoran pada kendaraannya, lalu membawanya kembali ke bengkel.
Apabila kendaraan tertumpah minyak rem, jangan mengelap tumpahan karena dapat merusak
cat. Cara menanganinya adalah dengan memberi air pada tempat yang tertumpah minyak rem.
KESIMPULAN
Pada umumnya kecelakaan kerja terjadi karena dua faktor, yakni kecelakaan dikarenakan
faktor manusia dan kecelakaan dikarenakan faktor fisik seperti mesin, peralatan, rendahnya
standar pengamanan peralatan, dan lingkungan kerja yang buruk. Jadi bijaklah dalam bekerja
dengan memperhatikan aspek-aspek keselamatan kerja tersebut.
SOAL LATIHAN
1. Jelaskan kelas-kelas api dan media pemadamannya !
2. Jelaskan 3 alat keselamatan kerja !
3. Sebut dan jelaskan jenis kecelakaan kerja yang dapat terjadi disektor industri
DAFTAR PUSTAKA
Suma’mur P.K, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, CV. Haji Masagung,
Jakarta: 1989
http://inihradzhkhan.blogspot.com/2014/05/materi-pdto-keselamatan-dan-kesehatan.html