Anda di halaman 1dari 35

Nama : Nur Afni

Nim : 212200018

Kelas : II A ( Akuntansi)

TEORI TINGKAT SUKU BUNGA

Suku Bunga

Edward dan Khan (1985), mengatakan bahwa faktor penentu suku bunga tcrbagi alas 2 (dua) faktor, yaitu
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar, dan Ekspektasi
Inflasi. Sedangkan faktor eksternalnya adalah penjumlahan suku bunga luar negeri dan tingkat Ekspektasi
perubahan nilai tukar valuta asing. Seperti halnya dalam setiap analisis keseimbangan ekonomi,
pembicaraan mengenai keseimbangan di pasar uang juga akan melibatkan unsur utamanya, yaitu
permintaan dan penawaran uang. Bila mekanisme pasar dapat berjalan tanpa hambatan maka pada
prinsipnya keseimbangan di pasar uang dapat terjadi, dan merupakan wujud kekuatan tarik menarik antara
permintaan dan penawaran uang.

Teori ini berhubungan dengan apa yang dikatakan oleh ekonom Inggris John Maynard Keyness, yang
telah mengkritik teori ekonomi klasik tentang pengembangan teori tingkat suku bunga. Menurut Keyness,
teori klasik berlaku hanya untuk bunga jangka panjang. la mengembangkan teori preferensi likuiditas ini
untuk menjelaskan suku bunga untuk jangka pendek. Tingkat suku bunga menurut Keyness adalah harga
yang di keluarkan debitur untuk mendorong seorang kreditur memindahkan sumber daya langka (uang)
mereka, akan tetapi, uang yang dikeluarkan debitur mempunyai kemungkinan adanya kerugian berupa
risiko tidak diterimanya tingkat bunga tertentu.
Di dalam teori ini terdapat dua macam investasi yang dikembangkan, yaitu uang dan obligasi. Uang
merupakan kekayaan yang paling likuid karena uang mempunyai kemampuan untuk membeli setiap saat.
Sedangkan obligasi tidak dapat untuk membeli sesuatu kecuali kalau diubah terlebih dahulu ke dalam
bentuk uang tunai. Keyness mengatakan bahwa, permintaan terhadap uang merupakan tindakan rasional,
meningkatnya permintaan uang akan menaikkan tingkat suku bunga.

Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman,
dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi
dengan jumlah pinjaman.
Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan
sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang
digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.

Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 471) suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan
mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu.
Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 99-100) suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu
suku bunga nominal dan suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang
yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan
pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga
riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi. Menurut Samuelson dan Nordhaus
(1998) suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang.

Menurut Prasetiantono (2000) mengenai suku bunga adalah : jika suku bunga tinggi, otomatis
orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang
menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih
rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan
tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya
harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika
suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank.

Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya suku bunga di Indonesia adalah tingginya
suku bunga terkait dengan kinerja sektor perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi
(perantara), kebiasaan masyarakat untuk bergaul dan memanfaatkan berbagai jasa bank secara relatif
masih belum cukup tinggi, dan sulit untuk menurunkan suku bunga perbankan bila laju inflasi selau tinggi
( Prasetiantono, 2000 : 99-101)

Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan
investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi.
Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah
tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin
tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya.
Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan
masyarakat.

Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :

a) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

b) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan
permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung
pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan
meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.
c) pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti,
pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian

Tingkat Bunga
Bunga adalah beban biaya yang dinyatakan dengan persentase tertentu dalam rangka peminjaman uang
untuk jangka waktu tertentu; merupakan biaya kredit bank kepada nasabah (interest rate)[1]

Tingkat Bunga Nominal dan Tingkat Bunga Efektif

Tingkat Bunga Nominal adalah tingkat bunga yang tercantum pada surat berharga, dihitung berdasarkan
harga pembelian dan jatuh tempo kewajiban (nominal interest rate).[1]

Tingkat Bunga Efektif adalah:[1]

1. tingkat bunga yang sesungguhnya dibebankan dalam setahun; jika suku bunga dibebankan sekali setahun,
tingkat bunga nominal sama dengan suku bunga efektif; atau
2. gambaran mengenai pendapatan/hasil atas nilai suatu instrumen utang yang dimiliki dibandingkan dengan
nilai instrumen pada saat harga pembelian (effective rate)

Jika tingkat bunga nominal lebih rendah daripada tingkat bunga efektif, maka akan terjadi diskonto.
Sebaliknya, jika tingkat bunga nominal lebih tinggi daripada tingkat bunga efektif, maka akan terjadi
premium.
Suku Bunga
Sering sekali kita berhadapan dengan suku bunga suatu bangsa. Nah sebenarnya apa sih suku bunga itu?
Dan bagaimana dapat diketahui bahwa suku bunga mengalami peningkatan atau penurunan? Atau
seberapa besarkah suku bunga mampu mempengaruhi pasar? Artikel ini akan membahas khusus seputar
suku bunga beserta penjabarannya secara lebih jelas. Yuk kita bahas ulasan berikut ini.

Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi
pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman
disebut "pokok utang". Persentase dari pokok utang inilah yang dibayarkan sebagai imbal jasa dalam
suatu periode tertentu yang disebut "suku bunga".

Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman,
dalam bentuk persentase pinjaman diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan
jumlah pinjaman.

Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan
sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang
digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.

Lalu bagaimana penggunaannya dimasyarakat? Dana yang di pinjam dari bank merupakan suatu beban
atas peminjaman sejumlah uang tertentu dimasa datang dan akan menjadi kewajiban berupa bunga kepada
masyarakat.

Tingkat bunga akan berfluktuasi sehingga berpengaruh pada keinginan masyarakat untuk meminjam uang
di bank. Makin rendah suku bunga maka semakin tinggi keinginan masyarakat untuk meminjam uang di
bank. Artinya, pada tingkat suku bunga rendah maka masyarakat akan lebih terdorong untuk meminjam
uang di bank demi memenuhi kebutuhannya. Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81)
adalah :

a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
b. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan
permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.
c. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar.

Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan
investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Bunga berbunga atau disebut juga bunga majemuk dimana
nilai pokok utang akan berubah terus setiap akhir suatu periode dengan penambahan perhitungan bunga.

Dalam hal ini masyarakat yang kekurangan dana mempunyai alternatif untuk meminjam dana dari bank.
Begitupun sebelumnya masyarakat yang kelebihan dana akan menyimpan dana ke bank atau lembaga
keuangan lainnya. Masyarakat yang meminjam dana dibebankan bunga sebagai harga dana yang
dipinjam. Jadi, tingkat bunga adalah harga dari pinjaman.

Teori Tingkat Suku Bunga

2.1.1 Suku Bunga

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip
konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai
harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh
nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya
yaitu:

Bunga Simpanan

Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di
bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh
jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito.
Bunga Pinjaman

Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah
peminjam kepada bank. Sebagai cotoh bunga kredit.

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank
konvensional. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan
bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga
pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga
simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik da demikian pula
sebaliknya.

Edward dan Khan (1985), mengatakan bahwa faktor penentu suku bunga tcrbagi alas 2 (dua) faktor, yaitu
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar, dan Ekspektasi
Inflasi. Sedangkan faktor eksternalnya adalah penjumlahan suku bunga luar negeri dan tingkat Ekspektasi
perubahan nilai tukar valuta asing. Seperti halnya dalam setiap analisis keseimbangan ekonomi,
pembicaraan mengenai keseimbangan di pasar uang juga akan melibatkan unsur utamanya, yaitu
permintaan dan penawaran uang. Bila mekanisme pasar dapat berjalan tanpa hambatan maka pada
prinsipnya keseimbangan di pasar uang dapat terjadi, dan merupakan wujud kekuatan tarik menarik antara
permintaan dan penawaran uang.

2.1.2 Fungsi Suku Bunga

Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :

a) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

b) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan
permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung
pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan
meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

c) Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti,
pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.

2.1.3 Tipe-tipe Suku Bunga


Ada 2 tipe suku bunga, yaitu :

1. Real interest rate

Koreksi atas tingkat inflsi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate dikurangi dengan tingkat inflasi.

Real rate = Nominal rate – Rate of inflation

2. Nominal interest rate.

Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran dimana mereka memberikan tingkat
pengembalian untuk setiap investasi yang dilakukan.
Pengertian Suku Bunga

Secara historis suku bunga hampir sama tua dengan peradaban manusia, dengan kata lain suku
bunga sudah ada sejak lama. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Kidwell yang
menyatakan bahwa orang yang telah meminjam barang kepada orang lain dan kadang-kadang mereka
telah meminta imbalan atas jasa yang diberikan. Imbalan itu disebut sewa yakni harga dari meminjam
harta milik orang lain. Sedangkan Miller menyatakan bahwa bunga adalah sejumlah dana, dinilai dari
uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditur) , sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga
terhadap jumlah pinjaman.

Harga sewa dari uang itulah yang disebut suku bunga dan biasanya dinyatakan sebagai presentase
tahunan sari jumlah nominal yang dipinjam. Jadi suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk
menggunakan daya belinya. Suku bunga merupakan salah satu variable dalam perekonomian yang
senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Bunga mempengaruhi secara langsung
hehidupan masyarakat keseharain dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian
mulai dari segi konsumsi, kredit, obligasi, serta tabungan.

Edmister mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku bunga yaitu :

a. State rate adalah tingkat bunga satu periode dikalikan jumlah pokok pinjaman untuk menghitung beban
bunga

b. Annual percentage rate adalah tingkat bunga disetahunkan dengan menyesuaikan stated rate untuk jumlah
periode pertahun dan jumlah pokok yang benar-benar dipinjam

c. Yield adalah tingkat bunga yang ekuivalen denga satu kontrak keuangan yang memenuhi tiga syarat :
jumlah seluruhnya yang benar-benar dipinjam, pada awal tahun, kemudian dibayar kembali pada akhir
tahun beserta bunga.

Definisi pertama, stated rate, mendasarkan tingkat bunga pada jangka waktu kontrak. Definisi
kedua, annual pecentage rate, menyesuaikan jangka waktu kontrak untuk menghitung ekuivalen tingkat
bunga. Sedangkan definisi ketiga, yield, membuat penyesuaian yang diperlukan untuk menghitung tingkat
bunga ekuivalen dengan satu standar yang ditentukan secara jelas.

3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga


Seperti dijelaskan di atas, bahwa untuk mennetukan besar kecilnya suku bunga simpanan dan
pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman saling
mempengaruhi disamping faktor-faktor lainnya.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah:

a. Kebutuhan dana, apabila bank kekurangan dana sementara permohonan pinjaman meningkat, maka
yang dilakukan oleh bank agar kebutuhan dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga
simpanan.

b. Persaingan, dalam memperebutkan daa simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama
pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.

c. Kebijakan pemerintah, dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita, tidak boleh
melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

d. Jangka waktu, semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi tinggi bunganya, hal
ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang. Serta faktor-faktor yang lain.

e. Target keuntungan yang diharapkan.

f. Reputasi perusahaan.

g. Kualitas jaminan.

h. Daya saing produk.

3.3 Peran Suku Bunga dalam Perekonomian

Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para
pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat
pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Dengan demikian besarnya investasi
dalam suatu jangka waktu tertentu adalah sama dengan nilai dari seluruh investasi yang tingkat
pengembalian modalnya adalah lebih besar atau sama dengan tingkat bunga.

Apabila tingkat bunga menjadi lebih rendah, lebih banyak usaha yang mempunyai tingkat
pengembalian modal yang lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Semakin rendah tingkat bunga yang
harus dibayar para pengusaha, semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para pengusaha. Semakin
rendah tingkat bunga semakin banyak investasi yang dilakukan para pengusaha (Sukirno, 1998).
Tingkat Dan Struktur Suku Bunga

Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara

cermat karena dampaknya yang luas. Ia mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian

dan mempunya dampak penting terhadap kesehatan perekonomian.[1] Ia mempengaruhi keputusan

seseorang atau rumah tangga dalam mengkonsumsi, membeli rumah, membeli obligasi, atau menaruhnya

dalam rekening tabungan. Suku bunga juga mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pengusaha atau

pimpinan perusahaan apakah akan melakukan investasi pada proyek baru atau perluasan kapasitas.

Jadi dapat kita ketahui bersama ketika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka

menyimpan uang mereka di bank karena ia akan mendapat bunga yang tinggi. Sebaliknya jika suku bunga

rendah masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank dan akan menarik

dana mereka yang ada di bank. Dalam hal ini ternyata tingkat suku bunga sangat mempunyai pengaruh

penting terhadap minat masyarakat terhadap dunia perbankan.

A. Pengertian Suku Bunga

Secara historis suku bunga hampir sama tua dengan peradaban manusia, dengan kata lain suku

bunga sudah ada sejak lama. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Kidwell yang

menyatakan bahwa orang yang telah meminjam barang kepada orang lain dan kadang-kadang mereka

telah meminta imbalan atas jasa yang diberikan. Imbalan itu disebut sewa yakni harga dari meminjam

harta milik orang lain. Sedangkan Miller menyatakan bahwa bunga adalah sejumlah dana, dinilai dari

uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditur) , sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga

terhadap jumlah pinjaman.[2]

Harga sewa dari uang itulah yang disebut suku bunga dan biasanya dinyatakan sebagai presentase

tahunan sari jumlah nominal yang dipinjam. Jadi suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk

menggunakan daya belinya. Suku bunga merupakan salah satu variable dalam perekonomian yang

senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Bunga mempengaruhi secara langsung
hehidupan masyarakat keseharain dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian

mulai dari segi konsumsi, kredit, obligasi, serta tabungan.

Edmister mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku bunga yaitu :

a. State rate adalah tingkat bunga satu periode dikalikan jumlah pokok pinjaman untuk menghitung beban

bunga

b. Annual percentage rate adalah tingkat bunga disetahunkan dengan menyesuaikan stated rate untuk

jumlah periode pertahun dan jumlah pokok yang benar-benar dipinjam

c. Yield adalah tingkat bunga yang ekuivalen denga satu kontrak keuangan yang memenuhi tiga syarat :

jumlah seluruhnya yang benar-benar dipinjam, pada awal tahun, kemudian dibayar kembali pada akhir

tahun beserta bunga.

Definisi pertama, stated rate, mendasarkan tingkat bunga pada jangka waktu kontrak. Definisi

kedua, annual pecentage rate, menyesuaikan jangka waktu kontrak untuk menghitung ekuivalen tingkat

bunga. Sedangkan definisi ketiga, yield, membuat penyesuaian yang diperlukan untuk menghitung tingkat

bunga ekuivalen dengan satu standar yang ditentukan secara jelas.

B. Teori Penentuan Suku Bunga

Dalam bagian ini, akan dibahas dua teori penentuan suku bunga yang paling berpengaruh, yaitu:

Teori Fisher, yang mendasari loanable funds theory, dan liquidity preference theory dari Keynes.

Loanable Funds Theory

Teori Fisher adalah teori yang bersifat umum dan jelas mengabaikan masalah-masalah praktis

tertentu, seperti kekuasaan pemerintah (bersama-sama dengan lembaga-lembaga depositori) untuk

menciptakan uang dan permintaan pemerintah (yang seringkali besar) terhadap dana pinjaman, yang
biasanya kebal terhadap tingkat suku bunga. Selain itu, teori Fisher jugatidak mempertimbangkan

kemungkinan bahwa individu-individu dan perusahaan-perusahaan berinvestasi dalam saldo kas.[3]

Liquidity Preference Theory

Liquidity preference theory (teori hasrat liquiditas), yang awalnya dikembangkan oleh J.M.

Keynes menganalisa suku bunga ekuilibrium melalui ineteraksi penawaran uang dengan permintaan

agregat publik untuk memegang uang. Keynes mengasumsi bahwa sebagian besar individu memegang

kekayaan hanya dalam dua bentuk: uang dan obligasi.[4] Menurut Keynes, uang ekuivalen dengan valuta

dan rekening giro (demand deposits), yang tidak membayar bunga atau membayar bunga sangat rendah,

tetapi sangat liquid dan bisa digunakan bagi transaksi.

Secara umum, kedua teori diatas menghasilkan tingkat bunga keseimbangan yang sama. Yang berbeda

dari keduanya adalah metodologi yang melandasinya. Liquid preference theory disusun berdasarkan

permintaan dan penawaran dari persediaan uang dan pandangan bahwa semua keputusan keuangan

menekankan pada segi uang dari liquiditas. Oleh karena itu model dana pinjaman dikembangkan

berdasarkan aliran dana pada sistem keuangan dan memandang keputusan keuangan dibuat dengan asas

likuiditas yang lebih luas.

C. Fungsi Tingkat Bunga

Tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi atau peranan penting dalam perekonomian, yaitu:[5]

a. Membantu mengalirnya tabungan berjalan kearah investasi guna mendukung pertumbuhan

perekonomian.

b. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada

proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi.

c. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu negara.
d. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah

tabungan dan investasi.

Tingkat bunga tidak bersifat seragam. Pada kenyataannya, dalam sistem keuangan tidak ada suku

bunga yang tertentu, akan tetapi bermacam-macam suku bunga yang berbeda-beda. Namun dalam analisis

diasumsikan adanya satu suku bunga fundamental dalam perekonomian yang disebut suku bunga riil

jangka pendek yang bebas resiko.[6] Yang dimaksud dengan suku bunga riil adalah suku bunga yang

akan berlaku dalam perekonomian jika harga rata-rata barang dan jasa diperkirakan tetap konstan selama

usia pinjam. Yang dimaksud suku bunga bebas resiko adalah suku bunga pinjaman dimana peminjamnya

tidak akan gagal memenuhi kewajiban apapun. Sedangkan yang dimaksud jangka pendek adalah suku

bunga dari pinjaman yang akan jatuh tempo dalam satu tahun.

Selain fungsi dan peranan penting tingkat bunga dalam perekonomian yang telah disebutkan diatas, suku

bunga juga memiliki apa yang disebut dengan risiko suku bunga, yaitu potensi kerugian karena adanya

perubahan pergerakan arah suku bunga.[7] Risiko ini yang akan mempengaruhi semua instrumen yang

menggunakan satu atau lebih yield curves untuk menghitung satu nilai pasar.

D. Tingkat Bunga Riil dan Nominal

Model-model dana pinjaman dan preferensi likuiditas berlandaskan asumsi bahwa tingkat harga tetap

konstan hingga jatuh tempo dari sekuritas yang diperdagangkan dalam sistem keuangan. Akan tetapi pada

kenyataannya, orang mengantisipasi terjadinya perubahan harga dimasa mendatang, dan harapan ini

merupakan bagian dari proses yang menentukan suku bunga.

Sehubungan dengan kenyataan tersebut, dapatlah dibedakan antara tingkat bunga riil dan tingkat

bunga nominal (pasar) untuk menggambarkan peran yang dimainkan oleh antisipasi harga. Tingkat bunga

riil adalah tingkat bunga keseimbangan yang ditentukan melalui kedua model tersebut diatas, dimana para

pelaku pasar beranggapan tidak ada perubahan harga dimasa yang akan datang. Sedangkan tingkat bunga

nominal adalah tingkat bunga yang benar-benar diamati dalam sistem keuangan dan sama dengan tingkat
bunga riil plus penyesuaian mengingat kenyataannya para pemain di pasar mengantisipasi terjadinya

perubahan harga dimasa mendatang.

Sejauh ini dalam pembahasan kita mengenai suku bunga, kita telah mengabaikan pengaruh inflasi

terhadap biaya peminjaman. Suku bunga yang tidak terpengaruh oleh adanya inflasi, bisa kita sebut

dengan suku bunga nominal (nominal interest rate) yang dibedakan dari suku bunga riil (real interest

rate) yaitu suku bunga yang disesuaikan dengan mengurangi perubahan yang diharapkan dalam tingkat

harga (inflasi) sehingga lebih akurat untuk mencerminkan biaya peminjaman yang sesungguhnya.[8]

Suku bunga riil yang telah didefinisikan diatas lebih tepat disebut sebagai suku bunga riil ex ante karena

suku bunga tersebut disesuaikan dengan perubahan yang diharapkan dalam tingkat harga. Ini adalah suku

bunga riil yang paling penting bagi keputusan ekonomi, dan ini yang oleh para ekonom dimaksudkan

ketika mereka mengacu pada suku bunga riil. Suku bunga yang disesuaikan terhadap perubahan actual

dalam tingkat harga disebut sebagai riil ex post. Suku bunga tersebut mendeskripsikan seberapa baik

seorang pemberi pinjaman telah melakukan kegiatannya dalam arti riil setelah kenyataan.

E. Tingkat Bunga Kredit Bank

Bank dalam operasionalnya secara umum berfungsi untuk mengumpulkan dana dan membayar bunga

kepada nasabahnya dan menyalurkan kredit dan menerima bunga dari debitornya. Oleh karena itu

pendapatan bank baru ada jika pricing credit lebih besar dari cost of fund. Agar bank memperoleh

pendapatan, perlu ditentukan tingkat suku bunga kredit( SB Kredit) yang dipengaruhi oleh tiga komponen

yaitu: Cost of Fund( COF) Overhead Cost(OHC) dan Spread Profit(SP)[9]

Mengenai hal tersebut, sejak januari 2005 BI telah 15 kali melakukan perubahan suku bunga, dan

kebijakan ini berdampak langsung pada kenaikan penghimpunan DPK. Kebijakan kenaikan bunga

tersebut berperan besar terhadap pengendalian tingkat inflasi dan terbukti tingkat inflasi dapat

diminimalisir dari inflasi tertinggi 8,81% pada bulan maret 2005 menjadi 7,42% pada bulan juni

2005.[10]
Yang harus menjadi perhatian adalah sejauh mana pengaruh peningkatan suku bunga SBI ini direspon

oleh dunia perbankan. Yang sangat penting adalah sejauh mana perbankan merespon kebijakan ini, baik

dalam penetapan kebijakan suku bunga dana pihak ketiga maupun suku bunga kredit yang sedang kita

bahas ini. Tentu saja dalam implementasinya hal ini akan menimbulkan kesulitan tersendiri. Apabila suku

bunga dana pihak ketiga dinaikkan tanpa diikuti peningkatan suku bunga kredit, maka secara langsung

akan mempengaruhi penurunan pendapatan bunga bank. Kalau kebijakan suku bunga dana langsung

diikuti dengan kebijakan peningkatan suku bunga kredit, maka dampaknya mungkin akan menjadi lebih

buruk karena akan mengakibatkan semakin besarnya biaya bunga yang akan ditanggung oleh para debitur

bank.

Sepanjang kondisi ekonomi bisnis riil belum menunjukkan perbaikan yang signifikan maka kebijakan

untuk menaikkan suku bunga kredit akan berdampak pada kemungkinan meningkatnya NPL yang

selanjutnya akan memperburuk kinerja perbankan.[11]

Dari fungsi tingkat bunga yang telah diungkapkan di point C diatas maka akan terbentuk Break Even

Point (BEP) atau titik impas yang diartikan apabila biaya-biaya yang dikeluarkan sama denga jumlah

pendapatan yang diterima maka bank yang bersangkutan tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan

Analisis yang terjadi pada dunia perbankan terjadi kenaikan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia

(SBI) sebenarnya telah cukup tinggi. Bank-bank sudah berani menawarkan bunga deposit sebesar 30%

yang berarti juga menaikan suku bunga kredit menjadi minimal 35%. Pada situasi krisis tentunya investor

enggan meminjam dana dari bank untuk mendanai usahanya karena mereka akan kesulitan untuk

mengembalikan pinjaman beserta bunganya hal ini disebabkan oleh kerja sector perbankan yang sedang

mengalami kesulitan.

Kemungkinan yang lain yaitu diakibatkan oleh kenaikan uang inti yaitu rupiah yang ddicetak oleh BI. Ini

merupakan teori inflasiyang pernah berkali-kali terjadi, pada intinya hal ini semua disebabkan percetakan
rupiah baru oleh BI karena pemerintah memerlukan dana untuk mendorong APBN atau untuk membantu

penciptaan lapangan pekerjaan atau karena alasan politis.[12]

Apabila semua tingkat bunga dalam system keuangan dapat dihitung angka rata-ratanya dan diwakili oleh

satu tingkat bunga itu tidak bias dipersamakan karena tingkat suku bunga tergantung pada interaksi antara

system keuangan dan system riil dan harus pula mengembangkan suatu model yang benar-benar riil yang

akan memberikan informasi mengenai determinan dari tingkat penghasilan dan kesempatan kerja. Sektor

riil ini dibedakan antara perekonomian dengan sector keungan atau moneter karena jenis kegiatanya yang

berbeda.

F. Struktur Suku Bunga

Determinan Struktur Suku bunga

Tingkat bunga yang telah diuraikan diatas dapat diartikan sebagai rata-rata dari berbagai macam

jenis suku bunga, yaitu meliputi jangka pendek, jangka panjang, dll. Struktur tingkat bunga dalam sistem

keuangan terutama ditentukan oleh determinan sebagai berikut:

- Jangka waktu dari klaim keuangan

- Karakteristik perpajakan dari klaim keuangan

- Derajat risiko tunggakan dari klaim keuangan

- Kemudahan pemasaran dari klaim keuangan dan faktor-faktor lainnya.

Dari keempat determinan tersebut diatas perbedaan jangka waktu dari klaim keuangan merupakan

faktor yang paling banyak dipertimbangkan. Hubungan antara jangka waktu dan suku bunga disebut

struktur masa (term structure) dari suku bunga. Ketiga determinan lainnya juga merupakan faktor

penting, akan tetapi seringkali lebih mudah dalam menentukan pengaruhnya terhadap struktur suku

bunga.
Teori Kurva Hasil

Cara yang paling sering digunakan untuk melukiskan hubungan antara suku bunga dan jangka

waktu dari klaim keuangan adalah kurva hasil. Akan tetapi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

bentuk kurva hasil sampai saat ini belum ditemukan suatu kesimpulan yang pasti, yang tentunya didukung

dengan data empiris. Berkaitan dengan hal itu maka dikembangkan tiga teori, yaitu; teori harapan, teori

premium likuiditas, dan teori pasar tersegmen. [13]

Teori Harapan. Teori ini menyatakan bahwa suku bunga jangka panjang sama dengan suku bunga

jangka pendek yang berjalan plus suku bunga jangka pendek yang diharapkan pelaku pasar yang

berlangsung hingga jatu temponya sekuritas jangka panjang. Misal suku bunga untuk obligasi sepuluh

tahun harus sama dengan penjumlahan suku bunga jangka pendek (obligasi satu tahun) yang berjalan

dengan suku bunga jangka pendek yang diantisipasi akan terjadi sepanjang obligasi jangka panjang dibagi

jangka waktu dari obligasi jangka panjang.

Teori Premium Likuiditas. Teori ini berlandaskan pada teori harapan, akan tetapi menolak asumsi

bahwa peserta pasar berlaku sama dalam hal obligasi jangka pendek dan jangka panjang. Menurut teori

ini tingkat bunga jangka panjang sama dengan rata-rata dari tingkat bunga jangka pendek yang berjalan,

tingkat bunga jangka pendek yang diharapkan dan premium likuditas.

Teori Pasar Tersegmentasi. Teroi ini sangat berbeda dengan kedua teori diatas. Teori ini

beranggapan bahwa tingkat bunga jangka pendek dan tingkat bunga jangka panjang ditentukan didalam

pasar yang relatif terpisah. Pasar-pasar ini dipisahkan karena alasan kelembagaan. Misal, banyak pembeli

sekuritas dalam pikirannya mempunyai kebutuhan tertentu yang biasanya berkaitan dengan sifat dari

utang, sehingga membatasi pembeliannya pada segmen dari spektrum jatuh waktu.

Struktur Tingkat Bunga di Indonesia

Sturktur tingkat bunga di Indonesia yang paling umum didasarkan atas jangka waktu. Tingkat

bunga perbankan untuk deposito berjangka dibedakan atas 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan, baik
untuk mata uang lokal maupun valuta asing. Deposito berjangka sebagai sumber dana, akhir-akhir ini

hanya bersifat jangka pendek saja, yaitu maksimum 1 tahun. Beberapa tahun yang lalu masih banyak

dijumpai deposito yang berjangka waktu 2 tahun, tapi sekarang tidak lagi dijumpai.

Pengertian suku bunga oleh pemerintah dan manfaat suku bunga dalam perekonomian nasional

Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman,
dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi
dengan jumlah pinjaman.

Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan
sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang
digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.
Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :

a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

b. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan
permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung
pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan
meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

c. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti,
pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.
Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan
investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi.
Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah
tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin
tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya.

Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan
masyarakat. Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 471) suku bunga adalah harga yang dibayarkan
untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu.
Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 99-100) suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu
suku bunga nominal dan suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang
yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan
pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga
riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi. Menurut Samuelson dan Nordhaus
(1998) suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang.
Menurut Nopirin (1992:176) fungsi tingkat bunga dalam perekonomian yaitu alokasi faktor produksi
untuk menghasilkan barang dan jasa yang dipakai sekarang dan di kemudian hari.
Menurut Ramirez dan Khan (1999) ada dua jenis faktor yang menentukan nilai suku bunga, yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar, dan inflasi.
Sedang faktor eksternal merupakan suku bunga luar negeri dan tingkat perubahan nilai valuta asing yang
diduga.

Menurut Prasetiantono (2000) mengenai suku bunga adalah : jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan
lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang
menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih
rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan
tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya
harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika
suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank.
Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya suku bunga di Indonesia adalah tingginya
suku bunga terkait dengan kinerja sektor perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi
(perantara), kebiasaan masyarakat untuk bergaul dan memanfaatkan berbagai jasa bank secara relatif
masih belum cukup tinggi, dan sulit untuk menurunkan suku bunga perbankan bila laju inflasi selau tinggi
( Prasetiantono, 2000 : 99-101)

sumber: http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/teori-suku-bunga.html

Pengertian Suku Bunga

Tingkat suku bunga disetiap negara mana pun akan mempunyai tingkat suku bunga yang berbeda, hal
tersebut terkait dengan naik turunnya perekonomian suatu negara, sehingga dapat dikatakan bahwa suku
bunga merupakan indikator atau barometer perekonomian suatu negara. Pengertian suku bunga sering kali
berbeda, menurut Sawaldjo Puspopranoto dalam bukunya yang berjudul Keuangan Perbankan dan
Pasar Keuangan, mengatakan bahwa :

“Suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman. Suku bunga adalah harga dari
meminjam uang untuk menggunakan daya belinya”.

( 2004 ; 12 )

Sawaldjo Puspopranoto pun berpendapat dalam bukunya yang berjudul Keuangan Perbankan dan
Pasar Keuangan, mengatakan BI Rate adalah :

“Suku bunga dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk
jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal atau stance kebijakan moneter”.

( 2004 ; 60 )

Dalam kehidupan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabah.
Kutipan dari bunga tersebut juga dikemukakan oleh Kasmir dalam bukunya yang berjudul Bank dan
Lembaga Keuangan Lainnya, dua macam bunga tersebut adalah sebagai berikut :

“ 1. Bunga simpanan

2. Bunga Pinjaman “
( 2002 ; 121-122 )

Sehingga dapat dijelaskan kembali pengertian bunga menurut data yang dikutip diatas, antara lain :

1. Bunga Simpanan

Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang
menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan bunga yang harus dibayar bank kepada
nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito berjangka.

1. Bunga Pinjaman

Bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh
nasabah peminjam kepada bank, contohnya bunga kredit.

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa balas jasa yang diberikan oleh bank terhadap
nasabah yang menyimpan hartanya dalam bentuk deposito dengan simpanan jangka panjang serta adanya
perjanjian antara pihak nasabah ( yang memiliki simpanan ) dengan bank, semakin lama jangka waktu
penyimpanan deposito berjangka cenderung makin tinggi juga bunganya, karena bank dapat
menggunakan uang tersebut untuk jangka waktu yang lebih lama.

Adapun cara perhitungan suku bunga yang menjelaskan ada hubungannya dengan inflasi dalam
formulanya menurut Irving Fisherpada tahun 1896 yang digunakan sampai sekarang, antara lain :

(1 + i ) = ( 1 + r ) ( 1 + PE )

atau

i = r + PE + r.PE

Dimana :

i = Suku bunga nominal ( Nominal Interest Rate )

r = Suku bunga riil ( Real Interest Rate )

PE = Inflasi yang diharapkan atau diperkirakan ( Expected Inflation )

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat bunga misalnya penentuan tingkat bunga sangat tergantung
kepada berapa besar pasar uang domestik mengalami keterbukaan system dana suatu negara dalam artian
penentuan besar penentuan finansial suatu negara yang cenderung berbeda.

Faktor yang mempengaruhi tingkat bunga global suatu negara adalah tingkat bunga diluar negeri dan
depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang diperkirakan akan terjadi. Namun
demikian, dalam sebuah bank menentukan tingkat bunga bergantung hasil interaksi antara bunga
simpanan dengan bunga pinjaman yang keduanya saling mempengaruhi satu sama lain dan kebijakan
suku bunga disamping faktor – faktor lainnya.

Uraian mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga tersbut juga
dikemukakan oleh Kasmir dalam bukunya yang berjudul Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,
faktor – faktor tersebut antara lain :

“ 1. Kebutuhan Dana

2. Persaingan dalam memperebutkan dana simpanan

3. Kebijakan pemerintah

4. Target laba yang diinginkan

5. Jangka waktu

6. Kualitas jaminan

7. Reputasi perusahaan

8. Produk yang kompetitif

9. Hubungan baik

10. Jaminan pihak ketiga “

( 2002 ; 122-124 )

Secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kebutuhan Dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh
bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan tingkat bunga simpanan.

2. Persaingan dalam memperebutkan dana simpanan

Dalam menjalankan kegiatannya, pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Jika untuk simpanan
rata – rata 12 % maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikkan diatas
bunga pesaing misalnya 14 %.

3. Kebijakan pemerintah

Untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman nasabah, tidak boleh melebihi yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah.

4. Target laba yang diinginkan


Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman akan ikut besar dan sebaliknya.

5. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka akan semakin tinggi tingkat bunganya, disebabkan karena
besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang dan sebaliknya.

6. Kualitas jaminan

Semakin liquid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan
sebaliknya. Bagi jaminan yang liquid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan
lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan tanah.

7. Reputasi perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya,
karena perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relative kecil dan
sebaliknya.

8. Produk yang kompetitif

Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relative rendah jika dibandingkan dengan
produk yang kurang kompetitif.

9. Hubungan baik

Bank menggolongkan nasabahnya antar nasabah utama dan nasabah biasa yang didasarkan pada keaktifan
serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan
yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunga pun berbeda dengan nasabah
lainnya.

10. Jaminan pihak ketiga

Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik
maupun loyalitas terhadap bank, maka bunga yang dibebankan juga berbeda. Demikian juga jika
peminjam ketiganya kurang bonafit, mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh
pihakj perbankan.

A. Teori Ekonomi Klasik

Pemikiran kaum klasik ini telah menginspirasi ”Washington Consensus”. Berdasarkan “Washington
Consensus” peran pemerintah di dalam pembangunan lebih dititikberatkan kepada penertiban APBN, dan
pemanfaatan/penggunaan kekuatan pasar.
Menurut ”Washington Consensus” (terdiri dari 10 paket kebijakan ekonomi makro), peran pemerintah
dalam pembangunan harus dibatasi dan berorientasi kepada pembangunan infrastruktur, kesehatan dan
pendidikan. Campur tangan pemerintah yang berkelebihan dalam perencanaan pembangunan
dikhawatirkan menimbulkan “Government Failure”, seperti birokrasi yang berkelebihan, KKN, dan lain
sebagainya. Membatasi APBN dapat mengurangi defisit, karena akan menimbulkan ketidakstabilan di
dalam ekonomi. Pemanfaatan kekuatan pasar yaitu mengembangkan pasar yang efisien, bebas dari
monopoli, oligopoli, dan eksternal disekonomis. Oleh karena itu kebijakan pemerintah harus bersifat
“Market Friendly”.
Suku bunga dan Nilai tukar asing harus ditentukan oleh pasar. Harga yang dibentuk pasar dianggap
sebagai harga yang sebenarnya. Pasar dianggap lebih efisien daripada pemerintah yang menggarap sektor
perekonomian, sehingga perekonomian akan lebih optimal. Perdagangan luar negeri akan menghasilkan
gains from trade, aliran FDI yang lebih bebas akan merangsang investor luar negeri untuk
menginvestasikan dananya, privatisasi dari BUMN dianggap akan mengefisiensikan perekonomian. Oleh
karena itu peran dari pemerintah adalah melakukan deregulasi. Di sini pemerintah ditekankan untuk
melindungi property rights.

Beberapa tokoh ekonomi klasik seperti Adam Smith (1723-1790), Thomas Robert Malthus (1766-
1834), Jean Baptiste Say (1767-1832), David Ricardo (1772-1823), Johan Heinrich von Thunen
(1780-1850), Nassau William Senior (1790-1864), Friedrich von Herman, John Stuart Mill (1806-
1873) dan John Elliot Cairnes (1824-1875) memperoleh kehormatan dari Karl Marx (1818-1883) atas
keklasikan dalam mengetengahkan persoalan ekonomi yang dinilai tidak kunjung lapuk. Berbeda dengan
kaum Merkantilis dan Physiokrat, kaum klasik memusatkan analisis ekonominya pada teori harga. Kaum
klasik mencoba menyelesaikan persoalan ekonomi dengan jalan penelitian faktor permintaan dan
penawaran yang menentukan harga.
John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa pandangan klasik yang memusatkan perhatian
analisa ekonominya pada teori harga, maka perlu dipahami arah penggunaan alat produksi dengan
sempurna. Dalam hubungan ini maka pengertian klasik diperluas kepada para ahli ekonomi yang tidak
menganggap tidak mungkin adanya suatu pengangguran yang tidak dikehendaki (involuntary
unemployment).
Salah satu hasil pemikiran kaum klasik yang sangat mempengaruhi dunia dalam era globalisasi adalah
pemikiran mengenai perdagangan internasional. Pemikiran kaum klasik menentang pemikiran kaum
merkantilis yang hanya mementingkan masuknya logam mulia dan berorientasi ekspor dengan
meminimumkan impor barang dari luar negeri.
Kaum merkantilis meletakan tekanan pada perdagangan luar negeri. Kaum physiokrat memandang
pertanian sebagai sumber segala kemakmuran. Adam Smith (1723-1790) sebagai tokoh aliran klasik
menyatakan pendapatnya dalam bukunya yang berjudul ”Inquiry into the Nature and Causes of the
Wealth of Nations” yaitu: ”Pekerjaan yang dilakukan suatu bangsa adalah modal yang membiayai
keperluan hidup rakyat itu pada asal mulanya, dan dengan hasil-hasil pekerjaan tersebut dapat dibeli
keperluan-keperluan hidupnya dari luar negeri.” Kapasitas produktif daripada kerja selalu bertambah
dikarenakan adanya pembagian kerja yang makin mendasar dan rapi.
Adam Smith (1723-1790) menjelaskan keuntungan adanya pembagian kerja dengan memberikan contoh
sebuah pabrik jarum. Di dalam pabrik jarum tersebut seorang buruh secara pasti dapat membuat 20 buah
jarum sehari. Dari hasil kunjungan Smith atas suatu pabrik jarum yang telah melakukan pembagian
pekerjaan, ternyata 10 orang buruh dapat membuat 48.000 buah jarum, dengan pembagian pekerjaan
yaitu ada yang khusus menarik kawat, ada yang khusus memotongnya dan ada yang khusus
meruncingkan jarumnya, serta lainnya. Dari keadaan tersebut dapat dikemukakan bahwa pembagiaan
pekerjaan yang dilaksanakan itu dapat mempertinggi hasil produksi setiap buruh dari 20 buah menjadi
4800 buah jarum atau meningkatkan sebanyak 240 kali lipat.
Pembagian pekerjaan sering dibedakan menjadi dua pengertian, yang pertama adalah membagi pekerjaan
menjadi sederhana sehingga semua buruh dengan tingkat keahlian tertentu dapat melakukan pekerjaan.
Pengertian yang kedua adalah pembagian pekerjaan bersusun yang membagi pekerjaan suatu kegiatan
produksi menjadi beberapa bagian. Di dalam perkembangannya, konsep pembagian pekerjaan terus
berkembang dan terarah kepada kegiatan pekerjaan yang terspesialisasikan, dan di dalam kegiatan
produksi yang lebih modern terjadi pembagian pekerjaan sistem ban berjalan (”conveyor
system”).Pemikiran mengenai nilai oleh kaum klasik masih relevan dengan perkembangan dunia saat ini.
Sebagai contohnya di Indonesia yang memiliki masalah dalam penentuan harga jual beberapa BUMN
yang dianggap terlalu murah.
Pandangan Adam Smith (1723-1790) atas konsep nilai dibedakan menjadi 2 yaitu nilai pemakaian dan
nilai penukaran. Hal ini menimbulkan paradok nilai, yaitu barang yang mempunyai nilai pemakaian (nilai
guna_ yang sangat tinggi, misalnya air dan udara, tetapi mempunyai nilai penukaran yang sangat rendah.
Malahan boleh dikatakan tidak mempunyai nilai penukaran. Sedangkan di sisi lain barang yang nilai
gunanya sedikit tetapi dapat memiliki nilai penukaran yang tinggi, seperti berlian. Hal ini baru
diselesaikan oleh ajaran nilai subyektif.
David Ricardo (1772-1823) seorang tokoh aliran klasik menyatakan bahwa nilai penukaran ada jikalau
barang tersebut memiliki nilai kegunaan.
Dengan demikian sesuatu barang dapat ditukarkan bilamana barang tersebut dapat digunakan. Seseorang
akan membuat sesuatu barang, karena barang itu memiliki nilai guna yang dibutuhkan oleh orang.
Selanjutnya David Ricardo (1772-1823) juga membuat perbedaan antara barang yang dapat dibuat dan
atau diperbanyak sesuai dengan kemauan orang, di lain pihak ada barang yang sifatnya terbatas ataupun
barang monopoli (misalnya lukisan dari pelukis ternama, barang kuno, hasil buah anggur yang hanya
tumbuh di lereng gunung tertentu dan sebagainya). Dalam hal ini untuk barang yang sifatnya terbatas
tersebut nilainya sangat subyektif dan relatif sesuai dengan kerelaan membayar dari para calon pembeli.
Sedangkan untuk barang yang dapat ditambah produksinya sesuai dengan keinginan maka nilai
penukarannya berdasarkan atas pengorbanan yang diperlukan.
David Ricardo (1772-1823) mengemukakan bahwa berbagai kesulitan yang timbul dari ajaran nilai kerja:

1. Perlu diperhatikan adanya kualitas kerja, ada kualitas kerja terdidik dan tidak terdidik, kualitas kerja
keahlian dan lain sebagainya. Aliran yang klasik dalam hal ini tidak memperhitungkan jam kerja yang
dipergunakan untuk pembuatan barang, tetapi jumlah jam kerja yang biasa dan semestinya diperlukan
untuk memproduksi barang. Dari situ maka Carey kemudian mengganti ajaran nilai kerja dengan ”teori
biaya reproduksi.”
2. Kesulitan yang terdapat dalam nilai kerja itu bahwa selain kerja masih banyak lagi jasa produktif yang
ikut membantu pembuatan barang itu, harus dihindarkan. Selanjutnya David Ricardo (1772-1823)
menyatakan bahwa perbandingan antara kerja dan modal yang dipergunakan dalam produksi boleh
dikarakan tetap besarnya dan hanya sedikit sekali perubahan.Atas dasar nilai kerja, dibedakan di samping
”harga alami” (natural price) ada pula ”harga pasaran” (market price). Menurut aliran klasik (Adam
Smith) ”harga alami” akan terjadi bilamana masing-masing warga masyarakat memperoleh kebebasan
pilihannya untuk membuat sesuatu produk tertentu yang menurutnya lebih menguntungkan dan
menukarkannya bilamana dinilai baik olehnya. Hal ini sejalan dengan pandangan kaum physiokrat. Istilah
”harga alami” (natural price) yang dikemukakan Smith adalah sama dengan istilah Cantillon ”valeur
intrinsique” (nilai intrinsik), Turgot ”valeur fondamental” (harga pokok), Say ”prix reel” (harga real),
Ricardo ”primery/natural/necessary price” (harga pokok) dan Cairnes ”normal price” (harga normal).
”Harga pasaran” dapat berbeda dengan ”harga alami” di mana akan menyesuaikan dengan keadaan
penawaran dan permintaan atas barang yang bersangkutan. Demikian pula atas dasar pertimbangan
tertentu, adanya peraturan pemerintah yang dapat menghalangi penyesuaian harga alami dengan harga
pasaran. Tetapi bagaimanapun, harga alami akan menjadi acuan (pedoman) atas penetapan harga pasaran.
Sebelum Adam Smith menulis bukunya The Wealth of Nations (1776), Adam Smith telah menulis filsafat
ilmu ekonominya pada tahun 1759 yang berjudul ”The Moral Sentiments.” Seperti halnya kaum
physiokrat, Adam Smith beranggapan bahwa kepentingan masyarakat dan perorangan secara alami
mempunyai persesuaian di mana persesuaian ini diciptakan oleh ”invisible hands.”
Sedangkan dalam buku The Wealth of Nations, Adam Smith menulis antara lain bahwa “the nature and
causes of the wealth of nations is what is properly called political economy” dan cukup menjelaskan apa
yang harus menjadi tujuan ekonomi.
Setelah Adam Smith menjelaskan tentang pembagian pekerjaan, pertukaran barang, dan uang sebagai alat
untuk memajukan pertukaran barang, selanjutnya memberikan analisis gejala nilai dan harga. Ada tiga
komponen harga yaitu upah, sewa tanah dan laba. Kerja itu adalah sebab dan ukuran harga. Adam Smith
membedakan antara kerja yang produktif dan kerja yang tidak produktif. Kerja produktif adalah kerja
yang menghasilkan barang secara fisik nyata dan kerja yang tidak produktif adalah kerja yang tidak
menghasilkan barang secara fisik nyata. Pentingnya menyimpan dinilai sebagai kewajiban dan sekaligus
sebagai kebajikan untuk memperbanyak roti yang menjadi pokok keagamaan. Dalam hubungan ini Paul
Leautaud mendefinisikan pengertian menyimpan “l’economie c’est l’art de ne pas vivre.”
Pendapat Adam Smith mengenai sewa tanah adalah salah satu faktor yang menetapkan harga. Selanjutnya
juga dikemukakan bahwa sewa tanah adalah akibat dan bukan sebab daripada tingginya harga hasil
pertanian.
Adam Smith tidak mengadakan perbedaan antara bunga modal dan untung pengusaha. Sedangkan Jean
Baptiste Say (1767-1832) membagi ”profit de l’entrepreneur de l’industrie” (laba pengusaha):
Upah mereka menyerahkan kekayaan untuk keperluan industri (jadi kaum kapitalis), penggatian ”service
capitaux.”
Upah bagi pemilik tanah untuk ”service foncier.”
Penggantian untuk ”service industrial” yang diperoleh oleh pemimpin proses produksi.
David Ricardo (1772-1823) menyatakan bahwa pembagian pendapatan masyarakat merupakan soal
terpenting daripada soal ilmu ekonomi. Jikalau kaum physiokrat menerangkan tentang sewa tanah ada
dikarenakan kapasitas produktif daripada tanah, sedangkan menurut Ricardo (1772-1823) sewa tanah
timbul karena keterbatasan (kekurangan) tanah. Teori sewa tanah Ricardo (1772-1823) dikenal dengan
”Teori Sewa Tanah Diferensial” teori ini menyatakan bahwa pada tahap awal orang akan menggunakan
tanah yang subur, dan karena keterbatasannya maka selanjutnya akan menggunakan tanah yang kurang
subur. Masing-masing memiliki sewa tanah yang berbeda-beda. Sewa tanah adalah ganti rugi yang harus
dibayar kepada pemilik tanah untuk pemakaian ”Original and indestructible powers of the soil.”
Sedangkan Johan Heinrich von Thunen (1780-1850) menyatakan perbedaan tinggi rendahnya sewa
tanah akibat perbedaan letak terhadap pasar penjualannya. Semakin dekat letak tanah dengan pasar
produk yang dihasilkan maka akan menekan/mengurangi biaya angkut produknya ke pasar. Akibatnya
sewa tanah tersebut relatif lebih tinggi daripada tanah yang letaknya lebih jauh dari pasar.
Mengenai kemiskinan, David Ricardo (1772-1823) dan Thomas Robert Malthus (1766-1834)
mengemukakan bahwa kemiskinan penduduk adalah disebabkan ”kesalahan sendiri” karena tidak
membentuk keluarga kecil. Hal ini dianggap sebagai perlawanan dari undang-undang orang miskin (poor
law) yang saat itu berlaku di Inggris. Menurut Ricardo (1772-1823) undang-undang tersebit tidak akan
memperbaiki kemiskinan, sebaliknya hanya mengurangi kemakmuran si miskin dan si kaya keduanya.
Pendapat ini terutama timbul dari teori ”dana upah” yang sebelumnya telah diketengahkan oleh Cantillon,
Turgot dan Smith.
Menurut teori ini permintaan tenaga kerja akan tergantung daripada dana upah yang terakumulasi,
daripada ”funds which are destined for the payment of wages” yang dihematkan, dan tiap jumlah uang
yang dibayarkan kepada yang satu, dengan sendirinya dikurangi daripada yang lain. Itulah sebabnya
bahwa bantuan kepada orang miskin adalah merugikan dana upah, jadi juga upah-upah kerja lainnya.
Menurut Nasau William Senior besarnya upah rata-rata, tergantung daripada perbandingan antara jumlah
yang disediakan para pengusaha bagi pembayaran upah, dan jumlah pekerja, pendapat serupa ini terdapat
pula pada Stuart Mill. Namun teori dana upah ini adalah suatu pengulangan kata yang tak berarti; tidak
ada yang dikemukakan selain daripada hal, bahwa upah rata-rata sama dengan dana upah, dibagi dengan
jumlah pekerja dan sebaliknya dana upah itu harus dapat diketahui dari hasil kali upah rata-rata dengan
jumlah orang upahan. Jika Ricardo (1772-1823) mengatakan bahwa dalam hal pertanian, pertambangan
dan produksi industri, barang-barang dipertukarkan dalam bandingan jumlah kerja, yang dipergunakan
untuk pembuatannya dalam keadaan marginal, maka profit sekarang dapat dipandangnya sebagai
ganjaran, biarpun ia tidak banyak menaruh perhatian terhadap residu ini. Rangkuman prognosa Ricardo
(1772-1823) tentang pembagian penghasilan masyarakat dapat dirumuskan ”rent naik, profit turun,
sedangkan upah tetap.”
Tentang profit yang menurun sehingga merupakan suatu tendensi penurunan, disambut oleh Marx (1818-
1883) dengan pernyataannya yang dianggap sebagai bukti untuk menerangkan keruntuhan kapitalisme.
Sedangkan menurut Keynes sebaliknya menggunakannya untuk menunjukkan perlunya politik konjungtur
(bussiness cycle) tertentu. Sedangkan bagi Ricardo (1772-1823) cukup dijelaskan bahwa pengusaha-
pengusaha yang pertama atau lebih awal di dalam merealisasikan pendapat barunya (invention) akan
memperoleh premi kedahuluan, sedangkan pengusaha yang belakangan akan memperoleh bagian yang
relatif kecil. Hal mana sejalan dengan teori keuntungan pengusaha yang dinamis yang diketengahkan oleh
Joseph Schumpeter.
Atas dasar pemikiran kaum klasik mengenai profit yang menurun, negara barat berlomba-lomba untuk
”menjual” penemuan dan rela untuk membiayai penelitian. Bagi Indonesia sendiri, penelitian dianggap
sebagai suatu biaya yang akan terbuang percuma, sehingga Indonesia terus ketinggalan karena tidak
pernah memperoleh premi kedahuluan dan hanya memperoleh bagian yang kecil atas produksi produk
teknologi lama.
Perdagangan sudah menjadi isu penting sejak jaman para filusuf yang mempermasalahkan apakah
perdagangan itu secara moral diterima atau tidak. Kaum merkantilis mengangkat citra perdagangan
walaupun masih sebatas memperbanyak logam mulia masuk ke dalam suatu negara (berorientasi ekspor).
Kaum klasik mencoba menjelaskan keuntungan dari kerjasama perdagangan internasional.
Adam Smith memulai mengajukan teori keuntungan absolut (absolute advantage), sedangkan David
Ricardo memperbaikinya dengan mengajukan teori keuntungan komparatif (comparative advantage).
Berbeda dengan pendapat Smith yang mengajukan perdagangan akan menguntungkan apabila suatu
negara memperdagangkan barang yang secara mutlak menguntungkannya. Ricardo berpendapat bahwa
suatu negara akan mendapatkan keuntungan dari perdagangan karena masing masing pihak mengambil
relative efficient tenaga kerjanya masing-masing.
Teori perdagangan internasional diketengahkan oleh David Ricardo (1772-1823) yang mulai dengan
anggapan bahwa lalu lintas pertukaran internasional hanya berlaku antara dua negara yang diantara
mereka tidak ada tembok pabean, serta kedua negara tersebut hanya beredar uang emas. Ricardo (1772-
1823) memanfaatkan hukum pemasaran bersama-sama dengan teori kuantitas uang untuk
mengembangkan teori perdagangan internasional. Walaupun suatu negara memiliki keunggulan aboslut,
akan tetapi apabila dilakukan perdagangan tetap akan menguntungkan bagi kedua negara yang melakukan
perdagangan.
Teori perdagangan telah mengubah dunia menuju globalisasi dengan lebih cepat. Kalau dahulu negara
yang memiliki keunggulan absolut enggan untuk melakukan perdagangan, berkat ”law of comparative
costs” dari Ricardo (1772-1823), Inggris mulai kembali membuka perdagangannya dengan negara lain.
Pemikiran kaum klasik telah mendorong diadakannya perjanjian perdagangan bebas antara beberapa
negara. Teori comparative advantage telah berkembang menjadi dynamic comparative advantage yang
menyatakan bahwa keunggulan komparatif dapat diciptakan. Oleh karena itu penguasaan teknologi dan
kerja keras menjadi faktor keberhasilan suatu negara. Bagi negara yang menguasai teknologi akan
semakin diuntungkan dengan adanya perdagangan bebas ini, sedangkan negara yang hanya
mengandalkan kepada kekayaan alam akan kalah dalam persaingan internasional.
Globalisasi merupakan hal yang tidak terhindarkan lagi. Mau tidak mau, Indonesia harus siap
menghadapinya. Kebijakan pemerintah yang salah akan membuat Indonesia semakin terpuruk. Untuk itu
penguasaan teknologi dan pengembangan sumber daya manusia harus diperhatikan.

Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik

1. Adam Smith (1723-1790)


1. Adam Smith adalah seorang pemikir besar dan ilmuwan kelahiran Kirkaldy Skotlandia tahun 1723,
guru besar dalam ilmu falsafah di Universitas Edinburgh, perhatiannya bidang logika dan etika, yang
kemudian semakin diarahkan kepada masalah-masalah ekonomi.Ia sering bertukar pikiran dengan
Quesnay dan Turgot dan Voltaire.

2. Adam Smith adalah pakar utama dan pelopor dalam mazhab Klasik.Karya besar yang disebut di
atas lazim dianggap sebagai buku standar yang pertama di bidang pemikiran ekonomi gagasannya adalah
sistem ekonomi yang mengoperasionalkan dasar-dasar ekonomi persaingan bebas yang diatur oleh
invisible hand, pemerintah bertugas melindungi rakyat, menegakkan keadilan dan menyiapkan sarana dan
prasarana kelembagaan umum.

3. Teori nilai yang digunakan Adam Smith adalah teori biaya produksi, walaupun semula
menggunakan teori nilai tenaga kerja. Barang mempunyai nilai guna dan nilai tukar. Ongkos produksi
menentukan harga relatif barang, sehingga tercipta dua macam harga, yakni harga alamiah dan harga
pasar dalam jangka panjang harga pasar akan cenderung menyamai harga alamiah, dan dengan teori
tersebut timbul konsep paradoks tentang nilai.

4. Sumber kekayaan bangsa adalah lahan, tenaga kerja, keterampilan dan modal. Dengan demikian,
timbul persoalan pembagian pendapatan yakni upah untuk pekerja, laba bagi pemilik modal dan sewa
untuk tuan tanah. Tingkat sewa tanah akan meningkat, sedangkan tingkat upah menurun, dengan asumsi
berlaku dana upah, dan lahan lama-kelamaan menjadi kurang subur, sedangkan persaingan tingkat laba
menurun yang akhirnya mencapai kegiatan ekonomi yang stationer. Smith berpendapat bahwa pembagian
kerja sangat berguna dalam usaha meningkatkan produktivitas. Pembagian kerja akan mengembangkan
spesialisasi. Pertambahan penduduk berarti meningkatkan tenaga kerja, dalam hal ini meningkatkan
permintaan dan perluasan pasar.

2. J.B. Say, Malthus dan David Ricardo

1. Jean Batiste Say adalah seorang pakar ekonomi kelahiran Perancis yang berasal dari keluarga
saudagar dan menjadi pendukung pemikiran Adam Smith. Say memperbaiki sistem Adam Smith dengan
cara yang lebih sistematis serta logis. Karya Say yaitu theorie des debouchees (teori tentang pasar dan
pemasaran) dan dikenal sebagai Hukum Say (Say’s Law) yaitu supply creats its oven demand tiap
penawaran akan menciptakan permintaanya sendiri. Menurut Say dalam perekonomian bebas atau liberal
tidak akan terjadi “produksi berlebihan” (over production) yang sifatnya menyeluruh, begitu juga
pengangguran total tidak akan terjadi. Yang mungkin terjadi menurut Say ialah kelebihan produksi yang
sifatnya sektoral dan juga pengangguran yang sifatnya terbatas (pengangguran friksi).

2. Thomas Robert Malthus dilahirkan tahun 1766 di Inggris, sepuluh tahun sebelum Adam Smith
menerbitkan The Wealth of Nations dan meninggal tahun 1834. Malthus adalah seorang ilmuwan di
bidang teologi yang kemudian memusatkan perhatiannya kepada masalah-masalah ekonomi dalam
perkembangan masyarakat. Malthus adalah alumnus dari University of Cambridge, Inggris, tempat ia
menyelesaikan pelajaran dalam ilmu matematika dan ilmu sejarah klasik. Malthus diangkat menjadi
Profesor of History and Political Economy di East India College.Bagian yang paling penting dalam pola
dasar pemikiran Malthus dan kerangka analisisnya ialah menyangkut teori tentang sewa tanah dan teori
tentang penduduk dengan bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of Population.Teori Malthus
pada dasarnya sederhana saja. Kelahiran yang tidak terkontrol menyebabkan penduduk bertambah
menurut deret ukur padahal persediaan bahan makanan bertambah secara deret hitung.

2. Ricardo adalah seorang Pemikir yang paling menonjol di antara segenap pakar Mazhab Klasik.
Ia sangat terkenal karena kecermatan berpikir, metode pendekatannya hampir seluruhnya
deduktif. David Ricardo telah mengembangkan pemikiran-pemikiran Adam Smith secara lebih
terjabar dan juga lebih sistematis.Dan pendekatannya teoretis deduktif, pemikirannya didasarkan
atas hipotesis yang dijadikan kerangka acuannya untuk mengkaji berbagai permasalahan menurut
pendekatan logika. Teori yang dikembangkan oleh Ricardo menyangkut empat kelompok
permasalahan yaitu: teori tentang distribusi pendapatan sebagai pembagian hasil dari seluruh
produksi dan disajikan sebagai teori upah, teori sewa tanah, teori bunga dan laba, teori tentang
nilai dan harga, teori perdagangan internasional dan, teori tentang akumulasi dan perkembangan
ekonomi.
B. EKONOMI NEO KLASIK

I.Pengertian Teori Ekonomi

Pengertian teori ekonomi adalah abstraksi dari kenyataan ekonomi yang berupa konsep-konsep tentang
variabel, asumsi, perilaku dan prediksi variabel dengan metodologi yang jelas. Uraian teori dilakukan
dengan sistematik yang konsisten.

Teori ekonomi berkembang terus karena masalah-masalah ekonomi yang dihadapi manusia mengalami
perubahan. Dalam usaha untuk menyelesaikan masalah tersebut lahirlah pemikiran-pemikiran yang diakui
sebagai teori. Teori ini merupakan jawaban teoritik terhadap masalah tadi.

Jika jawaban teoritik tadi dapat dibenarkan oleh penelitian empirik, maka relevansi teori mendukung
dalam penyelesaian masalah ekonomi. Dengan demikian teori tersebut dapat menjelaskan kenyataan
ekonomi dan dapat pula meramalkan apa yang akan terjadi terhadap perilaku-perilaku variabel ekonomi.

Mempelajari teori ekonomi positif berarti mempelajari apa adanya tentang masalah-masalah ekonomi,
sedangkan mempelajari ilmu ekonomi normatif cenderung mempelajari apa seharusnya. Dengan
demikian mempelajari ilmu ekonomi adalah mempelajari ilmu yang relatif netral.

Mempelajari sejarah pemikiran ekonomi bertujuan agar kita dapat mengetahui perkembangan pemikiran
dan teori ekonomi, memberi inspirasi, menanamkan sikap demokratik dan toleran.

II.PEMIKIRAN EKONOMI NEO-KLASIK

Pemikiran ekonomi klasik telah banyak mendapat kritik tajam dari berbagai ahli ekonomi, baik yang
berasal dari kubu faham sejarah, maupun kubu sosialis. Kritik-kritik tersebut diakibatkan karena ramalan
kaum Klasik yang pesimis dan tidak terbukti kemudian.Sejak tahun 1870 pengembangan teori mengalami
perubahan konsep dan metodologi yang sangat besar. Perubahan-perubahan tersebut sering dinamakan
revolusi teori ekonomi. Dikatakan demikian karena lingkungan teori ekonomi tidak lagi bersifat makro,
tetapi cenderung lebih membahas aspek-aspek mikro. Disamping itu dasar penentuan nilai tidak lagi
ongkos produksi atau nilai kerja saja, tetapi telah beralih pada teori kepuasan nilai marginal.Karena
analisis yang dibuat marx untuk meramal kejatuhan sistem kapitalis bertitik tolak dari teori nilai kerja dan
tingkat upah, oleh pakar Neo Klasik teori-teori tersebut dipelajari kembali secara mendalam. Dari sekian
banyak pakar-pakar Neo Klasik, ada empat orang yang melakukan penelitian tentang hal yang sama, yaitu
W. Stanley Jevons (1835), Leon Warlas (1837-1910), Carl Menger (1840-1921) dan Alfred Marshall
(1842-1924).

W. Stanley Jevons menulis Theory of Political Economy pada tahun 1871, Leon Warlas dari sekolah
Lausanne (swiss) menulis Elements of pure economics pada tahun 1874, Carl Menger dari Austria
menulis Principles of economics in germany pada tahun 1871, dan Alfred Marshall dari Cambridge
University sebetulnya pernah menulis Principles of economics pada awal tahun 1870-an, namun buku
tersebut baru diterbitkan 20 tahun kemudian.Walupun mereka melakukan penelitian secara terpisah, dari
hasil penelitian masing-masing mereka mengemukakan hal yang sama. Di samping kesimpulan yang
dihasilkan pun sama, bahwa teori nilai lebih (surplus value) Marx tidak menjelaskan secara tepat tentang
nilai komoditas. Mereka seperti menyepakati bahwa teori Marx tersebut tidak memberikan sumbangan
apapun dalam perkembangan teori ekonomi. Oleh karena itu dapat diabaikan. Kesimpulan dari ke empat
tokoh neo Klasik tersebut diatas telah meruntuhkan seluruh bangunan teori sosialis yang dikembangkan
marx dan Engels, sekaligus menyelamatkan sistem liberal/kapitalis dari kemungkinan krisis sebagaimana
diramal Marx.
C. TOKOH-TOKOH KEYNESIAN

1. Alvin Harvey Hansen (1887-1975)


Hansen mengaitkan permasalahan mengenai pendapatan nasional, investasi, & kes. kerja dgn gerak
gelombang atau fluktuasi ekonomi.
2. Simon Kuznets (1901-1985)
Kuznets berhasil menggabung ilmu statistik & ilmu matematika dgn ilmu ekonomi menjadi suatu
kesatuan yg padu. Ia juga banyak enyumbangkan pemikiran tentang hal-hal yg berhubungan dgn
perhitungan pendapatan nasional. Hubungan antara pendapatan nasional, konsumsi, tabungan,
pengangguran, inflasi, & harga-harga dapat dikaji/diamati menurut analisis kurun waktu (time series
analysis)
3. John R. Hicks (1904 …
Hicks telah ikut berjasa dlm mengembangkan pemikiran-pemikiran Keynes. Salah satu jasanya yg
sangat besar ialah kemampuannya dlm merangkai teori-teori ekonomi mikro kedlm kerangka teori makro
Keynes mel;alui pendekatan matematika. Hicks bersama-sama dgn Hansen memperkenalkan analisis IS-
LM. Analisis ini sangat bermanfaat dlm menjelaskan hubungan antar berbagai variabel dlm
perekonomian.
4. Wassily Leontief (1906…)
Leontief dinilai sangat berjasa dlm mengembangkan sebuah teori yg ternyata menjadi sangat berguna
untuk berbagai analisis ekonomi, yaitu analisis input-output. Menurut Leontief, hubungan & keterkaitan
antar sektor dlm perekonomian dpt digambarkan dlm suatu matriks. Matriks ini pada intinya berisi tabel-
tabel tentang output masing-masing sektor.
5. Paul Samuelson (1915…)
Memperlihatkan bagaimana perdag. luar negeri dimasukkan dlm kerangka umum teori ekonomi makro.
Atas jasanya banyak negara yg lebih terdorong untuk lebih membuka pasarnya terhadap perekonomian
internasional. Mem-perlihatkan bagaimana hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini saling
memperkuat antara faktor pengganda (multiplier) dgn accelerator dpt dijelaskan secara sederhana.
Permintaan efektif masyarakat dipengaruhi oleh autonomous investment (investasi yg besarnya
ditentukan oleh perekonomian itu sendiri). Dampak investasi terhadap perekonomian menjadi berlipat
ganda karena adanya multiplier, besarnya angka pengganda atau multiplier ini sangat ditentukan oleh
kecenderungan mengonsumsi (propensity to consume) ma-syarakat. Makin besar kecenderungan
mengkonsumsi, makin besar angka pengganda, makin besar pula dampak investasi terhadap
perekonomian.
Dampak investasi terhadap perek. menjadi jauh lebih besar karena adanya ak-selerator. Prinsip
akselerator secara sederhana adalah perubahan dlm penda-patan nasional akan menyebabkan terjadinya
perubahan dlm jumlah investasi. Perubahan dlm investasi menyebabkan bertambahnya pendapatan
nasional melalui proses akselerasi, yg bersifat kumulatif. Interaksi antara multiplier & akselerator
berdampak terhadap pendapatan nasional menjadi semakin berlipat ganda.
D. TOKOH ALIRAN MONETARIS

Sebetulnya aliran monetaris sudah berdiri sejak lama. Hanya saja pandangan-pandagan kaum monetaris
ini baru diperhatikan setelah terjadinya kasus membubungnya inflasi yang dibarengi dengan semakin
tingginya tingkat pengangguran pada tahun 70-an. Tokoh utama aliran monetaris, tidak diragukan lagi,
adalah Milton Friedman (1912-…), profesor ekonomi dari University of Chicago. Sesudah bekerja di
komisi Sumber Daya Alam di Washington, ia bergabung sebagai staf peneliti National Bureau of
Economic Research tahun 1937 (dalam usia 25 tahun!). Karena jasa-jasanya yang sangat besar dalam
mengembangkan ilmu ekonomi, ia mendapat Hadiah Nobel tahun 1976.
Pandangan-pandangan Friedman dapat diikuti dan berbagai buku, jurnal serta artikel-artikel populer di
majalah dan koran- koran Amerika. Buku-buku penting yang ditulisnya antara lain: Taxing to prevent
Inflation (1943); A Theory of the Consumption Function (1957); A Programme for Monetary Stability
(1960), Price Theory (1962); Capitalism and Freedom (1962); bersama Anna Schwartz menulis A
Monetary History of the United States 1867-1960 (1963); Inflation: Causes and Consequences (1963);
The Great Contraction (1965); The Optimum Quantity of Money (1969); A Theoritical Framework for
Monetary Analysis (1971); kumpulan tulisan populer There ‘s No Such Thing Such as a Free Lunch
(1975); Monetary Trends in The United States and the United Kingdom (1982) dan Bright Promises,
Dismal Performance (1983).
Antara Friedman dan monetaris sering dianggap sebagai synonyms. Tetapi ini tidak berarti ia sebagai
satu-satunya. Tokoh-tokoh lain yang dianggap sealiran, atau pendukung-pendukung aliran monetaris
antara lain: Karl Brunner (University of Rochester), Allan Meltzer dan Bennet McCallum (dari Carnegie
Mellon), Thomas Mayer (University of California, Davis), Phillip Cagan (Columbia University), David
Laidler dan Michael Parkin (University of Western Ontario) dan William Poole (Brown University).
Perlu juga dicatat bahwa pendukung aliran moiletaris tidak terbatas pada ahli-ahli ekonomi dan kalangan
akademis saja. Lembaga seperti Federal Reserve Bank dan St. Louis dan komitekomite kongres juga
banyak menganut perspektif monetaris.

Milton bukanlah satu-satunya tokoh dalam aliran monetaris ini, ada beberapa tokohyang merpakan
pendukung aliran monetaris ini, diantaranya adalah:
1.Karl Brunner (University of Rochester)
Karl Brunner lahir pada tanggal 16 Februari 1916. Karl Brunner (1916-1989) dengan Milton Friedman
dan Allan Meltzer merupakan pemimpinrevolusi monetaris dari tahun tujuh puluhan. Karyanya
difokuskan padakebijakan moneter sebagai sumber utama ketidakstabilan. Bersama denganAllan dan
Meltzer dia menantang validitas paradigma Keynesian danmengusulkan suatu model alternatif ekonomi
di mana transmisi impulsmoneter untuk perekonomian tidak tergantung hanya pada sensitivitas
bunga permintaan uang tetapi pada elastisitas kepentingan relatif aset pasar dan juga pada variasi dalam
kekayaan. Sebuah fitur tak terduga dari model alternatif adalah bahwa kebijakan fiskal menentukan
tingkat harga. Karl Brunner memiliki dasar yang kuat dalam metodologi dan merupakan penganut
aliranfilsafat empiris. Selain pasar aset dan makroekonomi, Karl Brunner menulissecara ekstensif pada
sifat manusia, peran pasar dan lembaga.
2.Allan Meltzer dan Bennet McCallum
Allan H. Meltzer
adalah seorangekonom Amerikadan profesor Ekonomi Politik diCarnegie MellonUniversityTepper
School of BusinessdiPittsburgh ,Pennsylvania. Beliau lahir pada tanggal 6 Februari 1928, diBoston,
Massachusetts. Beliau adalah pengarang puluhan makalah akademik dan buku tentang kebijakan moneter
danFederal Reserve Bank , dan dianggapsebagai salah satu ahli terkemuka di dunia pada pengembangan
dan penerapankebijakan moneter. Bukunya, “Sejarah Federal Reserve” dianggap sejarahyang
komprehensif oleh sebagian besar bank sentral. Dr Meltzer adalah KetuaLembaga Keuangan
Internasional Komisi Penasihat, yang dikenal sebagaiKomisi Meltzer . Mayoritas Laporan Komisi
mengusulkan perubahan operasiDana Moneter Internasional, terutama untuk orang-orang dari Bank
Dunia,yang mayoritas direkomendasikan harus menarik diri dari pinjaman kepada"negara berpendapatan
menengah". Dr Meltzer adalah penerima penghargaan pertama dari AEI'sIrving Kristol pada tahun
2003.Sedangkan
Bennett McCallum
lahir pada tanggal 27 Juli 1935 danmerupakan seorangekonom moneter Amerika. Beliau adalah Profesor
HJHeinz Ekonomi diUniversitas Carnegie Mellons 'Tepper School of Business. McCallum meraih
gelar BA(Ekonomi) danB.Sc.(dalam teknik kimia) dari Universitas Rice. Beliau kemudian menjadi
profesor di Carnegie Mellon padatahun 1981, setelah mendapat gelar guru diUniversity of Virginia(1974-
1982).Allan Meltzer dan Bennet McCallum ini merupakan salah satu tokohyang dianggap sealiran atau
merupakan pendukung-pendukung aliranmonetaris.
3.Thomas Mayer (University of Calivornia, Davis)
4.Philip Cagan (Colombia University)
Philip Cagan lahir diSeattle,Washingtonpada tahun 1927. Cagan bergabung denganAngkatan Laut
Amerika Serikat pada usia 17 dan ikut bertempur diPerang Dunia II. Setelah perang, Cagan memutuskan
untuk pergike perguruan tinggi, dan meraih gelar BAdariUCLApada tahun 1948. Cagan menerima
gelar MApada tahun 1951, dan gelar Ph.D.dalamEkonomipada tahun 1954 dariUniversitas Chicago.
Setelah lulus sekolah, Cagan bergabungdenganBiro Riset Ekonomi Nasional(NBER) di New York selama
dua tahun. Kemudian kembali memasuki Cagan akademi, mengajar di UniversitasChicago selama tiga
tahun, dan diBrown Universityselama tujuh tahun. Padatahun 1966 Cagan dipekerjakan olehColumbia
UniversitydiWashington DC. Selama di Columbia, Cagan juga dikaitkan denganAmerican
EnterpriseInstitute(AEI) di Washington, DC, menulis mengenai isu-isu kebijakan publik.Pekerjaan Cagan
difokuskan padakebijakan moneter dan pengendalianinflasi. Cagan telah menerbitkan lebih dari 100
buku, artikel jurnal, review,laporan, dan pamflet serta topik-topik berkaitan
denganmakroekonomi. Bukunya yang paling terkenal adalah tentang “Penentu dan Dampak Perubahan di
Bursa Uang”, 1875-1960, sebuah karya yang berusaha untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat
antara perubahan uang, harga danoutput. Buku ini merupakan bagian dari NBER seri yang mengandung
SejarahMoneter Amerika Serikat, 1867-1960, yang ditulis olehMilton FriedmandanAnna J. Schwartz's.
Cagan menulis buku berjudul “Dinamika Moneter Hyperinflasi” yang merupakan suatu karya yang
menjadi instan klasik dilapangan. Artikel ini berisi manipulasi luas persamaan diferensialdan penggunaan
cerdas nilai bobot rata-rata eksponensial, dianalisis tujuhhiperinflasidan menemukan bahwa "
diperkirakan uang sebagai parameter fungsi permintaanselamahiperinflasimemenuhi
kondisistabilitasdinamis yang dapat menghalangiinflasi.
5.David Laidler dan Michael Parkin (University of Western Ontario)
David Ernest William Laidler lahir pada tanggal 12 Agustus 1938. Davidtelah menjadi salah satu ulama
terkemukamonetarisme.Beliau menerbitkanartikel jurnal ekonomi utama tentang topik di 1960-an dan
awal 1970-an.Bukunya berkaitan dengan Kebutuhan Uang, diterbitkan dalam empat edisidari tahun 1969
sampai 1993 (dengan sub judul diubah sedikit). Buku ini berisi tentang stabilitas hubungan
antara pendapatandan permintaan terhadap uangserta mempertimbangkan efek dari hukum, teknologi ,
dan perubahankelembagaan pada permintaan uang. Dipublikasikannya buku ini
menyebabkan David Laidler menerimaHadiah Donner pada tahun 2004.Kemudian dalam karirnya,
Laidler memfokuskan dirinya kepadasejarah pemikiran ekonomidan beliau merupakan salah satu
pendukung aliranmonetaris.
6.William Poole (Brown University)
William Poole lahir pada tanggal 19 Juni 1937 diWilmington,Delawaredan merupakan kepala eksekutif
kesebelas dariFederal ReserveBank of St Louis. Poole telah menerbitkan dua buku, Uang dan Ekonomi:
AView Monetarist, pada tahun 1978, dan Prinsip Ekonomi, pada tahun 1991.

Anda mungkin juga menyukai