Oleh :
DANIEL IVAN SEMBIRING
140100136
Supervisor :
dr. Syahril Rahmat Lubis, Sp.KK (K)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Tumor Ganas Kulit”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi
persyaratan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
arahan dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
atas bimbingan dan ilmu yang sangat berguna bagi penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut membantu dengan
memberikan dukungan ide.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya. Untuk itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan makalah penyuluhan
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih.
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Tujuan Pembuatan Makalah ........................................................... 2
1.3. Manfaat Pembuatan Makalah ......................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………........ 3
2.1. Pengertian ..................................................................................... 3
2.2. Melanoma Malignan ..................................................................... 4
2.3. Karsinoma Sel Basal ..................................................................... 10
2.4. Karsinoma Sel Skuamosa............................................................... 14
BAB III KESIMPULAN……………………………………………………... 18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Pengertian
Kanker kulit adalah kelainan pada sel kulit yang disebabkan oleh mutasi pada
DNA sel, yang membuat pertumbuhan sel cepat, usia sel lebih panjang dan sel
kehilangan sifat dasarnya. Kanker kulit umumnya terjadi pada bagian kulit yang
sering terkena sinar matahari, namun kondisi ini juga dapat terjadi pada bagian kulit
yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Berdasarkan jenis sel yang diserang, kanker kulit dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
Melanoma Malignan. Ini merupakan kanker kulit yang terjadi pada bagian
melanosit. Kanker kulit melanoma merupakan kanker kulit yang jarang
terjadi, namun berbahaya.
Kanker kulit non-melanoma. Ini merupakan kanker kulit yang terjadi pada
jaringan kulit selain melanosit. Kanker kulit non-melanoma dibedakan
menjadi dua jenis sebagai berikut:
o Karsinoma Sel Basal (Basal Cell Carcinoma, BCC), yaitu kanker
kulit yang terjadi pada bagian bawah epidermis. Kanker sel basal
merupakan jenis kanker non-melanoma yang paling umum terjadi
pada manusia.
o Karsinoma Sel Skuamosa (Squamous Cell Carcinoma, SCC), yaitu
kanker kulit yang terjadi pada bagian atas epidermis. Kanker sel
skuamosa cukup umum terjadi, namun frekuensinya tidak sebanyak
kanker sel basal.
Dilihat dari segi histopatologik, maka tumor ganas mempunyai struktur yang
tidak teratur dengan diferensiasi sel dalam berbagai tingkatan pada kromatin, nukleus
dan sitoplasma.
2.2. Melanoma Malignan
Melanoma adalah kanker yang bermula di melanosit. Nama lain dari kanker
ini adalah malignant melanoma dan cutaneus melanoma. Etiologi dan patogenesis
kulit melanoma tidak diketahui. Studi epidemiologi menunjukkan peran
kecenderungan genetik dan paparan sinar matahari dalam pengembangan
melanoma(Wolff, 2009).
Melanoma maligna jarang ditemukan,merupakan 1-3% seluruh keganasan.
Insiden pada wanita hampir sama dengan laki-laki dengan frekuensi tertinggi
ditemukan pada umur 30-60 tahun,jarang pada anak(Rata, 2008).
A. Gejala Klinis
Bentuk dini sangat sulit dibedakan dengan tumor lainnya. Karena melanoma
maligna merupakan penyakit yang fatal bila telah metastatis jauh, maka kemampuan
untuk mengenali keganasan dini perlu diperdalam. Lokalisasi dilaporkan terbanyak di
ekstremitas bawah, kemudian di daerah badan, kepala/leher, ekstremitas atas dan
kuku. Melanoma maligna atas dasar perjalanan penyakit, gambaran klinis dan
histogenesis dibagi sebagai berikut:
A.1.Bentuk Superfisial
Merupakan yang paling sering ditemukan(54% seluruh kasus). Umumnya
kelainan berupa bercak dengan ukuran beberapa mm sampai beberapa cm dengan
warna bervariasi(kehitaman, kecoklatan, putih, biru), tak teratur, berbatas tegas
dengan sedikit penonjolan dipermukaan kulit(Wolff, 2009).
Gambar 2.12 Melanoma maligna bentuk superfisial
Sumber:Wolff, 2009
C. Diagnosa Banding
1. Nevus Pigmentosus
2. Nevus Biru
3. Keratosis Seboroika
4. Penyakit Bowen
5. Dermatofibroma
6. Granula Piogenikum
D. Pengobatan
Penatalaksanaan pada pasien melanoma sesuai dengan stadium klinisnya, yaitu:
1. Stadium Klinik I Melanoma Maligna
Untuk lesi yang terletak pada kuku (melanoma subungual) dan jari
tangan atau kaki bagian distal, dilakukan disartikulasi metakarpal atau
metatarsal. Untuk lesi yang terletak di jari tangan atau kaki bagian
proksimal, dilakukan amputasi karpometakarpal atau tarsometatarsal.
Penentuan batas tepi eksisi optimal dan pertimbangan pengangkatan
kelenjar limfe regional sebagai tindakan profilaksis, terutama tergantung
pada jenis dan lokasi melanoma maligna, tingkat invasi Clark dan
kedalaman (ketebalan) Breslow.
2. Stadium Klinik II Melanoma Maligna
Eksisi luas disertai pengangkatan kelenjar limfe regional.
3. Stadium Klinik III Melanoma Maligna
Agen kemoterapeutik tradisional yang terbaik yaitu
Dacarbazine/Dimetil Triazeno Imidazole Carboxamide (DTIC). Dapat
diberikan tersendiri atau dikombinasi dengan obat kemoterapeutik
sistemik lainnya. BCG merupakan imunoterapi aktif non spesifik,
Terutama digunakan untuk pengobatan melanoma maligna yang
mengadakan metastasis ke kulit Diberikan secara intralesi dan
memberikan pengaruh yang cukup bermanfaat.
E. Klasifikasi Klinis
1. Stadium I : Melanoma maligna lokal tanpa metastasis jauh atau ke kelenjar
limfe regional. Termasuk dalam stadium I: melanoma primer yang belum
diobati atau telah dilakukan biopsi eksisi, melanoma rekuren lokal yang
berada dalam jarak 4 cm dari lesi primer, melanoma primer multipel.
2. Stadium II : Sudah terjadi metastasis yang terbatas pada kelenjar limfe
regional. Termasuk stadium II: melanoma primer yang mengadakan
metastasis secara simultan, melanoma primer yang terkontrol dan kemudian
terjadi metastasis, melanoma rekuren lokal dengan metastasis, metastasis in-
transit yang berada diluar jarak 4cm dari lesi primer, melanoma primer yang
tidak diketahui dengan metastasis.
3. Stadium III : Melanoma disseminata, dimana sudah terjadi metastasis jauh.
Termasuk stadium III: bila sudah terjadi metastasis kealat-alat dalam atau
subkutan.
B. Patogenesis
Tumor ini disangka berasal dari sel epidermal pluripotensial, atau dari
epidermis/adneksanya. Faktor predisposisinya ialah faktor lingkungan dan genetik.
Faktor lingkungan ialah radiasi, bahan kimia(misalnya Arsen), pekerjaan tertentu
yang banyak terkena sinar matahari(misalnya: nelayan, petani) adanya trauma(luka
bakar) atau ulkus sikatriks. Faktor genetik ialah misalnya xeroderma pigmentosum,
albinism(Rata, 2008).
Sumber lain mengatakan patogenesisnya didahului dengan kolagen yang
sering dijumpai pada kulit yang sedikit pigmennya dan mendapat sinar matahari yang
berlebih sehingga nutrisi epidermis terganggu yang mana hal ini merupakan
predileksi terjadinya suatu kelainan kulit. Melanin berfungsi sebagai alergi amorf
yang dapat menyerap energi dan menghilangkan dalam bentuk panas. Jika energi
masuk terlalu besar dapat merusak dan mematikan sel atau mengalami mutasi untuk
selanjutnya menjadi sel kanker(Wolff, 2009).
C. Tata Laksana
Tujuan terapi pada pasien KSB yaitu untuk mengeradikasi sel tumor dengan
kerusakan kosmetik yang minimal. Teknik dengan 3 siklus curettage dan
electrodesiccation tidak direkomendasikan untuk lesi di daerah kepala dan
leher.Umumnya, setelah 4-6 minggu penyembuhan akan tampak jaringan parut
hipertrofik yang luas dan lesi hipopigmentasi(Bader, 2008).
Radioterapi efektif dan terkadang cocok untuk individu dengan usia lebih dari
40 tahun, tetapi kekambuhan tumor setelah terapi radiasi lebih sulit diatasi serta dapat
meningkatkan agresifitas sel-sel tumor. Terapi radiasi merupakan metode yang mahal
untuk mengobati KSB dan hanya boleh digunakan jika pilihan terapi lainnya tidak
cocok. Mohs surgery (tindakan membuang tumor diikuti dengan pemeriksaan
histopatologi frozen section segera untuk memeriksa margin) menunjukkan angka
kesembuhan tertinggi yakni 98% dan kehilangan jaringan yang ditimbulkan sedikit.
Metode ini cocok untuk tumor pada kelopak mata, lipatan nasolabialis,
canthus, telinga luar, dan pelipis, untuk lesi yang kambuh, dan untuk tujuan kosmetik.
Sebagian pasien KSB, umumnya akan mengalami kekambuhan sehingga diperlukan
pemantauan untuk mendeteksi lesi baru atau lesi kambuh(Bader, 2008).
A. Gejala Klinis
Umur yang paling sering ialah 40-50 tahun dengan lokalisasi yang tersering di
tungkai bawah dan secara umum ditemukan lebih banyak dan secara umum
ditemukan lebih banyak pada laki-laki daripada wanita. Tumor ini dapat tumbuh
lambat, merusak jaringan setempat dengan kecil kemungkinan 18 bermetastatis.
Sebaliknya tumor ini dapat pula tumbuh cepat, merusak jaringan disekitarnya dan
bermetastatis jauh, umumnya melalui saluran getah bening(Rata, 2008). Secara
histopatologik ditemukan:
A.1. Bentuk intraepidermal
Karsinoma sel skuamosa ini terbatas pada epidermis dan terjadi pada berbagai
lesi kulit yang telah ada sebelumnya seperti ditemukan pada keratosis solaris, kornu
kutanea, keratosis arsenikal, penyakit bowen, eritroplasia dan epitelioma Jadassohn.
Penyakit ini dapat menetap dalam jangka waktu lama ataupun menembus lapisan
basal sampai ke dermis dan selanjutnya bermetastatis melalui saluran getah
bening(Rata, 2008).
A.2. Bentuk invasif
Karsinoma sel skuamosa ini dapat berkembang dari KSS in situ dan dapat
juga dari kulit normal, walaupun jarang. KSS invasif yang muncul baik pada
karsinoma in situ, lesi premaligna atau kulit normal, biasanya adalah berupa nodul
kecil dengan batas yang tidak jelas, berwarna sama dengan warna kulit atau agak
sedikit eritema.
Permukaannya mula-mula lembut kemudian berkembang menjadi
papilomatosa. Ulserasi biasanya timbul didekat pusar dari tumor, dapat terjadi cepat
atau lambat, berdiameter 1-2 cm. Permukaan tumor mungkin granular dan mudah
berdarah, sedangkan pinggir ulkus biasanya meninggi dan mengeras dan dapat
dijumpai krusta(Wolff, 2009)
B. Patogenesis
Karsinoma sel skuamosa berasal dari sel epidermis yang mempunyai beberapa
tingkat kematangan, dapat intraepidermal, dapat pula bersifat invasif dan
bermetastatis jauh. Secara histopatologi sel-sel keratinosit yg atipik sudah masuk ke
lapisan dermis, Dapat terjadi de novo, tetapi terutama dari lesi prekusor . Bila secara
klinis lesi prekusor yg semula asimptomatik menjadi sakit, indurasi, erosi & skuama
bertambah atau lesi cepat bertambah besar petanda terjadi SCC invasif atau lesi tidak
sembuh dan rekuren sesudah diobati
Aggresivitasnya ditentukan oleh faktor penyebab, immunitas & level
differensiasi selnya. Sebagian besar yg penyebabnya UV kemungkinan metastase
jauhnya rendah pada orang yg sehat, lebih agresif pada penderita immunosupresan .
KESIMPULAN