Anda di halaman 1dari 21

TUMOR GANAS KULIT

TUGAS PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Oleh :
DANIEL IVAN SEMBIRING
140100136

Supervisor :
dr. Syahril Rahmat Lubis, Sp.KK (K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
TUMOR GANAS KULIT
MAKALAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik


Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Nama : Daniel Ivan Sembiring


NIM : 140100136

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Tumor Ganas Kulit”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi
persyaratan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
arahan dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
atas bimbingan dan ilmu yang sangat berguna bagi penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut membantu dengan
memberikan dukungan ide.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya. Untuk itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan makalah penyuluhan
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih.

Medan, 04 Mei 2018


Penulis

Daniel Ivan Sembiring


DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Tujuan Pembuatan Makalah ........................................................... 2
1.3. Manfaat Pembuatan Makalah ......................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………........ 3
2.1. Pengertian ..................................................................................... 3
2.2. Melanoma Malignan ..................................................................... 4
2.3. Karsinoma Sel Basal ..................................................................... 10
2.4. Karsinoma Sel Skuamosa............................................................... 14
BAB III KESIMPULAN……………………………………………………... 18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Tumor ganas pada kulit atau kanker kulit adalah yang paling umum dari semua
kanker pada manusia, dengan insiden 1 juta orang di Amerika Serikat didiagnosis
setiap tahun dengan penyakit kanker ganas kulit. Setiap tahun sekitar 440.000 orang
Australia dirawat karena kanker kulit dan lebih dari 1.850 orang kehilangan hidup
mereka karena penyakit ini. Data dari The Cancer Association of South Africa
(CANSA) memperlihatkan bahwa pada tahun 2000-2001 kanker yang paling sering
terjadi adalah kanker kulit yang terdiri atas karsinoma sel basal, karsinoma sel
skuamosa, dan melanoma. Insiden kanker kulit di Afrika Selatan nomor dua setelah
Australia. Dilaporkan 20.000 kasus baru dan lebih dari 700 kematian yang
diakibatkannya setiap tahun. Di Indonesia penyakit kanker saat ini menjadi penyebab
kematian keenam berdasarkan data dari survei kesehatan rumah tangga(SKRT)2002.
Kepala Bagian Radiologi RSCM FKUI Dokter Soehartati PhD di Jakarta mengatakan
bahwa salah satu penyakit kanker yang banyak dialami penduduk Indonesia saat ini
adalah kanker kulit dengan persentase 7 persen(Depkes, 2003).
1.2. Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis,
diagnosa banding, terapi, dan prognosis tumor ganas kulit
2. Sebagai tugas makalah yang diberikan selama menjalankan Program
Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin.

1.3. Manfaat Pembuatan Makalah


Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah menambah ilmu pengetahuan
tentang penyakit kulit khususnya tumor ganas kulit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
Kanker kulit adalah kelainan pada sel kulit yang disebabkan oleh mutasi pada
DNA sel, yang membuat pertumbuhan sel cepat, usia sel lebih panjang dan sel
kehilangan sifat dasarnya. Kanker kulit umumnya terjadi pada bagian kulit yang
sering terkena sinar matahari, namun kondisi ini juga dapat terjadi pada bagian kulit
yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.

Berdasarkan jenis sel yang diserang, kanker kulit dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
 Melanoma Malignan. Ini merupakan kanker kulit yang terjadi pada bagian
melanosit. Kanker kulit melanoma merupakan kanker kulit yang jarang
terjadi, namun berbahaya.
 Kanker kulit non-melanoma. Ini merupakan kanker kulit yang terjadi pada
jaringan kulit selain melanosit. Kanker kulit non-melanoma dibedakan
menjadi dua jenis sebagai berikut:
o Karsinoma Sel Basal (Basal Cell Carcinoma, BCC), yaitu kanker
kulit yang terjadi pada bagian bawah epidermis. Kanker sel basal
merupakan jenis kanker non-melanoma yang paling umum terjadi
pada manusia.
o Karsinoma Sel Skuamosa (Squamous Cell Carcinoma, SCC), yaitu
kanker kulit yang terjadi pada bagian atas epidermis. Kanker sel
skuamosa cukup umum terjadi, namun frekuensinya tidak sebanyak
kanker sel basal.
Dilihat dari segi histopatologik, maka tumor ganas mempunyai struktur yang
tidak teratur dengan diferensiasi sel dalam berbagai tingkatan pada kromatin, nukleus
dan sitoplasma.
2.2. Melanoma Malignan

Melanoma adalah kanker yang bermula di melanosit. Nama lain dari kanker
ini adalah malignant melanoma dan cutaneus melanoma. Etiologi dan patogenesis
kulit melanoma tidak diketahui. Studi epidemiologi menunjukkan peran
kecenderungan genetik dan paparan sinar matahari dalam pengembangan
melanoma(Wolff, 2009).
Melanoma maligna jarang ditemukan,merupakan 1-3% seluruh keganasan.
Insiden pada wanita hampir sama dengan laki-laki dengan frekuensi tertinggi
ditemukan pada umur 30-60 tahun,jarang pada anak(Rata, 2008).

A. Gejala Klinis
Bentuk dini sangat sulit dibedakan dengan tumor lainnya. Karena melanoma
maligna merupakan penyakit yang fatal bila telah metastatis jauh, maka kemampuan
untuk mengenali keganasan dini perlu diperdalam. Lokalisasi dilaporkan terbanyak di
ekstremitas bawah, kemudian di daerah badan, kepala/leher, ekstremitas atas dan
kuku. Melanoma maligna atas dasar perjalanan penyakit, gambaran klinis dan
histogenesis dibagi sebagai berikut:
A.1.Bentuk Superfisial
Merupakan yang paling sering ditemukan(54% seluruh kasus). Umumnya
kelainan berupa bercak dengan ukuran beberapa mm sampai beberapa cm dengan
warna bervariasi(kehitaman, kecoklatan, putih, biru), tak teratur, berbatas tegas
dengan sedikit penonjolan dipermukaan kulit(Wolff, 2009).
Gambar 2.12 Melanoma maligna bentuk superfisial
Sumber:Wolff, 2009

A.2. Bentuk nodular


Melanoma d’emblee ditemukan 32% seluruh kasus. Nodus yang ditemukan
biasanya berwarna biru kehitaman serta mempunyai bentuk yang terbatas di
epidermal dengan permukaan licin dan nodus yang menonjol di permukaan kulit
dengan bentuk yang tidak teratur.
A.3. Lentigo Melanoma Malignant
LMM timbul dari lesi lentigo maligna yang telah ada sebelumnya.
LMM kira-kira 5% dari melanoma kulit primer, terutama terjadi pada orang
tua.
Perbandingan antara pria dan wanita sebesar 1:2-3.
Berlawanan dengan subtipe melanoma lainnya,
LMM mengenai daerah tubuh yang terpapar sinar matahari, terutama wajah.
Lesi pada lentigo maligna biasanya berupa bercak makula kecil, berwarna coklat
gelap, coklat atau hitam. Pada permukaannya dapat dijumpai adanya bercak-bercak
pigmentasi, yang tersebar tidak teratur.

Gambar 2.12 Melanoma maligna bentuk lentigo


Sumber:Wolff, 2009
B. Tanda-tanda melanoma malignan
Enam tanda melanoma malignan(ABCDE Rule) adalah:
1. Asimetri dalam bentuknya, setengah bagian tidak sama dengan bagian lainnya.
2. Border atau pinggirnya tidak rata
3.Warna tidak seragam,berbintik,ada warna coklat,hitam,abu-abu,merah,dan putih
4. Diameter sekitar 6,0 mm
5. Elevasi hampir selalu tampak dan irreguler.
6. Riwayat dari peningkatan ukuran lesi(Wolff, 2009).

C. Diagnosa Banding
1. Nevus Pigmentosus
2. Nevus Biru
3. Keratosis Seboroika
4. Penyakit Bowen
5. Dermatofibroma
6. Granula Piogenikum

D. Pengobatan
Penatalaksanaan pada pasien melanoma sesuai dengan stadium klinisnya, yaitu:
1. Stadium Klinik I Melanoma Maligna
Untuk lesi yang terletak pada kuku (melanoma subungual) dan jari
tangan atau kaki bagian distal, dilakukan disartikulasi metakarpal atau
metatarsal. Untuk lesi yang terletak di jari tangan atau kaki bagian
proksimal, dilakukan amputasi karpometakarpal atau tarsometatarsal.
Penentuan batas tepi eksisi optimal dan pertimbangan pengangkatan
kelenjar limfe regional sebagai tindakan profilaksis, terutama tergantung
pada jenis dan lokasi melanoma maligna, tingkat invasi Clark dan
kedalaman (ketebalan) Breslow.
2. Stadium Klinik II Melanoma Maligna
Eksisi luas disertai pengangkatan kelenjar limfe regional.
3. Stadium Klinik III Melanoma Maligna
Agen kemoterapeutik tradisional yang terbaik yaitu
Dacarbazine/Dimetil Triazeno Imidazole Carboxamide (DTIC). Dapat
diberikan tersendiri atau dikombinasi dengan obat kemoterapeutik
sistemik lainnya. BCG merupakan imunoterapi aktif non spesifik,
Terutama digunakan untuk pengobatan melanoma maligna yang
mengadakan metastasis ke kulit Diberikan secara intralesi dan
memberikan pengaruh yang cukup bermanfaat.
E. Klasifikasi Klinis
1. Stadium I : Melanoma maligna lokal tanpa metastasis jauh atau ke kelenjar
limfe regional. Termasuk dalam stadium I: melanoma primer yang belum
diobati atau telah dilakukan biopsi eksisi, melanoma rekuren lokal yang
berada dalam jarak 4 cm dari lesi primer, melanoma primer multipel.
2. Stadium II : Sudah terjadi metastasis yang terbatas pada kelenjar limfe
regional. Termasuk stadium II: melanoma primer yang mengadakan
metastasis secara simultan, melanoma primer yang terkontrol dan kemudian
terjadi metastasis, melanoma rekuren lokal dengan metastasis, metastasis in-
transit yang berada diluar jarak 4cm dari lesi primer, melanoma primer yang
tidak diketahui dengan metastasis.
3. Stadium III : Melanoma disseminata, dimana sudah terjadi metastasis jauh.
Termasuk stadium III: bila sudah terjadi metastasis kealat-alat dalam atau
subkutan.

Klasifikasi Tingkat Invasi Menurut Clark


 Tingkat I : sel melanoma terletak diatas membrana basalis epidermis
(melanoma in situ/ intraepidermal)
 Tingkat II : invasi sel melanoma sampai dengan lapisan papilaris dermis
(dermis superfisial), tapi tidak mengisi papila dermis.
 Tingkat III : sel melanoma mengisi papila dermis dan meluas sampai taut
dermis papiler dan retikuler.
 Tingkat IV : invasi sel melanoma sampai dengan lapisan retikularis dermis
 Tingkat V : invasi sel melanoma sampai dengan jaringan sub kutan.
2.3. Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal (KSB) yang disebut juga basalioma adalah tumor ganas
kulit yang paling sering ditemukan terutama pada kulit putih. KSB merupakan kanker
yang paling umum pada manusia(Wolff, 2009). Beberapa sinonim dikenal antara lain:
basal cell epithelioma(BCE), basalioma, ulkus rodens dan ulkus Jacobs(Rata, 2008).
A. Gejala Klinis
Tumor ini umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat invasif, jarang
mengalami penyebaran(metastatis). Dapat merusak jaringan di sekitarnya malah
dapat sampai ke tulang, serta cenderung untuk residitif lebih-lebih bila
pengobatannya tidak adekuat(Rata, 2008). Perlahan-lahan berkembang, biasanya
tanpa gejala. Bentuk klinis yang banyak ditemukan ialah:
A.1. Bentuk Nodular
Bentuk ini paling sering ditemukan. Pada tahap permulaan sangat sulit
ditentukan malah dapat berwarna seperti kulit normal atau menyerupai kulit.
Gambaran klinis yang khas berupa gambaran keganasan dini seperti tidak berambut,
berwarna coklat/hitam, tidak berkilat(keruh). Pada perabaan terasa sangat keras dan
berbatas tegas. Dengan trauma ringan atau bila krustanya diangkat mudah terjadi
perdarahan(Wolff, 2009).
A.2. Bentuk Superfisial
Bentuk ini menyerupai penyakit Bowen, lupus eritematosus, psoriasis, atau
dermatomikosis. Ditemukannya di badan serta umumnya multiple. Biasanya terdapat
faktor-faktor etiologi berupa faktor terpapar zat arsen atau sindrom nevoid basal sel
karsinoma. Warnanya dapat hitam berbintik bintik atau homogen yang kadang-
kadang menyerupai melanoma maligna

A.3. Bentuk Kistik


Bentuk ini agak jarang ditemukan. Permukaannya licin, menonjol
dipermukaan kulit berupa nodus dan nodulus. Pada perabaan keras, dan mudah
digerakkan dari dasarnya. Telangiektasis dapat ditemukan pada tepi tumor.
A.4. Bentuk morfea
Secara klinis menyerupai morfea akan tetapi ditemukan tanda-tanda berupa
kelainan yang datar, berbatas tegas, tumbuhnya lambat berwarna kekuningan, pada
perabaan pinggirnya keras.

B. Patogenesis
Tumor ini disangka berasal dari sel epidermal pluripotensial, atau dari
epidermis/adneksanya. Faktor predisposisinya ialah faktor lingkungan dan genetik.
Faktor lingkungan ialah radiasi, bahan kimia(misalnya Arsen), pekerjaan tertentu
yang banyak terkena sinar matahari(misalnya: nelayan, petani) adanya trauma(luka
bakar) atau ulkus sikatriks. Faktor genetik ialah misalnya xeroderma pigmentosum,
albinism(Rata, 2008).
Sumber lain mengatakan patogenesisnya didahului dengan kolagen yang
sering dijumpai pada kulit yang sedikit pigmennya dan mendapat sinar matahari yang
berlebih sehingga nutrisi epidermis terganggu yang mana hal ini merupakan
predileksi terjadinya suatu kelainan kulit. Melanin berfungsi sebagai alergi amorf
yang dapat menyerap energi dan menghilangkan dalam bentuk panas. Jika energi
masuk terlalu besar dapat merusak dan mematikan sel atau mengalami mutasi untuk
selanjutnya menjadi sel kanker(Wolff, 2009).
C. Tata Laksana
Tujuan terapi pada pasien KSB yaitu untuk mengeradikasi sel tumor dengan
kerusakan kosmetik yang minimal. Teknik dengan 3 siklus curettage dan
electrodesiccation tidak direkomendasikan untuk lesi di daerah kepala dan
leher.Umumnya, setelah 4-6 minggu penyembuhan akan tampak jaringan parut
hipertrofik yang luas dan lesi hipopigmentasi(Bader, 2008).
Radioterapi efektif dan terkadang cocok untuk individu dengan usia lebih dari
40 tahun, tetapi kekambuhan tumor setelah terapi radiasi lebih sulit diatasi serta dapat
meningkatkan agresifitas sel-sel tumor. Terapi radiasi merupakan metode yang mahal
untuk mengobati KSB dan hanya boleh digunakan jika pilihan terapi lainnya tidak
cocok. Mohs surgery (tindakan membuang tumor diikuti dengan pemeriksaan
histopatologi frozen section segera untuk memeriksa margin) menunjukkan angka
kesembuhan tertinggi yakni 98% dan kehilangan jaringan yang ditimbulkan sedikit.
Metode ini cocok untuk tumor pada kelopak mata, lipatan nasolabialis,
canthus, telinga luar, dan pelipis, untuk lesi yang kambuh, dan untuk tujuan kosmetik.
Sebagian pasien KSB, umumnya akan mengalami kekambuhan sehingga diperlukan
pemantauan untuk mendeteksi lesi baru atau lesi kambuh(Bader, 2008).

2.4. Karsinoma Sel Skuamosa

Karsinoma sel skuamosa adalah suatu proliferasi ganas dari keratinosit


epidermis yang merupakan tipe sel epidermis yang paling banyak dan merupakan
salah satu dari kanker kulit yang sering dijumpai setelah basalioma. Faktor
predisposisi karsinoma sel skuamosa(KSS) antara lain radiasi sinar ultraviolet, bahan
karsinogen,dan arsenic. Nama lain KSS adalah epitelioma sel skuamosa(prickle),
karsinoma sel prickle, karsinoma epidermoid dan pavement epithelioma(Wolff,
2009).
Karsinoma sel skuamosa lebih sering dijumpai pada orang kulit putih dan
lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibanding wanita. Insiden KSS meninggi seiring
dengan bertambahnya usia. Banyak faktor yang dapat menyebabkan pertumbuhan
KSS pada kulit yaitu faktor sinar matahari, arsen, hidrokarbon, suhu, radiasi kronis.
Karsinoma sel skuamosa pada umumnya terjadi pada usia 40-50 tahun dengan lokasi
yang tersering adalah pada daerah wajah ,telinga, bibir bawah, punggung, tangan dan
tungkai bawah(Wolff, 2009)

A. Gejala Klinis
Umur yang paling sering ialah 40-50 tahun dengan lokalisasi yang tersering di
tungkai bawah dan secara umum ditemukan lebih banyak dan secara umum
ditemukan lebih banyak pada laki-laki daripada wanita. Tumor ini dapat tumbuh
lambat, merusak jaringan setempat dengan kecil kemungkinan 18 bermetastatis.
Sebaliknya tumor ini dapat pula tumbuh cepat, merusak jaringan disekitarnya dan
bermetastatis jauh, umumnya melalui saluran getah bening(Rata, 2008). Secara
histopatologik ditemukan:
A.1. Bentuk intraepidermal
Karsinoma sel skuamosa ini terbatas pada epidermis dan terjadi pada berbagai
lesi kulit yang telah ada sebelumnya seperti ditemukan pada keratosis solaris, kornu
kutanea, keratosis arsenikal, penyakit bowen, eritroplasia dan epitelioma Jadassohn.
Penyakit ini dapat menetap dalam jangka waktu lama ataupun menembus lapisan
basal sampai ke dermis dan selanjutnya bermetastatis melalui saluran getah
bening(Rata, 2008).
A.2. Bentuk invasif
Karsinoma sel skuamosa ini dapat berkembang dari KSS in situ dan dapat
juga dari kulit normal, walaupun jarang. KSS invasif yang muncul baik pada
karsinoma in situ, lesi premaligna atau kulit normal, biasanya adalah berupa nodul
kecil dengan batas yang tidak jelas, berwarna sama dengan warna kulit atau agak
sedikit eritema.
Permukaannya mula-mula lembut kemudian berkembang menjadi
papilomatosa. Ulserasi biasanya timbul didekat pusar dari tumor, dapat terjadi cepat
atau lambat, berdiameter 1-2 cm. Permukaan tumor mungkin granular dan mudah
berdarah, sedangkan pinggir ulkus biasanya meninggi dan mengeras dan dapat
dijumpai krusta(Wolff, 2009)
B. Patogenesis
Karsinoma sel skuamosa berasal dari sel epidermis yang mempunyai beberapa
tingkat kematangan, dapat intraepidermal, dapat pula bersifat invasif dan
bermetastatis jauh. Secara histopatologi sel-sel keratinosit yg atipik sudah masuk ke
lapisan dermis, Dapat terjadi de novo, tetapi terutama dari lesi prekusor . Bila secara
klinis lesi prekusor yg semula asimptomatik menjadi sakit, indurasi, erosi & skuama
bertambah atau lesi cepat bertambah besar petanda terjadi SCC invasif atau lesi tidak
sembuh dan rekuren sesudah diobati
Aggresivitasnya ditentukan oleh faktor penyebab, immunitas & level
differensiasi selnya. Sebagian besar yg penyebabnya UV kemungkinan metastase
jauhnya rendah pada orang yg sehat, lebih agresif pada penderita immunosupresan .
KESIMPULAN

Tumor ganas pada kulit meliputi melanoma malignan dan non-melanima


malignan, dimana non melanoma malignan terdiri atas karsinoma sel basal dan
karsinoma sel skuamosa.
Sampai saat ini pengobatan tumor kulit bersifat kemoterapi maupun bedah
dan tindakan pengobatan didasarkan oleh bderajat keparahan dari jenis tumor ganas
tersebut. Menjaga kualitas hidup pasien dengan efek samping yang rendah menjadi
seni pengobatan tumor ganas kulit yang akan terus berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan. (2002) Kanker Penyebab Kematian Keenam Terbesar di


Indonesia. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
2. Wolff, K., Johnson,R.A (Eds.). (2009). Fitzpatrick’s Color Atlas & Sypnosis of
Clinical Dermatology(6 rd edition.)(pp. 274-308).United States: Mc. Graw Hill
inc
3. WebMD. (n.d.), (2012). Skin Cancer. Avaiable from:
http://www.webmd.com/melanoma-skin-cancer/skin-cancer [Di akses 2 mei
2018].
4. World Health Organization.(2011).Exposure to Artifical UV Radition and Skin
Cancer. IARC Working Group Report Vol 1.
5. American Cancer Society. (2012). Melanoma Skin Cancer. Available from:
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003063- pdf.pdf
[Accessed 2 mei 2018].

Anda mungkin juga menyukai