Oleh:
Muhammad Fajrin
Imam Algazali
Dosen Pemandu:
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDINMAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu. Dengan
berkembangnya psikologi dalam pendidikan maka, berbarengan dengan itu bermunculan pula
berbagai teori tentang belajar. Justru dapat dikatakan bahwa, dengan tumbuhnya pengetahuan
tentang belajar, maka psikologi dalam pendidikan pun menjadi ikut berkembang secara pesat.
Albert Bandura adalah salah psikologi aliran behavioristik yang sangat terkenal dengan
teori belajar sosial (Social Learning Theory), salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang
menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi terhadap
lingkungan. Eksperimen yang sangat terkenal dalam teori ini adalah eksperimen Bobo Doll
yang menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory) biasa juga disebut pembelajaran
perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan sekitar melalui penguatan (Reinforcement) dan
pembelajaran peniruan serta cara berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu dan juga sebaliknya,
yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi orang yang ada disekitar dan menghasilkan
penguatan (Reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain (Observational
Opportunity).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan sub masalah dalam makalah ini
sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Albert bandura lahir pada 4 Desember 1925 di Mundare kota kecil di Alberta, Cananda.
Dia mendapat gelar B.A dari University of British Columbia, kemudia M.A. Pada 1951, dan
Ph.D. pada 1952 dari University of Lowa. Dia ikut magang pasca doktoral di Wichota
Guidance Center pada 1953 dan kemudian bergabung di Tanford University. Pada 1996-1970
Teori kognitif sosial Bandura (Social Cognitive Theory) menyatakan bahwa faktor
sosial dan kognitif memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif mungkin
berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan; faktor sosial mungkin mencakup
Albert Bandura adalah salah satu arsitek utama teori kognitif sosial. Dia mengatakan
pengalaman mereka secara kognitif. Ingat bahwa dalam pengkondisian operan, hubungan
determinisme resiprokal yang terdiri dari tiga faktor utama: Prilaku, person/kognitif, dan
lingkungan.2
P
Prilaku
P/K L
Person/Kognitif Lingkungan
1
B.R Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theoris of Learning, terj. Triwibowo, Teori Belajar (Ed.
VII;Jakarta: Prenamedia Grup, 2008), h. 356.
2
Jhon W. Santrock, Educational Psycology, terj. Triwibowo, Psikologi Pendidikan(Ed. II; Jakarta:
Kencana,2007),h. 258.
Dari
Gambar model Determinisme Resiprokal dalam pembelajaran dari Bandura
gambar di atas
bisa kita fahami bahwa ketiga faktor ini bisa saling berinteraksi untuk memengaruhi
Eksperimen bandura yang sangat familiar adalah eksperimen bobo doll. Hal ini
disebabkan eksperimen bobo doll tersebut menggunakan seorang anak kecil bersama sebuah
boneka. Prosesnya adalah anak kecil diletakkan di sebuah ruangan yang terpisah dengan sekat
kaca yang tembus pandang (One Way Screen), di ruangan sebelahnya, boneka dan seorang
dewasa yang telah dikondisikan ditempatkan sehingga si anak dapat melihat semua aktivitas
sebaginya) sesuai dengan skenario yang telah dibuat dalam jangka waktu tertentu.
Beberapa saat kemudian, setelah diberi waktu jeda giliran si anak ditempatkan pada
ruangan yang sama persisi dengan ruangan yang ditempati oleh orang dewasa dengan
bonekanya. Beberapa saat diamati, pada awalnya anak tersebut tidak memunculkan prilaku
aneh dan hanya bermain dengan bonekanya secara wajar. Namun demikian, setelah beberapa
saat bermain dengan bonekanya, mulai tampak dan muncul perilaku-perilaku kasar serta
agresif seperti yang dilakukan orang dewasa dalam memperlakukan bonekanya. Perilaku-
perilaku tersebut sama persis dengan yang dilakukan orang dewasa terhadap bonekanya. Proses
peniruan-peniruan inilah yang kemudian disebut oleh bandura sebagai proses modeling.4
Hasil eksperimennya memunculkan teori yang dikenal dengan teori belajar sosial
(Soscial Learning Theory). Teori belajar sosial dari Albert Bandura menunjukkan pentingnya
proses mengamati dan meniru prilaku dalam proses belajar, membentuk sikap siswa, serta
mempengaruhi reaksi orang lain dalam proses belajar. Artinya, proses belajar pada individu
akan lebih banyak terjadi melalui proses pengamatan terhadap situasi dan kondisi
3
Join W. Santrock, Pendidikan Psikologi, h. 285.
4
Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan; Teori dan Aplikasi dalam Proses
Pembelajaran(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2013),h. 159-160.
lingkungannya. Oleh sebab itu teori ini dengan tegas menjelaskan bahwa kebanyakan perilaku
manusia dipelajari sebagai hasil pengamatan melalui proses modelling. Dari pengamatan satu
ke bentuk pengamatan lainnya yang membentuk sebuah perilaku baru yang akan digunakan
Sejak eksperimen awalnya, Bandura (1986) memfokuskan pada proses spesifik yang
terlibat dalam pemebelajaran observasional. Proses itu adalah: atensi (perhatian), retensi,
memerhatikan apa yang dilakukan atau dikatakan simodel. Seorang murid yang
terganggu oleh dua murid lainnya yang sedang bicara mungkin tak mendengar apa
yang dikatakan guru. Atensi pada model dipengaruhi oleh sejumlah karakteristik.
Misalnya, orang yang hangat, kuat, dan ramah akan lebih diperhatikan ketimbang
orang yang dingin, lemah, dan kaku. Murid lebih mungkin memperhatikan model
berstatus tinggi ketimbang model berstatus rendah. Dalam kebanyakan kasus, guru
dan menyimpannya dalam memori sehingga informasi itu bisa di ambil kembali.
Deskripsi verbal sederhana atau gambar yang menarik dan hidup dari apa yang
dilakukan model akan bisa membantu daya retensi murid. Misalnya guru mungkin
melakukan langkah pertama ini, lalu langkah kedua, lalu langkah ketiga” sembari
karakter yang penuh warna yang menunjukkan pentingnya untuk menjaga perasan
orang lain. Karakter penuh warna itulah yang menyebabkan terkenalnya sesame
5
Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan; Teori dan Aplikasi dalam Proses
Pembelajaran, h. 160
street6. Retensi murid akan meningkat jika guru memberikan demonstrasi atau
3. Produksi. Anak mungkin memerhatikan model dan mengingat apa yang mereka
lihat, tetapi karena keterbatasan dalam kemampuan geraknya, mereka tidak bisa
menyaksikan pemain basket David Robinson dan pegolf Nancy Lopez melakukan
keahlian atletik mereka dengan sempurna, atau melihat seorang pianis tersohor atau
artis terkenal menampilkan keahlian mereka. Tetapi, anak itu tidak mampu untuk
mereproduksi atau meniru apa yang dilakukan si model tersebut. Belajar, berlatih
dan berusaha dapat membantu murid untuk meningkatkan kinerja motor mereka.
4. Motivasi. Sering kali anak memerhatikan apa yang dikatakan atau dilakukan model,
meniru tindakan model, namun tidak termotivasi untuk melakukannya. Ini tampak
dalam studi boneka Bobo ketika anak yang melihat model dihukum tidak
mereproduksi atau meniru tindakan agresif si model. Tetapi, setelah mereka diberi
intensif atau penguat (stiker atau buah), mereka melakukan apa yang dilakukan
mereproduksi perilaku yang diinginkan, ada tiga jenis penguat yang bisa menolong:
(1) memberi imbalan pada model; (2) memberi imbalan pada anak; atau (3)
“Bagus, aku melakukannya!” atau “Oke, saya sudah melakukan hampir semua
tugas yang baik dan benar. Kalau aku terus mencoba, aku akan bisa
menyelesaikannya.”7
Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi dalam meniru perilaku orang lain
6
Sesame Street adalah sebuah acara pendidikan anak-anak yang berasal dari Amerika Serikat untuk
anak-anak pra-sekolah dan merupakan perintis standar televisi edukasi kontemporer yang menggabungkan
pendidikan dan hiburan.
7
Join W. Santrock, Pendidikan Psikologi, h. 288-289
1. Perhatian: mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
4. Motivasi: mencakup dorongan dari luar dan pengahragaan terhadap diri sendiri.8
Menurut Sugiyono dan Hariyanto, teori belajar behavioristik memiliki banyak pengikut
sehingga lebih banyak bentuk aplikasinya yang masig di pakai dalam proses pembelajaran.
Menurut sugihartono dkk. Terdapat beberpa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan teori
Respons (S-R)
diinginkan.9
Pada teori belajar sosial Abert Bandura, penerapan dilakukan pada Madrasah Aliyah
Madani Alauddin Pao-Pao pada mata pelajara Akidah Akhlak kelas XI materi Meneladi kisah
guru menayangkang vidio tentang keteladanan Adurahman bin Auf dan Abuzar Al-gifari.
Vidio yang ditayangkan dalam pembelajaran adalah film Animasi keteladanan dengan kualitas
8
Muhammad Thobrani dan Arif Mustafa, Belahar dan Pembelajaran; Pengembangan wacana dan
praktik pembelajaran dalam pembangunan nasional(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2011),h. 81-82.
9
Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan; Teori dan Aplikasi dalam Proses
Pembelajaran, h. 163.
HD, untuk lebih menarik perhatian siswa dengan vidio yang full color dengan warna yang
menarik.
menceritakan ulang tentang keteladanan Adurahman bin Auf dan Abuzar Al-gifari yang telah
disaksikan dalam vidio yang telah ditayangkan, kemudian siswa diberikan kesempatan untuk
beda ada yang menyampaikan dengan biasa saja dengan nada standar, ada juga yang
menyampaikan dengan sangat bersemangat bahkan sampai mengikuti nada suara animasi yang
telah ditonton atau disebut dengan modelling dalam teori belajara sosial.
Hal yang penting untuk menjadi perhatian dalam penerapan metode pembelajaran
behavioristik jelas tidak bisa diterapkan dalam semua mata pelajaran. Metode pembelajaran ini
kekurangan dari sebuah teori mencerminkan bahwa teori adalah sebuah pendapat yang
diperoleh dari hasil penelitian dan penemuan manusia. Berikut kelebihan dan kekurangan dari
1. Kelebihan
Teori belajar Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya,
melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan
semata reflex atas stimulus, melainkan juga reaksi yang timbul akibat interaksi antar
lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar sosial lebih
ditekankan pada perlunya pembiasaan dan immitation (peniruan). Selain itu pendekatan
2. Kekurangan
Teori pembelajaran social Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori
behavioristik. Ini karena teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan
tingkah laku dan ada kalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam
mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia elajar atau membentuk
tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modelling), sudah pasti terdapat
sebagian individu yang menggunkan teknik peniruan ini juga dalam tindakan negative,
10
Jeanne. E Ormord, Psikologi Pendidikan: Membantu siswa tumbuh berkembang (Jakarta:
Erlangga,2008), h. 237
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teori belajar sosial Albert Bandura menunjukkan pentingnya proses mengamati dan
meniru prilaku dalam proses belajar, membentuk sikap siswa, serta memengaruhi reaksi
orang lain dalam proses belajar. Artinya, proses belajar pada individu akan lebih banyak
terjadi melalui proses pengamatan terhadap situasi dan kondisi lingkungannya. Oleh
sebab itu teori ini menjelaskan dengan tegas bahwa prilaku manusia sebagian besar
2. Penerapan metode pembelajaran behavioristik tidak bisa diterapkan dalam semua mata
pelajaran. Teori pembelajaran ini hanya cocok pada materi yang membutuhkan praktik
dan pembiasaan.
3. Kekurangan dari teori pembelajaran sosial yaitu adakalanya cara peniruan tersebut
dari teori ini adalah lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya, karena itu
Hergenhahn, B.R dan Matthew H. Olson, Theoris of Learning, terj. Triwibowo, Teori Belajar
.Ed. VII;Jakarta: Prenamedia Grup, 2008.
Irham, Muhammad dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan; Teori dan Aplikasi dalam
Proses Pembelajaran. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2013.
Ormord, Jeanne. E, Psikologi Pendidikan: Membantu siswa tumbuh berkembang. Jakarta:
Erlangga,2008.
Santrock , Jhon W., Educational Psycology, terj. Triwibowo, Psikologi Pendidikan. Ed. II;
Jakarta: Kencana,2007.
Soemanto, wasty, Psikologi Pendidikan: Landasan kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta:
Rineka Citpta, 1998.
Thobrani, Muhammad dan Arif Mustafa, Belahar dan Pembelajaran; Pengembangan wacana
dan praktik pembelajaran dalam pembangunan nasional.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,
2011.